JeJeJJ

Paparazi

Mau baca apa sayang? šŸ˜‚ Nanti ya bentar lagi, abis ini. Nih aku kasih jub-jub nya Brightwin šŸš·šŸ”žšŸš³

2

.

Next

Bright memakaikan pelumas itu pada penisnya, tak lupa iya kembali mempersiapkan win lagi, ia ingin win juga nenikmati percintaan ini sebagaimana ia menikmatinya. Ia tak ingin egois dengan menaruh egonya paling depan.

ā€œbentar sayang, tahan yaā€

Bright kembali memasukkan dua jarinya yang sudah ia beri lubricant sebelumnya, win merasakan sensasi itu lagi, ia memejamkan matanya menikmati bagaimana Bright sedang mempersiapkan dirinya.

ā€œemmmhhhhh...... Hufftt.... Ahhhhhhā€

ā€œtahan win, bentar lagi ya, kakak kasih yang kamu mauā€

ā€œeeengghhhhh...... Now, ahhh..... Hahhhh....do it nowā€

Win tak sabar ternyata, sudah cukup ia dipermainkan Bright sedari tadi, untuk saat ini ia tak ingin berlama-lama, ia ingin Bright mengacaukannya sekarang juga.

ā€œoke, kakak masuk win, kalau sakit bilang yaā€

Selalu saja concent dari win adalah nomor satu Bagi Bright, win mengangguk sebagai respon, ia benar-benar sudah siap sekarang, dengan posisi ia di tindih oleh Bright dan kakinya yang melingkar manis di pinggang sang dominan.

ā€œeeeenghhhh........ā€

Win menutup matanya, tangannya meremas sprei, kakinya semakin mengetat melingkar di pinggang Bright, perlahan ia merasakannya, merasakan Bright yang semakin masuk kedalamnya.

ā€œcalm down bunny, you are too tightā€

Ucap Bright ketika merasakan betapa ketatnya metawin disana, ia melakukannya dengan pelan-pelan, tak ingin menyentakannya sekali hentakan karena takut menyakiti win. Benar ā€“ benar pelan untuk dirasakan mereka berdua. Mereka membagi nikmat yang sama.

ā€œemmmhhhhh.... Deeperhhggg.... Pleaseee..ā€

Win semakin meminta, ia ingin merasakan Bright seutuhnya di dalam dirinya, ia ingin merasakan sensasi penuh mengisi dirinya.

Jadilah Bright semakin masuk, mendorong lebih keras sesuai pinta metawin, memasukkan seluruh dirinya didalam si manis yang berada di bawahnya.

ā€œemmmhhhh...... Ahhh... AHHHHHHHHā€

Win memekik, matanya membelalak melihat langit ā€“ langit kamat mereka, tangannya semakin kencang meremas sprei ketika Bright sudah masuk seluruhnya dalam dirinya, sesasi penuh luar biasa is rasakan, Bright langsung menyentuh titik terlemah dan ternikmat milik metawin didalam sana, membuat win membusungkan dadanya sebagai reaksi tubuhnya yang terasa penuh dan nikmat.

ā€œketat banget win, relax bunny, tarik nafas duku, kak Bright gak akan langsung gerak kokā€

Bright memberi jeda untuk dirinya dan metawin, memberikan waktu si manis untuk mengatur nafas dan beradaptasi dengan penisnya yang sudah masuk dalam tubuh metawin.

ā€œahhhh.... Hahhh...ā€

Win mulai mengatur nafasnya, mulai membiasakan dirinya ketika Bright telah masuk seluruhnya didalam sana.

Bright mulai memberikan kecupan-keculan kecil di sepanjang leher dan ceruk leher win, memberinya rangsangan lain agar tak terlalu fokus pada penyatuan mereka dibawah sana.

ā€œcan i?ā€

Tanya Bright seraya melihat tepat di mata metawin, mata indah yang selalu saja membuatnya lemah, mata sayu metawin adalah titik terlemah seorang Bright Vachirawit.

ā€œb... Boleh.... Ahh..... Udah boleh gerakā€

Dengan begitu, saat Bright perlahan menarik dirinya dari dalam win secara perlahan, win merasakan kekosongan itu, rasa kosong yang tak seharusnya ia rasakan di bawah sana.

