Cloudysun

“Ada lagi ngga yang mau ditanyain?” Tanya Adit dipenghujung rapat mereka kali ini.

“Ini sih dit, buat rangkaian kedua kan cuma seleksi buat pengisi acara di malam puncak dari mabanya, nah buat konsepan dan juri-jurinya perlu disiapin cadangan gak? Soalnya ini kan kita juga belom dapet tanggal yang di acc kan?” Tanya Sekar

“Iya dong, lo siapin aja ¾ plan lain, terus buat juri nanti kita koordinasi sama dekanat aja.” Ucap Adit.

Semuanya mengangguk paham dengan apa yang disampaikan Adit.

Iya, kali ini mereka sudah masuk ke rangkaian kedua, walaupun rangkaian kedua hanya proses seleksi bintang untuk malam puncak penyambutan Maba, mereka tetap harus mempersiapkannya dengan tepat.

“Oke kalo ngga ada lagi, gue tutup rapat ini, terima kasih banyak atas perhatiannya.”

Setelah rapat di tutup, mereka langsung buru-buru mengecek hp masing-masing, maklum kalo sedang rapat adit tidak mau kalo semuanya terpecah fokus karena hp.

“Dih mabar dah mabar ayo.” Ajak Yanda

“Mabar mulu, bentar ngabarin cewe gue.” Balas hanif yang langsung mendapat tatapan dari semuanya.

“Emang punya?”

“Punya, mama gue cewe, adek gue cewe, jadi sekarang gue mau ngabarin adek gue, kan cewe gue juga kan? Bener kan gak salah kan?”

Emang hanif, selalu aja ada alasannya.

Setelah semua sibuk dengan masing-masing kegiatannya yang terlihat seru, tapi tidak dengan Bila, yang daritadi menahan untuk ke kamar mandi.

“Nad, temenin gue ke toilet ayuk.”

“Ah mager ah, lagi seru ini, sama sekar aja sekar sana.” Jawab Nadia yang sibuk dengan game di hpnya.

Sedangkan sekar, orang yang disuruh nadia juga sibuk dengan videocall dari pacarnya, huh bucin.

Akhirnya, daripada bila pipis di celana akhirnya dia memilih untuk pergi sendiri, walaupun jujur takut bunda.

*bila anaknya penakut banget.

————

Setelah sukses menunaikan hajatannya, Bila kembali ke tempat duduk, namun saat hendak sampai di tempat itu, Bila melihat seseorang yang tidak asing disana. Apalagi posisi orang itu dekat dengan pujaan hatinya.

Haduh pujaan hati banget ga tuh

Berdiri di sampinc tempat duduk Adit.

“Eh bila sini sini bil, ada Alya nih bil.” Ucap Rayhan.

Kompor, sengaja, biar panas si bila niatnya.

“Oh, iya, hai Alya.”

Alya hanya melirik sekilas, “hi”

“Dit lo gak mau pulang? Please gue nebeng ya dit? Sekalian deh bahas yang lo mau bahas kemarin, please.”

Melihat pemandangan itu, jujur hati bila sedikit cemburu, dikit aja.

“Genit banget sih lo ah Al, kan ada gojek, ada grab, banyak ojol.” Timbrung Hanif.

“Dih, diem lo nif.”

Adit yang daritadi hanya dimintain tolong untuk mengantar Alya hanya diam, dia tidak bisa menjawab karena alya daritadi tidak berhenti berbicara.

“Gue gabisa al, gue tadi kesini juga sama or—“

Bila menatap adit, seakan akan menyuruh Adit untuk mengantarkan Alya.

“Sama siapa? Please siapapun lo, gue pinjem aditnya bentar ya, kan sekalian ada yang mau kita omongin, ya, ya?” Celetuk Alya.

Beberapa saat kemudian Alya seperti sedikit menjauh, menunggu jawaban adit, namun disaat itu juga Bila menghela nafas pelan.

“Dit, anterin gih.” Ucap Bila

“Lah kan gue sama lo bil? Tadi gue juga udah iyain kan?” Tanya Adit

“Gue gampang lah, itu hanif juga kosong kok, udah sana anterin.”

Setelah mendapat pesan terakhir dari Abim, Alsa langsung menyandarkan tubuhnya di sofa.

Beberapa hari ini abim memang rutin menghubunginya, abim juga selalu minta maaf dan minta untuk bertemu. namun alsa masih menolak untuk bertemu dan membicarakan semuanya.

