poseidoonss

warn : kissing! 

mendengar kabar dari sang ibu yang mengatakan bahwa sang kekasih sedang menangis tersedu sedan di taman belakang.

pria taurus itu tanpa basa basi langsung menyambangi pria cantiknya yang terlihat sedang mengusap air mata sembari membelakangi kolam renang.

langkahnya ia bawa perlahan hingga saat ia berada tepat di belakang si mungil, lengan kekarnya dengan apik secara langsung melingkar pada pinggang ramping rui.

sang empunya tersentak sebentar sebelum menyadari siapa dalang dari keterkejutannya tadi. lengkan kekar itu isa usap hingga sang pemeluk meletakkan kepalanya pada pundak sempit rui.

isaiah mengecupi pundak sempit itu perlahan, menitipkan seberkas ciuman panjang pada sisi kepala pria manis yang sedang mengandung buah hati mereka, “you did well, I'm so proud of you. aku nggak akan pernah kecewa, na. nggak akan pernah.”

rui nara yang mendengar ucapan tulus itu dengan pelan menghadapkan tubuhnya pada sang dominan, mengelus pipi tembam itu perlahan yang disambut dengan pelukan hangat pada pinggang kecilnya.

“I love you isaiah, I really do

isaiah mengangguk, menyatukan dahi mereka berdua lalu menempelkan bibir tipisnya pada bibir merekah delima milik si submissive.

cup! cup! cup!

usai tautan bibir mereka terlepas, isaiah mengecup bibir rui nara main main secara berulang hingga sang empunya tertawa lepas, “stop kissing me, or bunda gonna figure it out that, we did something nasty outside here” katanya sembari mengusap punggung isaiah.

namun yang menjadi pelaku dari kecupan berulang tersebut justru tersenyum manis hingga matanya membentuk lengkungan sabit yang indah, “terserah dong, bunda nggak akan komen. kan kamu punya ku, bebas mau ngapain aja, I love you na” 

warn : mpreg, married by accident.

tadinya, sebelum memasuki kediaman isaiah. rui sudah serentak menghentikan langkahnya dengan menarik jemari jemari nya yang sedang digenggam oleh isaiah, “aku takut banget ii, takut banget.” — katanya.

namun isaiah mana peduli, pria taurus itu dengan mantap membawa langkah mereka berdua hingga kini ia dan juga rui sudah berada tepat dihadapan sang bunda dan sang ayah.

“bund, yah. ai pulang sama ui”

sapanya kepada sosok yang telah membesarkannya.

carol menyambut pasangan baru tersebut dengan senang hati dan tangan terbuka, “haloo sayangnya bunda, udah lama nggak main ke rumah. kenapa?” tanya nya halus yang hanya dibalas pelukan hangat oleh rui,

“ui belakangan lagi gencar kerja panitia bunda. maaf ya?“ 

wanita cantik dalam dekapannya tersenyum lebar, “nggak apa sayang, bunda ngerti” jawabnya sembari mengelus kepala rui sayang.

ehm!” isaiah berdehem guna memecah romansa diantara kekasih dan ibunya. “bunda, ada sesuatu yang ai dan ui mau sampaikan ke bunda. ke ayah juga.” isaiah berujar terus terang.

“oh? kalau kayak gitu berarti bunda panggilin ayah dulu, oke?“ 

isa dan rui mengangguk.


setelah memanggil sang suami, kini carol dan suami sudah berdiri dengan tenang dihadapan pasangan muda tersebut. 

jangan tanyakan malcolm sebab lelaki itu sedang sibuk dengan segala tanggungjawabnya sebagai salah  seorang ketua organisasi kampus.

“ayah, bunda...ada sesuatu yang mau ai dan ui bicarain sama ayah dan bunda” pembawaan isaiah yang tenang membawa mereka pada awal konversasi yang tidak tau akan berakhir baik atau tidak.

yang ia tahu, ia harus dengan cepat mempertanggungjawabkan perbuatan nya sebelum semuanya terlambat.

rui yang berada disampingnya hanya bisa terdiam dan membisu, netra indahnya sudah akan meneteskan air mata lagi jika isaiah tidak menggengam tangannya erat.

“ada apa hm? kenapa tegang begini?” tanya ayah singkat.

“iya, ada apa ini ai? ui? kok kelihatannya tegang banget?” bunda juga turut bertanya melihat kecanggungan dua priayi yang sedang berlutut dihadapan mereka.

“bunda, maaf. ayah, maaf. maaf kalau ui dan ai mengecewakan. maaf kalau ai dan ui banyak melakukan hal diluar batas yang mungkin membuat bunda dan ayah kecewa” rui membuka pembicaraan dengan tenang walaupun jantungnya sudah berdegup kencang tak beraturan.

“ada apa cantiknya bunda, kenapa wajahmu merah begini? dibikin nangis sama ai?” bunda kembali melontarkan pertanyaan sembari menangkup sosok cantik yang jauh lebih muda darinya. 

“bunda, ayah—” tadinya, rui ingin menyampaikan semua dengan perlahan namun isaiah nampaknya sudah tidak sabar, ia tidak bisa bertele tele seperti ini.

“—rui hamil nda, yah. dan ai ayahnya, ai ayah dari anak yang dikandung oleh rui.” ujarnya serentak yang membuat ruangan tersebut dilanda keheningan selama beberapa menit dengan carol yang membeku dan dariel yang hanya mampu memandang keduanya dengan senyuman tipis, “so, I'm going to be a grandfather, soon?” katanya jenaka.

telapak tangannya mendarat pada bahu isaiah yang senantiasa menunduk, menepuk bahu kokoh itu pelan, “pria yang bajingan tidak pantas dimaafkan. tapi pria yang bertanggungjawab perlu diapresiasi. good job isaiah, terimakasih karena sudah bertanggungjawab.” jelas ayah panjang lebar.

isaiah yang mendengar itu seketika mendongakkan wajahnya kepada sang ayah yang sedang tersenyum, “get married soon. ayah siap bantu apapun yang ai dan mantu ayah perlukan.” sambungnya lagi sebelum beralih kepada sosok disebelah isaiah.

“terimakasih juga karena mau bertanggungjawab bersama anak ayah ya ui? kehamilan di  masa muda tidak mudah, tapi bisa dilalui kalau kalian selalu berpegang tangan, oke?“ 

isa dan ui mengangguk, keduanya beralih memeluk dariel sepenuhnya sebelum pria berkepala 4 itu memberikan sinyal untuk pasangan muda tersebut berbicara bersama sang istri yang sedari tadi hanya terdiam tanpa ekspresi.

