Cloudysun

Hari ini, adalah hari dimana kerja keras semua panitia untuk ultah himpunan terbayarkan. Program kerja ini juga menjadi program kerja terakhir dari Bph alias Pasukan Huru-Hara. Terlebih bagi departemen Ekal & Kina.

Walaupun banyak kejadian kejadian yang tidak mengenakkan dalam perjalanan menyelesaikan proker ini, namun mereka berharap proker ini bisa sukses dan menjadi penutup kepengurusan seperti apa yang semua harapkan.

— Setelah semalaman para panitia bekerja keras, tiba saatnya pagi ini semua panitia sudah berkumpul di kampus, memastikan semua persiapan sudah clear

Haikal sibuk dengan jobdesk acaranya, kina pun sibuk dengan jobdesk mengumpulkan semua nota nota yang harus segera dia akumulasikan demi terselesaikannya lpj dengan cepat.

——- Waktu berjalan cukup cepat, hingga sudah tiba saatnya untuk open gate. Ya memang acara ini terbuka untuk umum, tetapi memang konteksnya untuk merayakan ulang tahun himpunan mereka.

Seluruh panitia sudah berada di posisi masing-masing, begitu pula para bph yang sudah cukup lengang daripada tadi pagi.

“Kin bagi lipstick dong.” Ucap Arin mengangetkan kina yang sedang melihat sekitar.

“Ambil aja di tas.”

“Ntar lo jaga dimana?” Tanya Arin

“Gatau dimana, bebas mah gue.”

“Bantuin anak acara aja sana, kesian tuh haikal sc sendirian.” Celetuk Arin.

Sengaja.

“Ya liat nanti deh.” Jawab Kina jutek.

Males soalnya, bareng haikal karena mereka tiba-tiba jadi awkward semenjak ucapan Kina waktu itu.

——- Satu persatu acara rundown berjalan, hari semakin gelap, menandakan acara puncak yang diisi beberapa guest star akan segera tiba.

Para panitia kembali sibuk untuk memastikan demi kelancaran acara musik malam ini.

Tapi beberapa panitia termasuk para bph juga sudah mengambil posisi masing-masing untuk menikmati acara puncak pada malam tersebut.

“Ntar pada ngumpul disini yaa pas guest star terakhir.” Ucap Renjun yang mampir sebentar ke titik kumpul mereka

“Iya aman bos, lo gausah bolak balik semua udah aman terkendali kok jun.” ucap jaemin.

——— Sudah tiba saatnya guest star terakhir mulai naik ke atas panggung. Diikuti beberapa panitia berkumpul menjadi satu.

Haikal kina? Jangan ditanya mereka berdiri berdekatan tapi ditengahi oleh Jeno dan Arin. Ntah lah kenapa, tapi haikal masih berharap bisa deket sama kina. Tapi kalo gabisa, ya udah berarti jarak kedekatan mereka cuma segitu.

Lagu pertama sudah selesai di nyanyikan, beralih ke lagu kedua. Lagu yang dibawakan adalah lagu dari The Script – The Man Who Can’t be Moved

Saat lagu itu mulai dinyanyikan tidak tahu insting atau telepati, Jeno dan Arin mulai saling bertatapan dan berjanjian untuk keluar dari lingkup Kina dan haikal. Berusaha mendekatkan keduanya tanpa keduanya sadar.

“Bentar gue mau ke pinggir dulu” Ucap Arin.

Begitu pula jeno, tiba-tiba menyelonong pergi.

Space yang tidak terlalu lebar memaksa Kina dan Haikal untuk semakin dekat, sampai akhirnya Kina sadar ada yang tak beres disini, karena saat dia menoleh Arin beneran hilang, dan disebelahnya adalah Haikal.

Ya haikal.

I’m not broke, i’m just a broken-hearted man I know it makes no sense, but what else can i do And how can i move on, when i’m still in love with you.

Saat lirik itu dilantunkan, keduanya saling menoleh satu sama lain, membuat suasana tiba-tiba canggung diantara mereka berdua.

Tanpa aba-aba teman temannya semua inisiatif saling merangkul bahu satu sama lain, membuat haikal dan kina yang sekarang berdiri bersebelahan mau tidak mau harus berangkulan juga.

Setelah lagu selesai. Lanjut ke lagu terakhir, untuk menaikkan antusias para penonton, sang guest star memilih untuk menyanyikan lagu dari Reza Artamevia-Berharap Tak Berpisah

Benar benar malam itu, seakan akan lagu ditujukan untuk mereka berdua.

Dengan keberanian penuh, ditengah tengah lagu, haikal berusaha membuka topik di antara mereka.

“Kin.” Ucap Haikal

Kina menoleh, “apa?”

“gue boleh ngomong gak sih?” Teriak haikal karena suara musik yang cukup kencang.

“Ya ngomong ajalah gaada yang ngelarang.”

Haikal menarik nafas, “Gue masih sayang sama lo.”

“Apa? Gak jelas.” Ucap Kina.

