Bunda nyuwi

“AYANGGGGGGG.” Suara mengelegar itu membuat New menjatuhkan brownies lucunya di lantai. New sudah mau menjitak Tay, tapi saat ia akan menjitak kekasih anehnya itu, muka Tay sudah penuh air mata dan ingus yang bleber kemana-mana.

Persis bocah 5 tahun.

Alih-alih bertanya, New cuman membawa Tay ke pelukannya. Bagi New, siapapun yang menangis tak seharusanya di tanya tapi di beri afeksi menenangkan. Tidak semua orang mau di tanya ketika menangis. Ada kalanya seseorang hanya bersandar.

“Gapapa. Gapapa Tay, apapun masalah lo, pasti ada jalan keluarnya.” Sesekali di puk punggung bergetar Tay.

Dilepaskannya pelukan itu. “Yang, Siti hilang. Gue tanya mama ga tau katanya.”

“Iya nanti kita cari bareng-bareng.” Mereka berkeliling komplek mencari Siti, singa peliharaan Tay. New juga membawa Bonbon, kura-kura peliharaannya. Bukan tanpa sebab New membawanya, Bonbon dan Siti sudah berteman lama sekitar 3 tahun, walau keduanya spesies berbeda.

New selalu ingat, kalau salah satu diantaranya ada yang hilang, satunya lagi akan mencari dengan radarnya, entahlah seperti punya ikatan batin.

“Yang dimana ya? Gue khawatir banget sama Siti. Kalau dia di kulitin gimana?”

“Dia juga kan biasa hilang Wan, paling jalan sendiri di komplek.”

“Tetep aja. Gue panik. Mana besok gue ada shift flight lagi. Duh makin ga tenang gue.”

New menoleh spontan. “Lo pulang aja deh Wan, packing buat besok. Biar gue sama Bonbon yang nyari Siti.”

“Ga lah gila. Siti kan tanggung jawab gue yang. Ayo dah keliling di blok 10. Biasanya kan nangkring di rumah Jumpol.”

“Ayo.”

Lama mereka mencari, tanda-tanda Siti tidak ditemukan, bahkan Bonbon sudah memasukan kembali kepalanya ke dalam cangkang hijau itu.

Melihat New kesusahan mengendong benda hidup warna hijau itu, Tay berinsiatif mengambil alih. “Kesiniin yang Bonbonnya. Tangan lo merah tuh.”

Ini bukan roman picisan, apalagi Dilan. New langsung membawa Bonbon ke tangan Tay tanpa menyanggah kata 'ga usah gue bisa sendiri'. Ia juga sedari tadi pegal membawa kura-kura jantan itu.

“Bon kalau lo nyium bau Siti, keluar ya kepala lo. Oke bos?” Tay sesekali mengetuk cangkang hijau itu.

Oke bos siap” terdengar suara buatan New meniru hewan itu.

Tay menoleh dan tertawa melihat New spontan mengucapkan suara seperti itu. Lucu dan menggemaskan.

Blok demi blok mereka lewati, Siti belum juga ditemukan. Sinyal dari Bonbon juga tidak keluar yang menandakan tidak ada keberadaan Siti disekitar sini.

Tiba-tiba...

“eh EH ANJING SIA KAGET AKU COK. Ya ampun Bon munculin kepala pake aba-aba apa.”

“Sok dah lo hirup udara nih malem. Betah amat di cangkang sih Bon.”

Tay sesekali mengelus cangkang itu, membuat New mau tak mau tersenyum. Pria di sampingnya ini sejatinya sangat polos, tulus dalam bertindak. Ia tidak bisa berbohong, semua yang dia rasakan ya itu yang di keluarkan. Mungkin itu juga salah satu yang membuat New jatuh cinta dan langgeng dengan Tay Tawan, kekasih anehnya 10 tahun terakhir ini.

“Kenapa ngeliatin gue gitu banget? Iya gue tau gue ganteng.” New mengangguk dan senyum sumringah. “Iya, ganteng banget ya pacar gue.”

chup

Tanpa aba-aba New spontan mencium Tay. Tay hanya tersenyum, “lagi dong yang, yang sebelah belum haha.”

“Maunyaa. Udah ayo cari Siti.” New berjalan cepat duluan, meninggalkan Tay yang terlihat cengegesan seperti orang gangguan jiwa.

Bugh

Tubuh Tay menabrak punggung New yang berhenti mendadak.

“AYANG MAH KENAPA BERHENTI NGEDA—” belum selesai Tay mendumel, New langsung berbalik dan “WAN, TADI KAN BONBON MUNCULIN KEPALANYA. ITU TANDA SITI DI SEKITAR SINI. ADUH ANJING TADI SITI MUNCUL PAS DIMANA SIH?”

“Ayang gausah teriak astagfirullah, kaget lho gue. Untung ga punya sakit jantung.”

Dua detik kemudian. “LAH IYA BARU SADAR GUE CIKKKK.”

Di geplak lah kepala Tay spontan. “Yang bilang gausah teriak tadi siapa?”

“Hehe refleks maaf ayang.”

“OI PEKOK...” ada suara mengejek dengan keras yang dapat New dan Tay dengar.

“Ayang, tadi yang ngomong siapa? Sumpah bukan gue...” Tay merinding sumber suara dari belakang itu.

New hanya diam dan meremat kemeja Tay. Keringet dingin mengucur deras dari keduanya.

“Wan, pulang aja gasih kita? please ga usah nengok belakang deh.”

Tay menelan saliva karena gugup. “Yang, dalam hitungan ketiga kita lari ya.”

New menoleh dan mengangguk yakin.

“Satu, dua, AAAAA ADA YANG NGUSAP LEHER GUE, AYO LARIIIII AYANGGG.” Tay dengan sigap membawa tangan New dan berlari sekencang mungkin.

Wushhh

Tay dan New sudah kocar kacir dengan Bonbon di tangan Tay juga terguncang. BAJINGAN BABU GETER NIH CANGKANG GUE —bonbon.

Sementara itu...

“Kit, jadi kita nih di sangka hantu sama mereka? OALAH JANCIK TAYNEW.”

“Ancen TayNew ki aneh pol. Duh gusti, sabarno aku ambek Singto duwe konco koyo ngono. Sijine gendeng, sijine luwih gendeng.”

“Sit, kon rasah contoh babu mu, wes gendeng ancene babu mu.”

“Ayo balik to, Siti nginep aja di rumah gue, besok ajalah gue balikin.”

“Gue nginep ya Kit, hehe sekalian.”

“Modus ya om. Hehe.”

—bersambung.

Epilog

New berhenti berlari karena getaran di kantung jeans birunya.

“Siti di rumah Kit. Besok di balikin.”

“Dari siapa yang?”

“Singto. Siti udah ketemu. Dia nginep dirumah Kit.”

“Ooasu, KRIST PERAWAT SANGPOTIRAT. DI GONDOL SITI KU.” New spontan menutup telinga dan mengambil alih Bonbon di tangan Tay lalu pulang kerumahnya.

“AYANGGGGG MAU KEMANA?” Tay melihat New jalan cepat dengan membawa Bonbon.

“Pulang lah.”

“Aku melu yo hehe. Aku nginep yo yang hehe.”

“Engga. Hehe. Pulang sana lo. hehe.”

“AYANGGGG AKU MELU AKU MELU AKU MELU.”

New jengah dan membiarkan Tay mengikuti kerumahnya. “Sakarapmu. Yowes buruan jalannya bego.”

“Manisnya pacar gue ini. Ayo.”

Mansion Techaapaikhun itu ramai dengan manusia-manusia crazy rich. Ya mungkin ada juga beberapa rakyat jelata seperti teman-teman New.

Tay, beserta para kacungnya—Chief Nammon, Manager Finance Gulf, Secretary Alice pun ada disana. Belum lagi Billkin yang juga kekasih adik New, Pp. Itu juga ada disana sedang ber—lovey dovey alay tidak jelas.

Bugh

“ABANGGGGGGGGG NGESELIN BANGET IH NGELEMPAR BANTAL.” Sungut Pp pada abang jahilnya, Bright.

Bright sedari kesal melihat Billkin terlalu nempel ke Pp, apa keberadaan orang ramai disini invisible—pikir Bright.

“Abang ga boleh gitu ke adeknya sendiri. Udah sana bantuin Singto bakar udang di halaman belakang.”

Bunda New, Bright dan Pp pun datang memecah keributan itu sambil membawa cemilan ringan ditangannya.

Melihat Bright masih bermain ponselnya, sang papa meledeknya, “Siapa sih bang yang di chat? Emang punya pacar bang? Kan jomblo.”

Bright menoleh kesal, “gandengan boleh ga punya, tapi gebetan abang mah banyak pa.”

“Kek laku aja lo Bri.”

Tiba-tiba nongol New entah dari mana yang sudah bau asap.

cangkemu

“Berdiri ga lo, bantuin temen-temen gue bakaran di halaman belakang buru. Gue mau ke rooftop dulu, heli bang Jum udah mau sampai.” Ucap New sambil melepas celemeknya dan diberikan ke Bright.

“KAK GA MA–”

“Sstt.. lakik bukan, buruan.”

Bright pun menurut.


Melihat New seperti berlari kecil, membuat Tay yang kebetulan di samping New itu bertanya cepat, “mau kemana New?”

Rooftop Tay, ada tamu penting haha.”

Tay hanya mengangguk dan meminum wine lagi.

“Pak boss, tamu penting siapa? Pake heli lagi wow.”

Tay hanya diam tak membalas perkataan Nammon dan berjalan menuju papa dan bunda New duduk di dekat piano.

“Ka Alice, lo ngapain anjir bawa tupperware weh”

“Diam aja, lumayan buat di bawa pulang. Kan memang ini tujuan gue ngekor pak boss haha.”

“Astaga otak kriminal, eh Gupi nitip pie susu ini deh kaa ke tupperware lo hehe.”

“Yeuuuu dasar miskin.” Nammon bersua dan di geplak ringan sama Alice. “Udah jangan gengsi lo mau yang mana di bawa pulang Nam?”

Nammon menujuk dan menyengir, “Hehe, itu ka Brownies yang ada emasnya diatas.”

“Berapa?”

“Semuatnya aja ka.”

“Oke.”


Sedangkan di halaman belakang sedang riweuh sama geng anak mama papa temannya New.

Krist yang terlihat memotong daging, Namtan dan Mild yang menusuk-nusuk bbq-an, lalu Joss dan Thanat bertugas memanggang sambil ghibah tentunya.

Singto? Dia tidak kerja. Lebih tepatnya, dia lagi menyumpah serapahi Alvaro di ujung halaman belakang mansion New itu. Dengan dumelan dan berkacak pinggang, Singto tak henti-hentinya meledek Varo sang jerapah itu.

“APA-APAAN ANJIR MINUMAN LO MASA WATER GOLD MINERAL GAADA-GAADA, BESOK MINUM AIR KERAN AJA LO VARO. ENAK AJA.”

“Kenapa lo ga terima hah! Nyebelin tolehan lo, sini lo nunduk, mau gue tabok ubun-ubun lo.”

Bugh

Kepala Singto tabrakan dengan dagu Alvaro sewaktu hewan jangkung itu nunduk.

“Aduh anjing lo, pelan-pelan dong setan kalo nunduk. Benjol dah pala gue. ngeselin lo emang.”