“nggak mudah meluluhkan hati bunda, tapi beliau selalu sayang sama ai dan ui.” merupakan ucapan terakhir dariel sebelum lelaki paruh baya itu berlalu meninggalkan mereka bertiga dalam keadaan hening.


dan sekarang tiada hal lain yang menemani selain terpaan angin malam yang berhembus melalui kulit pucat ketiganya.

ndaaa...” ucap rui lirih. jangan lupa netra bintangnya yang sudah memerah melihat carol tidak ingin melihat kearahnya. 

wanita cantik itu membuang mukanya spontan saat rui menggengam jemari lentiknya bersama si bungsu yang setia menemani.

“bunda... ai dan ui memang salah. kami berdua memang ceroboh, kami mengaku. kamu mungkin nggak pantes buat dapetin maaf dari bunda. tapi, bunda harus tau kalau ai dan ui selalu sayang sama bunda, maaf kalau ai dan ui mengecew—”

GREP!

kata kata pria mungil yang sedang mengandung itu lantas terpotong dengan perlakuan carol yang secara tiba tiba memeluk tubuh kurusnya erat.

“bunda nggak bisa marah sama ai dan ui. kalian berdua kesayangan bunda. tolong jangan lari dari tanggungjawab. bunda juga sayang ai dan ui. kalian mengecewakan tapi bunda akan lebih menyesal kalau kalian nggak berani mengakui kesalahan sama sekali.” ucapnya dengan suara tertahan. 

caroline sudah menahan emosi nya sejak tadi, namun bukannya semakin marah wanita paruh baya itu justru ingin menangis dengan keras mendapati kedua anaknya pulang dengan keadaan lelah disertai ekspresi sendu yang mendominasi. 

caroline mungkin kecewa namun kasih sayangnya tidak akan pernah berkurang. masih tetap sama, akan tetap sama, dan selamanya akan begitu.

pelukan keduanya terlepas, isaiah yang melihat itu hanya melebarkan senyumnya dengan semangat. menggengam jemari rui erat sebelum caroline beralih menjewer telingnya, “ini nih, ini pelakunya ui jadi buncit sembilan bulan kedepan. dasar anak nakal!” carol berucap bercanda.

BUNDA!!!!“ 

terimakasih banyak ii, memperjuangkan kamu adalah hal yang tidak akan pernah aku sesali dalam hidup. aku sayang kalian, ii, bunda, ayah dan male. terimakasih sudah menjadi rumah kedua untuk aku yang tidak pernah merasakan hangatnya rumah. '

ujar rui dalam hati saat melihat isa juga sang bunda yang sedang bermain kejar kejaran disekitar ruang keluarga kediaman dariel craig tersebut.

warn : mpreg, married by accident.

tadinya, sebelum memasuki kediaman isaiah. rui sudah serentak menghentikan langkahnya dengan menarik jemari jemari nya yang sedang digenggam oleh isaiah, “aku takut banget ii, takut banget.” — katanya.

namun isaiah mana peduli, pria taurus itu dengan mantap membawa langkah mereka berdua hingga kini ia dan juga rui sudah berada tepat dihadapan sang bunda dan sang ayah.

“bund, yah. ai pulang sama ui” sapanya kepada sosok yang telah membesarkannya.

carol menyambut pasangan baru tersebut dengan senang hati dan tangan terbuka, “haloo sayangnya bunda, udah lama nggak main ke rumah. kenapa?” tanya nya halus yang hanya dibalas pelukan hangat oleh rui, “ui belakangan lagi gencar kerja panitia bunda. maaf ya?“ 

wanita cantik dalam dekapannya tersenyum lebar, “nggak apa sayang, bunda ngerti” jawabnya sembari mengelus kepala rui sayang.

“ehm!” isaiah berdehem guna memecah romansa diantara kekasih dan ibunya. “bunda, ada sesuatu yang ai dan ui mau sampaikan ke bunda. ke ayah juga.” isaiah berujar terus terang.

“oh? kalau kayak gitu berarti bunda panggilin ayah dulu, oke?“ 

isa dan rui mengangguk.


setelah memanggil sang suami, kini carol dan suami sudah berdiri dengan tenang dihadapan pasangan muda tersebut. 

jangan tanyakan malcolm sebab lelaki itu sedang sibuk dengan segala tanggungjawabnya sebagai salah  seorang ketua organisasi kampus.

“ayah, bunda...ada sesuatu yang mau ai dan ui bicarain sama ayah dan bunda” pembawaan isaiah yang tenang membawa mereka pada awal konversasi yang tidak tau akan berakhir baik atau tidak.

yang ia tahu, ia harus dengan cepat mempertanggungjawabkan perbuatan nya sebelum semuanya terlambat.

rui yang berada disampingnya hanya bisa terdiam dan membisu, netra indahnya sudah akan meneteskan air mata lagi jika isaiah tidak menggengam tangannya erat.

“ada apa hm? kenapa tegang begini?” tanya ayah singkat.

“iya, ada apa ini ai? ui? kok kelihatannya tegang banget?” bunda juga turut bertanya melihat kecanggungan dua priayi yang sedang berlutut dihadapan mereka.

“bunda, maaf. ayah, maaf. maaf kalau ui dan ai mengecewakan. maaf kalau ai dan ui banyak melakukan hal diluar batas yang mungkin membuat bunda dan ayah kecewa” rui membuka pembicaraan dengan tenang walaupun jantungnya sudah berdegup kencang tak beraturan.

“ada apa cantiknya bunda, kenapa wajahmu merah begini? dibikin nangis sama ai?” bunda kembali melontarkan pertanyaan sembari menangkup sosok cantik yang jauh lebih muda darinya. 

“bunda, ayah—” tadinya, rui ingin menyampaikan semua dengan perlahan namun isaiah nampaknya sudah tidak sabar, ia tidak bisa bertele tele seperti ini.