“GUE MASIH SAYANG SAMA LO KIN, GUE MASIH ADA RASA SAMA LO—“ teriak haikal

Teriakan itu membuat seluruh audiens yang mengunjungi acara itu menoleh kearah haikal dan Kina.

Bagaimana tidak, suara haikal terdengar jelas karena bertepatan dengan selesainya lagu ketiga tersebut. Membuat pusat perhatian berganti kepada mereka berdua.

“Haikal—“ ucap kina

Suara riuhan kemudian mengisi kekosongan tersebut. Guest star pun mengerti akhirnya ikut menyaksikan kisah cinta sepasang pasangan yang sedang menyatakan cintanya.

“Sebelum kita lanjutin, mau denger gak sih jawab dari mbak nya?” Ucap guest star yang tiba-tiba membuka suaranya diatas panggung, dan menambah keriuhan para penonton.

Kina yang sudah setengah malu, hanya bisa menundukkan kepalanya, sedangkan haikal yang sudah terlanjur malu kembali melanjutkan aksinya.

“gue masih sayang sama lo kin, gue bakalan berubah, gue gak bakal ngerahasiain semuanya lagi kedepannya, gue tulus sama lo kin, gue janji bakalan ada buat lo ki—“

It sounds weird, ya haikal mencoba yang terbaik, toh dia terlanjur nyatain perasaannya malam itu.

“Haikal...” ucap Kina berusaha menghentikan aksi haikal.

“Lo mau gak sih jadi pacar gue lagi kin?” Tanya haikal dengan serius dan kembali membuat para penonton berteriak riuh.

“Terima! Balikan!”

“Terima! Balikan!”

“!Terima! Balikan!”

“Mau denger jawaban duluuu baru acaranya dilanjutin!!!!” Teriak Jeno secara tiba-tiba, membuat Muka kina yang tersorot lampu kembali berwarna merah.

“Kita hitung aja apa ya?” Tanya Guest star kembali.

Kina makin tekanan batin bun.

“1”

“2”

“3”

“Jawabannyaaaa?????”

“Iya iya aku terima, kita balikan.”

6 kata dari Kina itu kembali membuat suara tiuh penonton terdengar, dan membuat haikal melukiskan senyuman di pipinya.

“Makasih kin.” Ucap haikal sambil memeluk kina yang masih berdiri disebelahnya.

*anggap aja ini ceritanya si kina mau dipeluk sama haikal wkwk

Malam itu, suasana riang gembira kembali terukir, di tengah tengah lagu terakhir yang dinyanyikan, ada pasangan yang kembali menjalin kisah cinta yang belum selesai. Malam itu pula, haikal berjanji akan menjadi orang yang akan selalu menjaga kina disetiap waktu yang dia punya.

Karena sebuah kesempatan kedua tidak akan datang lagi untuk menjadi kesempatan ketiga.

——End (Partners au / 15.02.2021)

Hari ini, sesuai dengan kesepakatn, seluruh bph berkumpul di Kontrakan haikal, untuk membantu para staff menyelesaikan properti mereka yang belum selesai.

Kina berangkat dari kosannya dengan arin serta ryu menuju kontrakan haikal yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Saat sampai disana, sudah ada beberapa staff yang menunggu diluar sambil ngobrol satu sama lain.

“Kok pada nunggu diluar?”

“Ah iya kak, kak haikalnya tadi dipanggil gak nyaut, segan mau nelfon.” Ucap salah satu staff.

Kina hanya menggeleng geleng, kenapa harus segan sih. “Yaudah bentar gue telfon dulu ya.”

— Setelah mengabarkan haikal kalau mereka ada didepan kontrakan, kina dan yang lainnya langsung masuk kedalam.

Mengambil posisi untuk mengerjakan properti hari H agar cepat selesai.

“Udah pada makan belom?” Tanya haikal yang tbtb muncul dari dapur

“Udah kak.” Ucap beberapa staff serentak.

“Lo semua?” Tanya haikal menunjuk mereka bertiga. Ya karena bph cuma mereka bertiga yang udh dateng wkwk, yang lain? Biasalah.

“Gue sama ryu udah, kina noh belom.” Ucap Arin

“Kin? Kok belom makan?” Tanga haikal

“Gapapa kal, belom laper tadi.”

“Pergi deh sana berdua makan. Gue sama arin handle anak anak.” Ucap Ryu

“Ayo mau ga?” Ajak haikal

Kina menggeleng “gue masih belom laper kal.”

———-

Setelah beberapa jam mengerjakan properti, dan satu persatu staff pulang, tinggallah para bph yang masih bergelut dengan fokusnya masing-masing.

Ada yang ngedit, ada yang masih kerjain benerapa properti kecil, ada juga yang tiduran santai.

“Kin.” Ucap haikal

“Kenapa?”

“Muka lo pucet.”

“Ah masa sih? Lipstick gue udah ilang soalnyaa.”