Namun saat Bright mendorong dengan tempo yang sama, win merasakan sensasi penuh oleh Bright, penuh hingga lututnya yang mengunci pinggang Bright ikut gemetar karena sensasi nikmat luar biasa itu.

ā€œemmhhh..... Ahhhh.......ā€

Lagi-lagi win mendesah, Bright juga tak pasif kali ini, selain dirinya sedang bergerak dengan tempo pelan, tangannya sibuk memberikan Metawin rangsangan, membelai rambut, leher, Telinga hingga sesekali meremas dan nemilin dada submisive nya, Bright tak pernah gagal dalam membuat win untuk terus mendesah dan meracaukan namanya.

ā€œahhh..... Enak win?ā€

ā€œenggghhhh.... Ahhh...E... Nakā€ Jawab win terbata-bata, nafasnya tersegal-segal seiring gerakan Bright yang menarik dan mendorong masuk dalam dirinya kian cepat.

ā€œcan i go faster now bunny?ā€ Lagi, izin dari win sangat penting Bagi Bright.

ā€œemmhhā€

Hanya desahan tertahan yang terdengar, itu di artikan Bright sebagai isyarat 'iya'

Dan setelahnya Bright mempercepat tempo gerakannnya, menarik dan mendorong dirinya kedalam metawin semakin cepat dan lebih cepat lagi, membuat win harus mengerang bahkan sampai menjerit keenakan dibuatnya.

ā€œahhh....kak..... Bright... Faster.....AHHHHHHā€

Jeritan itu sebagai bukti kalau Bright tak main-main dengan ucapannya, ia akan mengantarkan win kesana bersamanya, memberikan win nikmat yang sama. Membaginya berdua sama rata.

ā€œGINI...ā€

PLOKK

ā€œGINI HUH?ā€

PLOKK PLOKK

ā€œSUKA KAMU NGENTOT KASAR KAYA GINI HUH?ā€

dan yang selanjutnya terjadi adalah Bright memompa Win dengan ritme kencang yang memabukkan metawin, tabgan win kini melingkar di sepanjang bahu sang dominan, terkadang kuku win mencakar untuk melampiaskan rasa nikmat yang setiap detiknya semakin meledak.

ā€œAHHHHHH...... KAK BRIGHT.... IYA....AHHH... IYA WIN SU... KAHHHHHā€

Mereka mendesah dan mengerang seakan saling berbalas-balasan, menjadi irama yang menyatu dengan suara hujan yang semakin deras membasahi kota.

Bright semakin menunjukkan kehebatannya, ia menaikkan tempo gerakan menjadi lebih keras, lebih cepat dan lebih kasar, sadar kalau akhir-akhir ini win sedang senang di hajar dengan cara kasar sepeti ini.

ā€œHAHAHAHHA EMANG BINAL KAMU WIN.... AHHH.... HAHHH......ā€

ā€œkakak entot pelan tapi kamu sukanya di kasari gini kan.... Hmmmm?ā€

Win semakin terlonjak-lonjak dibawah Bright, tempo yang diberikan Bright mengacaukan Win ke titik yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya, sangat ā€“ sangat membuat hilang akal.

ā€œiyahhhh...... Win sukahhh... Ahhh.... Ahhh hahhhh.. Kak pelanin di.... Kithhhhh.... Pleaseeeeeeā€

Tempo itu tak berkurang sama sekali, Bright tak mengabulkan pinta si manis kali ini, ialah yang akan memimpim dan menjadi satu-satunya nahkoda di tengah lautan nafsu yang tengah mereka arungi.

ā€œshhhhh, nikmati aja ya win, kamu suka di entot kasar gini kan huh? U better like this oneā€

Bright langsung mengangkat Bright dalam gendongannya, saat seperti ini win sepeti koala, tautan mereka belum terlepas, Bright membawa win untuk turun dari ranjang dan menuju kaca jendela yang luar biasa besar di ujung kamar ini, di sibakkannya korden yang menutupi kaca dan langsung menampilkan pemandangan kota yang tengah diguyur derasnya hujan, karena hujan juga kaca kamar ini berembun dan terasa sangat dingin.

