Masklepond

#Triangle

Suara kicauan burung pagi ini mewarnai awal hari seorang siswa berjas merah yang sedang menunu ke ruang kepala sekolah. Map tebal ada di tangannya, berjalan tegak, kepala yang terangkat dan langkah yang panjang berhasil mencuri perhatian dari segala arah.

Darren, siswa kelas 12 ipa yang masih aktif menjadi ketua osis ini tiba tiba di panggil oleh kepala sekolah perihal pensi. Sekolahnya mengadakan pentas seni untuk perpisahan murid tahun terakhir disekolahnya, ya termasuk Darren. Harusnya dia kesana dengan sekretarisnya, Renjun.

Sayangnya Renjun tidak dapat hadir karena pagi pagi buta sudah ada ulangan fisika, mau tidak mau Darren harus mencatat semuanya sendiri.

Selesai dengan urusan diruang kepala sekolah, Darren menuju kantin yang disana sudah banyak siswa yang makan. Iya dari tadi pagi hingga menuju siang, Darren berdiskusi dengan kepala sekolah. Lama sekali batin Darren daritadi.

Sekarang dia memasang matanya awas melihat sudut sudut kantin mencari seseorang.

“Ezra!!” Teriaknya.

Itu Ezra, pacar Darren sejak kelas 10 dulu, mereka bertemu tak sengaja saat study tour dulu. Ezra salah masuk bis lalu duduk disebelah Darren, pada saat itu Darren juga tidak tau siapa lelaki disebelahnya ini. Yang dia tau lelaki ini tanpan dan manis, dari awal menyapanya dia tersenyum lalu matanya menghilang. Oh ini Smile eyes gemas batin Darren.

“Aku Darren.” Ujar nya saat keadaan mulai tidak canggung.

“Ezra.”

“Kamu waktu di kelas duduk di sebelah mana? Kok aku kaya gapernah liat kamu ya?”

“Di belakang”

“Gamungkin deh, aku duduk di belakang juga sama Lolo, Jiji sama Renjun juga.”

“Hah siapa itu?” Tanya Ezra bingung. Darren malah tambah bingung melihat Ezra, masa iya dia gakenal temen sekelasnya sendiri?

“Kamu 10 ipa 2 kan?”

“Loh bukan aku 10 ipa 6.” Jawaban Ezra membuat Darren bertepuk dahi. Kalau salahnya hanya dua langkah saja bukan masalah, tapi ini beda 4 kelas jauh sekali.

“Kamu nyasar kesini jauh banget, Zra ahahahahah.” Kata Darren, mereka berdua pun berbincang tanpa arah. Terbahak bahak hingga tertidur bersama.

Dan jadilah sekarang EzraDarren yang kalian tau.

Ezra menoleh saat Darren menteriakkan namanya dari kejauhan, tangannya dia letakkan di dalam saku lalu berjalan kearah Darren dengan tampannya. Tidak sedikit siswa atau siswi yang bingung iri kepada siapa. Darren beruntung punya pacar tampan nan gagah seperti Ezra, sedangkan Ezra beruntung punya pacar pintar nan populer.

“Hm.” Ezra hanya berdeham melihat Dareen.

“Lagi badmood?”

“Engga, kamu ga lepas jas? Ga panas apa?”

“Nanti aja di kelas deh, ayo makan dulu Zra, Dareen laper nih.”

“Ck. Gausah sok imut gitu kali ren.” “Yaudah yuk,” Kata Ezra meraih tangan Dareen untuk di gandeng. Siapa yang tidak iri melihat ini?

Darren dan Ezra memutuskan untuk duduk di luar kantin, di gazebo depan kelas Darren. Ada Renjun disana yang mengganggu date makan siang mereka. Dia tiba tiba datang.

“Weh Darren, aku gabung ya.” Kata Renjun dengan santainya duduk disebelah Darren. Membuat Ezra agak kesal, masalahnya Renjun selalu bersama Dareen.

“Njun, lo dateng dateng duduk sini kek jangan disitu gue kan mau pacaran sama Darren, ganggu aja ish.” Protes Ezra yang malah dianggap lucu oleh Darren dan Renjun.

“Hahahah iya iya, Ren maaf ya tadi aku ga ikut ke ruang kepsek.” Kalau masalah bicara dengan Darren siapapun orangnya akan menggunakan Aku kamu, Darren hanya tidak suka dipanggil ‘lo’.

“ hahah santai jun, lagian tadi kamu katanya mau ketemu alumni?”

“Iya bang Jayden, katanya tadi mau ketemu kamu Ren.”

“Bang Jay mantan ketua osis itu? Yang ganteng itu? Yang lesung pipinya sedalem palung mariana?” Kata Darren yang sepertinya antusias sekali.

“Iya lah sapa lagi, kaya lo gapernah ketemu aja sih Ren.”

“Haha gue suka banget kalo diajak rapat bareng alumni, pembawaannya ringan. Jadi gue antusias gitu lo bilang Jayden.”

Ezra hanya diam melihat pacarnya itu membahas tentang Jayden. Dulunya sebelum mereka jadian, Darren sempat menyukai Jayden. Sekarang siapa yang tidak suka dengan Jayden, ketua organisasi berbadan gagah dan lesung pipi yang sangat manis, bahkan Renjun saja sangat menyukai Jayden.

“Ada urusan apaan emang si Jayden nyariin Darren?”

“Ya gue gatau lah Zra, kamu abis istirahat disuruh ke ruang osis sama bang Jay ya Ren.”

“Oke.”

“Ren, mau ditemenin?”

“Gausah! Lo maen sama gue aja Zra, toh Darren gabakal di apa apain sama Jayden.”

Ezra menatap Darren, Darren menggelengkan kepalanya tanda tidak ingin di temani. Ezra mulai khawatir dengan pacarnya.

. ..

“Bang Jayden?” Panggil Darren dari luar ruang osis.

“Darren.” Jayden meraih tangan Darren dan memeluknya, erat sekali. Lebih erat dari yang Ezra lakukan.

“B-bang.” Kata Darren terbata, kaget.

“Lo masih suka kan sama gue ren? Jujur ren?”

“Tapi gue udah punya Ezra bang…”

“Putusin Ezra, balik ke gue. Ezra is deserve for Renjun, trust me.” Kata Jayden barusan berhasil membuat Darren bingung. Apa maksudnya Ezra is deserve for renjun ? Dan kenapa Jayden sangat yakin dan menekankan hal itu?

“Bang.”

“Come on Ren, coba deket sama gue 2 minggu ya?” Tawar Jayden, yang ternyata tidak di tolak oleh Darren. Mungkin sebelum kesini Jayden ke dukun pelet, sehingga Darren sebegitu mudahnya meng iya kan.

Ezra berdecak gusar di bangku pacarnya, dia mengungsi di kelas Darren. Agar nanti nya Ezra bisa langsung mengintrogasi Darren waktu dia kembali ke kelas.

Darren masuk kedalam kelas dengan wajah sumringah seperti baru mendapat lotre satu milyar. Ezra pun curiga kenapa dasi Darren longgar, pasti terjadi sesuatu.

“Darren abis ngapain?”

“Ngomong sama bang Jay.”

“Kok dasi nya gitu?” Kata Ezra yang tatapannya bisa menusuk sampai ke jantung, sangat tajam. Renjun yang melihatnya pun ber smirk ria, seperti tau apa yang terjadi.

“Ya kan di ruang osis panas Ezra,”

“Ngomong apa aja sama Jayden?”

“Masalah pensi, perlu undang alumni ga, atau butuh tambahan dana, panggung nya bang Jayden yang urus karna dia kenal yang urus gituan, terus bang Jayden nanyain Renjun, is he doing fine or not kaya gitu doang sayang, don’t worry.”

“Wah sangat panjang juga penjelasan kakak ini ya. Btw bang Jayden kenapa tanya gue deh? DIA SUKA GUE?” Tanya Renjun.

Ezra hanya tertawa, ternyata tidak baik juga kalau berprasangka buruk terus kepada pasangan. Toh kalaupun ada apa apa, Darren akan jujur kepada Ezra.

. ..

Dua minggu ini Ezra dan Darren jarang keluar bersama karena Darren sibuk mengurus sana sini. Dan jadilah Ezra keluar jalan jalan dengan Renjun. Dan disinilah jarak antara Ezra dan Darren, Ezra lebih dekat dengan Renjun sekarang. Dari makan bersama hingga tidur bersama pun sudah mereka lakukan, tidur dalam artian satu kasur.