“Makan ya? Tadi gue beliin tuh.” Ucap haikal, namun insting haikal berkata lain, dia memegang dahi kina untuk memastikan, panas.

“Kin anget, makan dulu ya?”

“Iya boleh deh.”

Setelah kina menghabiskan setengah makanannya, haikal pun pergi sebentar ke kamarnya dan keluar membawa bantal dan selimut serta obat penurun demam.

“Nih, minum dulu, abis itu tidur disini, apa mau dikamar gue aja?”

“Ngga usah, disini aja deh.”

“Yaudah, minum nih dulu, terus tidur ya. Gue kedepan dulu bareng anak anak lain, ntar gue bilangin kalo lo istirahat bentar.”

Kina menangguk, “makasih ya kal.”

—— Setelah beberapa saat haikal meninggalkan kina di sana, haikal kembali untuk memastikan bahwa kina benar benar tidur

Syukurlah kina tidur nyenyak di sofa kontrakan haikal yang berada di ruang tamu lain, Haikal kemudian bersimpuh disebelah sofa tempat kina tidur dan merapihkan rambut kina yang menutupi matanya.

“Kin, makasih ya udah maafin gue, gue say—“

Suara haikal terpotong tatkala jaemin masuk mencari dirinya

“KAL LO GUNTING DIMAN—“

“Sst, kina lagi tidur, jangan berisik deh lo.”

“Eh iya sorry sorry maap.” Ucap jaemin yang langsung ngibrit keluar.

Hari ini, sesuai dengan kesepakatn, seluruh bph berkumpul di Kontrakan haikal, untuk membantu para staff menyelesaikan properti mereka yang belum selesai.

Kina berangkat dari kosannya dengan arin serta ryu menuju kontrakan haikal yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Saat sampai disana, sudah ada beberapa staff yang menunggu diluar sambil ngobrol satu sama lain.

“Kok pada nunggu diluar?”

“Ah iya kak, kak haikalnya tadi dipanggil gak nyaut, segan mau nelfon.” Ucap salah satu staff.

Kina hanya menggeleng geleng, kenapa harus segan sih. “Yaudah bentar gue telfon dulu ya.”

— Setelah mengabarkan haikal kalau mereka ada didepan kontrakan, kina dan yang lainnya langsung masuk kedalam.

Mengambil posisi untuk mengerjakan properti hari H agar cepat selesai.

“Udah pada makan belom?” Tanya haikal yang tbtb muncul dari dapur

“Udah kak.” Ucap beberapa staff serentak.

“Lo semua?” Tanya haikal menunjuk mereka bertiga. Ya karena bph cuma mereka bertiga yang udh dateng wkwk, yang lain? Biasalah.

“Gue sama ryu udah, kina noh belom.” Ucap Arin

“Kin? Kok belom makan?” Tanga haikal

“Gapapa kal, belom laper tadi.”

“Pergi deh sana berdua makan. Gue sama arin handle anak anak.” Ucap Ryu

“Ayo mau ga?” Ajak haikal

Kina menggeleng “gue masih belom laper kal.”

———-

Setelah beberapa jam mengerjakan properti, dan satu persatu staff pulang, tinggallah para bph yang masih bergelut dengan fokusnya masing-masing.

Ada yang ngedit, ada yang masih kerjain benerapa properti kecil, ada juga yang tiduran santai.

“Kin.” Ucap haikal

“Kenapa?”

“Muka lo pucet.”

“Ah masa sih? Lipstick gue udah ilang soalnyaa.”

“Makan ya? Tadi gue beliin tuh.” Ucap haikal, namun insting haikal berkata lain, dia memegang dahi kina untuk memastikan, panas.

“Kin anget, makan dulu ya?”

“Iya boleh deh.”

Setelah kina menghabiskan setengah makanannya, haikal pun pergi sebentar ke kamarnya dan keluar membawa bantal dan selimut serta obat penurun demam.

“Nih, minum dulu, abis itu tidur disini, apa mau dikamar gue aja?”

“Ngga usah, disini aja deh.”

“Yaudah, minum nih dulu, terus tidur ya. Gue kedepan dulu bareng anak anak lain, ntar gue bilangin kalo lo istirahat bentar.”

Kina menangguk, “makasih ya kal.”

—— Setelah beberapa saat haikal meninggalkan kina di sana, haikal kembali untuk memastikan bahwa kina benar benar tidur

Syukurlah kina tidur nyenyak di sofa kontrakan haikal yang berada di ruang tamu lain, Haikal kemudian bersimpuh disebelah sofa tempat kina tidur dan merapihkan rambut kina yang menutupi matanya.

“Kin, makasih ya udah maafin gue, gue say—“

Suara haikal terpotong tatkala jaemin masuk mencari dirinya

“KAL LO GUNTING DIMAN—“

“Sst, kina lagi tidur, jangan berisik deh lo.”

“Eh iya sorry sorry maap.” Ucap jaemin yang langsung ngibrit keluar.