“—rui hamil nda, yah. dan ai ayahnya, ai ayah dari anak yang dikandung oleh rui.” ujarnya serentak yang membuat ruangan tersebut dilanda keheningan selama beberapa menit dengan carol yang membeku dan dariel yang hanya mampu memandang keduanya dengan senyuman tipis, “so, I'm going to be a grandfather, soon?” katanya jenaka.

telapak tangannya mendarat pada bahu isaiah yang senantiasa menunduk, menepuk bahu kokoh itu pelan, “pria yang bajingan tidak pantas dimaafkan. tapi pria yang bertanggungjawab perlu diapresiasi. good job isaiah, terimakasih karena sudah bertanggungjawab.” jelas ayah panjang lebar.

isaiah yang mendengar itu seketika mendongakkan wajahnya kepada sang ayah yang sedang tersenyum, “get married soon. ayah siap bantu apapun yang ai dan mantu ayah perlukan.” sambungnya lagi sebelum beralih kepada sosok disebelah isaiah.

“terimakasih juga karena mau bertanggungjawab bersama anak ayah ya ui? kehamilan di  masa muda tidak mudah, tapi bisa dilalui kalau kalian selalu berpegang tangan, oke?“ 

isa dan ui mengangguk, keduanya beralih memeluk dariel sepenuhnya sebelum pria berkepala 4 itu memberikan sinyal untuk pasangan muda tersebut berbicara bersama sang istri yang sedari tadi hanya terdiam tanpa ekspresi.

“nggak mudah meluluhkan hati bunda, tapi beliau selalu sayang sama ai dan ui.” merupakan ucapan terakhir dariel sebelum lelaki paruh baya itu berlalu meninggalkan mereka bertiga dalam keadaan hening.


dan sekarang tiada hal lain yang menemani selain terpaan angin malam yang berhembus melalui kulit pucat ketiganya.

ndaaa...” ucap rui lirih. jangan lupa netra bintangnya yang sudah memerah melihat carol tidak ingin melihat kearahnya. 

wanita cantik itu membuang mukanya spontan saat rui menggengam jemari lentiknya bersama si bungsu yang setia menemani.

“bunda... ai dan ui memang salah. kami berdua memang ceroboh, kami mengaku. kamu mungkin nggak pantes buat dapetin maaf dari bunda. tapi, bunda harus tau kalau ai dan ui selalu sayang sama bunda, maaf kalau ai dan ui mengecew—”

GREP!

kata kata pria mungil yang sedang mengandung itu lantas terpotong dengan perlakuan carol yang secara tiba tiba memeluk tubuh kurusnya erat.

“bunda nggak bisa marah sama ai dan ui. kalian berdua kesayangan bunda. tolong jangan lari dari tanggungjawab. bunda juga sayang ai dan ui. kalian mengecewakan tapi bunda akan lebih menyesal kalau kalian nggak berani mengakui kesalahan sama sekali.” ucapnya dengan suara tertahan. 

caroline sudah menahan emosi nya sejak tadi, namun bukannya semakin marah wanita paruh baya itu justru ingin menangis dengan keras mendapati kedua anaknya pulang dengan keadaan lelah disertai ekspresi sendu yang mendominasi. 

caroline mungkin kecewa namun kasih sayangnya tidak akan pernah berkurang. masih tetap sama, akan tetap sama, dan selamanya akan begitu.

pelukan keduanya terlepas, isaiah yang melihat itu hanya melebarkan senyumnya dengan semangat. menggengam jemari rui erat sebelum caroline beralih menjewer telingnya, “ini nih, ini pelakunya ui jadi buncit sembilan bulan kedepan. dasar anak nakal!” carol berucap bercanda.

BUNDA!!!!“ 

terimakasih banyak ii, memperjuangkan kamu adalah hal yang tidak akan pernah aku sesali dalam hidup. aku sayang kalian, ii, bunda, ayah dan male. terimakasih sudah menjadi rumah kedua untuk aku yang tidak pernah merasakan hangatnya rumah. '

ujar rui dalam hati saat melihat isa juga sang bunda yang sedang bermain kejar kejaran disekitar ruang keluarga kediaman dariel craig tersebut.

isaiah tidak menemukan rui dimana pun melainkan di depan parkiran studio yang sedang menunduk sembari terisak pelan dengan tudung hoodie yang ia pinjamkan.

hei?” isaiah menyapa pelan, menepuk pelan pundak rui yang sedang menghapus air matanya sembari memeluk perut ratanya perlahan, “kenapa, hm? kenapa nangis” tanya nya lagi dengan gesture tubuh yang bergerak memeluk tubuh rui dari samping.

rui menyandarkan kepalanya pada pundak isaiah sembari berbisik lirih, “nggak mau pulang, takut…

isa mengerinyit heran, mengapa tidak mau pulang? setahu nya rui nyaman sekali berada di rumah, karena dulu saat mereka masih baik baik saja dan jauh dari semua permasalahan, isaiah tidak pernah menemukan lelaki itu dimana pun kecuali di rumahnya,

“kenapa nggak mau? lihat aku coba” isaiah meminta dengan nada halus, telapak tangannya menghadapkan wajah rupawan rui guna ia selami netra bintang nya, “kamu kenapa? kalau kamu nangis terus, aku juga ikut sedih.” ujar isaiah sembari membawa tubuh mungil rui dalam pelukan hangatnya.

namun rui belum mau berbicara apapun, dengan telapak tangannya yang bergetar setengah mati, pria aries itu memberikan handphone nya kepada isa. saat telepon genggam tersebut sudah berpindah kepemilikan, isaiah tidak dapat melihat satu pun hal baik terpampang pada layar putih tersebut kecuali beberapa kata makian yang terlontar dari bilik percakapan rui dengan seseorang yang ia panggil ‘papa

“nggak mau pulang, takut sama papa. aku nggak mau kamu dipukul juga..”

warn : mpreg!

selesai bertukar kunci kendaraan dengan sang kakak, isaiah melangkahkan kakinya menuju koridor depan setelan sebelumnya menitipkan kunci motor kesayangannya pada malcolm.

sepuluh menit berlalu isaiah berdiri tegap sembari memainkan ponsel gaming nya, sosok yang lebih kecil datang menepuk bahu sang empunya dengan sengaja.

membuat isaiah mau tak mau harus mengalihkan pandangannya kepada si pelaku yang datang dengan tampilan mata bengkaknya juga dengan raut wajah yang layu

menghembuskan nafas pelan, si dominan tersenyum singkat sebelum mengaitkan tangan keduanya menuju area parkir dimana malcolm meletakan motor nya tanpa berbicara sepatah kata pun.