Hewan itu merasa tak bersalah dan berjalan menjauhi Singto yang mengada kesakitan.

“VARO ANJING YA LO. AWAS LO KETEMU GUE LAGI, GUE MASUKINn DAFTAR KURBAN LO YA.”

Singto pun menjauhi area bermain Varo dan menuju teman-temannya memanggang sate-satean.


Kedatangan Singto yang terus mendumel membuat teman-temannya sudah tak heran, setiap Singto bertemu Varo memang selalu tak baik. Bahkan teman-temannya sudah menjuluki Singto dan Varo adalah Tom-Jerry karena tak pernah aku barang sedetik.

“Masih belum selesai lo pada manggang? Najis lama banget woi.”

See? Singto selalu dengan keluhannya.

Bugh

Di pukul kipas Panda Mild oleh Lee Thanat ke kepala Singto.

“ADUH TAI LO NAT. SAKIT BEGO.”

“Gantian. Ngomel mulu lo dari tadi. Gue sate juga daging lo entar.”

“Nyenyenye ndoro.”

Baru Thanat akan menggeplak lagi tapi ditahan Singto, “IYA. INI GUE JUGA MAU GANTIIN LO MACAN.”

Good.”

“Galak banget sih Thanat makin hari ya Joss, ga kebayang Prof Arm kok tahan ya.”

“GUE DENGER YA SINGTO PRACHAYA.” Thanat belum sepenuhnya beranjak dari situ.

Joss dan Singto hanya tertawa, “Gatau juga bray dipelet kayanya.” Kali ini dengan berbisik.

“Si Nyu mana dah cok lama banget timbang ke rooftop doang.” Gun sudah mendumel part dua, sebelumnya Singto.

“Lo susul gih.”

“Temenin. Gue lupa jalan ke rooftop Nyu lewat mana anjir.”

Namtan berdiri, “ayo dah. Inget gue keknya.”


ting

lift sudah terbuķa di lantai 5, tepatnya rooftop mansion New. Namtan dan Gun pun celingak-celinguk mencari keberadaan New.

Bajingan luas banget ini rooftop kek lapangan bola kecamatan gue.”

“Masih kaget aja gue New bisa sekaya ini.”

“Dimana dah Tan, kok gaada sih.”

Tak lama terdengar derap langkah dan itu New dengan pakaian barunya, karena seingat Gun New tidak memakai baju ini tadi.

“NYÙUUUUU DISINI DISINI.”

“Gausah tereak bego. Gue denger.”

“Ganti baju lo?”

“Iya Tan, mau nyambut bang Jum nih haha.”

“Jangan bilang Off Jumpol Adulkittiporn.”

New mengangguk.

SHIT, HE'S SO FUCKING RICH. KESINI? GILA. UDAH GILA DUNIA.”

New mengangguk lagi.

Kaki Namtan dan Gun semponyongan, kedua sahabatnya melemas mendengar nama pemilik Raoff Bank itu.

“Tan, bawa parfum ga lo? anjir badan gue bau asep bangke.”

Untungnya Namtan bawa, “balik badan buru, gue semprotin.”

Sudah wangi, sudah rapi seorang Gun Attaphan.

Tak lama angin berputar kencang menandakan kedatangan heli di landasan khusus heli tersebut. New berlari ke arah parkiran heli tersebut. Gun dan Namtan juga.

“Inget ya Gun, harus dapat tuan Off. Gue udah sumbang parfum chanel gue tadi.”

“Iye, doain gue. Capek anjir jadi miskin.”

Gun dan Namtan saling menyakinkan lalu sepakat berkoalisi. Membantu Gun mendapatkan Off Jumpol.

GOODLUCK GUN.

Heli berhenti dan Off pun turun. “Hai mbul, long time no see.

New memeluk Off, “apasih baru kemarin juga bang.”

Off menjawil hidung New dan mencubit gemas pipi itu.

“Bang, kenalin temen-temen gue. Yang pendek itu Gun dan yang tinggi centil itu Namtan.”

Off senyum, “Off Jumpol. Nice to meet you Gun.”

Gun berjabat tangan, “H-hai Tuan. Saya Gun.”

Off mengusak poni Gun. AAAAAAA GYAAAA GUE LEMES SETAN kurang lebih itu jeritan Gun.

Namtan memandang kagum sosok Off Jumpol, sangat tampan dan berwibawa.

“Namtan Tuan Off.”

“Ah i see panggi aku Off saja Namtan Gun. Ayo kedalam. Disini panas.”

“Ngedip woi, ayo turun.”

Namtan dan Gun melemas. Pesona Off sangatlah mendominasi.

“Kaki gue lemes Tan...”

“Sama.”

“Ganteng banget demi apapun. Sumpah...”

“Wangi juga.. parfum dia masih kecium anjir baunya enak banget.”

“Gun pelet dia ajalah, ayo gue anterin ke dukun nanti.”


Di ruang tamu kini suasana menjadi tegang. Berdirinya Off Jumpol dan Tay Tawan disana sedang berjabat tangan, membuat siapapun saat ini merasa kagum. Dua pembisnis terkaya nomor 3 dan 4 itu sedang bersalaman.

Nice to meet you, Mr Tawan.”

Too, Mr Jumpol.”

Kilatan mata tegas dari Off dan Tay sangat kentara di suasana itu.

“Gila, dia Off Jumpol New?”

“Iya bang Gulf. Ganteng kan? Haha.”

Alice menyambar, “Sumpah ganteng banget.”

“Inget cowo lo ka.”

“Berisik Nammon. Dia mau sama gue juga ya ga mungkin bego.”

“Bener juga ka Alice.” Semuanya menoleh mendengar Singto yang tau-tau ada disana dengan bersedekap dada memperhatikan dua sultan itu.

“Yoooo Bang Off, gila makin keren aja bang haha.” Suara Billkin memecah keheningan.

Off memeluk Billkin dan menjauhi tempat itu “iyalah, Off Jumpol gitu haha. Gimana lancar persiapan buat musim depan?”

“Aman. Kan ada 2 sultan di pihak gue. Satu elo, satu lagi bang Tay haha.”

“Menang sama selamat pokoknya ya Kin. Kalo menang gue kasih 2% saham Raoff Bank giman—” belum Off selesai berbicara, Tay sudah memotong.

“LO MENANG GUE TAMBAHIN BUGGATI NANTI.”

“Santai anjing bang gausah teriak kampret.”

Sementara New hanya terkikik, Tay ternyata kalau cemburu sangat menggemaskan. New pun memeluk Tay dan berteriak juga, “BILLKIN MENANG, DAPET ROLEX DARI KAKAK IPAR LO YA.”

Semua orang disana bergemuruh, ada yang tertawa—papa bunda Bright dan Pp, ada yang mencak-mencak seperti—Thanat, Singto dan Krist, ada juga yang bagian melonggo—Gulf, Alice, Nammon, Gun, Mild, Joss dan Namtan.

—Bersambung

PART 60 ‘SECRET’

Jalan raya penuh dengan kendaraan berlalu lalang, macet pun selalu menjadi teman di kala jalan ramai seperti ini. Panasnya cuaca dan macet yang terjadi tak membuat dua insan yang baru saja berbaikan 3 hari itu mengeluh, mereka memanfaatkan macet itu dengan membicarakan hal yang santai.

“Nyuwii Nyuwiii…” Tay yang di bonceng New terlihat sangat antusias seperti bocah berumur 5 tahun.

“hm” seperti biasa, sifat dingin New tetaplah ada

“Nyuwi bobo dimana selama musuhan sama Awan kemarin? Awan kerumah Bri ga ada, kerumah Mail sama Harit juga ga ada” New melirik spion nya, dan merasa lucu dengan muka Tay yang terlihat sangat penasaran.

“Thanat” jawab New singkat

“hah? Ka Lee kenapa? Ih kok ngomongin dia sih, kan Awan tanya Nyuwi bobo dimana ish..”

“gue di tempat Lee Thanat, Wan. Gue semingguan ini nginep di dia dan ga pulang.” New pun menjawab seraya melajukan motor nya, lampu telah hijau.

1 menit 2 menit, terlihat Tay diam saja, mengundang penasaran New, tumben nih anak diem? Biasanya bacot mulu kek burung beo.

“kok diem Wan?” tak ada sautan dari Tay, yang ada sekarang hanyalah kepala Tay tiba-tiba bersender ke punggung New

“gapapa, lagi ga pengen ngomong aja”

“ngambek? Katanya ga masalah gue temenan sama Thanat?”

Tay tidak menjawab dan New juga tak ambil pusing, ia tau Tay ngambek padanya, cuman New terlalu malas mengurusnya, nanti juga membaik pikirnya. Setelah lama di jalan, kini mereka telah sampai di mall. Tadi Tay minta ditemanin ke mall karena ada yang harus beli.


“lo ada perlu apaan disini Wan? Kita mau kemana dulu?” Tay menyeret tangan New ke salah satu store pakaian wanita.

Tay berjalan-jalan di dalam store itu dan melihat-melihat pakaian wanita yang menurutnya lucu. “buat ka Sheila, dia ulang tahun lusa… Nyuwi juga udah janji kan sama Awan kalo ga marah lagi soal ka Ila? Awan juga ga akan marah lagi kok sama ka Lee.”

tidak marah tidak ngambek apanya gue sama Thanat? Tadi yang mutlutnya ngerecut sepanjang jalan siapa? Ini betina kapan sih keluar dari Awan? Bilangnya seminggu lah ini 2 minggu setan, betah amat

Tay melihat New melamun langsung menyenggol bahunya, “Nyuwiii kok bengong, gapapa kan? Udah janji loh kita tadi ga berantem soal ini?” Tay berharap-harap cemas menanti respon dari New

“hm”

“kok hm doang sih? Ih ga punya kosa kata lain apa nyuwi tuh? Sebel banget Awan dengernya” Tay mengeluh dengan sedikit teriakan pelan. New tak ambil pusing itu dan berjalan duduk di salah satu sofa yang di sediakan disana.

“berisik Wan, udah lo pilih aja semau lo, gue tunggu di sofa itu”

“oke”

Tay pun memilih-milih baju yang sekiranya bagus, setelahnya ia mendekati kasir dan membawa belanjaan untuk dihitung. Setelah selesai dengan semuanya Tay lalu menghampiri New, “ayo, Awan udah selesai.” New hanya menurut dan mengekori Tay bagai anak hilang.

Tay memasuki store Gucci dan New langsung duduk ke sofa, ia pikir hadiah untuk Sheila banyak sampai Tay memasuki dua store New sedang malas berdebat soal Sheila, lagian ia juga sudah berjanji dengan Tay.

Tak lama Tay pun keluar dengan beberapa paper bag yang sampai membuat mata New melotot, “lo beliin Sheila segini banyak? Sinting lo Wan” New berdiri lalu menuju keluar store, namun belum sampai pintu keluar, tangan New ditahan Tay

“buat Nyuwii, ini hadiah buat Nyuwii bukan buat ka Ila kok.. seudzon terus gabaik ih buat hati tauu” diserahkan nya beberapa paper bag itu ke New.

“hah? Gue ga minta Wan, lagian ini mahal semua.” New hendak mengembalikan itu ke Tay tapi Tay menolak.