Hari ini, sesuai dengan kesepakatn, seluruh bph berkumpul di Kontrakan haikal, untuk membantu para staff menyelesaikan properti mereka yang belum selesai.

Kina berangkat dari kosannya dengan arin serta ryu menuju kontrakan haikal yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Saat sampai disana, sudah ada beberapa staff yang menunggu diluar sambil ngobrol satu sama lain.

“Kok pada nunggu diluar?”

“Ah iya kak, kak haikalnya tadi dipanggil gak nyaut, segan mau nelfon.” Ucap salah satu staff.

Kina hanya menggeleng geleng, kenapa harus segan sih. “Yaudah bentar gue telfon dulu ya.”

— Setelah mengabarkan haikal kalau mereka ada didepan kontrakan, kina dan yang lainnya langsung masuk kedalam.

Mengambil posisi untuk mengerjakan properti hari H agar cepat selesai.

“Udah pada makan belom?” Tanya haikal yang tbtb muncul dari dapur

“Udah kak.” Ucap beberapa staff serentak.

“Lo semua?” Tanya haikal menunjuk mereka bertiga. Ya karena bph cuma mereka bertiga yang udh dateng wkwk, yang lain? Biasalah.

“Gue sama ryu udah, kina noh belom.” Ucap Arin

“Kin? Kok belom makan?” Tanga haikal

“Gapapa kal, belom laper tadi.”

“Pergi deh sana berdua makan. Gue sama arin handle anak anak.” Ucap Ryu

“Ayo mau ga?” Ajak haikal

Kina menggeleng “gue masih belom laper kal.”

———-

Setelah beberapa jam mengerjakan properti, dan satu persatu staff pulang, tinggallah para bph yang masih bergelut dengan fokusnya masing-masing.

Ada yang ngedit, ada yang masih kerjain benerapa properti kecil, ada juga yang tiduran santai.

“Kin.” Ucap haikal

“Kenapa?”

“Muka lo pucet.”

“Ah masa sih? Lipstick gue udah ilang soalnyaa.”

“Makan ya? Tadi gue beliin tuh.” Ucap haikal, namun insting haikal berkata lain, dia memegang dahi kina untuk memastikan, panas.

“Kin anget, makan dulu ya?”

“Iya boleh deh.”

Setelah kina menghabiskan setengah makanannya, haikal pun pergi sebentar ke kamarnya dan keluar membawa bantal dan selimut serta obat penurun demam.

“Nih, minum dulu, abis itu tidur disini, apa mau dikamar gue aja?”

“Ngga usah, disini aja deh.”

“Yaudah, minum nih dulu, terus tidur ya. Gue kedepan dulu bareng anak anak lain, ntar gue bilangin kalo lo istirahat bentar.”

Kina menangguk, “makasih ya kal.”

—— Setelah beberapa saat haikal meninggalkan kina di sana, haikal kembali untuk memastikan bahwa kina benar benar tidur

Syukurlah kina tidur nyenyak di sofa kontrakan haikal yang berada di ruang tamu lain, Haikal kemudian bersimpuh disebelah sofa tempat kina tidur dan merapihkan rambut kina yang menutupi matanya.

“Kin, makasih ya udah maafin gue, gue say—“

Suara haikal terpotong tatkala jaemin masuk mencari dirinya

“KAL LO GUNTING DIMAN—“

“Sst, kina lagi tidur, jangan berisik deh lo.”

“Eh iya sorry sorry maap.” Ucap jaemin yang langsung ngibrit keluar.

”bang naka ada di kantor polisi sekarang

Chat dari kak alea, pacar bang naka sukses membuat Lila kepikiran hari ini. Bagaimana tidak, abangnya udah 2 hari gak pulang kerumah.

Emang, kadang abangnya suka gak pulang kerumah, tapi hanya semalam, makanya saat lila sadar abangnya sudah tidak ada dirumah selama 2 hari lila kemudian langsung mencari kabar abangnya.

———-

Saat ini, lila sudah dijemput oleh kak alea untuk menuju kantor polisi. Ntah perasaannya bener bener takut, dia takut kalau abangnya malah berbuat macam-macam dan menyebabkan dia berada di kantor polisi sekarang.

“Ayo lil.” Ucap Alea

“Kak..bang naka gapapa kan?” Tanya lila kepada Alea.

Disini, lila sudah menahan air matanya, dia takut, bener bener takut.

“Kita masuk dulu yaa, temuin abangmu di dalam, ayo kakak temenin, tapi lila jangan nangis ya? Lila masih ada kak alea, lila janji kalo lila tau alasan abang di polisi lila gak boleh nangis kejer oke?”

Lila mengangguk, walaupun hatinya menolak alias tidak siap mendengar alasan tersebut.

10 menit 15 menit... 20 menit...

Orang yang ditunggu menampilkan dirinya juga, Naka, abang lila yang paling dia sayang.

“Abangggg!!!” Teriak lila berlari memeluk abangnya.