Ada salah satu alasan mengapa Alsa kecewa dan melarang abim, selain karena dia berbohong ya.

Abim adalah laki-laki yang suka banget sama basket sejak dia smp, dia bahkan sudah mewakili sekolahnya kemana mana, bahkan pernah dapat pelatihan secara internasional pula.

Namun, suatu ketika Abim mengikuti lomba, dia cedera parah. Cedera itu bahkan hampir mengambil nyawanya, sampai akhirnya semua orang waktu itu sudah pasrah, termasuk Alsa.

Mereka bahkan baru beberapa bulan pacaran, harus diberikan cobaan dengan Abim yang sekarat.

Setelah mukjizat abim bisa diselamatkan, Abim hampir satu tahun harus bersekolah secara online, karena dia belum bisa untuk pergi sekolah seperti biasa.

Alsa bolak balik untuk merawat Abim saat itu.

Alasan itulah yang menjadi salah satu faktor Abim sangat dilarang keras terjun lagi ke dunia basket.

——————— Beberapa hari ini memang cukup berat buat mereka, karena suatu kebohongan hubungan mereka hanya berisi pertengkaran dan pertengkaran setiap hari.

Kemarin, saat di Tama alsa sempat menceritakan keluh kesahnya, sebagai laki-laki, tama hanya memberikan saran untuk Alsa dan Abim menyelesaikannya berdua dengan cara bicara satu sama lain.

Dikarenakan Alsa masih belum mau, akhirnya Abim hanya rutin mengirimkannya makanan, setiap hari.

“Ini udah makanan ke berapa dia kirimin hari ini.” Celetuk Alsa saat melihat delivery makanan ada didepan pintu unit Apartemennya.

Namun, saat Alsa hendak masuk ke dalam apartnya, tangannya ditarik oleh seseorang.

“Abim?”

“Sa..”

“Ngapain disini, aku lagi gak mau bicara.”

“Dengerin dulu sa.” Ucap Abim mencegah alsa untuk melepaskan tangannya.

“Apa? Kamu udah bohong bim, udah bikin semua orang khawatir, atau cuma aku aja yang gatau kalo kamu bohong?”

“Ngga sa, ngga, mama juga bahkan belom tau kalo aku ikutan lagi sa, maaf sa, aku gak bermaksud bohong, aku cuma gak mau bikin kamu khawatir.” Ucap Abim.

“Tapi dengan kamu bohong sama aja bim kamu bikin aku khawatir, aku gatau kalo kamu baik baik aja atau engga pas latihan, bim coba lah mikir sedikit, kamu hampir kehilangan nyawa bim, nyawa.”

Abim menghela nafasnya, dan mengacak rambutnya, dia frustasi.

“Sa, look, aku gapapa, aku udah baik baik aja, aku bisa jaga diri sa, aku gak mungkin celakain diri aku lagi sa, please, maaf, iya aku salah karena aku bohong, tapi jujur aku udah pengen bilang ke kamu dari kemaren, tapi belom nemu waktu yang pas, hubungan kita lagi ga baik baik aja kemarin, aku gamau ditengah begitu aku bilang dan akhirnua malah makin runyam sa, please aku minta maaf jangan diemin aku kaya begini sa, please...” Ucap Abim yang tak sadar sambil meneteskan air matanya.

Alsa yang melihat orang didepannya menangis hanya bisa diam. Dia tau abim secinta itu dengan Basket, tapi dia cuma mau Abim baik baik aja, gak pergi, gak celaka.

“Sa...please”

“Aku janji buat jaga diri, aku janji gak bakal celaka lagi, tapi kalo emang kamu gak bisa maafin aku karena aku masih pertahanin itu, okay aku bakalan ngundurin diri, yang penting kamu gak marah sama aku ya?”

Mendengar kata-kata itu, membuat Alsa merasa bersalah, tidak seharusnya dia melarang Abim.

Tapi lagi-lagi, otak dan perasaannya tidak berjalan beriringan. Alsa cuma mau Abim gak terluka lagi, itu aja.

“Ya sa? Aku ajuin pengunduran diri aja ya? Please aku gabisa cuma gara-gara ini kita berantem, okay aku yang bodoh, aku yang brengsek karena gak kasih tau kamu, aku salah sa, aku ngaku salah.”

“Yang penting kamu maafin aku dulu ya?”