“Jun, jangan suka sama gue ya.” Ujar Ezra tiba tiba.

“DIH? Ogah ogahan gue sama lo Zra demi apapun.”

“Masalahnya gue sama lo udah kek orang pacaran Jun. Gue takut lo baper. Lagian lo kenapa ga bantuin Darren?”

“Gue bukan sekretaris utama Zra jadi gue santai santai aja. Disana kan udah ada bang Jayden juga yang bantu si Darren.”

“HAH JAYDEN?” Ezra kaget bukan main, pada saat itu Darren bilang Jayden tidak ikut serta turun lapangan karena tugas kuliah yang banyak.

“Kok lo kaget banget sih?”

“Jayden masih suka sama Darren ya?”

“Yee kaga tau.” Raut wajah Renjun agak ragu menjawabnya.

“Ayo ke sekolah, gue pengen liat Darren.”

“Gausah deh kayanya Zra, jalan ke baskin robins aja yuk? Gue pengen eskrim.”

“Nanti aja. Gue mau kesekolah.”

Renjun panik, entah kenapa dia langsung mengeluarkan ponselnya.

. ..

“Ren, udah putus sama Ezra belom?” Tanya Jayden.

“Belum lah bang, masih ga tega.”

“Gimana kalo nanti dia tau sendiri?”

“Ya yaudah. Aku juga udah ga sayang Ezra. Satu taun kemaren aku juga udah bosen sebenernya, cuma Ezra ga ngelepas aku.”

Tit tit~~

Hp Jayden berbunyi

”BANG! EZRA SAMA GUE OTW SEKOLAH, LO SAMA DARREN JANGAN DEKET DEKET BAHAYA.

Membaca pesan tersebut Jayden malah ingin menggoda Ezra.

ck, bawa aja kesini si Ezra. Biar abis sakit ati dia. Jayden mengirim Voice note kepada Renjun.

“Darren,”

“Iya bang?”

“Bibir lo manis ya, masih sama ga ya rasanya kaya yang di ruang osis kemaren?”

“Apaan si.” Darren malu.

“May i try?”

“Sekarang?”

“I can’t wait, honey.”

Jayden mendudukan Darren di panggung dan dia berdiri di depan Darren, Darren melingkarkan tangannya di pundak Jayden. Jayden menarik kerah Darren.

Tak lama kemudian, Ezra melihat mereka sedang bertaut bibir pun terdiam.

“DARREN!” Terak Ezra.

Darren terkaget sambil mengusap bibirnya, sedangkan Jayden hanya menunjukkan senyum miring nya.

“JAYDEN LO BRENGSEK!”

plak

Suara tinju Ezra di rahang Jayden. Ezra sedang termakan emosi sekarang. Bisa bisanya ada yang mengambil bibir pacarnya selain dia.

“EZRA! Stop.”

“Tapi dia udah kaya gitu ke kamu Darren!”

“Engga. Bang Jayden ga salah. Aku suka bang Jayden. Udah bosen sama kamu, so we break up okay? Just leave me.” Ujar Darren dengan santainya.

“DARREN-“ “Dua taun, dua taun ren dua taun.” Ezra sudah hopeless kalau di depan Darren.

“Udah ya zra, jun makasih.”

Renjun mengangguk, Ezra merasa sangat dihianati oleh Renjun dan Darren. Bagaimana bisa pacar dan teman baiknya bekerja sama seperti ini.

xxpastelline

#Love and hate

Radhika, manusia paling sempurna dimata para mahasiswa dan mahasiswi di kampusnya dan fakultasnya. Berada di fakultas teknik lingkungan membuat orang orang yang melihatnya berasumsi pemuda ini suka sekali dengan alam. Sebenarnya jurusan ini paksaan dari ayahnya, beliau bersikeras Radhika harus masuk ke teknik lingkungan. Dan jadilah Radhika yang malas kuliah sering membolos tapi tetap saja ipk nya tidak pernah rendah, hanya Radhika yang tau bagaimana caranya.

Radhika mempunyai pacar yang amat cantik bernama Clarissa, mahasiswi hukum yang terkenal akan kecerdasannya dan Public Speaking yang baik sehingga dia di nominasikan menjadi ketua BEM, dan benar saja pada saat Clarissa memimpin organisasi kinerja nya sangat baik.

Orang orang sampai tidak bisa percaya apa yang merasuki Clarissa hingga mau berpasangan dengan Radhika, cocok memang. Tapi manusia sepintar dan secerdas Clarissa mempunyai tipe yang seperti itu? Padahal banyak lelaki pintar yang siap untuk dia pacari di belakang sana.

Radhika adalah pacar yang baik dan juga buruk kata Clarissa, Radhika memperlakukan Clarissa dengan sangat baik, mengantar jemput, menemani mengerjakan tugas dan sebagiannya. Tidak tanggung tanggung, Radhika bahkan siap mengeluarkan jutaan rupiah hanya untuk memanjakan pacar cantiknya ini.

Tapi, disisi lain Clarissa takut jika tiba tiba atau tidak dia sadari melakukan kesalahan di depan Radhika. Radhika adalah tipe yang sangat posesif. Dia tidak segan segan melempar apapun yang ada didepannya kepada Clarissa. Sekejam itu.

Yes, he is abusive boyfriend.

Pada suatu saat Clarissa sedang rapat organisasi yang dimana hanya anggota inti yang bergabung. Di organisasi ini lebih banyak lelaki pada anggota inti, jadi waktu itu Clarissa adalah perempuan satu satunya dalam rapat, selaku ketua.

Radhika tidak masalah, toh itu kebutuhan organisasi tidak mungkin dia melarang Clarissa kan? Sembari menunggu Radhika mengerjakan tugas tepat di depan ruang BEM.

“Dhik, nungguin Clarissa?” Ujar salah satu anggota inti yang ternyata sudah selesai rapat.

“Iya, udah selese?”

“Udah tuh Clarissa, di dalem.”

“Ok makasih.”

Radhika membereskan kertas tugas dan menutup laptopnya lalu menghampiri Clarissa yang masih ada di dalam ruangan. Sudah biasa Radhika memasuki ruangan BEM seperti ini semua anggotanya bahkan sudah hapal sekali dengan pacar ketuanya itu.

Betapa kaget nya Radhika melihat Clarissa yang sedang tertawa ria bersama seorang lelaki, terlihat lelaki itu tidak sengaja mengusap kepala Clarissa gemas, tapi Clarissa lamgsung menghindar dan menghentikan tawanya.

“Apaan sih Gan, gasopan lo pegang pegang kepala gue.” Bentar Clarissa.

“Maaf maaf gue reflek, lo lucu soalnya.”

“Udah belom ketawanya?” Kata Radhika dari pintu masuk ruangan.

Clarissa kaget bukan main, pasti Radhika akan melihat kejadian barusan. Tapi Clarissa yakin Radhika juga melihat kalau dia tadi menegurnya. Clarissa langsung membereskan catatan dan segera pergi menuju ke Radhika.

“Maaf, Dhik.”

“Cepet pake!” Kata Radhika sambil melempar helm nya kepada Clarissa, baru segini saja Clarissa sudah ingin menangis.

Mereka pulang dengan motor sport Radhika, yang pastinya jadi sorotan saat melewati jalan utama kampus. Kelihatannya pasangan ini adalah pasangan paling bahagia seantera kampus. Tapi ya sebenarnya tidak.

Sesampainya di kos Clarissa, Radhika ikut turun. TMI, kos Clarissa memperbolehkan siapapun masuk, selama tidak membuat kebisingan.

Pada detik ini Clarissa sangat takut, benda apalagi yang akan di lempar kearahnya hari ini?

“Clarissa, tadi enak banget ya ketawanya? Hm?” Kata Radhika dengan nada lembut, tapi percayalah ini adalah awal bencana.

“Dhik,”

jeduak

Suara hp Radhika yang dia banting kearah tembok. Clarissa kaget setengah mati, dia takut sekarang. Dan berteriak dalam hati semoga ada yang menolongnya.

“LO ENAK KETAWA KETAWA CLAR, GUE DI DEPAN NGERJAIN TUGAS NUNGGUIN LO?” Bentak Radhika. “GUE CEMBURU CLAR-!!LO HARUSNYA UDAH PAHAM KONSEKUENSINYA. EMANG KAYANYA LO SUKA BANGET DI KASARIN?”