“Lil—maafin abang ya?” Jawab naka sambil menyambut pelukan adiknya

“Abang, jawab, kenapa abang bisa ada di kantor polisi? Kenapa?”

Naka hanya diam, sambil mengelus rambut adiknya.

“Abang? Jawab? Abang bisa ngomong kan?!”

“Abang habis nabrak orang.” Jawab Naka

“Nabrak siapa?”

“Abang nabrak temen kamu, abang nabrak haikal.”

Lila mendengar itu kemudian langsung diam, langsung menjauhi diri dari abangnya.

“Kenapa lo lakuin itu sih? Lo gila?” Ucap Lila mengubah cara bicaranya.

“Lila, dia udah nyakitin lo, dia udah berani nolak lo, bikin lo sakit hati, bikin lo sedih, bikin lo nangis beberapa hari di kamar, gimana bisa gue biarin orang kaya dia di dunia lil?”

“Lo tuh udah gila ya bang? Ga gitu caranya, gue emang suka sama haikal, tapi dengan lo nabrak haikal kaya gini karena alasan gue, bisa buat gue makin jauh sama dia, lo ngerti gak sih?” Teriak Lila.

Lila benar benar kecewa, tidak habis pikir dengan tindakan gila abangnya.

“Oke maaf, abang tau abang salah, tapi gue ngelakuin ini pure buat lo. Gue gak suka adek gue disak—“

“Udahlah gausah alasan lagi, lo malah jauh lebih nyakitin gue dengan cara kaya gini, gue udah gapeduli sama lo.” Ucap Lila sambil berlari meninggalkan alea dan Naka disana.

“LILAAA!!!!” Teriak Naka

“Naka, udah kamu disini dulu ya, lila biar aku yang urus, aku bakalan ngasih kabar ke kamu tiap hari nanti oke.” Ucap Alea yang kemudian berlari mengejar Lila.

Beruntung alea bisa menenangkan Naka sejenak.

“Lila tunggu, lilaa naka ngelakuin itu buat kamu, abang kamu gak mak—LILAAA!”

Alea teriak saat melihat lila terjatuh menabrak cowo berperawakan tinggi.

“Loh lila?” Tanya laki laki itu.

“J-Jeno...”

“Ngapain lo disini?”

Alea langsung menghampiri lila dan membantu dia berdiri, “LILA, tunggu lil, ayo kakak jelasin dulu, bang naka nabrak temen kamu itu ada alasannya, kamu harus denger semua penjelas—“

Jeno yang masih disana mengernyit bingung, kemudia teringat sesuatu dengan nama yang tidak asing.

“Naka? Pelaku tabrak lari haikal itu abang lo lil?” Tanya Jeno

Setelah chat panjang lebar haikal dua hari yang lalu, haikal bener bener ngga ngehubungin kina lagi.

Kina pun sama, terlalu gengsi untuk membalas pesannya haikal.

”dia beneran mau pergi?” ”dia beneran nyerah?” batin kina

Iya, kina egois, egois banget. Dia hanya ingin diperjuangkan, tapi terlalu gengsi untuk memperjuangkan juga. Alhasil sekarang mungkin waktunya haikal sudah capek dengan segala tindakan kina.

———

Sudah hampir 2 minggu kina tidak mengunjungin haikal diam-diam. Ya selama ini kina memang selalu kerumah sakit, tapi tidak pernah sekalipun memberitahukan orang-orng disekitarnya.

Dia hanya meratap dari luar ke dalam ruangan haikal, memastikan haikal masih ada disana dengan keadaan baik baik saja.

Setelah memesan ojol, kina langsung bergegas menuju ke rumah sakit untuk mengunjungi orang yang “masih dia sayang”.

——

Setelah sampai dirumah sakit, kina langsung bergegas, tapi memastikan dulu tidak ada orang yang mengenal dia saat ibi. Dia menggunakan jaket, masker dan kacamata. Bagaikan secret agent

Kina langsung menuju ke kamar rawat inap, tapi diluar dugaannya, kamar itu sepi. Tidak ada orang sama sekali.

Di koridor pun hanya sebagian perawat yabg berlalu lalang, tapi kina masih terlalu malu untuk bertanya dimanakah haikal.

Setelah 15 menit berjalan jalan ke tempat lain, kina kembali kesana, namun nihil, ruangan itu masih kosong.

“Haikal kemana ya? Kok orangnya ngga ada? Biasanya jam segini dia tidur kan?” Ucapnya dibalik kaca pint yang tembus kedalam ruangan haikal.

“Mba cari siapa?”

Suara itu membuat kina langsung membalikkan badannya, niatnya hendak menjawab perawat yang bertanya.

“Saya nyari pasien yang disini kema—loh h—haikal?”

“Kenapa ngga kabarin gue kalo mau kesini? Ngga perlu ngintip ngintip, gue barusan dari luar jalan jalan makanya kamarnya kosong.”

“Jadi, selama ini lo selalu nungguin gue diluar?” Ucap orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah haikal dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Sial, gue ketahuan” ucap kina dalam hati.