Abim yang awalnya posisi berdiri, kemudian terjatuh hingga terjongkok didepan Alsa.

Lebay? Iya emang. Tapi Abim beneran gabisa lepas dari Alsa, gabisa.

“Abim, stop it.”

“Jangan begini, ayo berdiri.” Ucap Alsa yang ikutan jongkok untuk meraih tangan Abim.

“Sa...maaf”

“Abim, jangan begini bim please.”

“Aku ngundurin diri aja ya? Yang penting kamu maafin akh ya?” Tanyanya sekali lagi.

Lagi-lagi Alsa merasa menjadi wanita paling egois sekarang.

“No, jangan”

“Kenapa? Kamu gak suka aku ikutan kan? Aku cuma gamau kamu marah sa, gak mau, sa aku sayang banget sama kamu sa..” ucap Abim lirih.

“Lanjutin, aku gak marah, aku maafin, aku maafin kamu abim tapi jangan gini lagi ya? Aku cuma kecewa kamu bohong bim, udah itu aja gak lebih.”

“Aku cuma ngerasa bego, apa yang coach kamu bilang waktu itu emang bener, aku cuma pacar kamu, aku gak berhak ngelarang kamu bim, engga berhak sama sekali.”

“Berhak sa, kamu berhak, aku aja yang bodoh dan bohong sama kamu sa, aku nyesel, aku orang paling bego yang lebih milih hobiku sendiri daripada kekhawatiran orang lain.”

“Engga abim, udah ya, udah sekarang kita masuk, jangan begini lagi ya, kamu harus semangat, aku udah maafin kamu, tapi aku mau minta permintaan, aku mau kamu janji ya?”

“Iya, aku janji, apa sa? Aku pasti tepatin kali ini sa” lirik Abim

“Jangan sampe terluka lagi ya bim? Aku gak mau. Kalo sampe itu kejadian aku—“

Abim langsung merengkuh tubuh pacarnya yang berada didepannya, dengan erat, erat banget.

“Iya aku janji, aku pasti bakalan nepatin itu. Aku janji sa.”

Sore itu, suasana cerah menemani mereka, setelah berfoto-foto mereka berdua kemudian mengupload foto di twitter masing-masing.

Maklum, sudah lama mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Apalagi setelah abim memiliki kesibukan yang tidak diketahui alsa saat ini.

“Itu ada cotton candy kamu mau?” Tanya Abim

“Mau.”

“Yaudah tunggu sini aku beliin ya?”

Selagi alsa menunggu Abim, alsa melihat twitternya dan twitter Abim yang saling memposting foto mereka. Lucu.

Tapi ada hal aneh yang menganggu pikiran alsa, setelah melihat komenan salah satu temannya abim.

”jangan lupa latihan bro, jangan pacaran mulu.”

Alsa niatnya hendak membalas, tapi gagal, reply-an itu sudah tidak tersedia, alias di hapus.

Latihan? Apa dugaan alsa selama ini bener? Ntah lah, dia malas berspekulasi yang tidak tidak. Dia tidak mau menghancurkan hari ini, hari yang udah lama dia nanti dari kemarin, bisa baik baik sama abim.

— Setelah Abim kembali, mereka berdua kembali melanjutkan jalan jalan sorenya. Menikmati cotton candy yang sengaja dipesan berukuran besar agar bisa makan berdua.

Lebay? Alay? Terlalu pamer kalo pacaran? Biarin. Prinsip abim & Alsa, bodo amat yang penting kita bahagia.

“Tau gak sih bim, udah lama tau pengen jalan begini lagi, jarang banget kan ya sekarang?” Celetuk Alsa

“Iya, aku juga pengen banget dari kemarin, spend more time with u

“Iya abisnya kamu sibuk sih.”

“Aku ga sibuk, Alsa.”

“Terus apa? Kamu akhir akhir ini selalu bilanh ada urusan urusan urusan, tapi aku gatau urusan apa. Aku gak suka kalo kamu bohong loh bim? Tau kan?”

“Iyaa, aku bukan mau rahasiain dari kamu, cuma..”

Tiba-tiba omongan abim terpotong disaat ada seseorang teriak memanggil namanya dan melambaikan tangannya ke Abim.

“Abim!!” Ucap Orang itu sambil menghampiri abim & Alsa disana.

“Eh—“

“Siapa bim?” Tanya Alsa.