karena isaiah tau, mau sebanyak apapun kata kata penenang yang ia berikan, semuanya akan sia sia dikala rui saja belum mau untuk berdamai dengan keadaan.

isaiah membiarkannya, membiarkan rui mengekspresikan segala macam emosi yang semakin menggebu dalam jalan mereka menuju studio tempat dimana isaiah kan berlatih.

lelaki taurus itu membiarkan rui memeluk pinggang rampingnya lalu menyembunyikan kepala pada bahu lebar tersebut. jarak mereka yang terlampau rapat membuat sosok yang  lebih muda dapat mendengar tangisan rui dengan jelas.

tak ada cara lain, isaiah juga tengah mengendarai kendaraannya sekarang. maka yang dapat dilakukan lelaki itu hanyalah mengusap perlahan permukaan lutut rui yang tersampir pada samping tubuhnya guna menenangkan lelaki mungil tersebut.


usai menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit. kini keduanya telah tiba di tempat dimana isaiah akan melakukan rutinitasnya sebagai seorang basist.

namun, sebelum mereka meraih langkah untuk masuk kedalam studio, tangan isaiah tergerak melepas helm rui, menguncinya pada bagian depan motor, lalu melepaskan hoodienya untuk dikenakan oleh si manis.

“di dalam ac-nya kenceng. pakai ini, biar kamu sama baby nggak kediginginan” katanya sembari memaikan hoodienya kepada rui yang disambut dengan senang hati. 

isaiah bahkan menyempatkan diri untuk menunduk lalu mengecup perut datar rui sebentar sebelum mareka bergandengan tangan bersama menuju ruangan inti studio.


cklek!

pintu studio terbuka menampilkan yehoshua, lewi, asher dan jacob yang sedang sibuk dengan alat musik mereka masing masing.

sebelum seseorang yang sebenarnya, sudah tidak asing lagi tiba bersama basist kebanggaan mereka.

oalah, pantes lama. nungguin doi dulu toh” kata yehoshua main main.

sorry, gue telat” hanya itu yang dikatakan isaiah bersama dengan tangannya yang masih menggengam jemari rui erat, “duduk dulu ya? aku mau latihan sebentar. kalau bosen bilang, biar aku izin pulang duluan.” ujar isa sembari mendudukan rui pada salah satu sofa kuning di dalam studio, tak lupa mengecup dahi lelaki mungil itu sebentar yang menimbulkan banyak sahutan heboh oleh para sahabat karibnya.

“ANJAAAAYYYY, the real bucin is back”

“bos, kalau mau mesra mesraan nanti aja napa sih? nih kita semua miris liatnya”

—membuat yang di sahuti beramai ramai tersipu malu, rui menyembunyikan wajah merahnya dari balik tudung hoodie isaiah yang terbilang cukup besar untuk ukuran tubuhnya.

berbeda dengan rui yang sedang tersipu malu. isaiah justru tidak mau tau, lelaki itu bahkan tidak melepaskan genggaman tangan mereka se-detik pun sebelum rui menggoyangkan tautan jari itu perlahan hingga membuat isaiah menoleh ke arahnya dengan sungguh, “nunduk dikit, aku mau ngomong”

isaiah hanya patuh, pria kelahiran 23 april itu menundukkan dirinya dengan senang hati, menempatkan dirinya diantara paha rui dengan posisi sang submissive yang hendak membisikkan sesuatu kepadanya, “semangat latihannya, papa.“ 

yang disemangati begitu tersenyum lebar hingga matanya membentuk kilauan sabit yang indah, tanpa kata ataupun kalimat, isaiah membalas untaian semangat itu dengan mengusak surai rui gemas, “makasih, cantik.” lalu menyelipkan satu kecupan manis pada hidung macung yang lebih tua.

warn : MPREG! written in lowercase.


rui mengedarkan pandangannya pada ruang sempit yang berisikan puluhan manusia. riuh suara terdengar, berbagai jenis wajah dan tone suara namun hanya satu orang yang mampu menyita parhatiannya.

lelaki tampan nan tinggi yang menggunakan hoodie putih yang sedang duduk sembari telepon genggamnya, isaiah.

“hai..” rui menyapa dengan ramah. keadaan nya jauh terlihat lebih baik dibanding dua minggu kemarin saat isaiah membantunya yang sedang dalam kondisi tidak sehat waktu itu.

isa hanya mengangguk, membalas senyum rui tak kalah manis saat melihat lelaki itu mendudukan diri tepat di sampingnya.

hening.

baik isa maupun rui tak ada yang mempunyai inisiatif untuk memulai pembicaraan, isaiah yang sibuk dengan game online pada ponselnya, juga rui yang sibuk memperhatikan isaiah dalam jarak yang dekat.

wangi itu, hidung mancung itu, bahu tegap itu pernah membuatnya tergiila gila hingga akhirnya mereka berbaur menjadi satu, bahkan akan segera ada seorang pengikat diantara mereka jika saja mereka berakhir bersama.

“kata male, hp kamu rusak. bener?” ucap rui basa basi

isa mengangguk tanpa memalingkan pandangannya sama sekali, “iya. ini pakai hp lama, hp gaming sebenarnya.”

mendengar jawaban singkat isa awalnya membuat rui ragu, namun tidak. ia sudah berjanji pada dirinya juga bayi mereka bahwa ia akan memberitahu isaiah apapun caranya.

menarik nafasnya dalam dalam, rui dengan berani menggengam tangan isaiah yang membuat si tampan terkejut hingga nyaris melepaskan tangan mereka berdua sebelum rui berujar, “aku mau jelasin sesuatu, kamu dengerin aku, ya?”

masih dengan pendiriannya yang teguh, isaiah hendak melepaskan tangan mereka berdua karena merasa tidak nyaman, mereka hampir dipergoki oleh senior yang lain yang membuat isaiah kerap merasa di intimidasi, “kak, tangannya.”

rui menggeleng heboh dengan mata berkaca kaca, “jangan dilepasin dulu, please.” karena aku takut, aku takut setelah ini aku nggak akan pernah bisa genggam tangan kamu lagi, lanjutnya dalam hati.

mendengar permohonan yang tak seberapa itu membuat isaiah tak sampai hati untuk mengemukakan egonya, lelaki taurus itu mengalihkan pandangannya ke arah depan — arah para senior sedang berbicara mengenai TUPOKSI dan struktur HIMA kepada kumpulan mahasiswa baru sepertinya.

namun rui tidak peduli, sembari menggengam tangan kekar tersebut, tubuhnya ia miringkan hingga berhadapan penuh dengan isaiah yang tengah berhadapan dengan teman temannya yang lain.