Pyarrr

Radhika lagi lagi memecahkan gelas di dekatnya. Bodo amat kalau gelas itu mengenai kakinya dan kaki Clarissa.

Clarissa sedang menangis bertekuk lutut di lantai melihat pacarnya kumat lagi.

“Iya m-maafin aku Dhika.” Kata Clarissa terbata.

“Jangan maaf terus anjing! Berapa kalo lo kaya gini CLAR!?”

Selama ini Clarissa hanya diam saja kalau Radhika berulah. Lelah sebenarnya tapi Clarissa amat sangat mencintai Radhika walaupun ada selang membencinya. Radhika juga tidak protes masalah Clarissa kecuali dia berulah. Pikir Clarissa dia ingin mengakhiri hubungan ini walaupun merasakan sakit hati lagi.

Menurut Radhika, ini adalah cara dia mencintai Clarissa. Lebih baik di tunjukkan dari awal daripada nanti nanti malah membuat kaget Clarissa.

“Iya Dhik, engga lagi.”

“Lo nih sayang ga si sama gue sebenernya?” Tanya Dhika yang emosinya mulai mereda. Pertanyaan macam ini sudah berkali kali diucapkan oleh Radhika.

“Sayang, sayang banget Dhik.”

“Yaudah terus kenapa ngelakuin kesalahan yang sama lagi sih?”

“Dhik.” “Ayo putus, aku udah ga kuat sama sifat abusive kamu.”

Radhika terlihat semakin kesal.

“Ah!” Kata Radhika mengusap kepalanya gusar.

“Keluar Dhik.” Usir Clarissa dari kos nya.

Radhika tidak melawan, dia langsung beranjak pergi. Clarissa melihat pinggung Radhika yang sekarang bukan miliknya lagi.

Clarissa masih menangis membereskan kegaduhan yang Radhika buat, tapi disisi lain dia juga bahagia sudah terlepas dari segala jerat Radhika.

Clarissa sekarang hanya perlu menata ulang hati.

. .. …

Setelah beberapa bulan lepas dari Radhika, Clarissa sudah bahagia. Dia menyadari tanpa materi dari Radhika juga dia bahagia sekali. Hidup sendiri seperti ini sangat indah, tanpa ada beban apapun.

xxpastelline

#Dependent

Pagi ini seorang yang berbadan tinggi sedang menyapu halaman rumah yang tidak terlalu besar. Sabima, mahasiswa psikolog semester 4 yang tinggal merantau di desa kecil dekat kampus tempat dia belajar. Hari ini tidak ada jadwal kuliah yang harus dia ambil, jadi dia memilih untuk membersihkan rumah dan bersantai ria.

Sebenarnya ada janji dengan temannya, Argantara. Arga mengidap Panic Attack jadi dia meminta Bima untuk mendengarkan keluh kesahnya sambil Bima melakukan penelitian untuk skripsinya nanti. Karena hal ini Bima pun sangat dekat dengan Arga. Kemanapun dan kapan pun Bima pasti selalu bersama Arga.

”Bima, jangan kesana. Banyak orang gasuka.” ”Gapapa Arga, cuma lewat doang gapapa ayo ya? Ada gue disini, sini gue gandeng. Gausah takut ya.”

Bagaimana bisa Arga tidak jatuh cinta pada Bima? Bima adalah orang yang paling mengerti dirinya, selalu menjaganya dan selalu ada. Bima selalu bicara halus dengan Arga, apapun keadaannya.

Memang terlihat aneh jika dua manusia raksasa ini jalan berdua sambil bergandengan tangan. Tapi itu bukan masalah bagi Bima, selama itu bisa membuat Arga tenang Bima dengan senang hati melakukannya. Bahkan tidak sering mereka berpelukan, untuk menenangkan Arga.

Tapi Arga memilih untuk diam atas perasaannya. Dia takut Bima tidak mempunyai rasa yang sama.

“Ga, jadi ketemu ga? Kalo iya gue siap siap nih.” Tanya Bima lewat telepon

“Bentar Bim, di depan rumah rame banget.”

“Yaudah gue aja yang ke rumah lo ya.”

“Yaudah deh, maaf ngerepotin ya bim.”

Bima menuju ke rumah Arga dengan motor benelli nya, berpakaian santai namun rapi. Style Bima yang seperti ini seringkali membuat Arga kewalahan menerima pompa darah ke pipinya hingga membuatnya merah. Bima sangat tampan, Arga suka.

Tin tin~~

“Arga! Argaa!” Panggil bima dari depan rumah Arga, di depan rumah Arga memang sedang ramai sekali, banyak bapak bapak dan ibu ibu yang berkumpul entah kenapa. Jika dilihat mereka akan mengadakan suatu pernikahan, karena ada terop di depan rumah.

“Bim ayo pergi cepet, ke rumah lo aja. Cepetan”

“Tapi lo kan tau rumah gue di..”

“Gapapa cepetan.”

Bima menancap gas nya menuju ke rumahnya, jalanan ramai pagi menuju siang ini. Arga yang duduk dibelakang hanya bisa bersalting ria karena mencium parfum favoritnya keluar dari badan Bima, melihat ke arah spion motor menatap wajah Bima yang tertutup helm full face tanpa kaca bisa membuatnya setengah gila.

Kenapa hari ini lo ganteng banget, Bim? Hati gue udah gatahan. Apa iya gue harus confess sekarang? Kata Arga dalam hati.

Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Arga mengingin kan Bima sepenuhnya, ingin menjadi bagian dari semua detik kehidupan Bima, menjadi yang pertama Bima lihat saat pagi hari, menjadi tempat bersandar saat Bima membutuhkan. Bagaimanapun Bima adalah manusia yang terlihat kuat namun sebenarnya lemah juga, alasan Bima mengambil Psikologi ya tidak lain untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari kenangan lama.

Arga akan sangat sedih jika Bima tiba tiba punya pacar atau menghilang entah kemana. Tidak akan bisa dia bayangkan jika Bima tidak ada di sekitarnya. Seperti yang dikatakan di awal, hanya Bima yang mengerti Arga.

“Dah Arga butuh apa? Gue ambilin?”

“Butuh lo aja udah cukup Bim, as always

Bima terkekeh sambil mengusap kepala Arga, Arga hanya bisa berpasrah jika Bima melakukan hal hal seperti ini, dia tidak mungkin menolak kan?

“Bim.”

“Hm?” Bima berdeham sambil mengaduk teh untuk Arga.

“Gue mau konsul.”

“Duh Arga lo kaya sama siapa aja sih, tinggal ngomong gue dengerin.”

Arga pun menceritakan segala keluh kesahnya pada Bima dari ketakutannya kalau akan berangkat ke kampus bertemu banyak orang dan dosen, hingga ketakutannya saat keluarga nya menghubungi. Arga hendak meneteskan air mata kenapa dirinya begini, tapi sudah di bendung karena Bima merangkul Arga di sebelahnya.

“Arga, everything will be okay ya. Ada lagi yang mau diceritain? Gue siap dengerin.”

“Ada Bim tapi gue gamau cerita sekarang,”

“Okay gapapa. Gue bakal siap setiap saat kok, Ga.” “Oh iya Ga, gue ada berita juga.”

“Kenapa Bim?”

“Ternyata bokap gue udah dapet cewe buat gue nikahin bulan depan, Ga.”

“H-hah?” “Selamat.” Arga menahan tangis nya mendengar berita Bima barusan, kalau saja dia hari ini jadi menyatakan perasaan mungkin akan berlipat ganda rasa sakitnya. Memang paling benar untuk tidak jatuh cinta dengan sahabat.

“Terus lo kan masih kuliah, apa iya beneran lo nikah?” Tanya Arga.

“Iya, gue bisa sambil kerja.”

“Congrats ya bro.”

“Yoi makasih Ga.”

. .. …

Sesampainya dirumah Arga hanya bisa menangis di atas kasurnya. Dia dihancurkan oleh segala ekspetasi di kepalanya, dia kira atas semua yang Bima lakukan, Bima juga tertarik kepada Arga tapi ternyata tidak.

Dia memikirkan hari hari kedepannya tanpa Bima, apakah dia bisa melewatinnya? Tanpa Bima semenit saja seperti satu hari untuknya. Semesta yang bahkan belum sempat dia pijak sekarang sudah menghilang.