“Oh kenalin, gue Sean. Coach basketnya Abim.”

Alsa langsung melirik ke arah Abim.

Abim langsung berusaha melepaskan tangan Alsa dan berusaha menjauhkan coachnya.

“Btw, lo pacarnya Abim ya? Mau kasih saran boleh gak sih? Bolehin abim basketan ya? Dia itu jago dan berpotensi ikut lomba, Masa baru pacarnya udah ngelarang-larang si—“

“Bim?” Tanya Alsa memotong ucapan coach itu.

“Sa bentar— coach, udah yuk jangan disini kita ngobrol bentar.” Ucap Abim meninggalkan Alsa yang clueless sendirian.

Jangan tanya perasaan Alsa saat dibilang begitu, segitu egoiskah dia menjadi pacar hanya karena melarang Abim dengan alasan yang jelas?

Waktu istirahat tiba pas setelah Bila sampai di titik kumpul alias tempat hanif.

Setelah memberikan arahan kepada peserta untuk istirahat terlebih dahulu, para panitia khususnya divisi acara langsung berkumpul.

“Mana cookiesnya?” Ucap Bila saat tiba disana

“Dih baru juga dateng lo udah minta minta aja.” Jawab rayhan, si pemilik cookies.

“Ih pacar rayhan baik banget, nganterin cookies, nganterin makanan buat nyemangatin pacarnya, gue kapan ya ada yang ngasih makanan terus semangatin pas gue lagi gini..” ucap Bila.

Sesaat bila berkata seperti itu, adit muncul dengan 2 gelas kopi di tangannya.

“Nih bil.”

Semua orang langsung mengarahkan tatapannya ke Adit. Bagaimana tidak, disana mereka ramai, tapi yang dikasih kopi cuma bila.

“Ekhem, mohon maaf nih pak, disini kita semua ada kenapa cuma bila yang dikasih?” Celetuk hanif

“Taudah”

“Cinta tuh bilang jangan kode kode” sindir Nadia yang sukses membuat semuanya bersorak.

“Nad, apaansih.”

Adit menghela nafasnya dan memasang smirk nya.

Gila cakep bgt.

“Lo semua udah punya kopi dan minuman masing-masing gue liat liat, tapi si bila belom aa, kebetulan tadi beli 1 gratis 1, daripada gue abisin sendiri mending gue kasih bila kan?” Ucap Adit sebagai alasan agar teman-temannya diam.

“Tapi kok tadi gue beli gak ada gratisan ya?” Celetuk salah satu staff divisi lain yang kebetulan masih berada disana.

“Waduh gimana nih dit, gimana.”

“Wah boong nih.”

“Waduh, bisa bisanya.”

Previlage CO, iya khusus CO.” Elak adit.

——

Setelah mereka selesai rapat singkat selama istirahat, mereka pun mulai berpencar lagi untuk ikut beristirahat setidaknya beberapa menit sebelum acara Pre-Event hari itu dimulai kembali.

Namun, berbeda dengan adit dan bila, yang masih berdiri disana, karena tadi adit mengingatkan bila untuk bicara sebentar.

“Gimana? Lancar kan disana?” Tanya Adit

“Lancar kok, lo lancar kan di titik lo?”

Adit mengangguk, “alhamdulillah sih lancar juga.”

Setelah pembicaraan itu, suasana diantara mereka menjadi hening kembali.

“Eh dit, makasih ya kopinya.”

“Oh iya bil sama sama, maaf ya gue ngasih kopi aja hari ini.”

“Lo kenapa minta maaf mulu deh, gappa kali, gue gak dikasih juga gapapa, tapi emang beneran ada previlage CO terus dapet gratis?”

Adit diam. Tidak bisa menjawab karena semuanya itu bohong, gatau kenapa dia memberikan alasan itu.

“Dit?”

“Eh eng-ada, eh—“

“Hah?”

“Sebenernya sih ng—“ omongan Adit terpotong tatkala seseorang menepuk bahunya.

“Dit, ini tadi ada titipin dari Alya, katanya buat lo.” Ucap seseorang yang juga panitia sambil memberikan 1 bungkus roti dan minuman soda.

“Alya? CO humas? Kenapa ga ngasih sendiri?” Tanya Adit.

“Iya dit, si Alya, hm gatau ya, malu kali sama lo, kayanya sih dia suka sama lo haha, udah dulu ya dit.” Bisik orang tersebut.