Suasana ramai dari rumah sakit menyambut Kina, sesaat dia kembali ke kota itu.

Dia benar benar clueless, tidak tahu alasan apa yang membawanya kesini. Setelah mobil jeno terparkir, dia kemudian bergegas hendak turun, namun langsung ditahan oleh Kina.

“Jen, siapasih?” Tanya Kina

“masuk dulu aja ayo.”

“Gue takut.”

“Kenapa takut kin?” Tanya Jeno

“Gue takut, orang yang gue sayang yang ada disana.” Jawab Kina.

Jeno langsung terdiam, dan memeluk teman perempuannya itu. Jeno & Kina memang sedekat itu, karena dari dulu mereka selalu satu sekolah, jangan heran sekarang jeno bisa memeluk kina dengan santai.

“Kita masuk dulu ya, daripada disini terus, kalo lo takut, pegang tangan gue.” Ucap Jeno.

————-

Setelah berhasil membujuk Kina keluar mobil, jeno & kina langsung masuk kedalam tentunya dengan perpegangan tangan, karena jeno tau, sekalinya kina bilang kalau dia takut, dia pasti setakut itu.

Didalam sana, tepatnya didepan ruang ugd terdapat Arin, Ryu, Jaemin, Renjun, dan Lila.

Mereka menoleh kearah jeno & kina, kemudian arin & ryu berlari kearah kina dan memeluk Kina.

“Kin—“

“Kenapasih?” Tanya Kina “Siapa yang harus kita lihat di ugd sini?”

Ryu menggeleng, dia dan arin hanya memeluk erat sahabatnya tersebut.

“Udah udah, rin, ryu, biarin kina duduk dulu ya.” Ucap Renjun yang datang memisahkan mereka.

Kina memilih duduk disebelah Jeno, sambil menunggu teman-temannya menjelaskan apa maksud dan tujuan mereka kesini.

Tanpa sadar, kina mengabsen satu-satu temannya, namun seperti ada yang kurang. Kemudian Kina mendekatkan diri ke Jeno, dan berbisik menanyakan sesuatu.

“Jen, kok haikal gak ada? Dia emang gak dikasih tau?” Bisik Kina ke Jeno.

Jeno kemudian menatap mata kina, kemudian menarik nafas yang dalam.

“Kin, yang didalam itu si—“

Omongan Jeno terhenti, sesaat salah satu dokter keluar dari ruang UGD tersebut.

“Keluarga atau kerabat korban tabrak lari tadi?” Tanya Dokternya.

“Iya dok.” Jawab mereka semua serempak & berdiri menghampiri dokter tersebut, kecuali Jeno & Kina.

“Pasien a.n haikal masih belum sadarkan diri, lukanya cukup parah, tulang kering kakinya patah karena benturan keras yang didapat korban, jad—“

Kina yang mendengar sesuatu langsung berdiri dari tempat duduknya. “Apa haikal? Hah? Apa dokter? Atas nama siapa?” Tanya Kina memastikan.

“Kin tenang dulu, ayo duduk dulu ya.” Ucap Jeno menarik Kina untuk kembali duduk disebelahnya.

“JEN GIMANA BISA LO GAK BILANG KE GUE KALO HAIKAL YANG DIDALAM JEN? KENAPA JEN? KENAPA LO GAK BILANG DARITADI JENO????”

Hari ini, sesuai janji lila & haikal, mereka bertemu di salah satu cafe yang ada di Kota itu. Cafe yang biasanya emang dipakai mahsiswa disana untuk rapat ataupun sekedar hangout dengan suasana tenang.

Lila telah tiba 5 menit sebelum jam yang telah ditentukan. Dia memesan 2 minuman, 1 latte dan 1 ice americano, kesukaan haikal.

Setelah menunggu beberapa saat, haikal muncul dari balik pintu dengan kemeja flannel + kaos hitamnya dan beanie yang bertengger di kepalanya. Haikal masuk kemudian meghampiri lila yang melambai kearahnya.

“Hai!” Sapa lila dengan penuh senyum.

“Hi, sorry ya gue telat, agak macet tadi.” Balas haikal.

“Iya gapapa kok kal, btw ini barusan aja sampe, aku mesenin kamu ice americano, kamu suka kan?” Tanya Lila.

panggilan “aku—kamu” membuat haikal mengerutkan dahinya, ada apa gerangan lila memanggilnya dengan kata itu.

“Eh sorry tapi gue lagi ngga minum es—“ tolak haikal halus.

Raut muka lila sedikit berubah kearah kecewa, namun bukan lila namanya kalo menyerah.

“Eh yaudah aku pesenin yang lain mau?” Tanya Lila.

Haikal menggeleng dengan cepat, apa kata orang orang kalo dia menolak wanita didepannya dan menyuruh untuk memesankan ulang.

“Eh—gausah, gapapa deh gue sekali aja minum ini, lain kali gausah dipesenin lil, gue bisa mesen sendiri.” Ucap haikal yang membuat senym lila kembali merekah.