“aku ngerasa aneh beberapa hari ini. beberapa hari ke belakang aku sering banget buang air kecil dengan intensitas yang nggak sedikit. awalnya aku pikir mungkin aku sakit parah, tapi setelah aku memberanikan diri untuk tanya ke bibi aku—”

belum selesai dengan penjelasannya, rui tersentak dengan pergerakan isaiah yang tiba-tiba melepaskan genggaman mereka, menggunakan kembali kedua tangannya untuk bermain game online tanpa peduli dengan perasaan rui yang mulai terluka.

karena isaiah dengan sengaja mengabaikan presensi cantik tersebut, dengan mata berkaca kaca serta lipatan bibir yang mengarah kedalam.

rui dengan penuh puja masih betah memandangi wajah rupawan isaiah tanpa peduli bahwa sang pemilik tubuh mungkin sudah muak mendengar segala perkataannya,

“kak, please. kalau kamu cuma—”

“—aku hamil.” sekarang giliran rui yang memotong pembicaraan isaiah dengan spontan.

jika isaiah tidak ingin bertele-tele maka rui akan langsung saja pada intinya. embunnya berkaca jelas suaranya yang gemetar kian mengecil saat tidak melihat reaksi apapun dari isaiah.

menyikapi hal tersebut, rui membalikkan tubuhnya seperti semula, mengambil masker dari dalam tasnya kemudian mulai menangis dalam diam, tanpa suara.

dari respon isaiah saja harusnya rui sudah mengetahui bahwa selama ini hanya ada dirinya dalam hubungan ini,

ia juga tau diri bahwa isaiah tak mungkin akan mengejarnya kembali melihat dirinya yang pernah membohongi lelaki itu terkait status percintaannya.

tapi, tidak semua yang dipersepsikan oleh manusia itu benar ada nya bukan?

rui berpikir bahwa ia menangis dalam diam namun pria manis itu terlalu gampang menumpahkan kekecewaan juga rasa sedihnya hingga pria disamping mampu mendengar desisan perih setelah ia berhasil mengeluarkan air matanya.

lelaki tinggi itu menghela napas pelan, menghadapkan tubuhnya pada rui, membuka masker putih yang dikenakan sang lawan bicara, lalu mulai menangkup kedua pipi berisinya sembari menghapus jejak air mata yang tercetak jelas dari balik manik indah itu,

“jangan nangis ayo menikah. setelah ini ayo temui orang tua masing masing.” katanya tanpa ragu. tangannya tergerak memeluk rui dari samping sedangkan yang direngkuh tak mampu menahan air matanya lebih lama.

rui hanya mampu menangis sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bahu isaiah yang disangka para rekan se-fakultasnya sedang menjalin asmara dengan pria aries tersebut.

isaiah mengusap bahu rui yang turun naik secara konstan karena menangis, menenangkannya dengan lembut sembari membersihkan air mata sang calon suami, “don’t cry, don’t cry. Imma be there for you and the baby” utasnya tulus.

isaiah tidak mampu berbuat apapun selain mengutarakan keinginannya untuk bertanggungjawab, dirinya bukan pecundang dan isaiah berani menjamin itu.

ia tak ragu karena memang kegiatan sex pertama rui adalah bersama dirinya, mereka melakukannya atas persetujuan bersama.

lagipula, segala sesuatu yang sudah terjadi diantara mereka berdua bukan hanya sebatas meraih kepuasan bersama melainkan berusaha untuk mengemban beban yang akan dijalani bersama, saling menopang dan menjadi topangan untuk satu sama lain.

tujuan orang bersetubuh adalah, untuk mendapat keturunan. anak adalah anugerah dan karunia terbesar barangsiapa menyia-nyiakan karunia tersebut maka sungkan lah ia untuk meminta ampun kepada sang priayi yang sudah dikecewakan.

warn : MPREG! written in lowercase.


rui mengedarkan pandangannya pada ruang sempit yang berisikan puluhan manusia. riuh suara terdengar, berbagai jenis wajah dan tone suara namun hanya satu orang yang mampu menyita parhatiannya, lelaki tampan nan tinggi yang menggunakan hoodie putih yang sedang duduk sembari telepon genggamnya, isaiah.

“hai..” rui menyapa dengan ramah. keadaan nya jauh terlihat lebih baik dibanding dua minggu kemarin saat isaiah membantunya yang sedang dalam kondisi tidak sehat waktu itu.

isa hanya mengangguk, membalas senyum rui tak kalah manis saat melihat lelaki itu mendudukan diri tepat di sampingnya.

hening.

baik isa maupun rui tak ada yang mempunyai inisiatif untuk memulai pembicaraan, isaiah yang sibuk dengan game online pada ponselnya, juga rui yang sibuk memperhatikan isaiah dalam jarak yang dekat.

wangi itu, hidung mancung itu, bahu tegap itu pernah membuatnya tergiila gila hingga akhirnya mereka berbaur menjadi satu, bahkan akan segera ada seorang pengikat diantara mereka jika saja mereka berakhir bersama.

“kata male, hp kamu rusak. bener?” ucap rui basa basi

isa mengangguk tanpa memalingkan pandangannya sama sekali, “iya. ini pakai hp lama, hp gaming sebenarnya.”

mendengar jawaban singkat isa awalnya membuat rui ragu, namun tidak. ia sudah berjanji pada dirinya juga bayi mereka bahwa ia akan memberitahu isaiah apapun caranya.

menarik nafasnya dalam dalam, rui dengan berani menggengam tangan isaiah yang membuat si tampan terkejut hingga nyaris melepaskan tangan mereka berdua sebelum rui berujar, “aku mau jelasin sesuatu, kamu dengerin aku, ya?”

masih dengan pendiriannya yang teguh, isaiah hendak melepaskan tangan mereka berdua karena merasa tidak nyaman, mereka hampir dipergoki oleh senior yang lain yang membuat isaiah kerap merasa di intimidasi, “kak, tangannya.”

rui menggeleng heboh dengan mata berkaca kaca, “jangan dilepasin dulu, please.” karena aku takut, aku takut setelah ini aku nggak akan pernah bisa genggam tangan kamu lagi, lanjutnya dalam hati.

mendengar permohonan yang tak seberapa itu membuat isaiah tak sampai hati untuk mengemukakan egonya, lelaki taurus itu mengalihkan pandangannya ke arah depan — arah para senior sedang berbicara mengenai TUPOKSI dan struktur HIMA kepada kumpulan mahasiswa baru sepertinya.

namun rui tidak peduli, sembari menggengam tangan kekar tersebut, tubuhnya ia miringkan hingga berhadapan penuh dengan isaiah yang tengah berhadapan dengan teman temannya yang lain.