Di sebelah kaca itu ada dinding, Bright memilih untuk memojokkan win di dinding dari pada di kaca dingin yang akan membuat punggung win serasa mati rasa. Dan Bright benar-benar memojokkan win di dinding, kaki win kini bertumpuan di bahu sang dominan, tangan kekar Bright berjaga di pinggang si manis agar tak jatuh kebawah ketika nanti ia sibuk bergerak masuk dan keluar.

Bagi win, ini adalah posisi baru untuknya, Bright tak pernah menggunakan posisi seperti ini sebelumnya, dan ini adalah salah satu daya tarik Bright yang tak akan pernah bisa win tolak, Bright semakin belajar dan ingin memberikan permainan ranjang terbaik untuknya, dan win sangat suka dengan itu. Dan dalam posisi ini, win tak bisa bergerak sama sekali, kakinya berada di Bahu Bright, pinggangnya di pegang kuat-kuat oleh tangan kekar itu, dan yang bisa ia lakukan adalah menerima ciuman demi ciuman yang diberikan Bright sebagai persiapan untuk masuk dalam permainan yang lebih panas lagi.

ā€œkak Bright gerak ya, terserah kamu mau jejeritan kakak gak akan larang, soalnya ini akan intens banget sayang, suka kan posisi baru kaya gini?ā€

Win tak menjawab, ia langsung melumat bibir Bright, untuk saat ini setidaknya hanya cara inilah yang bisa meredakan desahan metawin.

Selanjutnya Bright bergerak, perlahan namun pasti langsung membuat win menegang disana, win meremas Bright dengan sangat kencang jauh di dalam sana, membuat sensasi nikmat yang luat biasa untuk Bright eksplore lebih dalam lagi.

ā€œmmmmhhhhā€

Win hampir saja mejerit, namun cumbuan yang diberikan Bright menahannya, dalam posisi ini penis Bright benar-benar melesak masuk jauh kedalam dan ke titik baru bagi metawin.

Bright tahu win tak berdaya saat ini, ia mempercepat tempo gerakannya lebih keras dan lebih kasar, Bright juga melepas cumbuannya, ia ingin mendengar win menjerit dan mengerang karena kehebatannya. Kepala win langsung diarahkankan di bahu Bright, benar ā€“ benar seperti orang yang saling berpelukan namun bedanya win kini ada dalam gendongan dominannya.

ā€œAHH.... EMMMMHHHH.... KAKKK BRIGHT AHHHHHHā€

ā€œenak hmm? Enak kan ngentot kasar gini win.... Ahhhh...fuckk....ketat banget sih anjingggā€

ā€œAHHHH.... HAHHHH..... YESHHH HARDERHHH, FUCK ME HARDERHHHH AHHHHHā€

Win semakin gila, disaat dirinya sendiri sudah tak kuat dengan deraan nikmat di tubuhnya kini ia meminta untuk lebih dihancurkan, benar-benar menantang dominannya.

Tak ada jawaban lagi, Bright fokus memberikan permainan terbaiknya, memompa metawin dengan cepat dan kasar, membuat win menyerang dan terus mendesah karenanya, Bright merasa bangga bisa membuat artis papan atas negeri ini tunduk dalam permainannya dan mendesah karena penisnya.

ā€œAHHHH..... AHHH.. HAHHHH KAK.... ENAKKK.. AHHH IYA ENAK BANGETHHHHā€

Bright tersenyum miring mendengar pengakuan submisive nya yang tengah di dera rada nikmat bertubi ā€“ tubi.

ā€œemang kamu punya bakat binal win.... Ahhhh.... Jangan di ketatin sayanghh..... Enak banget kamu winā€

Plok

Plok

Plok

Bunyi pertemuan dua kuliat yang semakin keras terdengar seiring kasarnya Bright memompa metawin, Bright kehilangan tempo saat ini, ia melakukannya dengan asal-asalan sekasar dan sekeras mungkin ia bisa, namun hal itu justru disukai metawin, ia terus mendesah desah karena kehebatan Bright memompanya.