Dia terlalu bergantung pada Bima hingga lupa jika sewaktu waktu bisa saja Bima meninggalkannya.

xxpastelline

#Wishing

Kursi kayu dibawah pohon rimbun pinggir taman kampus adalah tempat pilihan Angga untuk berteduh siang ini. Dia sedang menunggu temannya, Raka yang tadi ijin membeli cemilan di kantin kampus.

Dilihatnya sepasang kekasih yang sedang berlarian kesana kemari di depannya, cukup membuat Angga iri setengah mati. Kalau saja ada Angkasa sekarang, dia mungkin sudah melakukan hal yang sama.

“Enak ya punya pacar deket, gue jauh banget. Mana beda benua.” Gumamnya.

“Angga.” Suara yang tak asing itu mengalihkan perhatian Angga yang tadinya melamun, sekarang menoleh ke belakang. Wajahnya samar samar karena dia tidak memakai kacamata ditambah orang itu berdiri agak jauh.

“Siapa? Raka? Kaya nya bukan deh. Suara Raka ga gini. Orang iseng kali ya?”

“Iseng apa sih? Ini aku loh?”

“Hah? KAK ANGKASA?”

“Hi sweet pie.” Kata Angkasa sambil menghampiri Angga.

Angga masih syok, tiba tiba sekali Angkasa ada disini padahal baru saja Angga memikirkan Angkasa. Rasanya seperti dejavu saja.

“Loh kakak kapan sampenya?

“Tadi pagi.”

“Kok ga ngabarin aku?”

Angkasa hanya tersenyum sambil mengeluarkan makanan dari tas plastik yang dia bawa tadi, Angkasa memberikan makanan kepada Angga.

Angkasa sudah bertemu Raka sebelumnya, jadi Raka memberikan makanan nya kepada Angkasa untuk dibawa ke Angga.

Angga menatap Angkasa sambil makan snack yang ada di tangannya. Ini wajah yang sudah tidak dia liat beberapa bulan terakhir, Angkasa masih tetap sama, tampan seperti biasanya.

Pacarnya ini sedang beasiswa ke Stanford, dia disini sendiri ditemani Raka selaku teman baiknya. Angkasa juga sudah menitipkan Angga kepada Raka dari awal.

Angga masih menatap dalam wajah kekasih nya itu seperti tidak ada hari esok. Angkasa yang menyadarinya hanya bisa terkekeh pelan.

“Angga kenapa sih?”

“Gapapa kak, aku rindu berat sama muka kakak.” “Pengen ngeliatin terus.”

“Yakan di condo nanti bisa Angga.”

“Aku maunya sekarang.”

Angkasa terkekeh lagi, dia juga sudah lama tidak mendengar suara manja Angga. Walaupun sering berbicara lewat telfon tapi rasanya beda.

“Angga mau jalan jalan sama aku ga?”

“Mau banget lah.”

“Ayo.”

Angkasa mengenggam tangan Angga erat dan mengajaknya keliling kampus, walaupun sebenarnya mereka sudah menelusuri berbagai sudut kampus sebelumnya. Tapi kali ini rasanya berbeda, mungkin efek lama tidak bertemu.

Angga mengecilkan langkahnya guna memperlambat laju mereka dan berkata sangat halus kepada Angkasa.

“Kak, aku pengen jadi punya kakak selamanya.”

“Angga gausah bilang kaya gitu juga, kamu punya aku sepenuhnya dan selamanya.”

Menurut Angga, Angkasa unik. Dia belum menemukan orang yang seperti Angkasa. Yang membuat Angga jatuh sekali kepada Angkasa adalah senyumannya. Bagi Angga senyuman Angkasa adalah obat terbaik sepanjang masa. Efek senyum Angkasa seperti narkoba, candu sekali.

“Senyuman kak Kasa cuma punya Angga ya!!”

“Ga senyuman aku doang dong, semuanya nih punya Angga ahahaha.”

“Iya juga ya, jangan pergi tiba tiba ya kak?”

“Engga Angga, aku disini kok.”

Keduanya tersenyum. . .. …

“Angga? Ngga? WOY NGGA?!?” Bentak Raka.

“Lo ngapain deh? Ngelamun dari tadi? Gue manggil lo keknya 10 menitan.”

“Mikirin Angkasa. Bikin skenario sebahagia mungkin di otak gue.”

“Aduh Angga. Lo ngapain sih masih mikirin Angkasa segala.”

“Gamon”

“Cowo brengsek kaya dia apasih yang bisa diharepin? Ya lo bayangin aja sekarang lo lagi mikirin dia, dia lagi asik asikan selingkuh.” “Ayo dong pake logika nya, Ngga.”

“Ya lo pikir gampang? Gue masih berharap dia bisa sadar terus minta maaf. Balik deh dia ke gue.”

“Ga bakal Angga percaya deh sama gue. Angkasa itu udah kelewat setan, gamungkin juga dia balik sama lo.”

“Bisa pasti bisa, gue bisa jadi punya Angkasa lagi.”

“Tau deh gue capek ngasi saran ke lo.”

Angga masih berharap Angkasa sadar bahwa dia masih sangat mencintainya disini. Tidak jarang Angga membuat skenario skenario yang melibatkan Angkasa di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk meredakan rasa rindunya pada Angkasa.

Tidak peduli seberapa keras Angkasa menyakitinya, dia akan selalu sayang pada Angkasa.

xxpastelline

#First kiss

Suara dencit sepatu terdengar nyaring di hall Basket sore ini. Pertandingan antar SMA sedang berlangsung dengan ramai. Teriakan orang tribun juga memenuhi hall tersebut.

Berdiri seorang siswa yang menggemaskan di pojok lapangan selaku panitia pertandingan yang diselenggarakan di sekolahnya tersebut, sedang memperhatikan pemain bernomor punggung 15. Caraka. Nama dibalik jerseynya Caraka.

“Ayo kak, masukin. Plis.” Gumamnya.

Ragnala. Masih mengawasi seorang Caraka yang merupakan lawan main SMA nya hari ini. Alih alih mendukung sekolahnya, Nala mendukung pemuda bernomor 15 itu.

Saat Caraka berhasil memasukkan bola ke gawang lawan, Nala berteriak.

“KAK CARAKA YOU DID A GREAT JOB-“ Teriakannya barusan menarik perhatian semua orang termasuk Caraka.

Pertandingan selesai dan dimenangkan oleh SMA Nusa, sekolah Caraka.

“Nala lo bukannya dukung sekolah kita malah dukung sekolah sebelah.” Tegur salah satu panitia.

“M-maaf kak.”

“Kita itu tuan rumah. Jangan kaya gini lagi, ngerti?!” Bentak nya lagi.

Ragnala pun menunduk nunduk minta maaf di depan kakak osisnya itu. Dia merasa sangat tidak berguna.

“Heh! Emang apa salahnya sih ngedukung gebetan? Lo apa gapernah bucin?” Teriak seorang lelaki dari pinggir lapangan.

“Ini urusan sesama organisasi, gausah ikut campur, Rak”

“Kak Raka.”

“Diem dulu Nala. Lo.” Kata Raka melindungi Nala di belakangnya sambil menunjuk panitia tersebut. “Gue liat lo bentak pacar gue lagi, abis lo.” Ancam nya.

“Iya iya okay.” “Nala pulang sono lo capek kan? Ati ati. Bye dulu entar gue di tegur pacar lo lagi.”

“Pergi lo setan gausah sok perhatian.” Bentak Raka lagi.

Caraka. Tipe pacar yang posesif namun tidak terlalu agresif. Raka kalau sekali sayang pada seseorang, akan berusaha melindungi bagaimana pun caranya.

Nala duduk dipinggir lapangan sambil mengecek tas Raka yang isinya hanya jersey bekas keringat bertanding tadi. Raka yang melihat pacar kecilnya ini pun tertawa heran, sudah tau itu bau masih saja di pegang.

“Bau ga?”

“Bau lah kak.”

“Ya kenapa di pegang sayang?”

“Jangan panggil aku gitu di sekolah kak, plis.”

“Lagian udah gaada orang.”

Raka dan Nala sudah berlayar sejak Nala kelas 10 dan Raka kelas 11. Bertemu di olimpiade geografi saat melihat ranking. Senggol senggolan lalu jadian. Ngga bercanda.

Saat melihat ranking mereka di papan pangumuman Nala hendak berbalik badan namun tangannya tertahan oleh seseorang lalu di tarik berjalan menjauh dari papan.

“Yah kan ga menang.”