“aku ngerasa aneh beberapa hari ini. beberapa hari ke belakang aku sering banget buang air kecil dengan intensitas yang nggak sedikit. awalnya aku pikir mungkin aku sakit parah, tapi setelah aku memberanikan diri untuk tanya ke bibi aku—”

belum selesai dengan penjelasannya, rui tersentak dengan pergerakan isaiah yang tiba-tiba melepaskan genggaman mereka, menggunakan kembali kedua tangannya untuk bermain game online tanpa peduli dengan perasaan rui yang mulai terluka.

karena isaiah dengan sengaja mengabaikan presensi cantik tersebut, dengan mata berkaca kaca serta lipatan bibir yang mengarah kedalam, rui dengan penuh puja masih betah memandangi wajah rupawan isaiah tanpa peduli bahwa sang pemilik tubuh mungkin sudah muak mendengar segala perkataannya,

“kak, please. kalau kamu cuma—”

“aku hamil.” sekarang giliran rui yang memotong pembicaraan isaiah dengan spontan. jika isaiah tidak ingin bertele-tele maka rui akan langsung saja pada intinya. embunnya berkaca jelas suaranya yang gemetar kian mengecil saat tidak melihat reaksi apapun dari isaiah.

menyikapi hal tersebut, rui membalikkan tubuhnya seperti semula, mengambil masker dari dalam tasnya kemudian mulai menangis dalam diam, tanpa suara.

dari respon isaiah saja harusnya rui sudah mengetahui bahwa selama ini hanya ada dirinya dalam hubungan ini, ia juga tau diri bahwa isaiah tak mungkin akan mengejarnya kembali melihat dirinya yang pernah membohongi lelaki itu terkait status percintaannya.

tapi, tidak semua yang dipersepsikan oleh manusia itu benar ada nya bukan? rui berpikir bahwa ia menangis dalam diam namun pria manis itu terlalu gampang menumpahkan kekecewaan juga rasa sedihnya hingga pria disamping mampu mendengar desisan perih setelah ia berhasil mengeluarkan air matanya.

lelaki tinggi itu menghela napas pelan, menghadapkan tubuhnya pada rui, membuka masker putih yang lelaki itu kenakan, lalu mulai menangkup kedua pipi berisinya sembari menghapus jejak air mata yang tercetak jelas dari balik manik indah itu,

“jangan nangis ayo menikah. setelah ini ayo temui orang tua masing masing.” katanya tanpa ragu. tangannya tergerak memeluk rui dari samping sedangkan yang direngkuh tak mampu menahan air matanya lebih lama.

rui hanya mampu menangis sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bahu isaiah yang disangka para rekan se-fakultasnya sedang menjalin asmara dengan pria aries tersebut.

isaiah mengusap bahu rui yang turun naik secara konstan karena menangis, menenangkannya dengan lembut sembari membersihkan air mata sang calon suami, “don’t cry, don’t cry. Ima be there for you and the baby” utasnya tulus.

isaiah tidak mampu berbuat apapun selain mengutarakan keinginannya untuk bertanggungjawab, dirinya bukan pecundang dan isaiah berani menjamin itu. ia tak ragu karena memang kegiatan sex pertama rui adalah bersama dirinya, mereka melakukannya atas persetujuan bersama.

lagipula, segala sesuatu yang sudah terjadi diantara mereka berdua bukan hanya sebatas meraih kepuasan bersama melainkan berusaha untuk mengemban beban yang akan dijalani bersama, saling menopang dan menjadi topangan untuk satu sama lain.

tujuan orang bersetubuh adalah, untuk mendapat keturunan. anak adalah anugerah dan karunia terbesar barangsiapa menyia-nyiakan karunia tersebut maka sungkan lah ia untuk meminta ampun kepada sang priayi yang sudah dikecewakan.

warn : MPREG, mentioning pregnancy test, testpack.


sesuai dengan anjuran dari bibi-nya tadi malam. pagi harinya rui langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. lelaki mungil itu bahkan hanya mengenakan kaus seadanya dengan bawahan sebatas paha untuk memudahkan aktivitas nya di pagi ini.

selesai dengan kegiatan membersihkan wajah, rui menatap pantulan dirinya lamat lamat pada kaca wastafel, posisinya ia bawa menyamping guna melihat bentuk pinggang dan panggulnya yang memang terasa melebar beberapa hari ke belakang.

haaah, tenang rui, tenang” mengusap kedua sisi lengannya lembut, rui meyakinkan diri bahwa ia bisa melalui ini, ia pasti bisa melalui fase menegangkan ini, entah hanya bersama diri sendiri atau bersama dengan orang yang ia harapkan keberadaan nya.


sebelum memutuskan untuk melakukan instruksi yang diberikan oleh erna, rui terlebih dahulu mengonsumsi air putih dalam jumlah yang banyak agar ia bisa mengeluarkan urine nya tanpa harus memaksakan diri. membuka zipper celana nya perlahan, rui lalu mengeluarkan urine nya pada bold cup yang telah ia sediakan.

usai mengeluarkan urine dalam cakupan yang tak terlalu banyak—setengah cup. lelaki aries itu kemudian membuka lima bungkusan testpack yang telah ia pesan lewat aplikasi online untuk ia gunakan.