ā€œsekarang turun dulu ya bunny, kakak mau test seberapa kuat kamu sayangā€

Bright menurunkan win, namun langsung ia arahkan dan ia pojokkan di kaca apartemen ini,

ā€œlihat sayang, diluar lagi hujan kan, indah kan?ā€

Tanya Bright dari belakang metawin, tangannya menekan punggung win untuk lebih merendah dan lebih menungging, win reflek mencari pegangan di kaca yang berembun ini, terasa licin namun hanya inilah satu-satunya pegangan yang ada disini.

ā€œcoba bayangin win, kalau dunia tau kamu itu cuma artis binal yang suka di entot Paparazzi kaya gini hmmmmā€

Win baru saja akan menjawab namun suaranya tertahan ketika Bright tiba-tiba memasukkan penisnya yang masih saja sekeras baja itu masuk kembali dalam diri win dari belakang.

ā€œAHHHHHH...... Fuckkkk... Yahhhh ahhhhā€

Win melebarkan kakinya, memberi Bright ruang untuk lebih mudah memasuki dirinya, tangannya menahan tompangan tubuhnya agar tak ambruk kebawah.

PLAKKKKK

ā€œemang binal kamu win ahahahha suka di entot kontol gede gini kan huh?ā€

Bright nenampar pantat win, memberikan sensasi perih namun nikmat untuk dirasa sang submisive.

ā€œi.... Iya.....ahhh win suka.... Win suka kontol Bright hahhhh ahhhhhh......ā€

PLAKKK

PLAKKK

PLAKKK

Bright menampar pantat win berkali-kali, meninggalkan bekas kemerahan disana, namun bagi Bright malah terlihat semakin menggairahkan untuk terus ia pompa keras-keras saat ini.

ā€œmove for me babyā€

Bright memberikan perintah itu, win yang sudah kepayahan harus menggerakkan pinggulnya kedepan dan kebelakang, ia kasusahan dalam posisi seperti ini, serba salah, apapun gerakan yang ia lakukan rasa-rasanya penis Bright masuk semakin dalam dan semakin nikmat..

ā€œeemmmhhhh kakk...... I can't stand it..... Ahhhhhā€

ā€œkurang kenceng win, lagi tambah kenceng lagi cobaā€

ā€œudahhh..... Ahhh. Win ga kuat.... Ahhh hahhh.... AHHHHHHHHHā€

PLAKKK

Bright menampar pantat bulat itu sekali lagi, ia juga menghujamkan penisnya keras sekali menuju dalam sana, membuat lutut win lemas dan gemetar hingga hampir ambruk ke lantai jika saja Bright tak memegang pinggangnya tadi.

ā€œAHHHH KAK BRIGHT... AHH..... WIN PENUH.... KEPENUHAN... AHHHā€

Win menjerit-jerit ketika dirasa pelepasannya terasa semakin dekat.

ā€œHAHAHAHA mana win yang suka di entot kasar huh? Baru segini aja udah lemesā€

Bright seolah mengejek submisive nya yang sudah ada di batas limitnya. Selain itu ia mempercepat ritmenya, meski seolah ia mengejek si manis nyatanya ia tak tega untuk berlama-lama, jadinya ia juga mengejar pelepasan itu bersama metawin.

Zona Semarang 14 Desember 2019 09:15 Pm

Afi bergegas dari Banyumanik menuju Kota lama, ditengah derasnya hujan ia terjang demi menjemput winata, Afi tak tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu, yang ia tahu sekarang ia harus sesegera mungkin membawa kendali mobil ini menuju karibnya itu.

Rintik hujan terus turun dari langit, samar-samar Afi bisa melihat derasnya Rintik itu di pantulan cahaya lampu jalanan.

Ia sampai, Afi menyusuri sepanjang jalan di kota lama hingga ke gang-gang kecil untuk mencari karibnya, pasalnya winata sudah tak bisa dihubungi sejak beberapa menit lalu, Afi bahkan rela turun dari mobil untuk mencari dimana winata berada. Ia cemas, sangat cemas tentang dimana keberadaan winata tanpa meninggalkan satu pesan sekalipun padanya.