“Awan yang mau beliin Nyuwii, udah ayo cari makan, Nyuwii pasti laper kan? Iyasih, Nyuwi mah makan mulu haha” Tay merangkul bahu New dan berjalan ke resto yang ada di mall tersebut, “SEMBARANGAN! DIKATA GUE APA? LAPER TERUS?”

“Nyuwi jangan teriak ih malu-maluin Awan aja….” New hanya merotasi matanya,

“bodo”

Tay tersenyum melihat New seperti ini lagi, rasanya ia merindukan itu. Semingguan ini benar-benar membuat Awan frustasi teramat.

aww

“Nyuwi kenapa? Ada yang sakit? Eh engga kok tadi ga kenapa-kenapa” Tay bertanya dengan berisik

“berisik Wan, tali sepatu gue lo injek itu” Tay pun melihat kebawah dan benar saja tali sepatu New terlepas. Saat New hendak jongkok guna membenarkan tali sepatunya ternyata Tay lebih dulu jongkok dan membenarkan tali itu.

“Nyuwii ngiket sepatu aja ga kuat ikatannya, gimana sih? Kalo tadi Nyuwi kesandung gimana? Kalo Nyuwi luka terus berdarah gimana? Nyuwii ga boleh luka atau sakit tanpa ijin dari Awan pokoknya…” Tay mendongak melihat New dan New memalingkan mukanya

“janji jaga diri, untung sekarang ada Awan yang mau ngiketin tali sepatu dan ngingetin Nyuwii, coba kalo Awan ga ada gimana?” Tay mendumel sangat banyak hanya perihal tali sepatu dan itu membuat hati New menghangat.

Wan jangan gini ke gue. Lo diem aja gue udah ngerasa di jaga di perduliin apa lagi gini. Gue takut gue bisa egois dan ngerebut lo dari siapapun suatu hari nanti

Tay berdiri. “nah udah selesai, ayo jalan lagi” Tay melihat New melamun, “hey, kenapa melamun? Ayo jalan Nyuwi”

“hm iya. Ayo. Btw makasih iketannya” Tay tersenyum mengangguk dan berjalan kembali


Tay dan New memutuskan untuk makan di all you can eat karena Tay ingin makan daging dan New ingin makan mie, jadilah mereka berakhir disini. Dan tanpa di duga ia juga bertemu dengan Bright dan Thanat disana.

“loh loh Bri kesini? Tumben banget ga mageran keluar, eh hai ka Lee” basa basi setelah melihat Bright dan Thanat disana lalu duduk.

“tanya aja ke dia Wan, kenapa gue dimari” Bright menunjukan Thanat dengan guliran matanya.

“halo Tay, gue mau ngabisin duitnya Bright nih haha, lo sama New dari mana? Banyak banget belanjanya” Thanat bertanya juga sambal memakan daging tipis itu.

“beli baju buat ka Sheila, eum ka Lee gatau ya? Ya intinya beli hadiah aja hehe” Thanat menegang ketika nama Sheila keluar dari mulut Tay. Brigh melihat perubahan raut wajah Lee Thanat lalu men-chat Thanat “gapapa, gausah cemas. Balik ini lo bilang ke mereka. Belum terlambat bang” Thanat pun memeriksa ponselnya yang bergetar tadi dan langsung melihat ke arah Bright,

“gapapa” ucap Bri tanpa suara.

New dan Tay berdiri pamit mengambil beberapa daging dan makanan lainnya. New tak melihat perubahan wajah Tay, ia terlihat biasa aja setelah melihat Lee Thanat.


“kenapa mandangin wajah Awan gitu? Iya tau kok Awan ganteng, udah ayo makan dulu sekarang haha”

“pede banget, gantengan juga Ji Chang Wook lah kemana-mana” Tay yang sudah lama tak mendengar kebucinan New pada aktor negeri ginseng itu hanya mendengus tak suka, “Ji Chang Wook terus, ga capek apa Nyuwiii tuh suka dia? Awan kan ada, jauh amat suka orang”

New melirik sinis, “Ji Chang Wook positif ga bakal nyakitin gue gimana pun nantinya” Tay naik pitam melihat nada remeh dari New, “IH UDAH AH JANGAN NGOMONGIN DIA LAGI, NYEBELIN..”

Tay menjauh dan meninggalkan New dengan kesal, New yang melihat itu hanya tersenyum “masih aja cemburu sama Ji Chang Wook, udah jelas-jelas gue suka lo Wan, heran gue” ucap New pada dirinya lalu mencari keberadaan Tay Tawan.

Sedangkan Tay ada di section daging sedang mengerutu tak jelas “Ji Chang Wook kenapa sih harus jadi aktor? Terus New juga kenapa bisa tau Ji Chang Wook hidup? Ish nyebelin, liat aja nanti Awan bakar semua photocardnya, nyebelin nyebelin ish nyebelin banget.” Sambatan Tay tadi tak sengaja di tangkap indera New dan New hanya tertawa, karena lucu melihat seperti tadi.


sementara itu...

“Bri, gue keknya mau ngomong sekarang aja deh ke mereka, menurut lo gimana?” Bright yang baru akan memasukan daging beef itu ke mulutnya tertahan dengan ucapan Thanat

“ya gapapa bang, lebih bagus kalo cepet” Thanat terlihat mengangguk-anggguk an kepalanya,

Bright sedikit lagi melahap dagingnya, terhenti lagi dengan sentakan reflek dari Thanat yang membuat dagingnya jatuh kasihan, “seriusan nih gapapa Bri? Gue takut mereka marah ke gue”

“mereka mungkin marah, tapi mereka ga akan lama, percaya sama gue bang. Udah gapapa. Lo jelasin aja maksud lo baik-baik.” Ucap Bright pelan pada Thanat.

Bright menyumpitkan daging beef yang tadi gagal di makan karena rengekan Thanat. Saat akan masuk daging itu ke mulut Bright, lagi dan lagi Lee Thanat mengagalkan usaha Bright yang akan menanyap daging itu.

Thanat menoleh ke Bri, dan Bright berteriak spontan “GAPAPA BANG SUMPAH GAPAPA, PERCAYA SAMA GUE. GUE CUMAN MAU MAKAN DAGING BANG ASTAGA LO GAGALIN MULU” Thanat kaget mendengar teriakan Bri

“KOK LO NGEGAS SIH BRI, JANTUNG GUE KAGET”

“ya lo juga bang, ngeselin banget. Tinggal dikit lagi itu daging masuk lo gagalin mulu.”

Akhirnya daging yang penuh perjuangan itu masuk juga ke mulut Bright, Bright pun mengunyah dengan nikmat, “ini baru daging, enak banget juicy lembut asli sih ayce disini dagingnya ga pernah bohong, lo cobain dah bang” Bright bicara dengan mulut yang penuh daging.

uhuk hukk

Bright terbatuk karena makan sembari bicara. Thanat bergidik ngeri melihat Bright makan begitu penuh di mulut itu dan terbatuk sesudahnya, Thanat menyodorkan minum ke Bright dan menempuk punggung Bri pelan.

“lo makan kek Ziel anak lo, belepotan grasak grusuk, pelan-pelan aja Bright udah gede juga. Bapak sama anak kok ya persis banget heran” ya Lee Thanat sudah pernah bertemu dengan Ziel anak Bright 2 hari lalu saat main ke rumahnya.

“haha thx bang, ya kalo ga mirip Ziel, malah lebih heran itu anak siapa kan? Udah bang di tepuk punggung gue nya, lo nepuk kek kuli anjing kenceng banget”

“yeu kambing lo Bri”

Tanpa sadar sedari tadi Tay dan New memperhatikan Bright dan Thanat dari jauh

“sejak kapan mereka deket? kok Awan gatau Nyuwii? Nyuwi tau?” tanya Tay pada New dan jawaban New hanya menaikan bahu. memang apa yang kalian harapkan dari New? pria kulkas..

New pun mendekati Bright dan Thanat lalu meninggalkan Tay di belakang

“dasar kulkas berjalan, untung Awan sayang kalo engga udah Awan jual” Tay pun menyusul New dengan sedikit berlari

Bright melihat Tay dan New datang dengan begitu banyak makanan, langsung mencemoh “sinting lo berdua, mau makan apa nyetock di lambung? Ga habis gue ogah bayarin”

“Berisik” tentu saja ananda New dengan kalimat andalannya.

“Awan aja yang bayar Bri, biarin Nyuwi makan banyak.”

“Apa kata lo dah Wan, sekalian punya gue sama Bang Thanat ya”

“Oke Awan bayar-” ucapan Tay terputus dengan sanggahan dari Lee Thanat, “ENAK AJA. GAUSAH TAY. GUE KAN MAU NGURAS DOMPET BRIGHT HAHA”

Bright menoleh reflek, “setan kecil lo ya bang gue liat-liat”

Thanat hanya acuh dan memeletkan lidahnya “wlee bodo”

“Jadi gausah nih Awan bayarin?”

“Iya, ga usah Wan. Bila perlu makanan lo Bright aja yang bayar” Thanat menantang Bright dengan menaikan alisnya licik ke arah Bright.

“Setuju. Udah Wan, biarin Bright yang bayar.” Ucap New yang sedari tadi diam

“eum oke deh, terima kasih Bright Vachirawit.”

“GUE GA BILANG????” Bright merasa di jailin abis-abisan dan ini bermula dari Lee Thanat.

“Ssst lo diem Bri. Pelit amat jadi temen. Ye ga Tay kan?”

“Iya pelit banget. Gaboleh gitu ke temen Bri”

Mereka tertawa tak terkecuali New yang juga ikut tersenyum, bahkan bisa dikatakan sekarang tertawa keras.

KULKAS KITA TERTAWA HEYYYY HAYU TUMPENGAN

setan kecil lo Lee Thanat, tapi gapapa sih gue seneng ngeliat lo ketawa gini. Lo kalo ketawa manis jujur. Sering-sering deh

Saat semuanya tertawa, Bright tanpa sadar melihat Lee Thanat tersenyum dengan senyum yang sangat manis, sampai-sampai membuat Bright Vachirawit ikut senyum.

Tidak ada yang tau bahkan Bright sekalipun, tapi New Thitipoom tau arti senyuman Bright kepada Thanat. Setelah meninggalnya Win Metawin karena kecelakaan, Bright untuk pertama kalinya tersenyum setulus ini.

Setelah tawa mereka reda, mereka berbincang sedikit.

“Nyu Wan, besok gue sama bang Thanat mau ke rumah sakit jenguk Kit sama Singto, lo pada mau ikut ga?”

“Ikut, gue free besok”

“Awan juga, ada sih kuis tapi Awan kan pinter jadi cepetlah hehe. Awan ikut pokoknya jangan di tinggal”

“Remed mampus gue doain Wan” Bright asal ucap

“Yaudah bareng aja berarti besok pake mobil gue, gapapa?” Ujar Thanat

Bright mengangguk, begitu juga yang lain.

Hening sebentar, dan Thanat kembali bicara. Ia ingin minta maaf dan menyampaikan kesalahpahaman diantara Tay New dan Sheila waktu lalu.

“Eum.. Tay New ada yang mau gue sampaiin, tapi sebelumnya gue mau minta maaf kalo ini nyakitin or anything something like that jadi gini.. eum gu-”

New menjatuhkan sumpitnya dan membuat semuanya menoleh reflek

“Nyu lo mah ngerusak suasana aja lagi serius juga.”

“Berisik Bri. Wan, tolong ambilin sumpit baru ya.”