Walaupun berbisik, apa yang dikatakan orang tersebut tetap terdengar oleh Bila.

psst, ada sedikit warning, harap bijak dalam membacanya ya⚠️

Abim. Dia benar benar menunggu alsa didepan kosannya. Untuk mengajak alsa balik ke apartemennya dan menyelesaikan kesalahpahamannya yang terjadi tadi sore.

Sekalipun alsa menolak pulang dengan dirinya, toh nanti abim akan bertemu juga ketika alsa keluar.

“Udah sana udah ditungguin abim.” Ucap Gege dari depan pagar kosan Alsa untuk mengantar temannya keluar

“Gue mau balik sama lo aja.”

“Gue masih mau disini, mau numpang dikosan lo enak soalnya pake ac.”

“Ck kamar gue masih berantakan, gue disini juga kalo git—“

“ENGGA. Biar gue sama bella yang beresin kamar lo, lo balik sana sama abim, selesaiin masalah lo, lo udah dewasa, jangan menghindar kalo ada masalah. Itu salah satu kunci kalo mau hubungan lo awet terus, udah sana sana.” Usir Gege sambil mendorong Alsa ke luar ketempat abim.

Sekarang, tinggal Alsa dan Abim yang berada diluar, gege sudah meninggalkan kedua pasangan ini.

“Ayo balik ya?”

“Gak mau, lo marah-marah, gue gasuka dibentak.”

“Iya maafin aku sa, sumpah aku tadi emosi karena ngeliat tama, janji gabakal gitu lagi.” Ucap Abim menarik tangan alsa sambil menyematkan kelingkingnya dengan kelingking alsa disana.

———

Sesampainya di apartement Alsa, kedua pasangan ini masih dalam keadaan diam. Tidak bicara sama sekali, seperti diperjalanan tadi.

“Aku boleh masuk gak?” Tanya Abim

“Ya masuk ajalah.” Jawab Alsa ketus

Alsa kemudian meninggalkan abim di sofa apartementnya dan menuju ke pantry untuk mengambil segelas air.

“Nih.” Ucap Alsa memberikan air itu kepada Abim.

“Al, minta maaf ya?” Ucap Abim sambil menatap pacarnya yang berdiri disampingnya.

Alsa menghela nafasnya kasar. “Lagian kenapa harus marah-marah sih kemarin bim?”

“Maaf sa, kaya yang aku bilang. Aku emosi ngeliat kamu sama tama, ya kamu tau kan tama itu saingan aku dulu sebelum aku pacaran sama kamu.”

“Ya tapi kan ga usah kaya bocah bim, toh sekarang kamu pacar aku, ga mungkin aku milih tama daripada kamu, logic please

“Iya, makanya aku minta maaf sa, aku tau aku yang salah langsung nuduh kamu yang ngga ngga. Tadi gege bilang kamu nangis, aku makin merasa bersalah jadinya.” Ucap Abim.

“Aku ga nangis.”

“Tapi matanya bengkak.”

“Engga!” Tepis Alsa “Iya itu keliatan.” “Engga, Abim!”

cup Satu kecupan mendarat di bibir Alsa saat itu, membuat alsa langsung terdiam tanpa menepis lagi.

“Abim!!!” Teriaknya.

“Dimaafin gak?”

Alsa hanya menunduk, mukanya merah. Ini memang bukan kali pertamanya dicium oleh abim, tapi tetap saja tiap melakukan itu kupu-kupu di perutnya selalu berterbangan.

“Kok diem aja? Dimaafin gak? Apa mau dicium lagi?” Tanya Abim mendekatkan jaraknya ke alsa yang sudah terpojokkan di sofa apartemennya.

“Iiih iyaiya dimaafi—“

Omongan Alsa terpotong karena Abim lagi-lagi menepis jarak diantara mereka. Ciuman yang awalnya hanya dilakukan oleh Abim akhirnya dibalas juga oleh Alsa.

Permainan itu semakin lama semakin menjadi disaat Alsa mulai terpojokkan hingga tersandar di ujung sofa apartemennya.

Mereka berdua melepaskan ciumannya sebentar untuk mengambil nafas, kemudian kembali menautkan bibir mereka kembali.