Nala bingung orang ini memang hendak menariknya atau salah orang.

“Kak? Sakit.”

“Loh? Kamu sapa?”

“Kakak siapa? Tiba tiba narik tangan ku tadi.”

“Oh maaf salah orang. Dari sekolah mana?”

“Sman 8 kak. Kakak?”

“Sma Nusa dek.”

Raka cukup lama menatap Nala karena baginya mata Nala indah sekali kala itu. Raka hingga lupa mencari teman yang dia bawa kesini di awal. Nala pun menatap Raka dalam, menurutnya muka Raka unik.

“Raka!”

Tatapan Raka buyar saat namanya dipanggil oleh temannya.

“Eh dek, boleh tukeran username? Mau dm an.”

“Oh boleh kak.” Dan jadilah sekarang RakaNala.

Raka masih memainkan bola nya di hall basket di saksikan pacarnya, Nala. Nala suka sekali pemandangan ini. Kaos putih yang sudah Raka ganti tadi sekarang sudah basah terkena keringat, rambut Raka yang basah juga menurutnya membuat Raka lebih menarik.

“Dek! Ayo main basket sini!”

“Gamau kak gabisa.”

“Ayo sayang.”

Entah mungkin efek Raka sekuat ini. Nala langsung berdiri dan menghampiri Raka yang sedang memegang bola basket.

“Coba masukin.” “Fokus sama kotak diatas nya, kalo kamu shoot kesitu nanti pasti masuk.”

Nala memposisikan dirinya bersiap siap melempar bola, Raka menunggu dengan ekspetasi tinggi pacarnya ini dapat memasukkan bolanya kedalam gawang.

“Jeduak”

“Aduh!” Teriak Raka saat bola basket meghantam kepalanya dengan keras.

“KAK RAKA!! Aduh maafin Nala demi apapun ga sengaja kak, mana yang sakit mana? Sini Nala obatin pake es. Bentar.” Nala berlari ke ruang ganti yang disana ada air cukup dingin untuk mengompres kepala pacarnya.

“Sini kak tiduran di paha ku, mau liat kepalanya.”

“Nala ati ati dong lain kali, kalo aku gagar otak entar yang jagain kamu sapa?”

“Kak ah diem dulu.”

Sambil Nala mengompres kepala Raka, Raka menatap Nala dari bawah. Lucu imut gemas cantik dan manis, lima kata itu yang ada di pikiran Raka. Pipinya memerah saat membayangkan bagaimana lembutnya pipi Nala jika di cium.

“Kakak malu?” Tanya Nala spontan.

“Nala, I’m obsessed with your face.” Kata Raka.

Sekarang pipi dan telinga Nala merah sekali, Raka belum pernah mengatakan ini sebelumnya. Kenapa sensasinya begitu kuat.

“So am i, kak”

Raka mendudukkan dirinya di sebelah Nala, lalu mencuri satu kecupan di pipi Nala yang membuat Nala tak habis pikir bagaimana bisa ini terjadi cepat sekali.

“KAK RAKAAAAAA!” “Gaboleh gituuu, ga adil tauu.”kata Nala sambil memajukan bibirnya. Raka? Sedang berlari ke kursi atas tribun untuk menghindari jotosan Nala.

“Wlee pipi nala udah ga perawan. Lagian pipinya gemesin banget sih pen aku makan.”

“Kan aku juga pengen cium kak Raka! Kesini ga!” Terjadilah kejar kejaran seperti film india, jika saja ada yang melihat mereka dan menyalakan speaker hall dengan lagu kuch kuch hotahe akan lebih pas dengan adegannya.

“Kak Raka udah ambil first kiss di pipi Nala sekarang gantian dong.!!”

“Gamauu ahahaha.” “Kejar kalo bisa cobaaa.”

Raka masih berlarian kesana kemari seperti anak Paud yang mengejar anak ayam, sambil tertawa ria berhasil mengambil first kiss di pipi Nala.

“I LOVE YOU SOO BADD RAGNALAA!!!!” Teriak Raka yang bisa di dengar dari segala penjuru Hall, membuat Nala bersalting ria.

. .. …

“I love you so bad too, kak Raka.” Kata Nala sambil tersenyum lebar.

“Kalo aja kakak masih disini, kita main basket lagi ya kak.”

. .. …

Nala menangis sendu di kursi tribun sambil mengingat pacar nya yang amat lawak itu. Sayang, Raka tidak bisa menemani Nala lagi.

“Istirahat yang tenang, kak.”

xxpastelline

#Unconditionally

Keenan, mahasiswa berdarah separuh Canada ini merupakan siswa paling populer di SMA nya. Bahkan namanya dikenal oleh siswa di luar sekolah karena dia juga sering muncul di acara acara besar antar SMA, selaku ketua osis.

Mengikuti banyak Olimpiade demi mengejar snmptn nya.

Tapi Keenan punya satu kekurangan. Dia mempunyai gangguan mental yang biasa disebut post traumatic stress disorder atau ptsd. Kejadian masa lalu yang dia alami membuatnya seperti ini. Ibu nya yang keras bertemu lelaki yang keras juga, terjadilah kekerasan pada rumah tangga. Ayah nya sering memaki Keenan tidak ada ampun. Walaupun dia merupakan siswa yang hampir mendekati sempurna, dia sering kesepian, menyalahkan diri sendiri, tidak dapat mengontrol emosi dan sebagiannya.

Karna ini juga Keenan tidak pernah ingin mendekati siapapun. Dia takut melukai orang yang terlanjur sayang pada Keenan.

Keenan melewati koridor sekolah menuju ruang osis yang berada di ujung gedung sekolah. Rapat adalah tujuannya kesana hari ini. Tapi tiba tiba langkahnya terhenti di dekat lapangan basket yang disana ada beberapa siswa sedang bermain.

Para siswi yang duduk di seberang lapangan melihat Keenan berhenti berjalan lalu berteriak,

“Kak Keenan mau kemanaa?!”

“Rapat.” Jawabnya singkat, tapi entah kenapa siswi tersebut teriak melihat Keenan yang hanya mengucapkan kata ‘Rapat’

Sekarang matanya tertuju pada salah satu pemain bertubuh agak pendek dan berambut kecoklatan, dia tampan saat berkeringat. Keenan ingin sekali menyeka keringat di leher pemain itu. Bukan apa apa, Keenan hanya ingin melihat wajahnya lebih dekat saja.

“Nan woy! Bengong aja sih lo? Katanya mau rapat?” Pemain tersebut melontarkan percakapan kepada Keenan dan menghampirinya.

“Iya dan, abis ini. Lagi basketan?”

“Engga. Lagi nari jaipong.” “Jangan osis mulu kali Nan, olahraga gitu.”

“Gamau ah entar gue keringetan malah banyak yang liatin gue risih.”

“Sapa bilang? Yang boleh liat lo keringetan gue doang.” Katanya sambil ber smirk ria.

Keenan? Hanya bisa menahan malu dengan perkataan pemain itu barusan.

Zaidan. Manusia usil di kehidupan Keenan yang tidak ada habisnya menggangu Keenan hingga Keenan berdecak kesal. Tapi anehnya Keenan nyaman nyaman saja kalau berada di dekat Zaidan.

Zaidan cukup ramah kepada Keenan, pastinya ramah kepada semua orang. Jadi Keenan tidak terlalu menggubris apa yang dikatakan Zaidan kepadanya, karena Keenan anggap itu lelucon saja.

“Yaudah gue rapat dulu, Dan.”

“Iya, selese rapat jam? Gue ajakin main basket di rumah gue. Gaada penolakan ya nan.”

“Haha iya deh, jam 4 sore kayanya udah selese.”

“Ok gue tunggu di parkiran.”

___

Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore Zaidan sedang menunggu Keenan seperti yang sudah mereka bicarakan tadi. Tapi Keenan belum juga terlihat batang hidung nya. Zaidan agak kesal, temannya ini kenapa lama sekali.

Keenan pun muncul dengan muka agak serius, berjalan menuju Zaidan dengan langkah panjang.

“Zi, kayanya gue gajadi main.” “Gue ga mood.”

Zaidan berdecak kesal, bagaimana bisa Keenan membatalkan rencananya padahal Zaidan sudah menunggu lama.

“Ayo lah nan, gue mau main sama lo. Ayo dong.” Mohon Zaidan pada Keenan. Sambil menarik seragamnya.