Tay menoleh, “ihh kok Awan yang disuruh ambil. Ambil sendiri lahh”

“Wan, please... ” New berakting memelas pada Tay

“Yaudah iya. Nyuwii tunggu sebentar Awan ambilin dulu.” Tay pun beranjak mengambil sumpit.

“Nyu lo kenapa dah?”

New abaikan ucapan Bright dan kini menatap Lee Thanat.

“Kalo lo mau minta maaf perkara surat ancaman Sheila. Ga perlu karena gue udah tau.”

Thanat shock “hah? Bagaimana bisa New? Gue belum cerita apapun”

“Gue liat kertas ancaman itu ada di jaket denim lo.”

“New gue minta maaf, bukan maksud gue nyembuiin itu. Gue salah gue minta maaf New. Biar gue jelasin ke Tay kalo Sheila pernah ngancem lo ya”

“Sssst.. diem. Jangan sampai Awan tau. Udah gue gapapa Nat. Lagian gue udah baikan sama Tay”

“Tapi Nyu, Awan harus tau ini. Jadi apa yang lo bilang kemarin itu bener, bahwa Sheila mau nyelekain lo dan lo ga bohong ke Awan” Bright yang mengamati suasana kini bersuara.

“Setelah tau lo kira reaksi dia gimana? Dia bakal lebih bersalah, terus nyalahin diri sendiri. Gue ga mau itu terjadi. Hidup dia udah berat Bri gausah di tambah. Masalah ini biar kita kubur aja, anggep aja ini tak pernah ada.”

“Lo serius New? Kalo Sheila jahatin lo lagi gimana? Ga New, Tay harus tau biar lo baik-baik aja.”

“Lee Thanat. Gue yang lebih tau tentang ngejaga diri gue. Gue bisa dan mampu ngejaga diri, lo ga usah khawatir. Gue New Thitipoom. Keras di jalan, di tuntut mandiri sedari kecil dan pantang menyerah. Bukan nya lo sendiri udah liat gue ngehajar preman-preman sialan itu?” Ucap New panjang lebar

“W-wwaittt Nyu, Maksud lo ngehajar preman? LO LUKA GA? BENTAR GUE CEK BADAN LO DULU. SINTING KOK GA KASIH TAU GUE NYU” Bright reflek berdiri

“Gue gapapa, duduk lo. Udah lama kejadiannya.”

“Serius? Awas lo bohong, gue laporin ka Off lo Nyu”

“Iya. Gue gapapa”

Lee Thanat yang melihat Bright sebegitu khawatir pada New membuat Thanat tersenyum ia berpikir New beruntung punya Bright sebagai sahabatnya.

“Oke. Kita lupain masalah ini.”

Tak lama Tay datang setelah mengambil sumpit

“Kok sepi? Tadi Awan lihat dari jauh kalian seperti serius sekali. Ngomongin Awan yaaa hayo ngaku”

“Pede lo. Mana sumpitnya sini”

“Nih Nyuwii, bilang apa dulu ke Awan eum?”

“Makasih Awan. Udah?” Tay hanya mengangguk puas.

Setelah makan dan berbincang-bincang mereka pun pulang. Saat berdiri New tidak sengaja menyengol kaki meja dan membuatnya keseleo karena reflek tadi. Tay terlihat jongkok dan berniat mengendong New

“Nyuwii sini naik ke punggung Awan, kalo di buat jalan paksa tambah sakit ntar kakinya, ayo”

“Ga gue bisa send-” belum selesai bantahan New sudah di dorong paksa Bright untuk menaiki punggung Tay. usil

“Udah Nyu, banyak bacot lo. Naik aja. Sini belanjaan lo pada gue sama bang Thanat yang pegang”

“Iya New naik aja.” Thanat ikut mengompori.

“Buruan ih Nyuwiii Awan mau pulang nih udah jam 7 jadwal spongebob Awan tayang ihh”

“Berisik. Iya gue naik.”

“Nyuwii berat banget makan apasih?” Iseng Tay menjaili New

“MATA LO BUTA WAN? GA LIAT GUE MAKAN DAGING HAH? KOMENTAR AJA HIDUP LO”

“Ishh galak banget, kuping Awan sakit ih denger teriakan Nyuwiii tauuk”

“Bodo, lo yang mancing”

Mereka pun berjalan pulang dengan New yang di gendong Tay dan Briggt serta Thanat di belakang mereka sembari membawa belanjaan.

“Kenapa bang, mau di gendong?”

Thanat berdecih “sinting. Sana lo jauh-jauh.”

“Buset galak amat, sante elah bang”

“Ya lo ngeselin pertanyaannya, kaki gue sehat wal afiat masa minta gendong”

“Siapa tau kan. Ziel juga gitu ke gue suka manja minta gendong kakinya baik-baik juga haha”

“Ya Ziel kan anak lo masih balita tolol, lah gue kan udah gede Bright Vachirawit” Thanat mendengus

“HAHAHAH bener juga”

Setelahnya mereka ber tiga menaiki mobil Bright dan motor New, Thanat yang bawa karena kaki New keseleo.


Dari seberang parkiran, ada sosok pria dengan pakaian hitam-hitam yang mengintai mereka sedari tadi saat di restoran all you can eat

Pria itu menelpon seseorang,

“bagaimana kelihatannya?”

“Lapor Ms Sheila, hubungan Tay dan New terlihat membaik. Saya harus melakukan apa lagi?”

“SIALAN! BRENGSEK KALIAN. tunggu aba-aba ku. Dan detik itu juga lenyapkan semuanya. Tak terkecuali Lee Thanat, Bright Vachirawit dan Arziel Arkana Vachirawit.”

“Baik Ms. Akan saya ingat.”

“uang sudah saya transfer”

Sementara itu di lain tempat, Sheila mengepalkan tangannya dan meninju samsak di depannya

well, kesabaran ku hanya sampai ini. Jangan menguji ku lagi. Atau kalian mati. Aishhh rencana ku gagal.

PART 59 ‘AWAL YANG BARU’

Gmm University

Hari ini, genap seminggu sudah New dan Tay berjauhan. Kini, New lebih sering terlihat dengan Lee Thanat. Jika kalian kira, Tay merasa baik-baik saja? Kalian salah. Dalam seminggu, Tay gencar meminta maaf pada New, membawakan bekal New, hingga mengajak bicara New untuk menyelesaikan semuanya. Semua Tay lakukan, tapi hasilnya? nihil. New masih melihat si-betina itu dirumahnya.

New ingin berbaikan, sungguh. ia juga merasa tidak baik-baik saja saat dirinya berjauhan dengan Tay, tapi New melihat permintaan maaf Tay hanyalah omong kosong belaka tanpa tindakan, itu membuatnya geram. New selalu berpikir ‘meminta maaf tapi masih menerima betina itu, bercanda lo wan’. Terdengar lelucon bukan, saat ada orang meminta maaf tapi tak mengurus akarnya dengan benar? Pikir saja sendiri!

Gunsmile, Bright dan Harit melihat Tay berusaha mendekati New yang sedang duduk bersama Thanat dan Podd di ujung kantin FK (fakultas kedokteran) yang merupakan fakultas Lee Thanat menimba ilmu. Namun, tak digubris oleh New.

New memang cuek dan dingin, tapi wataknya seminggu ini benar-benar diambang tak normal cueknya, sangat dingin auranya. Ketiga sahabat mereka berusaha membuat keduanya berbaikan, namun tak semudah yang mereka pikir.

Bright yang melihat itu mengepalkan tangannya, ia menahan marah entah terhadap New atau Thanat, tak bisa di deskripsikan. Keduanya sama-sama membuatnya geram, terutama Lee Thanat. Akhrinya ia menyeret Thanat untuk mengikutinya.

“Eitsss sopan lo narik senior kek gitu? Lo ada masalah sama Lee Thanat? Kalem lah bro, jangan asal Tarik gitu” Podd menahan tangan Bright yang ingin menyeret Thanat.

“Gue perlu ijin nyeret senior?” skakmat Bright membuat geram Plapodd

New menoleh, “Bri, lo kenapa? Ga biasanya lo gini. Tangan Thanat lo pegang tangannya sekuat itu, sakit Bri anak orang” tanya New santai dan tetap menyantap makanan di depannya. Sementara Tay? Ia hanya diam memperhatikan New makan dengan lahap, baginya itu lebih dari cukup dengan New makan teratur.

“Tumben lo secerewet ini Nyu? Suka lo ke Thanat?” respon Bright sangat tak di duga oleh orang disana. Tak terkecuali Gunsmile dan Harit yang juga menyaksikan.

“sebentar, wait a minute… maksud lo apa Bri? New suka bang Thanat? Ngaco lo setan haha, ya kan Nyu” kekehan dari Gunsmile itu keluar begitu saja

Harit mencubit pacar tolol nya itu, “gatau suasana lo bacot, diem dulu napa biawak” cicit Harit pelan

Uhuk huk

New tersedak dan Tay menyodorkan segelas air pada New, New meminumnya terburu-buru, kemudian New berdiri dan menatap Bright, “lucu juga bacot lo Bright Vachirawit” New kemudian hendak pergi dari situ tapi ditahan oleh Bright “Awan udah disini, lo hargai dia New Thitipoom. Buta mata lo, dia ada disini Ga bisa liat?” Bright dengan ketegasannya memanglah kelemahan New sejak dulu.

“Rit, Mail lo urus ini, gue urus Lee Thanat, lo berdua paham kan maksud gue? Lo bang Thanat ikut gue” Gunsmile dan Harit mengangguk dan segera membawa Plapodd untuk meninggalkan kantin FK itu.

“Lepasin, gue ga akan kabur Bri” Bright pun melepaskan tangannya dan berjalan pergi dari situ diikuti Lee Thanat di belakangnya.

Sementara itu Gunsmile dan Harit masih berkutat dengan Plapodd

Sorry bang Podd, ini demi gue dan temen-temen gue, ayo dah gue jajanin seblak di depan, sama rokok juga yok” tutur Harit, Podd masih berusaha melepaskan lengan nya dari pasangan gila itu.

“Bang, anjing! nurut kek elah, gue bukan mau perkosa lo bangsat bang, ayo dah jangan kek biri-biri lo susah banget diatur bang…” Gunsmile sudah terlihat kewalahan menahan dan membawa Podd menjauhi kantin itu.

New yang memperhatikan kegaduhan itu, langsung berdiri dan memukul Plapodd di punggungnya, “bawa dia ke UKS” New pun duduk kembali

“Nyu bedebah lo, bikin pr ajasih elah, ini gimana kalo dia mati bangsat ” Gunsmile mengerutu dan di tabok Harit kencang, “ucapan lo setan, udah ayo gotong dia ke UKS kampus gece” mereka pun pergi dan suasana yang tadinya rame kini hening.

Tay menyodorkan makanan New yang belum habis tadi, “makan Nyuwi, habisin dulu baru Awan ngomong nanti” see, Tay Tawan memperlakukan New seperti ini, bagaimana bisa New membencinya? Itu hal yang susah dan New benci itu New hanya diam tak bergeming, sedikitnya ia merasa bersalah pada Tay karena mengabaikan nya semingguan ini.

Tay melihat tak ada pergerakan dari New lalu menyendokan makanan itu ke sahabatnya.