“Kak Alsa, ini tadi mamah suruh nganterin ke kak alsa, katanya kak alsa ngechat mamah karena lagi sed—OH SHIT MY EYES, KALIAN NGAPAIN?????”

itu adalah hasan, yang ntah datang dari mana, menggagalkan para kakak agar tidak berbuat dosa😬

Suasana ruang tunggu yang lumayan ramai dengan orang menemani Bila siang itu.

iya, hari ini dia izin dari kegiatannya di kampus karena merasa tidak enak badan, karena dia anaknya tidak suka mengira ngira sendiri penyakitnya, dia memilih untuk langsung memeriksakan ke dokter.

Hari itu, dia datang ke rumah sakit yang dekat dengan daerah kosannya. Karena teman-temannya full kuliah hari ini, dia memutuskan untuk berangkat sendiri.

Iya kan bila wanita strong.

Setelah menunggu beberapa lama, nama bila pun kemudian dipanggil oleh perawat untuk bertemu dokter.

Setelah menyampaikan keluhannya, Bila diperiksa dan diberikan beberapa resep obat untuk menyembuhkan penyakitnya.

“Ini bisa langsung ditebus ya nanti, oiya kalo misalnya masih demam dalam beberapa hari langsung di check up lagi ya.” Ucap Dokter tersebut.

“Baik dok.”

Setelah meninggalkan ruangan dokter, bila langsung berjalan menuju apotik.

Tapi, karena dia lapar, dia mampir ke kantin untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

Saat dikantin, dia duduk dan menikmati makanan yang dia beli sambil memperhatikan sekitar.

Kali aja ada dokter muda ganteng yang lewat.

Becanda, ganteng.

Setelah menghabiskan makanannya, bila hendak meletakkan piring kotor di tempatnya, namun saat berjalan dia melihat orang yang tidak asing berada di rumah sakit.

Bila kemudian buru-buru meletakkan piring tersebut, dan berlari mengejar orang tersebut.

Karena bila yakin, dia tidak salah orang.

Setelah semakin dekat dengan orang yang dia lihat, bila kemudian memanggil orang tersebut.

“ADITT.”

iya, orang itu adalah adit.

Adit kemudian langsung menoleh ke arah sumber suara, dan mendapati Bila berjalan kearahnya.

“Loh bila? Kok lo disini? Lo ngapain?” Tanya Adit.

“Lo sendiri kenapa di rumah sakit dit? Lo sakit?” Tanya Bila.

“Makasih tam, maaf ya tapi kayanya gue ngga bisa nawarin lo mampir.” Ucap Alsa setelah sampai tepat di depan kosannya.

“Gapapa kok, itu udah ada yang nungguin lo kayanya didepan kosan.” Jawab tama

“Ah iya, makasih banyak ya tam. Lo hati hati pulangnya.”

Alsa keluar dari mobil tama, dan mobil tama pun maju perlahan menghampiri Abim yang sedang berdiri disana.

“Bro, apa kabar?” Sapa tama sembari membuka kaca mobilnya

“Makasih udah anterin cewe gue.” Ucap Abim ketus

“Iya sama sama bro, dijaga ya haha.”

—— Setelah mobil tama pergi, abim & alsa masuk tanpa berbicara sedikitpun.

Alsa masih kesal dengan chat terakhir abim, abim pun masih kesal karena alsa menolak dijemput.

“Ini mau diem dieman gini aja?” Tanya abim membuka suara

“Ya kamu ngapain disini, kan aku udah bilang gausah kesini.” Jawab Alsa

“Emang kenapasih? Ga suka aku kesini? Kenapa? Gak mau diganggu waktunya sama tama? Kalo aku kesini kamu gabisa lama lama sama tama gitu?” Ucap Abim yang mulai emosi

Maklum, dia sensi banget sama tama dari dulu.

“Kok lo jadi marah marah sih?”

“terus jadi nuduh gue yang ngga ngga? Kenapa lo bisa bilang gitu? Lo gak percaya sama gue?” Teriak alsa.

Mereka berdua sudah di titik emosi tinggi.

“ya abisnya lo kaya gak suka gue kesini, ya alasan apalagi kalo bukan itu?”

Alsa mendecih kasar, membanting tubuhnya di atas sofa ruang tamu kosannya.

Untung keadaannya ruang tamu lumayan jauh dari kamar kamar, jadi mereka berantem juga gak terlalu terdengar yang lain.

“gue tau lo capek, makanya gue gak izinin lo kesini abim.”