“apapun hasilnya, I’ll fight for us” katanya sembari mencelupkan alat tes kehamilan tersebut pada urine nya sendiri, menunggunya selama kurang lebog 5 sampai 10 detik. rui menggigit jari ibu nya kuat guna menakan rasa cemas yang kian memuncak.

sepuluh detik berlalu, tiga testpack pertama rui letakkan tepat diatas wastafel untuk melihat hasilnya, dan apa yang menjadi akhir dari penantiannya selama ini adalah benar dikala benda berbentuk persegi panjang tersebut mengeluarkan 2 garis dengan satu garis merah jelas bersama satu garis merah yang masih terlihat samar namun dapat dipastikan bahwa semua adalah pasti, pasti bahwa ia tengah mengandung.

ditambah dengan beberapa testpack lain yang menunjukkan keterangan ‘pregnant’ pada bidang kosongnya, mengetahui fakta itu sekarang, fakta bahwa ia sedang mengandung darah daging dari seseorang yang mungkin sudah tidak mengharapkan kehadirannya lagi, isaiah.

sembari menyibak rambutnya kasar, pria mungil itu kemudian mengambil telepon genggamnya untuk menghubungi sang bibi, erna. apa yang harus ia lakukan setelahnya? sepertinya hari hari rui tidak akan mudah, tapi ia akan berusaha semaksimal mungkin, untuk membahagiakan dirinya juga sang buah hati.

warn : MPREG, mentioning pregnancy test, testpack.


sesuai dengan anjuran dari bibi-nya tadi malam. pagi harinya rui langsung saja melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya. lelaki mungil itu bahkan hanya mengenakan kaus seadanya dengan bawahan sebatas paha untuk memudahkan aktivitas nya di pagi ini.

selesai dengan kegiatan membersihkan wajah, rui menatap pantulan dirinya lamat lamat pada kaca wastafel, posisinya ia bawa menyamping guna melihat bentuk pinggang dan panggulnya yang memang terasa melebar beberapa hari ke belakang.

haaah, tenang rui, tenang” mengusap kedua sisi lengannya lembut, rui meyakinkan diri bahwa ia bisa melalui ini, ia pasti bisa melalui fase menegangkan ini, entah hanya bersama diri sendiri atau bersama dengan orang yang ia harapkan keberadaan nya.


sebelum memutuskan untuk melakukan instruksi yang diberikan oleh erna, rui terlebih dahulu mengonsumsi air putih dalam jumlah yang banyak agar ia bisa mengeluarkan urine nya tanpa harus memaksakan diri. membuka zipper celana nya perlahan, rui lalu mengeluarkan urine nya pada bold cup yang telah ia sediakan.

usai mengeluarkan urine dalam cakupan yang tak terlalu banyak—setengah cup. lelaki aries itu kemudian membuka lima bungkusan testpack yang telah ia pesan lewat aplikasi online untuk ia gunakan.

“apapun hasilnya, I’ll fight for us” katanya sembari mencelupkan alat tes kehamilan tersebut pada urine nya sendiri, menunggunya selama kurang lebog 5 sampai 10 detik. rui menggigit jari ibu nya kuat guna menakan rasa cemas yang kian memuncak.

sepuluh detik berlalu, tiga testpack pertama rui letakkan tepat diatas wastafel untuk melihat hasilnya, dan apa yang menjadi akhir dari penantiannya selama ini adalah benar dikala benda berbentuk persegi panjang tersebut mengeluarkan 2 garis dengan satu garis merah jelas bersama satu garis merah yang masih terlihat samar namun dapat dipastikan bahwa semua adalah pasti, pasti bahwa ia tengah mengandung.

ditambah dengan beberapa testpack lain yang menunjukkan keterangan ‘pregnant’ pada bidang kosongnya, mengetahui fakta itu sekarang, fakta bahwa ia sedang mengandung darah daging dari seseorang yang mungkin sudah tidak mengharapkan kehadirannya lagi, isaiah.

sembari menyibak rambutnya kasar, pria mungil itu kemudian mengambil telepon genggamnya untuk menghubungi sang bibi, erna. apa yang harus ia lakukan setelahnya? sepertinya hari hari rui tidak akan mudah, tapi ia akan berusaha semaksimal mungkin, untuk membahagiakan dirinya juga sang buah hati.

time setting : ai semester enam, ui udah selesai, baby greig (ei) umurnya 2 tahun lebih beberapa bulan.

disclaimers : disini ei manggil ui itu buy ya, aslinya abuy! BUKAN plesetan dri bunda, ibu, atau yang lain alias tiba tiba aja muncul panggilan abuy WKWKWK


click! cklek!

rentetan pin apartemen berbunyi disambut dengan sosok seorang ayah juga suami dari rui dan baby greig, isaiah baru menyelesaikan dua mata kuliahnya setelah kurang lebih empat jam bergumul dengan segala angka juga garis yang menjadi tinjauan wajib mata kuliah jurusannya, sipil.

“papaaa~ papaa ini eii udah nunggu daritadiii, sampai ngambek loh sama buy” sambut rui beserta greig di gendongannya saat melihat isaiah muncul dari balik pintu hunian mereka.

greig yang melihat sosok kembarannya berada kini tepat dihadapan langsung saja mengulurkan kedua tangannya agar di gendong oleh sang ayah, “pa!” melihat itu isaiah dengan tangan terbuka menerima greig masuk dalam gendongannya yang langsung diterpa perasaan cemburu oleh si lawan bicara,

“tuh kan! emang anak papanya banget! buy cemburu, ei maunya sama papa terus~” katanya becanda, sang dominan lantas memeluk buah hati juga suaminya dalam satu pelukan besar guna menyamankan perasaan keduanya.

“anaknya buy juga lah, kan bikinnya berdua”

HEH!


selesai dengan adegan canda bercanda tadi, kini isaiah telah mengubah penampilan nya dengan gaya yang lebih santai, celana rumahan selutut berserta kaus oblong yang membuat orang orang kadang pangling dan tak menyangka bahwa pria tampan itu sudah menikah bahkan memiliki seorang putra.

beres dengan kegiatan beberesnya, isaiah menuju ruang tengah dimana keluarga kecilnya tengah berkumpul, ei yang sibuk dengan permainannya sendiri sampai melupakan presensi sang abuy, juga rui nara yang hanya mampu menatap punggung kecil anaknya sendu.

“eiii~ main sama papa yuk?

“PA! PA INNNNNN!!!” teriaknya antusias, membuat isaiah sontak tersenyum manis sembari memeluk sang anak yang sedang merangkak kearahnya dengan semangat, “HAP! ei kena!”