Afi berjalan menyusuri emperan toko dan meninggalkan mobilnya tak mampu masuk gang sempit seperti ini, tak ada senter dam penerangan yang ia bawa, yang ia yakini ada feeling nya sebagai sahabat yang bekerja saat ini.

Dalam gelapnya malam, dalam terbatasnya pandangan dan pendengaran karena suara gemercik hujan, Afi mendengar suara isakan. Isakan yang semakin lama semakin dekat, ia mencari sumber suara itu.

Hingga pandangannya dipaksa melihat seseorang yang sedang meringkuk di emperan toko yang basah karena air hujan yang menjamahnya, melihat winata menekuk kaki dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

Itu winata, ia disana menangisi dirinya yang tengah diambang kecewa dan putus asa, emosi yang sudah ia tahan selama ber jam-jam di dalam cafe itu kini pecah di sebuah emperan toko yang gelap dan dingin.

ā€œwinā€

Panggil Afi pelan, ia tahu kalau sahabat nya tengah menghadapi masa sulit saat ini, ia tak akan memaksa winata untuk menceritakannya sekarang.

Winata yang meringkuk di lantai itu kini tersadar kalau Afi sudah hadir di dekatnya, dengan buru-buru ia menghapus air matanya, menyamarkan bukti kekecewaan itu di tengah redupnya pencahayaan, namun percuma saja, Afi sudah melihat semuanya, melihat winata yang terisak dan menangis.

Afi mendekat yang memeluk winata, memeluknya erat memberinya pengertian kalau ia tak akan pergi meninggalkannya disini sendirian.

Dipeluk sedemikian rupa membuat tangis yang sudah win coba sembunyikan kini pecah juga, air mata kekecewaan itu tak akan pernah bisa berbohong sehancur apa dan sekecewa apa hati winata saat ini, tidak, air mata winata tidak pernah berbohong.

Afi membiarkan winata menangis dalam peluknya, memberinya ruang meluapkan semua kesedihannya hingga tak bersisa.

ā€œits ok win, gue ada disini, gue gak akan ninggalin loā€

Afi menepuk pundak basah winata, air hujan dengan lancang membasahi tubuh karibnya saat ini.

ā€œgu..... Gue.... Hiks....salah...apa Fi?ā€

Tanya win terbata-bata, ia masih menangis sesenggukan dalam peluk afi. Rintik hujan itu seolah jarum yang menghancurkannya dari segala arah. Ia mencoba mencari dimana titik salahnya hingga ia berkali-kali harus merasakan sakit dan kecewa yang sama.

ā€œlo gak salah win, lo gak salahā€

Afi masih mencoba menenangkan winata yang terdengar perih tangisnya. Memeluknya semakin erat.

ā€œudah yuk, gue anter lo pulangā€

Ajak Afi yang segera memapah win untuk berdiri, merangkul pundak winata untuk ia tuntun menuju mobilnya yang berada di depan gang sana.

ā€œno, gue gak bisa pulang dengan keadaan kaya gini fi...ā€

Win melihat lantai toko yang basah dan dingin.

Afi menangkap mata itu, mata merah sembab winata ada disana, raut kecewa juga tak bisa disembunyikan diwajah winata.

ā€œyaudah, lo bisa di tempat gue dulu, bisa pulang besok kalau udah enakan, oke?ā€

Tawar Afi yang masih memegang pundak winata, sedangkan winata hanya bisa mengangguk lemah, kekecewaannya sungguh sangat besar saat ini.

Kini Winata berada dizona dimana dirinya tak lagi ingin mencintai, berada dalam ruang dimana dirinya sudah terlalu muak untuk mempercayai, ia sudah terlalu lelah untuk itu.

Mereka berjalan beriringan melalui emper-emper toko yang tak terkena air hujan, meminimalisir tangisan langit membasahi mereka berdua.

Tanpa mereka tahu, kalau mobil Bright baru saja melewati mereka dan tanpa Bright tahu ada dua anak manusia di depan emperan toko, yang satu hatinya rapuh dalam kekecewaan yang satu mencoba menguatkan.

Hujan kali ini membawa perih bagi keduanya, bagi Bright dan bagi Winata. Mereka tak lagi membaginya sama rata, karena nyatanya winata lah yang paling merasakan kecewa.