“Zi apan si jan tarik tarik, gue ga mood. Paham ga?” Kata Keenan agak menekan. Keenan paling benci kalau ada orang yang memaksa apalagi sambil menarik.

“Moodyan lo, Nan.”

“Emang. Gausah ngomong sama gue kalo gitu. Gue moodyan.”

Zaidan dibuat kaget dengn jawaban Keenan. Dia kan bermaksud bercanda tapi Keenan membawa nya serius. Sekarang Zaidan merasa bersalah.

“Lepasin gue.” Tarik Keenan dari genggaman Zaidan.

“Nan.” “Maaf, gue ga bermaksud.”

Zaidan lupa kalau Keenan ini seorang ptsd. Zaidan tau karena Keenan pernah tidak sengaja bercerita setelah ketahuan ada bekas sayatan di tangannya.

“Mau gue anter pulang?” Tawar Zaidan.

“Gausah gue pulang sendiri.” “Jangan ngikutin.”

“Ok gue diem.”

___

Sampai di rumah, Keenan merebahkan tubuhnya di kasur lalu menatap langit langit kamarnya, sambil menghela nafas berat.

“Lo kenapa kumat sekarang, Kee?” “Gue padahal tadi udah berangan angan mau liat Zaidan dari deket.”

Lalu Keenan mendudukan dirinya dan mengambil ponselnya.

“Halo? Zaidan?”

”Iya kenapa Nan?”

“Bisa kerumah ga?”

”Otw nan”

Maksud Keenan memanggil Zaidan adalah ingin minta maaf atas kejadian yang dia lakukan tadi sore. Terdengar suara motor di depan rumahnya, hari ini ibu jya tidak ada dirumah, mungkin sedang sibuk berselingkuh ria.

“Nan lo kenapa tiba tiba manggil gue malem malem gini?”

“Gak gue mau minta maaf doang, soal yang tadi.” Kata Keenan.

Zaidan hanya menghela nafas dan meletakkan tangannya di pinggang.

“Gapapa nan, gue yang salah.”

“Gue yang egois tiba tiba ngebatalin rencana.”

“Gak nan.” “Malah gue makasih karna gajadi main kita.”

Keenan mendongakkan kepalanya bingung.

“Hah?”

“Yaa tadi gue maunya bilang sesuatu.”

“Sesuatu apaan zi?”

“Gue suka sama lo.”

Keenan kaget bukan main. Bisa bisanya anak ini confess duluan sebelum dirinya. Perasaannya ia tahan karena takut Zaidan risih, tapi ternyata selama ini mereka saling suka.

“Tapi zi gue..”

“Udahlah Nan, gue juga tau kalo lo suka sama gue.” “Dari mata lo aja gue udah ngeh kalo lo pengen lebih dari temen sama gue, kan?”

“Tapi gue gabisa..” “Gue kaya gini mana ada sih yang mau sayang sama gue selain didasari rasa kasian? Kalo lo kasian sama gue mending gausah gini, Zi.”

“Gue gabisa kontrol emosi, sering egois, gabisa jaga diri sendiri. Pastinya gue bakal ga becus jaga orang lain juga.”

“Ga nan. Terlepas dari apapun yang ada di diri lo, gue pure sayang banget sama lo.” Jelas Zaidan menyakin kan Keenan

Zaidan tampan serius, memegang tangan Keenan dengan erat, menunggu lawan bicaranya percaya lewat sentuhan.

“Zi,”

“Hmm?”

“Tiduran disini.” Kata Keenan menepuk pahanya. Lantas diberi reaksi cepat oleh Zaidan.

“Gue juga suka sama lo.” Kata Keenan sambil tersenyum. “Gue gaberani ngungkapin kana gue kira lo gabakal nerima gue apa adanya, Zi.”

“No, Keenan gue tuh suka sama lo sayang sama lo pastinya bakal ada konsekuensinya kan? Tapi karna itu lo, gue berani ambil resiko.”

I love you unconditionally, Nan.” “Gapeduli lo kaya apa, lo bakal gimana, gue bakal tetep suka setiap inci dari lo dan setiap detik dalam kehidupan lo, gue pengen ambil bagian.”

“Duh kok maruk lo ya?”

Zaidan menduduk kan dirinya dan menatap Keenan dalam.

“Nan, if you need me i will always on your side okay.”

xxpastelline

#Koridor A

Senyuman mu, yang indah bagaikan candu. Ingin trus kulihat.

Cuaca yang lumayan mendung ini telah berdiri seorang lelaki menggunakan jas teknik di seberang halte bus menuju kampus utama.

Angkasa. Mahasiswa teknik tahun ketiga yang sangat terpandang di universitas nya. Penyumbang banyak medali dan piala olimpiade akademik dan non akademik. Menjadi ketua semua organisasi kampus, mahasiswa populer adalah julukannya. Menjadi rebutan pada mahasiswa atau mahasiswi pun sudah jadi makanan sehari hari nya. Sialnya, hari ini Angkasa di panggil ke ruang dekan karena mendapat informasi kalau Angkasa sudah melakukan kesalahan.

“Masa mahasiswa sebaik gue? Salah apa gue sih?”

Sadar ruang dekan ada di depannya, dia lekas menyebrang dan menabrak seorang mahasiswa tahun pertama. Bisa dilihat caranya dia berpakaian yang sangat rapi. Dia terlihat panik saat Angkasa menabrak nya dan menjatuhkan berkas berkas di tangannya.

Dia tersenyum.

“M-maaf kak, ga sengaja.” Sapa nya sambil mengambil kertas yang tersisa. Angkasa ikut mengambil kertas tersebut dan tertulis ‘dekan’

“Lo abis dari ruang dekan?” Tanya Angkasa sambil menyerahkan lembaran tersebut.

“Iya kak.”

“Ngapain?”

“Minta dicariin tutor kak.”

Angkasa diam, anak ini terlihat pintar dan rajin. Kenapa minta dicarikan tutor?

“Tutor gimana?”

“Ya, yang bisa ngajarin aku beberapa matkul gitu kak. Tapi secara privat.” “Kata dekan banyak kok mahasiswa taun pertama yang kaya gitu.”

Angkasa hanya ber oh ria.

“Yaudah kak aku duluan.” Katanya sambil melayangkan senyuman pada Angkasa.

“Sialan senyumnya indah banget.”

Sudah sepersekian detik Angkasa berdiri di tengah zebra cross, mengulang rekaman wajah tersenyum yang baru ia dapatkan. Senyuman yang jarang ia liat. Senyuman kali ini seperti sangat candu, dia ingin melihatnya lagi.

Ah, dia tidak tahu namanya.

Sampailah Angkasa di depan dekan nya, pak Jamal yang mempunyai wajah serius tapi sebenarnya kalau sudah bicara perawakannya berubah menjadi pemain ludruk jawa.

“Bapak manggil saya?” “Saya salah apa pak?”

Jamaludin agaknya mau bercandain gue lagi nih. Kata Angkasa dalam hati.

“Engga..”

“Tadi bapak manggil saya tapi.”

“Maksud saya,”

Angkasa memasang telinga nya, sapa tau kali ini pak Jamal serius.

“Iya pak?”

“Kamu salah banget sebagai ketua organisasi kok gatau ada adik tingkat yang butuh tutor?”

“Loh kan itu bukan urusan organisasi pak.”

“Iya juga hmm.”

kan firasat gue bener, bercanda mulu si lo Jamal Jamal, gue bercandain balik aja lah.

“Ya lalu ada apa gerangan paduka Jamal memanggil hamba kesini?”

“Jadi tutor nya adek tingkat ya?”

“Hah kok tiba tiba pak? Adek tingkatnya cewe apa cowo? Baik atau tidak? Good condi apa damage? Otak nya separah apa? Emang saya sepinter apa pak sampe dijadiin tutor gini?”

“Angkasa kamu lagi complain barang online shop apa gimana.” “Cowok, Kasa. Manis kok anaknya, kamu pasti suka. Namanya Anggasta ya, baru aja dia pergi dari sini.”

“Ok pak saya terima, dibayar ga?”

“Tergantung Anggasta nya.” “Sapa tau di bayar pake hati”

“Pak cepak cepak cepak jeder. Ye aja pak.”

AngkasaAngga

Sampailah di hari H untuk bertemu adik tingkat yang dikabarkan manis kok anaknya. Sebelumnya di chat sudah sempat berbincang tapi Angkasa tidak menyimpan nomornya. Sebenernya kepo juga gimana wajahnya, percuma juga kan kalau di simpan tapi ternyata Anggasta ga simpen balik mana bisa liat foto profilnya.