“APP, EI NAAAA!”

isaiah sontak menggesekkan hidung mancung mereka berdua sesaat setelah greig masuk dalam pelukannya, mengecup seluruh wajahnya dengan puas sebelum mendudukan putranya pada mini baby seat yang pernah mereka beli saat ei baru menginjak usia sembilan bulan.

dua lelaki kembar berbeda generasi itu kian bercokol dengan beragam logo serta re-rebotan yang mereka miliki hingga melupakan presensi rui yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan pendangan takjub, dua dominan tampan ini adalah miliknya? sepenuhnya milik seorang rui nara?

kadang ia tak yakin pada dirinya sendiri, namun semua terjadi begitu cepat dan terduga, kehamilannya yang mulai membesar saat mereka secara sah di nikahkan secara hukum, kehamilan masa tua nya yang begitu berat karena ia masih harus menyelesaikan studi semester akhir hingga bagaimana repotnya ia bersama sang suami mengurusi si kecil greig sembari melakukan kewajiban masing masing.

“ei lihat deh, abuy ngelamun, cium abuy coba”

“BUY! CUP!

merasakan kecupan basah pada pipinya membuat rui seketika tersadar dari lamunan indahnya, menahan wajah sang anak agar dapat mengecup pipi tirusnya lebih lama, “ei udah nggak ngambek sama abuy?”

greig menggeleng gemas, “abuy minta maaf ya ei? maaf kalau abuy belum bisa jadi orang tua yang baik, maaf kalau abuy masih kurang pengertian, kurang mengerti mau nya ei apa, maaf kalau abuy nggak bisa diajak main robot, maaf kalau abuy kadang nggak peka sama sifatnya ei…” tutur rui lirih sembari menahan genangan air mata yang kian berembun pada bagian bawah matanya.

hng? pa? buy nan aniss~” beo nya kepada sang ayah.

isaiah yang melihat rui hampir menangis kemudian membawa pria mungil itu masuk kedalam dekapan sembari memeluk greig juga dengan satu tangannya yang lain. namun rui seakan belum ingin tenang, ia membalikkan tubuhnya membelakangi isaiah dan greig hanya karena ia tidak ingin mereka melihatnya menjadi lemah seperti sekarang.

insting nya sebagai seorang ayah dan suami kini telah matang sepenuhnya walaupun mungkin umurnya belum bisa diakatakan cukup untuk mengemban tugas dan resiko sebagai seorang kepala keluarga, maka dengan senyuman teduhnya isaiah menggengam kedua tangan greig, “adeek, adek tadi ngapain hayooo sama buy?”

greig menggeleng, “ei ainn!!! ain ama buy!”

“emang iya adek main sama buy? katanya abuy nggak seru diajak main robot, hayoo adeeek~”

namun greig tetap menggeleng, merasa bahwa ia tidak pernah melakukan hal yang dikatakan oleh sang ayah, dalam benaknya semua hal yang ia lakukan bersama buy dan papa adalah ‘main” itulah mengapa bocah itu tidak menyangkal bahwa ia memang benar bermain dengan sang abuy kala papa sedang melakukan kewajiban diluar.

“adek, tadi katanya adek nggak mau mam? terus adek gemes gemesin pahanya abuy, iya?” isaiah bertanya dengan halus, ia tak mau substansi kalimatnya dipahami sebagai sesuatu yang mengancam walau nyatanya tindakan seperti itu terlarang dan membahayakan.

isaiah tidak ingin menghakimi sang anak karena ia tau greig kemungkinan besar sedang tidak sadar saat melakukan tindak kegemasan terhadap rui, tindakannya seolah olah ditutupi oleh insting bermainnya yang jelas lebih mendominasi karena bagaimana pun sejatinya yang diketahui oleh batita itu hanya main, main, dan main.

lama memproses kalimat sang ayah bersama mainan robot kuning berbentuk salah satu superhero dalam dekapannya greig mengangguk samar, “ei ain ama buy!”

isaiah mengangguk, “kalau misalnya papa gemesin ei kayak gini” terangnya sembari mengecupi pipi anaknya berulang ulang hingga membuat batita tersebut risih, “PA! NANANANAN, KITH DA BOYEH!!!”

papa greig tersenyum, “kalau papa gemesin ei kayak gitu, ei pasti marah kan sama papa? sama dek, sama kayak adek ke abuy. adek kalau gemesin abuy jangan sampai gemes banget deekk, abuy nanti nggak mau ajak adek main lagi kalau papa nggak ada di rumah” jelas isaiah perlahan sembari memeluk tubuh greig perlahan, lelaki itu juga mengarahkan pandangannya kepada sang suami yang masih senantiasa menghapus air matanya dengan beberapa lembar tissue.

buy!

“sekarang coba adek peluk abuy, terus sayang sayang abuy nya, minta maaf sama abuy, abuyyy maafin ei yahhh! jangan cuekin abuy dong, kan abuy temen mainnya adek juga!” kata isaiah menggebu gebu, membiarkan anaknya melepaskan pelukan mereka berdua lalu merangkak tepat ke arah rui nara yang sedang duduk membelakanginya juga sang ayah.

BUY! buy anan aniss yah! apin ei yaah abuy ntikkk!!!”

mendengar seruan cadel anaknya membuat rui kembali diterjang perasaan bersalah, padahal itu hanya luka kecil tapi anaknya sampai harus menerima teguran dari sang suami padahal harusnya rui bisa berusaha lebih keras untuk menenangkan perasaan anaknya sendiri, bagaimana pun greig adalah bagian dari dirinya juga.

tubuh kurusnya kemudian tergerak memeluk greig yang sedari tadi sudah mengalungkan kedua tangan mungilnya pada leher sang abuy yang dibalas dengan pelukan yang kalah erat oleh sang empunya tubuh. “anakku… abuy sayang banget sama ei~” rui berbisik pelan tak lupa mengecup sisi kepala greig dengan sayang.

greig kemudian menenggelamkan kepalanya di dada hangat rui, mendudukan dirinya di pangkuan sosok yang telah melahirkan nya ke dunia, greig bahkan sudah akan tertidur dalam pelukan rui nara sanking nyaman nya bersandar disana sembari menikmati usapan halus rui pada pundak sempitnya, jika isaiah tak mengejutkannya dengan kecupan mendadak—lagi. “NANANAN! BUY, PA KITH DA BOYEH!!!” katanya sembari memasang wajah garang yang sebenarnya malah imut di mata kedua orang tuanya.

“isaiah, udah ah! anaknya udah mau bobo, hush! jangan usil sama anak aku!”

“bikinnya berdua, jadi anak aku juga”

“ISAIAH!”