“Gue gak capek, apa alasan gue buat capek? Lo tuh cuma alasan aja kan biar bisa dua duaan sama tama? Biar nostalgia gitu kan? gausah bawa bawa gue capek atau engga sa.” abim

Lagi lagi alsa menarik nafasnya dalam. Abim sudah keterlaluan.

“Tau deh bim, gue capek, kalo lo cuma mau ajak berantem gue nanti aja, gue lagi ngga mood berantem sama lo.” Ucap Alsa kemudian berdiri menuju kamarnya meninggalkan abim disana.

“Alsa!”

“Pergi bim!” Teriak Alsa.

”Ya ini dia aja dan ratu acara kita pada malam ini.”

Sambutan Hanif langsung terdengar disaat Adit & Bila masuk kedalam cafe. Dikarenakan motor adit tadi ban nya tiba-tiba bocor, maka dari itu mereka menjadi orang terakhir yang tiba pada rapat malem ini.

“Sengaja bocori—“ Celetuk rayhan

“Bacot, diem, ayo rapatnya langsung dimulai aja.” Ucap Adit memotong perkataan rayhan.

“Sial.”

———

“Jadi, kesimpulannya tetep jangan lupa koordinasi ya, kita udah di mendekati hari h rangkaian pertama, buat hanif dan nadia jangan lupa kabarin terus progressnya ke grup, biar kesusahan dan hambatan nantinya bisa kita tanggung bareng bareng.”

“Okay karena pembahasan hari ini selesai, gue tutup rapatnya sampe disini, terimakasih.” Ucap Adit selaku pemimpin rapat pada malam ini.

“cari makan apa cari makan, gue laper banget, makanan disini mah—“ Celetuk Yanda dan langsung mendapat cibiran dari yang lainnya

Ya bagaimana tidak, bisa bisanya yanda teriak makan saat mereka masih berada di dalam cafe tersebut.

Buru-buru mereka keluar meninggalkan yanda yang kemudian menyusul sambil menutup mukanya malu.

Malam itu, mereka menentukan tempat makan yang akan mereka tuju sehabis ini, terlalu banyak pilihan namun setelah disepakati mereka pun memilih untuk makan nasi goreng pengkolan tempat biasanya mereka makan.

Maklum anak kost, anak rantau, selagi ada makanan murah kenapa harus cari yang mahal.

Mereka semua langsung menuju kendaraan dan tebengan masing-masing untuk bersiap menuju lokasi.

“Dingin gak bil? Nih pake jaket gue.” Ucap Adit menyodorkan jaketnya sesaat setelah bila sampai ditempat motornya berada.

“Eh ngga usah dit gapapa, kalo jaketnya gue pake lo pake apa ntar, nih gapapa.” Lontar Bila.

“Gue pake flannel ini, tebel kok flannelnya. Udah pake aja.”

Akhirnya, setelah pergelutan singkat itu, bila memilih untuk memakai jaket adit, kemudian mengambil helm yang masih berada di motor.

Bila yang kalau dirumah jarang diizinin naik motor malam ini menemukan struggle membuka kaitan helmnya.

1 menit sudah terlewati

2 menit, tapi kaitannya masih belum bisa dibuka.

“Ih kok gabisa bisa sih.” Bisik bila pelan.

Adit yang daritadi memperhatikan bila kemudian langsung mengambil helm yang ada ditangan bila, kemudian membuka kaitan helmnya.

“Lain kali kalo kesusahan tuh minta tolong ya bila” celetuk adit

“Eh hehehe makasih adit.” Kekeh Bila.

Dia kemudian menadahkan tangannya untuk menerima helm itu kembali, tapi nihil adit tidak memberikan helm itu kepadanya.

“Udah biar gue aja yang pasangin sekalian helmnya.” Ucap adit sambil mendekat kearah bila untuk memasangkan helm itu dikepala kecil bila.

Jangan tanya perasaan bila sekarang, jangan tanya pokoknya.

“Bil, mau pesen apa? Lo duduk aja ntar gue yang yang bawain ke meja.” Ucap Adit sesaat mereka tiba di meja.

“Vanilla latte aja dit, ini gapapa gue tinggalin duluan ke tempat duduk?” Tanya bila

“Iya gapapa, gih sana.” Ucap Adit.

Setelah beberapa menit, adit datang membawa Minuman serta 2 buah cake. Perasaan bila ga pesen cake atau makanan apapun tadi.