Angkasa berjalan di salah satu koridor perpustakaan, di koridor ini berisi buku yang berawalan dengan huruf A, biasanya koridor ini disebut ‘koridor A’ oleh mahasiswa setempat.

Bertemulah Angkasa dengan satu insan yang terlihat rapi dengan kaos hitam dan celana pendeknya sedang mencari buku. Rasanya tidak asing bagi Angkasa melihat anak ini.

Oh iya ini anak di zebra cross kemarin.

“Eh?” Sapa Angkasa.

“Lah ini kakak yang kemaren nabrak aku kan?”

“Ahahaha iya, kebetulan banget ketemu disini? Lagi ngapain?”

“Cari buku sambil nunggu kakak tingkat.”

“Kakak tingkat siapa?”

“Kakak tingkat aku.”

“Maksudnya siapa namanya?”

“Angkasa.”

Deg. Angkasa terkejut terjungkal terlunglai dan terbata bata. Bisa bisanya ada yang mencari tapi tidak sadar ada di depannya. Seperti yang kalian tau, Angkasa dikenal semua orang. Tapi ternyata ada juga yang tidak mengenal Angkasa.

“Gue Angkasa, lo Anggasta?”

“Lah kok tau?”

“Gue yang dipanggil pak Jamal buat ngetutorin lo, Ngga.”

“Iya tau.”

Emosi Gemas Angkasa dalam hati.

AngkasaAngga

Terhitung sudah 5 bulan Angga di tutor oleh Angkasa. Angga selalu bisa paham semua mata kuliah saat bersama Angkasa, tidak tau kenapa. Mingkin karna Angkasa adalah kakak tingkatnya, jadi pembawaannya tidak terlalu berat.

“Senyam senyum senyam senyum mulu nih si Angga. Fokus ke buku napa sih?” Tegur Angkasa.

“Kak akhir akhir ini cuma aku yang ngerasa apa gimana muka kakak kok tambah ganteng?” Kata Angga sambil mengelus pipi Angkasa.

Hal ini sudah biasa dilakukan oleh dua tokoh tidak tau malu ini. Tidak di dasari status apapun, mereka bahkan sudah jalan jalan kesana kemari berdua, antar jemput kuliah, makan bersama, dan lain sebagiannya. Banyak orang berpikir mereka ini pasangan. Padahal ya sebatas tutor-murid saja.

“Kayanya gara gara rajin ngetutorin Angga tiap hari, jadinya makin ganteng soalnya bahagia.”

“Ga capek?”

“Engga lah kalo itu Angga, aku ga capek.”

“Kakak mah kebiasaan, bikin salting gapernah tanggung jawab.”

“Mau di pertanggung jawabkan?”

“Ya mau lah!”

“Yaudah ayo jadian kalo gitu,” Kata Angkasa spontan yang berhasil membuat Angga tercengang.

“Spontan banget?”

“Katanya minta di pertanggung jawabkan perasaannya? Aku mah kalo sama kamu ga mikir dua kali Angga.”

Beberapa detik lalu, mereka ini bukan apa apa. Lihat? Sekarang mereka sepasang kekasih. Angkasa pun menatap Angga yang masih tersenyum lebar karena aksinya barusan. Angkasa puas, akhir nya senyumnya bisa dia lihat lebih lama lagi. . .. … ….

Senyuman Angga melekat kuat di otak Angkasa. Tidak hilang dan tidak akan pernah hilang sampai kapan pun.

“Gue harus minum obat.” “Ini udah keterlaluan sampe gue nangis.”

Angkasa mengambil sebuah kotak obat di nakas dekat kasurnya. Satu dua obat sudah dia telan. Angkasa mengidap halusinasi berat semenjak Angga pergi ke pelukan semesta.

Semua tentang Angga sejak hari itu adalah halusinasi, pernah singgah dihati dengan ekspetasi perasaan yang tidak akan mati.

Aku terus berandai kamu disini, mengobati rindu ruai. Namun apa yang bisa aku harapkan sekarang? Kamu telah pergi, dan tidak akan kembali.

Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, Anggasta.

#Sekat

Kita adalah sekat, yang berusaha memangkas jarak.

Hari ini aku memutuskan untuk berhenti, melepaskan diri dari pemisah yang tidak akan pernah bisa hilang. Walaupun aku dan Finn sudah menjalin hubungan lebih dari 5 tahun, rasanya seperti ada beban di antara hubungan kami. Ayah juga sudah memberi nasehat semalam, ’Kamu tega emang liat dia ninggalin Tuhannya demi kamu?’

Baiklah, aku menyerah.

Aku mengajaknya pergi keluar jalan jalan sore, karena paginya Finn harus ke Gereja. Ya rutinitas mingguan, mungkin TMI tapi rumah Finn ada di sebelah rumahku. Hanya berbeda beberapa petak, takdir itu lucu ya kita dideketin, tapi dijauhin juga. Emang rencana semesta gaada yang bisa di duga.

<3

Author pov

Bella dengan santai jalan keluar rumah menuju ke rumah Finn yang hanya berbeda beberapa petak saja. Sudah seperti rumah sendiri Bella masuk kedalam rumah Finn, tidak lupa memberi salam kepada orang rumah.

“Assalamualaikum, Finn! Finn!”

“Shalom, eh Bella. Bentar ya mama panggilin Finn dulu.” Sahut seorang wanita dari dapur, mama Finn.

Mendengar ini saja Bella sudah ingin menyerah. Dia sudah mengalami ini dari dulu, 5 tahun lalu sampai sekarang. Tapi tidak terlalu ia gubris karena hanya Finn yang penting, terlepas dari keyakinan apa yang dia peluk.

“Iya ma, aku tunggu disini.”

Tak lama Finn pun turun ke bawah dengan mengenakan baju hitam polos dan celana panjang coklat. Tak lupa kalung salib di lehernya.

“Eh Bella? Kenapa sayang?” “Ma, tadi Finn pinjem alkitab buat tugas sekolah minggu. Udah aku kembaliin kok.”

Bella hanya tersenyum tipis melihat pacarnya yang berbincang dengan mama nya itu. Disini sudah terlihat kan? Jarak antara mereka sejauh apa?

“Kenapa sayang?” Tanya Finn sambil mengelus kepala Bella. Bella masih diam tidak bekutik sama sekali.

“Em.”

“Did i do something wrong, honey?”

“No you didn’t. Tapi kayanya aku yang bakal bikin kamu sakit.”

“Hah kenapa? Kamu gapernah tuh nyakitin aku?”

Bella. Bella Alshava, pemudi yang gemar menyimpan isi hati untuk diri sendiri. Kemana nyalinya yang tadi sudah dia kumpulkan? Bella malah mematung di depan kekasihnya.

“Kemaren Ayah bilang..”

“Bel, kita udah bicarain ini berkali kali.” “Gapapa.”

Bella? Sudah menahan tangis di depan Finn, mereka memang sudah sering membahas tentang hal seperti ini. Sering. Sering sekali.

”Finn nanti kalo nikah aku maunya kamu jadi imam ku.”

”Iya di usahain ya”

Pada saat itu mereka masih sangat egois, Bella ingin membawa Finn memeluk kepercayaan yang sama. Sebenarnya Finn juga tidak masalah jika harus berpindah pelukan kepada Tuhan yang lain, tapi disisi lain juga Finn ingin Bella ikut dengannya.

“Finn..”

“Hmm?”

“Udah ya? Gabisa aku lanjut terus kaya gini Finn.”

“Bel..”

“Aku butuh ada yang berdiri di depan aku waktu sholat, butuh yang bisa nemenin aku tadarus, butuh yang bisa ngucap adzan di anak ku nanti, kamu bisa Finn?” Kata bella sambil menangis.

“Kamu. Apa ga malu sama tukang parkir yang kapan hari negur kamu? Kenapa ga sholat? Sedangkan cewe nya lagi sholat? Terus kamu jawab ‘saya non pak’ akhirnya di cermahin juga kan sama bapaknya?” Sambung nya.

Bella benar benar sangat lelah di hubungan beda keyakinan seperti ini, bodohnya kenapa dia bisa bertahan sampai lima tahun ini.

“Bell tapi aku masih sayang banget sama kamu.”