—— Setelah mereka menyelesaikan apa yang menjadi tujuan pertemuan sore itu, mereka pun membereskan peralatan yang berserakan di meja cafe tersebut.

“Udah kan? ini apa lagi yang belom? Biar diselesaiin sekalian.” Tanya haikal

“Eh udah kok udah semua kal, nanti gue kirimin ke email benpelnya.”

Haikal mengangguk, kemudian hendak beranjak dari kursinya, dan mengajak lila pulang.

Namun, tangan haikal dengan cepat ditarik oleh lila.

“Kenapa?” Haikal menoleh.

“Ah—itu, tadi kan aku bilang ada yang mau aku omongin.” Ucap lila terbata-bata.

“Oh iya, yaudah apa lil?” Tanya haikal yang kembali duduk di kursinya.

Lila menarik nafas yang dalam, berusaha menetralkan jantungnya saat ini.

“Itu—kal, anu—sebenernya gue, gue suka sama lo.” Ucap Lila lantang.

Haikal yang sedang mengaduk ngaduk dan memakan es batu dari gelas ice americano nya tadi hampir saja tersedak saat mendengar apa yang dikatakan lila.

“Hah?”

“Iya kal, gue suka sama lo, aku suka sama kamu kal, udah lama, aku pikir lebih baik aku nyatain sekarang biar kamu tau apa yang aku rasain sekarang.” Ucap lila.

Haikal masih diam, masih mencerna perkataan, maksud dan tujuan lila menyatakan perasaannya.

“Gue makasih banget lo udah suka sama gue, cuma gue bingung, maksud dan tujuan lo nyatain ini emang pengen nyatain aja atau ada maksud lain?” Tanya haikal.

“Ayo pacaran kal, gue nyatain karena emang pengen pacaran sama lo.”

2x haikal hampir tersedak es batu.

“Gue nyatain supaya lo mau jadi pacar gue, biar lo tau kalo gue suka lo udah lama, gue udah gabisa nunggu lo buat nyatain perasaan duluan, jadi mending gue aja yang mul—“

Perkataan lila di stop oleh haikal, membuat lila menatap haikal dengan penuh harap.

“Sekali lagi, gue makasih banget lo udah bisa nyatain perasaan lo dengan jujur ke gue kalo lo suka sama gue, tapi kalo tujuan lo buat kita pacaran, maaf lil, gue gabisa, gue gak bisa bohongin perasaan gue sendiri, ada orang lain yang gue sayang lil, dan itu bukan lo, gue minta maaf ya? ayo kita pulang aja, gue tunggu di mobil ya lil.” Ucap Haikal sambil beranjak dari kursinya meninggalkan lila yang masih mematung akibat jawaban haikal.

”kina, gue udah dikampus, depan sekret”

Satu pesan itu dikirimkan haikal sambil menunggu kedatangan kina. Ini kali pertamanya bertemu dengan kina lagi, biasanya setiap bertemu pasti kina menghindari tatapan dari haikal. Bahkan saat sedang rapat departemen pun kina sebisa mungkin menghindar dari haikal.

1 batang rokok haikal nyalakan sambil menemani kesendiriannya di depan sekret.

“Kal..”

Suara perempuan itu sontak mengagetkannya, membuat haikal buru-buru membuang rokoknya yang baru saja dia nyalakan.

“Eh kin.”

Kina menatap haikal sebentar, lalu menggelengkan kepalanya.

“Nih jaket lo.”

“Kin, gue udah bilang gapapa gausah dibali—“

“Makasih ya.” Potong Kina sebelum haikal menyelesaikan kalimatnya.

Haikal kemudian mengangguk dan menerima jaket yang sudah di bungkus rapi dalam paperbag coklat tersebut.

“Jeno mana?” Tanya haikal

“Dia di parkiran, yaudah kalo gitu gue pulang dul—“

Tangan kecil kina ditahan pelan oleh haikal, sebelum wanita yang ada didepannya ini pergi, haikal ingin berbicara sebentar.

“Kin, aku minta maaf.”

“Kin, maafin aku kalo kesannya jahat sama kamu.”

“Kin aku nyesel. Aku bisa perbaiki ini semua kin, aku gatau mesti gimana lagi, aku beneran senyesel itu.”

“Kin aku janji gabakal gitu lagi kin, aku say—“

Kina melepaskan tangan haikal yang masih mengenggam tangannya, kemudian tersenyum kearah haikal yang juga sedang menatap dirinya.

“Jangan dilanjutin, gue lagi gak mau denger apa apa.”

“Btw santai aja, gue udah maafin lo, gaada gunanya marah juga, kan kita juga udah gaada hubungan apa apa kal selain partner himpunan.”

Haikal menunduk, bener bener dia tidak bisa menatap mata perempuan yang mungkin tersakiti oleh dirinya.

“Gue pulang dulu.” Ucap Kina beranjak pergi dari hadapan haikal, meninggalkan haikal sendirian.