“Nih buat lo, lo suka red velvet kan?”

Bila kebingungan, “loh tapi gue ngga mesen?”

bill on me hari ini, anggap aja sebagai tanda kerja sama kedepannya haha.” Ucap adit ramah.

Deym, meleleh.

— Sore itu, mereka membuka pembicaraan dengan membicarakan bagaimana konsep malam puncak, rundown kasaran dan lain lainnya, ya seperti perjanjian awal mereka, mereka kesini hanya untuk membahas masalah divisi mereka, sebelum lebih jauh nantinya.

Kata hanif, adit adalah orang yang sangat profesional. Jadi, kalau dia ngajak buat rapat ya rapat, jangan sempet sempetnya lo malah ngebahas diluar agenda, adit bisa marah besar.

Karena hari mulai menjelang malam, mereka pun mempersingkat bahasannya agar tidak terlalu panjang.

“nah ini nih nanti tinggal ntar kita paparin konsepannya bareng anak acara lainnya, biar nanti konsep fixnya atas kesepakatan bersama.” ucap Adit dan mendapat anggukan dari Bila.

“ada lagi yang mau dibahas bil kira-kira dari lo?”

“ada sih ini dit, tapi bentar ya dit gue mau cuci tangan dulu, lengket hehe.” ujar Bila sembari berdiri dari kursinya

Namun, baru beberapa langkah bila berjalan, nama bila sudah dipanggil lagi oleh adit.

“Bil stop.”

Bila menoleh ke adit yang sudah berlari kearahnya dan melepas jaketnya untun menutup bagian belakangnya bila.

Bila sempat berfikir kenapa adit melakukan itu padanya, dengan bodohnya bila baru sadar hari ini adalah jadwal tamu bulanannya, sial.

“Bil, langsung pulang aja ya? Ntar aja dibahasnya lagi, dah lo cuci tangan aja sana, udah ditutupin pake jaket gue, tas lo biar gue aja yang bawain.”

“Bil, mau pesen apa? Lo duduk aja ntar gue yang yang bawain ke meja.” Ucap Adit sesaat mereka tiba di meja.

“Vanilla latte aja dit, ini gapapa gue tinggalin duluan ke tempat duduk?” Tanya bila

“Iya gapapa, gih sana.” Ucap Adit.

Setelah beberapa menit, adit datang membawa Minuman serta 2 buah cake. Perasaan bila ga pesen cake atau makanan apapun tadi.

“Nih buat lo, lo suka red velvet kan?”

Bila kebingungan, “loh tapi gue ngga mesen?”

“*bill on me hari ini, anggap aja sebagai tanda kerja sama kedepannya haha.” Ucap adit ramah.

Deym, meleleh.

— Sore itu, mereka membuka pembicaraan dengan membicarakan bagaimana konsep malam puncak, rundown kasaran dan lain lainnya, ya seperti perjanjian awal mereka, mereka kesini hanya untuk membahas masalah divisi mereka, sebelum lebih jauh nantinya.

Kata hanif, adit adalah orang yang sangat profesional. Jadi, kalau dia ngajak buat rapat ya rapat, jangan sempet sempetnya lo malah ngebahas diluar agenda, adit bisa marah besar.

Karena hari mulai menjelang malam, mereka pun mempersingkat bahasannya agar tidak terlalu panjang.

“nah ini nih nanti tinggal ntar kita paparin konsepannya bareng anak acara lainnya, biar nanti konsep fixnya atas kesepakatan bersama.” ucap Adit dan mendapat anggukan dari Bila.

“ada lagi yang mau dibahas bil kira-kira dari lo?”

“ada sih ini dit, tapi bentar ya dit gue mau cuci tangan dulu, lengket hehe.” ujar Bila sembari berdiri dari kursinya

Namun, baru beberapa langkah bila berjalan, nama bila sudah dipanggil lagi oleh adit.

“Bil stop.”

Bila menoleh ke adit yang sudah berlari kearahnya dan melepas jaketnya untun menutup bagian belakangnya bila.

Bila sempat berfikir kenapa adit melakukan itu padanya, dengan bodohnya bila baru sadar hari ini adalah jadwal tamu bulanannya, sial.

“Bil, langsung pulang aja ya? Ntar aja dibahasnya lagi, dah lo cuci tangan aja sana, udah ditutupin pake jaket gue, tas lo biar gue aja yang bawain.”