letters on your skin
[#yabunoo, soulmate au: apa yang tercoret di kulitmu akan muncul di kulit belahan jiwamu] [untuk #Inoo31stbirthday]
Selama berbulan-bulan, Yabu tidak pernah mendapat respon dari belahan jiwanya. Dia berulang tahun ke-17 pada Januari lalu, yakin segala tulisan yang dia buat di telapak tangannya muncul di tangan belahan jiwanya, namun tidak pernah ada balasan.
Dia tentu paham adanya kemungkinan perbedaan usia antara dia dan belahan jiwanya. Mungkin dia masih belum berulang tahun, mungkin setahun-dua tahun lebih muda darinya, atau mungkin karena belahan jiwanya tidak tertarik akan hal yang dikatakan sudah ditentukan oleh takdir.
Jadi, walau Yabu punya perasaan menggebu-gebu terkait belahan jiwanya, dia belajar untuk menerima. Tidak apa-apa jika belahan jiwanya tidak terlalu menginginkannya. Atau, kalau belahan jiwanya masih belum berumur 17, Yabu tidak akan keberatan untuk menunggu.
Oleh karena itu, perasaan Yabu campur aduk ketika suatu pagi dia melihat tulisan asing di punggung tangannya.
Tolong jangan menulis yang aneh-aneh.
Kedua alis Yabu bertaut. Sesekali dia memang suka bosan dan menulis hal-hal tidak penting di tangannya. Atau tanpa sadar ketika dia tidak dapat menemukan kertas untuk menulis, tentu dia akan menyoret telapak tangannya untuk catatan singkat.
Namun semuanya hilang dari pikiran Yabu ketika dia menyadari satu hal; belahan jiwanya memutuskan untuk berkomunikasi dengannya!
Kau berulang tahun hari ini? Yabu berpikir sebentar. Atau baru ingin berbicara denganku?
Jawabannya datang ketika siang tiba, istirahat dari pelajaran membuatnya kembali mengingat kemajuannya dengan sang belahan jiwa. Tulisan itu terlihat kecil-kecil dan tidak teratur, berbeda darinya yang sedikit lebih besar dengan goresan garis panjang.
Intinya jangan terlalu banyak mencoret yang tidak perlu.
Terutama jangan di wajah.
Wajah? Yabu memang bukan bocah SD yang masih suka menggambar kumis bohongan di wajah atau semacamnya, namun teman-temannya suka menjahili dia ketika tidak sengaja tertidur.
Apa selama ini dia terganggu?
Hanya mengiyakan perintah itu dalam hati, dia memikirkan hal lain yang dapat dia tanya atau bicarakan. Orang itu sepertinya bukan orang yang mudah ramah atau mau saja diajak basa-basi. Yabu juga tidak bisa menanyakan hal-hal yang dianggap personal oleh belahan jiwanya.
Tidak terpikir apapun, dia hanya menanyakan alasan mengapa terutama jangan di wajah menjadi penekanan dalam larangannya. Lucu sebenarnya bagi Yabu, membayangkan belahan jiwanya sebagai orang yang murung dan suka cemberut, lalu menatap jengkel pada cermin yang menunjukkan wajahnya penuh coretan.
Ketika sekolah sudah selesai, Yabu dengan cepat menghampiri Hikaru dan menceritakan apa saja yang terjadi. Tidak terlalu banyak juga, mereka baru berbicara dua kali, tapi Yabu tidak dapat menahan kegembiraannya.
Hikaru yang sudah lama mengenalnya hanya bisa menganggukkan kepala, ikut tertawa kecil ketika Yabu tertawa. Setelah menunggu sekitar lima bulan penuh dengan temannya yang sesekali murung dan risau, Hikaru turut bahagia melihat semua emosi negatif itu kini berubah menjadi senyuman lebar.
“Kalau benar dia orang yang murung, kalian seperti melengkapi satu sama lain, ya,” Hikaru melirik temannya, “dia yang murung dan kau yang ceria.”
Yabu mengangkat kedua bahunya, senyum masih melekat pada wajahnya. “Bisa saja dia juga ceria, aku hanya butuh waktu saja. Aku juga tidak selalu ceria, kan.”
“Tapi, apa kau terpikir sebuah nama atau semacamnya? Beberapa orang berkata mereka dapat membayangkan nama belahan jiwa mereka, walau tidak semuanya dapat menebak dengan benar.”
“Tidak juga,” Yabu mencoba mengingat nama-nama orang yang pernah dia temui atau dengar, “namun rasanya nama Kei terdengar bagus.”
Hikaru mendengus, sedikit tertawa, “Kau berbicara seakan memikirkan nama anakmu.”
Kei akhirnya mereka pakai untuk menyebut belahan jiwa Yabu. Benar atau tidaknya nama itu, hanya waktu yang dapat memberi tahu dia.
Yabu berusaha keras untuk menginisiasi percakapan setiap harinya. Dia akan menulis selamat pagi atau semangat menjalani hari! yang lebih banyak tidak terbalas. Satu atau dua balasan yang dia terima hanya berupa ya atau kau juga.
Walau begitu, Yabu sedikit bangga karena setidaknya dia mendapat beberapa info penting terkait Kei.
Aku bekerja sebagai model, tulisnya beberapa hari lalu, aku sudah pernah kena masalah karena kamu.
Yabu tidak terlalu mengingat kejadian yang dikatakan Kei. Terlalu banyak kejahilan yang dilakukan teman-temannya—kini dia sudah memberi tahu mereka dan semoga tidak ada kejahilan lainnya di waktu mendatang.
Model? Untuk majalah apa? Apa aku bisa melihatmu di toko atau di jalanan?
Kau kan belahan jiwaku, Yabu menghela napas membacanya, kau pasti akan tahu ketika kau melihatku.
Tidak lucu sekali kalau dia harus pergi ke toko buku dan melihat semua majalah yang ada di sana—dan tidak ada jaminan juga Kei adalah model untuk majalah. Bisa saja dia model untuk iklan—Yabu sudah jarang menonton televisi—atau model-model lainnya.
Mengetukkan pulpennya ke meja, dia memikirkan apa saja yang harus dia lakukan.
Yang pasti, dia akan menemukan Kei.