“Aaaa ayo buka mulutnya… ini Awan suapin, tanpa sayur pula ini, Nyuwi pasti suka ayo aaaa…” New pun membuka mulutnya dan rasa bersalahnya kian membesar pada Tay saat ini.

Suapan demi suapan sudah masuk ke mulut New, “Wan udah, gue kenyang.”

“Sebentar, itu ada nasi di bibir Nyuwii” Tay mengusap nasi itu dan meletakannya di piring.

Tay memakan makanan sisa New yang tak habis tadi, itu sudah menjadi kebiasaan keduanya. Karena mereka selalu berpikir, ga semua orang bisa makan seperti mereka jadi mereka menghargai pemberian Tuhan itu.

Setelah selesai dengan makanan itu, Tay pun berbicara “Nyuwi, masih marah ga sama Awan?”

“Awan gatau harus gimana lagi, Awan ngerasa seperti dulu lagi, ngerasa kesepian. Awan takut Nyuwi ninggalin Awan seperti ka Alice ninggalin Awan. Awan cuman mau ngejaga Nyuwi dari prasangka buruk aja, tapi sepertinya Awan salah, Awan minta maaf, jangan diemin Awan. Awan ga punya siapa-siapa lagi, mama papa jarang pulang, sekali pulang berantem di depan Awan. Yang Awan punya cuman Nyuwi, jadi jangan jauhi Awan lagi… Awan ga akan marah-marah lagi kalo Nyuwi mau temenan sama ka Lee, gapapa Awan aja yang mungkin egois selama ini…”

New menunduk, ia mendengarkan semuanya. Semua kepilu-an yang ada pada sahabatnya. New menangis tanpa suara. Jari yang terkena air mata jatuh itu Tay bawa ke dadanya, “Nyuwi selalu ada disini, di hati Awan ini. Awan saying banget sama Nyuwi. Kemarin malam, Awan liat Nyuwi kemarin malem pulang babak belur, biasanya selalu ada Awan yang bersihin luka Nyuwi, tapi malam itu, Awan gabisa. Awan tau Nyuwi masih marah sama Awan. Tau apa yang Awan rasa? Awan khawatir Nyuwi, setiap 1 jam sekali Awan ada di depan rumah Nyuwi jaga-jaga Nyuwi butuh bantuan Awan karena ga ada ka Off di rumah. Sekarang lukanya gimana? Masih sakit ga? Awan boleh obatin sekarang ga?” sebuah kata-kata tulus dari Tay membuat New menangis sejadi jadinya.

Tangan Tay membawa dagu New untuk di angkat dan ia tersenyum pelan seraya mengusap air mata yang jatuh dari sahabatnya, terlampau deras.

“Awan maaf… maafin gue yang egois terus ngebuat lo juga terlampau khawatir dan kesepian. Maafin gue… h-hikss w..an”

Tay memeluk New erat, rasanya seminggu bagaikan lama bagi Tay.

“Gapapa, udah jangan nangis lagi Nyuwi” Tay berusaha menangkan New dengan mengusapkan tangannya ke punggung sahabatnya

“Ga Awan, gue salah gue egois, gue harusnya tau trauma lo, gue harusnya mengesampingkan rasa gue, maafin gue udah ngebuat lo kesepian semingguan ini, maaf wan….” Untuk saat ini New bukan pribadi yang cuek atau dingin, di depan Tay Tawan ia benar-benar menangis, menyesali tindakannya seminggu ini.

New tentu tau trauma apa yang di alami sahabatnya, ia sangat mengenalnya, dan Sekarang ia benar-benar merasa bersalah pada Tay, segala sifat angkuhnya, sirna. New benar-benar tak bisa membenci seorang Tay Tawan walau sesakit apa hatinya. Baginya Tay lebih berharga dari siapapun.


Tak jauh dari kantin FK, terlihat obrolan sengit Lee Thanat dan Bright Vachirawit. Tensi keduanya memanas, saling sikut, saling menyalahkan dan saling berdebat siapa yang benar dan yang salah, amarah telah ikut andil dalam diri mereka sekarang.

“Ga bang, lo gabisa kek gini, jalan lo salah. “ ucap Bright setelah memukul keras wajah Thanat, ya benar keadaan kedua sudah mengenaskan dengan luka di sana sini.

Thanat menoleh dan membuang ludah yang terkena darah segar itu, “tau apa lo? Lo gatau apa-apa tentang gue dan hidup gue, iya Bri gue emang jahat, gue egois iya gue gitu.”

bugh bugh bugh

Bright memukul dada Thanat dengan tangan mengepal, “dunia memang terkadang ga adil, gue tau itu. Manusia mana di dunia ini yang ga punya beban dan masalah hidupnya masing-masing? Ga ada Lee Thanat. Yang lo lihat sekarang lo ngerasa hidup lo paling sengsara makanya lo berpikir lo berhak jadi egois or something like that tapi lo ga pernah tau kan, diluar sana atau bahkan orang yang lo anggap hidupnya baik-baik aja itu ga ada beban hidupnya? Lo salah Lee Thanat”

Bright memutar badan Thanat dan di tunjuknya Tay Tawan disana, “itukan orang yang lo anggap banyak ya saying? Banyak yang peduli? Ga ada beban sama sekali? Iya kan bang?” Bright menghela napas sebentar dan mencengkram bahu Thanat

“Gue kasih tau rahasia yang akan ngebuat lo mikir ratusan kali buat ngejahatin sosok itu… Tay Tawan namanya, dari kecil dia selalu ngeliat orang tuanya ribut di depan matanya, dari kecil dia selalu dapat kekerasaan fisik dari papa atau mamanya, dari kecil dia ngurus diri dia sendiri, dari kecil dia sering ke psikolog gara-gara mentalnya dewasa sebelum waktunya, dari terakhir dia kehilangan kakaknya karena nolongin dia, kebayang ga bang anak sekecil itu bisa tumbuh sampai saat ini? Gue kalo jadi dia mending gue mati bang, tapi dia engga. Karena apa? Karena New Thitipoom, orang yang lo suka. Dia punya janji sama mama papa New buat selalu ngejagain New bagaimana pun keadaanya.” Thanat menegang dan terdiam sesaat,

“Dan semingguan ini dia ngerasa gagal ngejaga amanah orang tuanya New, ngadepin diri dia sendiri aja udah susah dengan kondisi itu, ditambah lagi dengan keadaan New. Ga mudah bang.”

Bright memutar badan Lee Thanat dan di pegangnya bahu keras itu, “gue paham gue tau, nasib ataupun beban orang gabisa di adu, semuanya punya ceritanya dan maknanya masing-masing, gue paham akan itu bang. Gue cuman minta sebagai sesama manusia, berpikir ratusan kali kalo mau jadi orang jahat. Sekali lo terlibat, lo akan terus terlibat. Ga ada kerennya bang jadi orang jahat, ga ada.”

“Sekarang, gue serahin semuanya ke lo. Lo bisa jadi teman kita, lo bisa Bahagia bang. Bilang sama gue kalo ada yang nyakitin lo. Gue akan jadi tamengnya. Sekarang tonjok gue sekeras lo, luapin kesal lo ke gue, gue gapapa bang. Maaf gue lancing nasehatin lo gini, gue cuman ga mau orang baik kek lo kejebak di lubang ini.”

Bright mundur dan memejamkan matanya, bersiap akan tinjuan dari Lee Thanat.

5 detik 10 detik tak ada pergerakan dari Lee Thanat, Bright pun membuka matanya dan melihat Lee Thanat hanya mengepalkan tangan tapi tidak meninjunya.

“Kenapa bang? Gapapa pukul gue aja sini luapin semuanya”

“Tolol, lo kenapa sampai sejauh ini cuman karena temen-temen lo?”

“Mereka bukan teman-teman gue”

Thanat menaikan alisnya, “maksud?”

“Mereka saudara gue, gue udah sama mereka 17 tahun”

Thanat terdiam, “Dompet lo siniin”

“Buat apa?”

“Gue palak, katanya lo mau jadi temen gue terus bikin gue nemuin kebahagiaan gue? Itu ga bohong kan?”

Bright mendesah lega, senyum yang indah pun muncul dari keduanya

“Ambil bang, banyak uang gue. Ayo jajan haha” Bright menyodorkan dompetnya dan dirangkulnya Lee Thanat lalu berjalan meninggalkan tempat mereka beradu mulut, adu tenaga dan kolot disana tadi.

Setidaknya, satu masalah selesai. Tinggal 1 lagi si betina iblis. Oh Bright Vachirawit lo bisa!! Kangen anak gue kan jadi anjing! Ya itulah pikiran Bright saat ini.

Satu konflik selesai. Alhamdulilah beri tepuk tangan pada BRIGHT VACHIRAWIT!!

ff

J

PART 59 ‘AWAL YANG BARU’

Gmm University

Hari ini, genap seminggu sudah New dan Tay berjauhan. Kini, New lebih sering terlihat dengan Lee Thanat. Jika kalian kira, Tay merasa baik-baik saja? Kalian salah. Dalam seminggu, Tay gencar meminta maaf pada New, membawakan bekal New, hingga mengajak bicara New untuk menyelesaikan semuanya. Semua Tay lakukan, tapi hasilnya? nihil. New masih melihat si-betina itu dirumahnya.

New ingin berbaikan, sungguh. ia juga merasa tidak baik-baik saja saat dirinya berjauhan dengan Tay, tapi New melihat permintaan maaf Tay hanyalah omong kosong belaka tanpa tindakan, itu membuatnya geram. New selalu berpikir ‘meminta maaf tapi masih menerima betina itu, bercanda lo wan’. Terdengar lelucon bukan, saat ada orang meminta maaf tapi tak mengurus akarnya dengan benar? Pikir saja sendiri!

Gunsmile, Bright dan Harit melihat Tay berusaha mendekati New yang sedang duduk bersama Thanat dan Podd di ujung kantin FK (fakultas kedokteran) yang merupakan fakultas Lee Thanat menimba ilmu. Namun, tak digubris oleh New.

New memang cuek dan dingin, tapi wataknya seminggu ini benar-benar diambang tak normal cueknya, sangat dingin auranya. Ketiga sahabat mereka berusaha membuat keduanya berbaikan, namun tak semudah yang mereka pikir.

Bright yang melihat itu mengepalkan tangannya, ia menahan marah entah terhadap New atau Thanat, tak bisa di deskripsikan. Keduanya sama-sama membuatnya geram, terutama Lee Thanat. Akhrinya ia menyeret Thanat untuk mengikutinya.

“Eitsss sopan lo narik senior kek gitu? Lo ada masalah sama Lee Thanat? Kalem lah bro, jangan asal Tarik gitu” Podd menahan tangan Bright yang ingin menyeret Thanat.

“Gue perlu ijin nyeret senior?” skakmat Bright membuat geram Plapodd

New menoleh, “Bri, lo kenapa? Ga biasanya lo gini. Tangan Thanat lo pegang tangannya sekuat itu, sakit Bri anak orang” tanya New santai dan tetap menyantap makanan di depannya. Sementara Tay? Ia hanya diam memperhatikan New makan dengan lahap, baginya itu lebih dari cukup dengan New makan teratur.

“Tumben lo secerewet ini Nyu? Suka lo ke Thanat?” respon Bright sangat tak di duga oleh orang disana. Tak terkecuali Gunsmile dan Harit yang juga menyaksikan.