Haikal berusaha menoleh melihat kepergian kina sore itu. Saat dia mengangkat kepalanya keatas, dia masih melihat kina berhenti tak jauh dari hadapannya.

“Kal, jangan ngerokok sesedih apapun lo, gabaik. Gue mau lo sehat terus.” Ucap kina kemudian benar benar pergi meninggalkan haikal disana sendirian.

Malam ini, kina hanya memperhatikan dirinya yang lemah dibalik pantulan kaca.

Kenapa bisa perempuan seperti dia, yang sudah lama ngejar haikal, dan pas jadian malah begini ceritanya.

Hari ini, dia lagi-lagi terluka, bukan hanya hatinya, tapi juga fisiknya. Yang lebih sedihnya lagi, dia harus melihat laki-laki yang menjadi pacarnya saat ini terlihat tidak peduli saat kina terluka.

Bahkan, berpindah 1 cm saja tidak dari tempat duduknya.

toktoktok

Suara ketukan pintu kamar kina seketika menghancurkan lamunannya.

“Kin, haikal udah dibawah, katanya mau ketemu lo, sana gih.” Teriak Ryu dari balik pintu.

“Iya bentar gue keluar.”

Kina mengambil hoodienya dan keluar dari kamarnya, turun untuk menghampiri haikal yang sudah ada didepan kosannya.

———

Haikal dan kina kemudian pergi ke taman deket kosannya, sengaja, karena takut ada yang menganggu dikosan.

Setelah sampai ditaman, mereka mampir membeli minuman kemudian duduk di dekat salah satu kursi taman yang ada disana. Tapi, mereka hanya duduk tanpa ada bicara apapun.

“Kamu baik baik aja? Ini lukanya udah diobatin?” Tanya haikal sambil memegang dahi kina yang sudah diperban kecil.

“Udah.” Jawabnya singkat

“Kin, maafin aku ya, aku gabisa bela kamu disaat begitu, kamu tau lila juga cewe, ga mungkin aku bentak dia dis—“

“Haikal aku mau putus.” Ucap kina memotong pembicaraan haikal.

Haikal yang sedang minum kemudian hampir tersedak setelah mendengar kalimat yang terlontar dari mulut kina.

“Apa?”

“Aku mau putus.”

“Kenapa kin?”

“Biar aku gak bohong sama orang orang kalau sebenernya aku punya pacar, kal. Aku cape boong terus.” Ucap kina.

“Kin..engga, pasti bukan itu alasannya kan?” Tanya haikal.

“Iya kal, itu alasannya, aku juga cape kalo liat kamu harus ngakuin aku cuma temen kamu sama orang lain.”

Haikal membelalakkan matanya saat kembali mendengr hal yang mengagetkan.

“Apa? Maksud kamu apa?”

“Kamu bilang sama lila kamu sama aku cuma temen kan? Mau sampe kapan kal kamu boongin semuanya?.”

“Kin ga gitu maksud aku, aku gaada bilang itu sama lila kin, sumpah demi apapun.”

“Mau kamu bener atau engga ngomong gitu, aku tanya sekarang, mau sampe kapan kamu nutupin semuanya kal?” Tanya Kina lagi.

“Kin, aku udah bilang sampe semua project ini kelar ya? Aku kan udah janji sama kamu kin. Kalo kamu mutusin aku cuma karena cemburu sama lila, engga kin aku udah bilang berkali kali aku sama lila gaada hubungan apa apa kin..”

Kina menundukkan kepalanya, benar benar pusing memikirkan semuanya.

“Kamu kira kalo kamu ngundur selalu sampe project ini kelar, itu perasaan lila bisa di batalin? Engga kan kal? Aku males berantem sama orang cuma gara-gara kamu kal.”

“Kin ngga kin, aku bakalan buat lila ga suka sama aku, aku cuma dia sebatas partner divisi doang.” Sanggah haikal

“Emang dulu kita apa kal? Kita juga diawali oleh partner departemen kok? Terus apa bedanya kamu sama lila? Sama kan kal? Sama kan?”

Haikal terdiam, tidak bisa menjawab sanggahan dari kina malam itu.

“Gabisa jawab kan kamu? Gabisa kan?”

“Kinaa, ga gitu, kamu jangan ngambil keputusan gegabah gini kin, sumpah apapun aku gaada hub—“

“Aku tetep mau putus kal, kita putus aja ya? Bahkan hubungan kita lebih baik kalau cuma jadi teman dari pada jadi pacar.” Ucap Kina sambil beranjak dari kursinya.

“Kin—engga aku gamau.”

“Aku mau kal, aku mau putus. Kita sampe sini aja ya.”

“Kin—“ panggil haikal sambil menarik tangan kina pelan.

“Udah kal, kita—sampai disini aja ya? Aku pulang. Kamu hati-hati ya pulangnya.” Ucap kina yang kemudian berlari pulang kekosannya, meninggalkan haikals sendirian yang tanpa sadar meneteskan air mata.