“Finn. Aku juga sayang, banget. Tapi aku mencintai Tuhan ku dan kamu pun juga gitu. Selama ini sadar ga kita ngelawan hukum alam? Yang bahkan tercatat di kitab kita masing masing?”

“Iya bel ngerti.”

Finn menundukkan kepalanya.

“Bel, maafin aku.”

“Kamu ga salah. Disini gaada yang salah.” “Makasih finn udah nemenin aku ke masjid walaupun cuma sampe depan pintu.”

Kita adalah kenyataan, yang berangsur abu abu

*Kita adalah cinta, namun kita juga luka

Kita beda. Yang secara kebetulan memilih untuk bersama.

Aku mencintai Tuhan ku, kamu pun begitu.

Kita adalah beda. Yang sampi kapanpun tak akan bisa disatukan

xxpastelline

#Jealousy.

Sore ini Pond berjalan kearah rumah Phuwin yang ada di sebelahnya. Mendengar Phuwin akan melaksanakan Try Out minggu depan, jadi Pond ingin membantu Phuwim belajar. Iya hanya 'belajar'

Di sisi lain Phuwin melihat Pond yang tengah berjalan kearah rumahnya langsung lari menuju lantai bawah untuk menjemput Pond, hingga Ayah dan Bundanya kaget.

“Kak Pond!”

“Em. Misi tante, om. Mau belajar sama Phuwin boleh?”

Alice hanya cekikikan melihat Pond sekilas lalu kembali ke layar ponselnya. Arm pun begitu.

“Hehe iya Pond masuk aja.” Ujar Arm.

Pond mengikuti Phuwin menuju ke kamarnya, bisa dilihat kamar Phuwin sangat rapi dan berwarna.

“Ini kamar remaja apa taman kanak kanak? Bisa bisanya warna warni gini?”

“Kalo item putih kaya kamar kakak, kaya gaada kehidupan. Kalo warna warni kaya gini kan hidup.”

“Nye nye nye oke.” “Mau belajar apa sekarang dek?”

Phuwin yang tadinya sedang meraba raba buku di rak nya tiba tiba menatap Pond serius.

“Dek?”

“Gaboleh apa gue panggil dek?”

“Y-ya ga gapapa sih. Kaget aja.” “Kakak buka aja hp Phuwin, cari grup chat angkatan. Nanti disana ada list materinya kalo gasalah. Aku cari buku dulu.”

“Ok.”

Betapa kagetnya Pond melihat background chat Phuwin.

“Oke gue udah baca.”

Pond hendak bertanya juga sungkan.

“Phu-”

“Yaudah langsung aja kak, aku gamau lama lama belajar. Nanti kalo abang tahu lewat beli ya? Aku lagi pengen.”

“Iya dek.”

Gaada penting nya juga gue tanya tentang ini, toh cuma background chat. Kata Pond dalam hati.

Phuwin sangat serius mendengarkan penjelasan Pond di materi yang tidak dia pahami dan ingat. Dia terus mencatat dan mencatat.

Pond melihat semangat Phuwin saat dia ajari hal hal yang mungkin sangat gampang, tapi Pond sangat bahagia bisa mengajari Phuwin seperti ini.

Phuwin menggemaskan. Itu yang ada di benak Pond daritadi.

“Dek, yang di background chat itu Mix?”

“Hah?”

“Background chat.”

“Background chat aku? Kenapa?” Tanya Phuwin bingung

“Mix?”

Phuwin langsung mengambil handphone nya dan mengecek.

“ASTAGA! Maaf kak Pond aku lupa ganti.”

“Lah kenapa minta maaf coba?”

“Kakak cemburu ya?” Tanya Phuwin dengan sangat to the point.

Apa gue jawab to the point juga ya?

“Kalo iya gimana.”

“Haaaa kak Pondd jangan cemburu aduh, aku kan lupa.”

Pond membuang muka untuk menghindari wajah Phuwin yang bisa membuat pipinya merah kepiting rebus. Ini terlalu gemas.

“Kak Pondd! Jangan ngambekk, ini Phuwin ganti sekarang jadi logo undip deh liat ini kan Phuwin mau masuk di undip bareng kakak. Jangan ngambek lagi.”

“Nih nih liat logo undip huh.” “Kak Pondd ih udahan ngambek nya.” Kata Phuwin menarik kaos Pond.

“Gamau di ganti foto gue?”

POND LO NGOMONG APA! Kepedean banget

“Boleh tapi aku gapunya foto kakak, nanti kirim yang banyak mau aku pakein lockscreen homescreen juga.”

“Bucin banget ya pak?”

“Entar kalo ga digituin ngambek lagi. Phuwin gamau.”

“Heem. Lanjut belajar dulu ya?”

“Iya kak.”

Pond lanjut menjelaskan bab bab yang Phuwin lupa atau tidak mengerti. Sebenarnya anak ini cerdas hanya saja karena syndrome yang Phuwin miliki kadang menghambat cara berpikirnya.

TAHOO TAHOOOOO TAHU MAS MBAK TAHOO

“Jadi ini respirasinya Anaerob Phu, gapake ok-”

“Kak Pond tahu.” Pond menoleh ke jendela, dan berteriak menghentikan mas mas jualan tahu.

“Dek, gue beliin bentar ya entar gue balik.” Pond yang berdiri lalu ditahan Phuwin.

“Kak ini rumah ku..”

“Alah sia maaf ya gue lupa, yaudah ke bawah bareng aja makan di gazebo. Belajarnya besok lagi.”

“Okay ayo kak, pengen banget nih.” Ajak Phuwin sambil menarik tangan Pond.

“Dek- Ayo.”

pelan pelan Pond, lo pasti bisa. Percaya Phuwin orang baik, ayo ya bisa okay.

xxpastelline

#Awan.

Phuwin menatap langit dari jendela kamarnya. Memutar lagu sedih menambah sakit hatinya hari ini.

Baru dia sadari selama 5 tahun dia berada di hubungan setoxic ini. Pond yang awalnya sangat perhatian pada Phuwin tapi tiba tiba berubah saat Prom datang di kehidupan keduanya.

Bisa dibilang Prom adalah perusak hubungan.

Phuwin juga bingung kenapa Pond bisa menyukai Phuwin yang sangat amat pendiam. Usut punya usut, Pond melakukannya karena kalah taruhan waktu bermain kartu dulu.

Benar benar brengsek.

“Phu, sayang kakak ga?” “Sayang banget lah!”

“Kalo gitu ijinin kakak nemenin Prom dulu ya? Nanti kakak balik, dia lagi butuh kakak.” “Heem, jangan lama lama entar Phuwin kangen.”

Ternyata lisan lelaki ini tidak bisa di percaya. Phuwin terlalu terlena pada perasaannya kepada Pond.

Awan, jangan pergi dulu Phuwin mau cerita.

Kak Pond beneran udah nimggalin Phuwin, udah gabisa Phuwin tahan.

Maafin aku, kemarin aku janji kuat.

Berarti beneran ya? Dari awal kak Pond cuma kepaksa jadian sama Phuwin?

Bahkan sampe sekarang pun Phuwin ga ngerti kenapa kak Pond sejahat itu? Padahak aku udah berusaha yang terbaik.

Lagian juga apasih yang bisa di harapin dari seorang Phuwin? Emang aku punya apa? Dari awal harusnya aku tolak dari awal ya wan?

Angin malam masuk kedalam kamar Phuwin, seperti menenangkan Phuwin dengan mengusap surai nya.

Haha awan ngasih Phuwin angin? Kaya biasanya ya? Makasih. Awan doang yang tau Phuwim butuh diusap kepalanya.

Awan capek ga sih melayang gitu di langit? Capek banget pasti ya? Tapi awan kaya gitu juga buat ngelindungin orang orang kan?

Phuwin menghela nafas.

Ngomong apa sih Phu. Phuwin tersedu.

Tapi intinya Phuwin masih sayang banget sama kak Pond. Bahkan udah disakitin kaya gini, gatau tapi Phuwin sayang banget. Banget.

Tiba tiba saja ada petir yang menyambar entah dimana, dan tak lama di susul hujan yang sangat deras.

Haduh awan nih kalo marah sama Phuwin bilang dulu kek, belum tutup jendela. Basah semua kan.

Tapi gapapa, awan sahabat baik Phuwin. Makasih udah ada diatas situ ya, cuma kamu yang bisa aku ajak ngomong hahah.

Makasih awan udah dengerin ya. Phuwin mau tidur dulu.

xxpastelline