“sebentar, wait a minute… maksud lo apa Bri? New suka bang Thanat? Ngaco lo setan haha, ya kan Nyu” kekehan dari Gunsmile itu keluar begitu saja

Harit mencubit pacar tolol nya itu, “gatau suasana lo bacot, diem dulu napa biawak” cicit Harit pelan

Uhuk huk

New tersedak dan Tay menyodorkan segelas air pada New, New meminumnya terburu-buru, kemudian New berdiri dan menatap Bright, “lucu juga bacot lo Bright Vachirawit” New kemudian hendak pergi dari situ tapi ditahan oleh Bright “Awan udah disini, lo hargai dia New Thitipoom. Buta mata lo, dia ada disini Ga bisa liat?” Bright dengan ketegasannya memanglah kelemahan New sejak dulu.

“Rit, Mail lo urus ini, gue urus Lee Thanat, lo berdua paham kan maksud gue? Lo bang Thanat ikut gue” Gunsmile dan Harit mengangguk dan segera membawa Plapodd untuk meninggalkan kantin FK itu.

“Lepasin, gue ga akan kabur Bri” Bright pun melepaskan tangannya dan berjalan pergi dari situ diikuti Lee Thanat di belakangnya.

Sementara itu Gunsmile dan Harit masih berkutat dengan Plapodd

Sorry bang Podd, ini demi gue dan temen-temen gue, ayo dah gue jajanin seblak di depan, sama rokok juga yok” tutur Harit, Podd masih berusaha melepaskan lengan nya dari pasangan gila itu.

“Bang, anjing! nurut kek elah, gue bukan mau perkosa lo bangsat bang, ayo dah jangan kek biri-biri lo susah banget diatur bang…” Gunsmile sudah terlihat kewalahan menahan dan membawa Podd menjauhi kantin itu.

New yang memperhatikan kegaduhan itu, langsung berdiri dan memukul Plapodd di punggungnya, “bawa dia ke UKS” New pun duduk kembali

“Nyu bedebah lo, bikin pr ajasih elah, ini gimana kalo dia mati bangsat ” Gunsmile mengerutu dan di tabok Harit kencang, “ucapan lo setan, udah ayo gotong dia ke UKS kampus gece” mereka pun pergi dan suasana yang tadinya rame kini hening.

Tay menyodorkan makanan New yang belum habis tadi, “makan Nyuwi, habisin dulu baru Awan ngomong nanti” see, Tay Tawan memperlakukan New seperti ini, bagaimana bisa New membencinya? Itu hal yang susah dan New benci itu New hanya diam tak bergeming, sedikitnya ia merasa bersalah pada Tay karena mengabaikan nya semingguan ini. Tay melihat tak ada pergerakan dari New lalu menyendokan makanan itu ke sahabatnya.

“Aaaa ayo buka mulutnya… ini Awan suapin, tanpa sayur pula ini, Nyuwi pasti suka ayo aaaa…” New pun membuka mulutnya dan rasa bersalahnya kian membesar pada Tay saat ini.

Suapan demi suapan sudah masuk ke mulut New, “Wan udah, gue kenyang.”

“Sebentar, itu ada nasi di bibir Nyuwii” Tay mengusap nasi itu dan meletakannya di piring.

Tay memakan makanan sisa New yang tak habis tadi, itu sudah menjadi kebiasaan keduanya. Karena mereka selalu berpikir, ga semua orang bisa makan seperti mereka jadi mereka menghargai pemberian Tuhan itu.

Setelah selesai dengan makanan itu, Tay pun berbicara “Nyuwi, masih marah ga sama Awan?”

“Awan gatau harus gimana lagi, Awan ngerasa seperti dulu lagi, ngerasa kesepian. Awan takut Nyuwi ninggalin Awan seperti ka Alice ninggalin Awan. Awan cuman mau ngejaga Nyuwi dari prasangka buruk aja, tapi sepertinya Awan salah, Awan minta maaf, jangan diemin Awan. Awan ga punya siapa-siapa lagi, mama papa jarang pulang, sekali pulang berantem di depan Awan. Yang Awan punya cuman Nyuwi, jadi jangan jauhi Awan lagi… Awan ga akan marah-marah lagi kalo Nyuwi mau temenan sama ka Lee, gapapa Awan aja yang mungkin egois selama ini…”

New menunduk, ia mendengarkan semuanya. Semua kepilu-an yang ada pada sahabatnya. New menangis tanpa suara. Jari yang terkena air mata jatuh itu Tay bawa ke dadanya, “Nyuwi selalu ada disini, di hati Awan ini. Awan saying banget sama Nyuwi. Kemarin malam, Awan liat Nyuwi kemarin malem pulang babak belur, biasanya selalu ada Awan yang bersihin luka Nyuwi, tapi malam itu, Awan gabisa. Awan tau Nyuwi masih marah sama Awan. Tau apa yang Awan rasa? Awan khawatir Nyuwi, setiap 1 jam sekali Awan ada di depan rumah Nyuwi jaga-jaga Nyuwi butuh bantuan Awan karena ga ada ka Off di rumah. Sekarang lukanya gimana? Masih sakit ga? Awan boleh obatin sekarang ga?” sebuah kata-kata tulus dari Tay membuat New menangis sejadi jadinya.

Tangan Tay membawa dagu New untuk di angkat dan ia tersenyum pelan seraya mengusap air mata yang jatuh dari sahabatnya, terlampau deras.

“Awan maaf… maafin gue yang egois terus ngebuat lo juga terlampau khawatir dan kesepian. Maafin gue… h-hikss w..an”

Tay memeluk New erat, rasanya seminggu bagaikan lama bagi Tay.

“Gapapa, udah jangan nangis lagi Nyuwi” Tay berusaha menangkan New dengan mengusapkan tangannya ke punggung sahabatnya

“Ga Awan, gue salah gue egois, gue harusnya tau trauma lo, gue harusnya mengesampingkan rasa gue, maafin gue udah ngebuat lo kesepian semingguan ini, maaf wan….” Untuk saat ini New bukan pribadi yang cuek atau dingin, di depan Tay Tawan ia benar-benar menangis, menyesali tindakannya seminggu ini.

New tentu tau trauma apa yang di alami sahabatnya, ia sangat mengenalnya, dan Sekarang ia benar-benar merasa bersalah pada Tay, segala sifat angkuhnya, sirna. New benar-benar tak bisa membenci seorang Tay Tawan walau sesakit apa hatinya. Baginya Tay lebih berharga dari siapapun. Tak jauh dari kantin FK, terlihat obrolan sengit Lee Thanat dan Bright Vachirawit. Tensi keduanya memanas, saling sikut, saling menyalahkan dan saling berdebat siapa yang benar dan yang salah, amarah telah ikut andil dalam diri mereka sekarang.

“Ga bang, lo gabisa kek gini, jalan lo salah. “ ucap Bright setelah memukul keras wajah Thanat, ya benar keadaan kedua sudah mengenaskan dengan luka di sana sini.

Thanat menoleh dan membuang ludah yang terkena darah segar itu, “tau apa lo? Lo gatau apa-apa tentang gue dan hidup gue, iya Bri gue emang jahat, gue egois iya gue gitu.”

bugh bugh bugh

Bright memukul dada Thanat dengan tangan mengepal, “dunia memang terkadang ga adil, gue tau itu. Manusia mana di dunia ini yang ga punya beban dan masalah hidupnya masing-masing? Ga ada Lee Thanat. Yang lo lihat sekarang lo ngerasa hidup lo paling sengsara makanya lo berpikir lo berhak jadi egois or something like that tapi lo ga pernah tau kan, diluar sana atau bahkan orang yang lo anggap hidupnya baik-baik aja itu ga ada beban hidupnya? Lo salah Lee Thanat”

Bright memutar badan Thanat dan di tunjuknya Tay Tawan disana, “itukan orang yang lo anggap banyak ya saying? Banyak yang peduli? Ga ada beban sama sekali? Iya kan bang?” Bright menghela napas sebentar dan mencengkram bahu Thanat

“Gue kasih tau rahasia yang akan ngebuat lo mikir ratusan kali buat ngejahatin sosok itu… Tay Tawan namanya, dari kecil dia selalu ngeliat orang tuanya ribut di depan matanya, dari kecil dia selalu dapat kekerasaan fisik dari papa atau mamanya, dari kecil dia ngurus diri dia sendiri, dari kecil dia sering ke psikolog gara-gara mentalnya dewasa sebelum waktunya, dari terakhir dia kehilangan kakaknya karena nolongin dia, kebayang ga bang anak sekecil itu bisa tumbuh sampai saat ini? Gue kalo jadi dia mending gue mati bang, tapi dia engga. Karena apa? Karena New Thitipoom, orang yang lo suka. Dia punya janji sama mama papa New buat selalu ngejagain New bagaimana pun keadaanya.” Thanat menegang dan terdiam sesaat,

“Dan semingguan ini dia ngerasa gagal ngejaga amanah orang tuanya New, ngadepin diri dia sendiri aja udah susah dengan kondisi itu, ditambah lagi dengan keadaan New. Ga mudah bang.”

Bright memutar badan Lee Thanat dan di pegangnya bahu keras itu, “gue paham gue tau, nasib ataupun beban orang gabisa di adu, semuanya punya ceritanya dan maknanya masing-masing, gue paham akan itu bang. Gue cuman minta sebagai sesama manusia, berpikir ratusan kali kalo mau jadi orang jahat. Sekali lo terlibat, lo akan terus terlibat. Ga ada kerennya bang jadi orang jahat, ga ada.”

“Sekarang, gue serahin semuanya ke lo. Lo bisa jadi teman kita, lo bisa Bahagia bang. Bilang sama gue kalo ada yang nyakitin lo. Gue akan jadi tamengnya. Sekarang tonjok gue sekeras lo, luapin kesal lo ke gue, gue gapapa bang. Maaf gue lancing nasehatin lo gini, gue cuman ga mau orang baik kek lo kejebak di lubang ini.”

Bright mundur dan memejamkan matanya, bersiap akan tinjuan dari Lee Thanat.

5 detik 10 detik tak ada pergerakan dari Lee Thanat, Bright pun membuka matanya dan melihat Lee Thanat hanya mengepalkan tangan tapi tidak meninjunya.

“Kenapa bang? Gapapa pukul gue aja sini luapin semuanya”

“Tolol, lo kenapa sampai sejauh ini cuman karena temen-temen lo?”

“Mereka bukan teman-teman gue”

Thanat menaikan alisnya, “maksud?”

“Mereka saudara gue, gue udah sama mereka 17 tahun”

Thanat terdiam, “Dompet lo siniin”

“Buat apa?”

“Gue palak, katanya lo mau jadi temen gue terus bikin gue nemuin kebahagiaan gue? Itu ga bohong kan?”

Bright mendesah lega, senyum yang indah pun muncul dari keduanya

“Ambil bang, banyak uang gue. Ayo jajan haha” Bright menyodorkan dompetnya dan dirangkulnya Lee Thanat lalu berjalan meninggalkan tempat mereka beradu mulut, adu tenaga dan kolot disana tadi.

Setidaknya, satu masalah selesai. Tinggal 1 lagi si betina iblis. Oh Bright Vachirawit lo bisa!! Kangen anak gue kan jadi anjing! Ya itulah pikiran Bright saat ini.

Satu konflik selesai. Alhamdulilah beri tepuk tangan pada BRIGHT VACHIRAWIT!!

Bright terlihat mengetukan jari telunjuk nya di meja berulang kali, ia terlihat cemas dan bingung dalam satu waktu.

Tring! Krekk

Suara denting bel unik di cafe berbunyi dengan diiringin pintu terbuka, dan munculah sosok yang Bri tunggu, yaitu Lee Thanat.

Thanat duduk, “udah di pesen bri minum nya?” Bright hanya mengangguk sebagai jawaban.

1 menit 2 menit, Bright bersedekap tangan ke dada dan hanya melihat Lee Thanat dengan intens.

Tidak, itu tidak seperti yang kalian pikirkan. Bright bukan tertarik pada Thanat, tapi ada hal lain yang membuatnya menatap bingung Thanat seperti sekarang.

“Bri, lo kenapa ngeliatin gue segitunya? Ga mau ngomong lo?” Thanat menegur Bright yang memperhatikan Lee Thanat sedari tadi.

Nothing” Bright menjawab sekenanya.

Minuman pun datang dan bri menyodorkan gelas kopi caramel macchiato itu ke Thanat.

“Thanks Bri. Sekarang apa yang mau lo omongin” Thanat menjawab seraya meminum kopi kesukaannya, caramel macchiato

Bright maju, “lo suka New? Atau terobsesi sama New bang?”

Thanat menegang, ia berpikir bagaimana Bright bisa memberi pertanyaan semacam itu.

Thanat diam.

“Lee Thanat, bisa jawab gue?” Bright dengan suara tegasnya membuat siapapun yang mendengar pasti akan merinding.

“Lo kenapa nanya gitu?”

Bright menuju saku yang ada di jaket Thanat “itu. Kertas yang ada di dalam saku lo.”

Thanat gelagapan, “hah? Kertas apa Bri? Lo ada-ada aja. Ha ha...” sembari meminum kopinya.

Bright berdiri dan membuka saku lalu mengambil kertas yang ada di saku Thanat tadi.

“Ini. Gue liat lo ngeremes kertas ini tadi, am i wrong dude? Tell me.

Baru Thanat akan berkilah, Bright sudah memperingatkan “jangan bohong. Gue tau isi kertas ini, sebelum lo ngeremes kertas ini, gue udah sempet baca. Dan kenapa lo ga kasih liat Tay soal ini pas ribut? Gue ga ngerti... jelasin Lee Thanat”

Thanat shock! Benar kata teman-temannya, jangan pernah berurusan dengan Bright Vachirawit. Thanat tidak percaya jika Bright semenakutkan ini, setidaknya sekarang ia percaya. Dan naas-nya, Thanat sekarang terlibat.

Bright dengan santai kembali minum ice americano-nya.

“Gue jatuh pada sosok dingin New. Gue ga ada alasan apapun. Lo mau benci gue karena ngerasa gue jahat disini, itu urusan lo. Gue pamit Bright Vachirawit.” Thanat pergi dengan meninggalkan uang untuk kopi dia tadi.

Bright mengambil dan menatap uang itu, “Lee Thanat. Pecundang”

Bright berdiri dan keluar dari cafe, lalu menyalakan rokoknya dan mengikuti Lee Thanat.

Gue bukan orang baik bang, lo nyakitin temen gue, lo gaakan gue ampunin. Mau itu awan ataupun nyu.

Dalam ia mengikuti Lee Thanat, tak ada yang menarik. Thanat hanya menendang kaleng-kaleng itu kesembarang arah. Bright sesekali mengisap rokoknya dan berjalan santai mengikuti Thanat.

30 menit telah berlalu, dan dapat Bright lihat Lee Thanat berhenti pada jembatan. Ia berdiri di pinggir jembatan entah apa yang dia lakukan disana.

Tanpa aba-aba, Thanat berteriak “AH ANJING! KENAPA SEMUANYA JADI RUMIT BANGSAT! KENAPA? GUE CUMAN MAU BAHAGIA. TAPI KENAPA SULIT?”

Bright menoleh dan mengembulkan asap rokoknya keatas. Ia hanya melihat situasi saat ini.

“Lo menyedihkan Lee Thanat. Selamat lo udah mempersulit hubungan orang lain. Sekarang lo mau gimana? Bahagia? Haha terdengar lelucon Nat.”

Sambungnya “Lo padahal tau sendiri rasanya berada dalam kesalahpahaman itu ga enak. Apalagi setelah orang tua lo bercerai karena kesalahpahaman dan karena itu juga mereka meninggal di depan mata lo yang dulu masih berusia 10 tahun Nat. Lo ga inget itu Lee Thanat?” Thanat berbicara pada dirinya sendiri merasa frustasi.

Bright yang mendengarnya hanya tersenyum dan berjalan ke arah Lee Thanat.

“Rokok bang” pandangan Bright lurus ke depan sembari memberi rokoknya

Lee Thanat kaget, “lo kenapa disini Bri? Gue ga ngerokok Bri.”

“Gue tarik kata-kata pencundang tadi buat lo. Well, Lee Thanat at least better than Bright Vachirawit” Bright tertawa pelan

“Lo mau bahagia bang? Masih trauma dengan orang tua lo meninggal di depan lo?”

Thanat diam tak menjawab

Bright menoleh, menatap Lee Thanat “lo bisa bahagia bang. Cuman lo ga mau dan ngambil jalan yang salah. Karena tindakan lo, temen-temen gue salah paham.”

“Kalo lo mau bahagia, gue bisa bantu. Jadiin gue temen lo. Saudara lo. Bahkan musuh lo sekalipun. Anggep gue barang lo. Gue bakal nunjukin, dengan cara apa lo bisa bahagia.” Bright menyesap rokoknya dan mengebulkan asapnya ke Lee Thanat. Bajingan!

Huuuk hokk

Thanat terbatuk dan mengibaskan tangannya untuk menjauhkan asap rokok itu.

“Ga perlu Bri. Gue pamit.” Lee Thanat tetap pada gengsinya. Ia tetap berpikir ia bisa sendiri.

Bright menarik topi yang tersambung dengan jaket Thanat Dan membuat Thanat berhenti mau tak mau.

“Ga usah gengsi bang. Lo butuh temen. Jangan naif, lo itu manusia jadi masih butuh yang lainnya. Dan mungkin gue jalannya.”

Bright menepuk bahu Lee Thanat, “besok, lo tau kan apa yang harus lo lakuin dengan kertas itu? Gue jaminan nya bang. Gue akan tunjukin bagaimana caranya bahagia tanpa melukai yang lain. Gue pamit bang.”

Bright pun menjauh dari Lee Thanat dan dapat Thanat liat, Bright memberi uang kepada para homeless yang Thanat yakini itu uangnya tadi.

Thanat pun berjalan dan disaat ia berjalan dekat para homeless tadi, sesuatu yang membuatnya tersentuh.

“Ka, kata kakak yang jaket kulit hitam tadi... ini dari kakak ya? Makasih ya ka. Oh iya, Kakak tetap semangat ya dan jangan menyerah. Bahagia selalu kak. Itu tadi pesan dari kakak-kakak yang pake jaket kulit hitam tadi hehe”

Thanat tau siapa pria jaket kulit hitam itu, ia pun mengusap kepala bocah homeless itu dan tersenyum.

Lalu dia berjalan pulang...

Haruskah Lee Thanat mengambil tawaran Bright dan merelakan sosok New Thitipoom yang menarik perhatiannya beberapa hari ini.

Lee Thanat harus apa?

Rumah sakit Mulia

Off datang tergopoh-gopoh setelah tadi di beritahu oleh Harit, bahwa Singto dan Krist mengalami kecelakaan. Sekarang Off berada di depan ruang operasi Singto dengan Harit dan Gunsmile yang telah datang terlebih dahulu.

“Rit, gimana ceritanya mereka bisa kecelakaan, ditabrak atau nabrak? Sampai Singto harus di operasi..” Off terlihat panik bukan main dan memijat keningnya.

Harit yang melihat Off sebegitu paniknya lalu membawa Off untuk duduk dan menenangkan pikirannya

“Gue gatau bang pastinya gimana, tapi kata orang yang nganter mereka, motor yang mereka tumpangi nabrak pembatas jalan dan dari sebrang jalan ada mobil melaju kencang gitu. Buat pastinya nanti bakal kita tau setelah mereka sadar...” Harit menuturkan apa yang dia tau

Gunsmile berusaha menepuk bahu Off pelan dan mengusapnya, “Adek lo pasti bisa bang ngelewatin ini, Kit juga pasti bisa”

Off terlihat menurunkan kepanikannya dan mencoba menguasi dirinya.

Off menoleh, “Mew udah lo pada kabarin? Udah tau kondisi Krist belum?”

“Udah bang tadi sama gue, udah lo tenang aja, jangan pikirin yang lain dulu.”

“New dimana? Udah dikabarin?” Off karena panik tadi, sampai tidak menyadari tidak ada adiknya satu lagi disini.

“Lagi di jalan sama Bright bang”

15 menit telah berlalu, dan Off tidak tenang, “krist dimana? Gue sampai lupa belum liat keadaannya”

“ICU bang, lurus aja dari sini terus belok kanan... “

Off berdiri dan menuju ICU, dapat Off lihat Krist ditubuhnya banyak selang-selang menempel. Off mengengam tangan mungil itu dan,

“Dek, kuat ya! Lo udah gue anggep seperti adek kandung gue krist. Bertahan ya sayang. Mew nanti kesini, dia pasti sama khawatirnya seperti gue sekarang dek.” Tanpa sadar Off menangis, bukan hanya karena Krist kecelakaan, tapi dia juga mengingat betapa kuatnya sosok yang terbaring lemah di depannya.

Off tau betapa hancurnya keluarga Krist dan Mew waktu dulu, yang membuat orang tua mereka bercerai dan Krist maupun Mew tidak ikut siapapun lalu berjuang hidup sendiri dengan di topang kerja keras Mew selama 15 tahun ini. Off dan Mew sudah bersahabat sejak lama tentu mereka mengetahui kisah pilu masing-masing.


Lobby rumah sakit

Bright, New dan Thanat pun tiba, lalu segera menuju ke tempat Singto di operasi.

Thanat di belakang juga terlihat panik dan tanpa tak sengaja ia mendapati kertas jatuh dari tas yang di bawa New.

Entah kesialan atau bagaimana, kertas itu dalam posisi terbuka dan Thanat membaca keseluruhan pesan itu

“Orang sinting mana yang neror kek ini, gila” dia masukan dalem denim nya. Nanti entah akan dia kembalikan pada New atau ia buang. Biarlah urusan nanti.

Mereka di lift, Bright menepuk dahi nya “bang gue lupa kabarin Awan astaga ponsel gue mati lagi sat! Bang tolong chat Awan dong”

“Awan? Siapa Awan?”

“Tay Tawan, ini kontaknya..” New menjawab dan memberi kontak sahabatnya.

“Ah Tay Tawan, oke-oke. Sebentar ya”

“Makasih bang” dan Thanat hanya mengangguk, lalu men-chat Tay.

Ting!

Lift pun berhenti di lantai 10, tempat dimana Singto di operasi.

New dapat melihat teman-temanya ada disana dengan mondar-mondir tak jelas.

“RIT GIMANA KEADAAN SINGTO? RIT JAWAB GUE YA TUHAN...” ucap New yang tak kalah panik dari Off

“Nyu tenang, Singto lagi di operasi di dalam, kata dokter butuh waktu 4 jam operasinya. Udah lo atur napas lo. Percaya sama gue, semuanya baik-baik aja” Harit menenangkan dan memberi New minum.

New celingak-celinguk seperti mencari keberadaan seseorang, “abang gue mana? Oh iya Kit dimana?”

“Bang Off lagi di ICU, Kit di ICU sekarang Nyu.. lo mau kesana?”

“Iya, Bright lo mau ikut gue atau nunggu disini?”

“Ikut.. ayo bareng gue”

Keduanya pun berjalan ke ICU

“Bang, keadaan Kit gimana? Parah ga?”

Off mendongak dan mengusap air matanya, “lumayan dek, lo udah ke Singto tadi? Masih operasi?”

“Masih bang, Bang Mew mana? Ga kesini?”

“Lagi jalan ke sini”

New melihat Off masih meneteskan air mata nya itu, kini mendekat ke Off dan mengusapnya pelan

“Udah tua, masih aja nangis.. belek lo keluar nih”

Off tau New ingin mengajaknya bercanda tapi yang Off lakukan bukan tertawa melainkan membawa New ke pelukannya “dek, abang takut.. kalo terjadi hal buruk sama Singto, abang gaakan bisa maafin diri abang sendiri”

Posisi Off yang duduk di bangku jaga dan New yang berdiri, membuat New mengusap pelan rambut off dan menciumnya bentar, “gaakan terjadi hal buruk kok sama Singto, percaya sama adek kan? Udah jangan mikir gitu lagi”

Bright yang melihat itu lantas memeluk keduanya, seolah-olah membiarkan mereka menangis tanpa harus dilihat semesta “kalian berdua, menangislah... gue jagain ini, gue pastiin gaakan ada yang lihat lo berdua nangis. Vachi disini bareng Poom sama bang Tum

Keduanya pun menangis dengan Bright menepuk pelan punggung masing-masing.


Rumah Tay Tawan

Tay yang mendapat kabar New ada di rumah sakit, langsung bergegas ke berangkat, namun saat ia akan berangkat, Sheila menahan Tay

“Awan mau kemana? Kok buru-buru banget heum?” Sheila sudah tau bahwa Tay akan ke rs, ia karena orang suruhan Sheila menyuruh memotong rem pada motor New. Licik dan sampah!

“Ka Nyuwi ada di rs ka, ka ila gapapa kan di tinggal bentar? Buburnya ada di kulkas kok, nanti tinggal dimasukin microwave aja ya. Awan pergi dulu...”

“Wan, ayo kita ke rs bareng aja. Ka ila gapapa kok. Nih udah ga demem kan? Ayo” ucap Sheila dengan akting mulusnya

Tentu gue akan ke rs dan melihat dengan mata kepala gue sendiri kalo si jalang New sedang sekarat... segala pikiran jahat Sheila sudah berpesta di benaknya. Demon!

“Tapi ka sudah malam, gapapa?”

Sheila senyum terpaksa, “gapapa wan, ayo. Naik mobil ka ila aja ya. Ayo keburu malam loh” ucap Sheila.

bukan keburu malam sih, tapi keburu ga sabar gue liat temen lo sekarat haha.

“Oh oke, eh sebentar Awan ambil jaket dulu buat ka ila. Kasian kan tadi abis demam kalo kena angin malam itu gabaik.”

Tay mengambil jaket dan memberikan ke Sheila, “terima kasih Awan”

Mereka pun menuju ke rs dengan kecepatan sedang.

30 menit kemudian mereka telah sampai dan sekarang berada di meja adminiatrasi di lantai 1

“Permisi mas.. ad-” belum sempat Tay bertanya, pundaknya di tepuk seseorang

“Wan, oh astaga gue kirain lo ga kesini.. langsung aja ke ruang operasi lantai 10 ya Wan. Gue mau ke kantin bentar” Harit seseorang tadi yang menempuk pundaknya dengan Gunsmile disampingnya.

“Ah gitu, oke harit. Yaudah Awan duluan ya. Ayo ka ila”

Harit hanya mengangguk dan terlihat berpikir, perempuan yang bersama temannya tadi siapa?


Mereka tiba di lantai 10, dan Sheila betapa terkejutnya melihat New terlihat baik-baik saja,

Hah? Terus siapa yang kecelakaan bangsat! Anak itu punya nyawa berapa sih??? Menyebalkan. Gue kan harus kerja extra ah bajingan lo New Thitipoom. Lihat nanti apa yang akan gue lakuin. Sepanjang jalan rencana jahat Sheila sudah terpikir di kepalanya.

New yang melihat kehadiran Tay dan Sheila, langsung naik pitam. Ia menarik tangan Sheila kencang

“LO! JALANG IKUT GUE SEKARANG... BAJINGAN YA LO SETAN! IKUT GU-” Tay menarik tangan New dari Sheila

“Ah wan sakit... lengan ka ila sakit, sakit sekali. Teman mu kenapa..” Sheila mulai berakting.

“NYUUUUWI APA APAAN SIH. TANGAN KA ILA MERAH KAN! nyuwi tuh kenapa marah gini? Apa karena Awan datang sama ka ila? Nyuwi jangan seperti anak kecil gitu dong. Kan ka ila ga pernah jahat ke Nyuwi.” Lantang Tay menyuarakan membuat New merasakan sakit batinnya.

“Apa lo bilang wan? Ga pernah jahat? LO TANYA SAMA BETINA ITU KENAPA DIA NYELEKAIN SAUDARA SAMA TEMEN GUE!! LO TANYA WAN. AH ANJING LO JALANG” emosi New sudah tak bisa di kontrol, bahkan sekarang Bright dan Off sudah membawa New mundur.

New mencoba melepaskan tangan yang di tahan Bright dan Off bersamaan

“lepasin gue, LEPAS NGGA! BIAR GUE CAKAR BETINA BANGSAT INI. Bri bang LEPASIN GUE!”

“Dek astaga, sabar dulu. Lo kenapa? Tenang dulu ayo duduk”

“bang, dia yang udah mau jahat ke kita. Lo percaya gue kan? Gue adek lo selama 21 tahun bang. H-iks b-ang dd-iaa iblis hiks..” New hampir saja jatuh jika tidak di pegang Bright

“Gue salah apa sama lo Sheila hah? Gue salah apa? Gue pernah nyakitin lo? Gue minta maaf kalo iya. Jangan lo lukai orang-orang yang gue sayang...” terlihat air mata New mulai muncul

“Eh kamu ga ada salah kok. Aku ga ngelakuin itu New. Aku ga mungkin ngelakuin hal jahat seperti itu, iya kan Awan?” PALSU! TUTUR MANIS ITU PALSU!

“Iya Nyuwi, ka ila ga mungkin ngelakuin itu.. ka ila baik kok. Nyuwi jangan asal nuduh gitu. Udah nyuwi duduk dulu aja”

“Wan... lo lebih percaya sama dia? Wan, gue 20 tahun sama lo, lo ga percaya sama gue hah? Wan, gue nyuwi lo. Yang lo bilang dulu, akan selalu lo percayain. Wan, gue siapa sekarang dimata lo...” New menangis, ia merasakan sakit yang teramat.

New pun berlari dengan tangisan yang tak bisa ia bendung

“DEK, MAU KEMANA? THITIPOOM.. ASTAGA DEK” Off berteriak dan menyusul New dengan berlari

Bright bertanya “ini siapa lo Wan? Beneran perempuan baik-baik? Yakin?” Bright menepuk bahu Tay sesaat dan setelahnya berlari mengejar New.

Lee Thanat yang melihat hal itu di depannya, kemudian menunduk dan membuka kertas ancaman tadi.

Sheila.. oh jadi dia wanita bernama Sheila dan juga yang meneror New. Kertas ini harus gue apakan? Gue tunjukan pada mereka? Atau gue harus tutup mata dan egois untuk sesaat? Gue hanya ingin sekali saja bahagia dan itu dengan New, apa boleh Tuhan? Maaf.

Dan pada akhirnya, Lee Thanat memilih jalan untuk egois. Ia remat kertas itu dan membiarkan semuanya bertambah rumit. Tay dengan kesalahpahaman nya dan New dengan perasaan terluka nya.

2030, London.

From : New Thitipoom To : Tay Tawan

Hai, te. Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja. Jagalah kesehatanmu, jangan terlalu sering makan-makanan yang terlalu pedas, aku tau kau sangat menyukainya. Aku hanya tak ingin tubuhmu sakit karenanya.

Disini matahari tampak gelap, hujan berkali-kali, pelangi tak kunjung datang. entah karena dia malu menujukan dirinya atau enggan singgah. Sudah lama sekali aku tak melihat sosok indah dirimu, mungkin sudah sewindu? Atau tak tau pastinya. Yang ku ingat kala itu hanya raut wajahmu, aku juga ingat sentuhan lembutmu, suara manjamu, senyummu, tawamu, wangimu. Bahkan aku ingat saat kau berusaha menahan air matamu jatuh. Sepertinya kau sangat sulit menjelaskan apa yang kau rasakan pada saat itu. Senang, sedih, marah, kecewa selalu bercampur saat kita bertemu. Maafkan aku yang selalu sulit untuk berkata.

Maaf, aku sudah membuatmu jatuh begitu dalam. Maaf, aku sudah membuang waktumu. Maaf karena saat itu aku memberimu batas, menyangkal perasaan, dan membuatmu mundur perlahan, raguku membuatmu pergi, egoku membiarkanmu menyerah. Apa rasanya sakit dulu te? Apa sangat menyesakan, ketika aku menolak mu dengan kasar? Kalo iya, maafkan aku. Terima kasih telah menjadi pribadi yang kuat waktu itu.

Kini, terbanglah setinggi mungkin Terbanglah sebebas mungkin Jangan buat cinta barumu ragu, dan akhirnya membuat pilihan yang salah, sepertiku. Jangan menenggelamkan cinta barumu dengan pertanyaan rumitmu. Buatlah dia nyaman, dengan memberinya kepastian. Dan janganlah terlalu mengekangnya. Beri dia waktu sendiri, mungkin dia juga membutuhkan waktu untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Jangan lupa untuk selalu membuatnya tertawa, bantu dia berdiri dari lubang kepedihannya. Dan jangan pernah menyerah untuk mempertahankan cinta barumu.

Untuk mencintaimu walau terlambat, aku minta maaf. Kini aku melepasmu. Carilah seseorang yang tidak pernah mematahkan kasih sayang mu. Aku menyesal telah membuat mu menunggu dan menunggu tanpa kepastian hingga akhirnya kau hilang dan tidak pernah kembali.

Te, selama hujan aku memikirkan mu. Bagaimana kalo aku tidak terlambat, bagaimana kalo kamu tidak lelah dan bagaimana kalo saat ini kita masih bersama. Terlihat egois bukan? Iya, itu aku. Maaf. Kuharap dimana pun kamu berada sekarang, selalu makan dengan teratur, jaga kesehatan dan selalu bahagia.

Entah surat ini akan sampai atau tidak kepadamu, aku hanya ingin menulisnya dengan mengingat kenangan samar-samar kita semasa dulu. Bulan menjadi saksinya aku merindukanmu dan hujan menjadi perantara bahwa aku menangisi kebodohan ku dulu. Sampai jumpa.

Sahabatmu, New Thitipoom. ^.^