Hujan di langit semarang Sabtu 14 Desember 2019

Sesal Sabtu, 14 Desember 2019 11:10 Am

Bright dan Gawin ada di depan Gedung, seluruh tamu undangan sudah masuk dan menempati tempat duduknya masing-masing.

Sebuah kehormatan besar bagi Bright yang menjadi narasumber dalam acara penting ini, reputasinya sebagai psikolog PIO benar-benar bagus di kalangan Himpsi.

ā€œmana handphone nya, gue bawa ajaā€

Gawin menengadahkan tangannya di depan Bright, meminta HP untuk ia simpan.

ā€œbiar adil, HP lo juga, simpen aja di loker deh, ambil lagi kalau udah selesai acaranyaā€

ā€œoke, dealā€

Gawin memasukkan kedua ponsel mereka dalam handbag yang selanjutnya ia simpan di dalam loker yang tersedia di luat Gedung ini.

***

Acara berjalan khidmat, baik Narasumber dan peserta larut dalam topik perbincangan yang menarik untuk di bahas dan di kupas bersama. Seminar itu sudah layaknya seperti forum diskusi untuk saling bertukar isi kepala.

Tanpa sadar langit yang semula cerah kini sudah menghitam, rintiknya mulai jatuh, entah itu sebuah pertanda atau memang sudah memasuki musim penghujan.

Tepat pukul 6 sore acara itu telah selesai, peserta satu persatu mengosongkan ruangan, hanya tersisa beberapa panitia dan anggota Himpsi saja. Disana juga ada Bright dan Gawin yang tersenyum cerah karena menyadari acara hari ini berjalan lancar dan menyenangkan.

Bright berjalan menuju jendela Gedung, disana ia melihat Semarang yang sedang diguyur hujan dengan derasnya, ada satu perasaan yang janggal di benaknya, entah itu apa, ia tak bisa mengingatnya dengan jelas.

Hujan itu membuat kaca jendela berembun, mengaburkan pandangannya pada dunia diluar kaca.

ā€œpak Bright, mari pak acara dinnernya akan segera di mulai, mari saya antarkanā€

Ujar seseorang yang membuyarkan Bright dari lamunan, ternyata saat ini hanya dirinya yang tersisa di ruangan ini, Gawin pun sudah tak ada.

Bright tersenyum, ia paham kalau menolak jamuan makan malam itu tidak sopan, apalagi dalam forum sesama rekan sejawat. Jadilah ia mengikuti acara dinner itu.

Disana sudah ada Gawin yang sudah duduk manis seraya berbincang ā€“ bincang dengan rekan psikolog lainnya, ternyata Bright adalah orang terakhir yang datang di meja ini.

Tak terasa memang, berbincang dalam acara makan malam ditemani suara hujan di luar sana yang semakin menggila membuat beberapa orang memutuskan untuk stay lebih lama dari pada memilih opsi untuk pulang dan undur diri, karena sadar langit sedang murka malam ini. Bright dan Gawin salah satu dari orang ā€“ orang itu.

Tepat pukul 09:15 malam mereka semua sepakat untuk mengakhiri acara hari ini, mereka sepakat untuk segera pulang dan beristirahat.

ā€œThanks Bright, lo hebat hari iniā€

Gawin memuji rekannya itu, memang fakta bahwa Bright memiliki metode dan cara sendiri untuk membawa peserta seminar ikut serta dalam kegiatan itu adalah ciri khas Bright yang sudah dikenal banyak kalangan.

ā€œmakasih juga lo udah mau nemenin Gueā€

Gawin memberikan jempolnya.

ā€œyaudah gue pulang dulu, udah larut jugaā€ Bright undur diri kali ini.

Ia segera masuk dalam lift dan meninggalkan Gawin disana.

Ketika pintu lift sudah tertutup mengantarkan Bright menuju lantai dasar, Gawin tersadar kalau kedua ponsel mereka ada dalam loker, dengan buru-buru Gawin mengambil ponsel mereka dan menyusul Bright yang sudah duluan turun di lantai dasar.

Gawin berlari sekencang mungkin menyusul Bright, berharap kawannya itu belum meninggalkan pelataran gedung ini, disana Gawin mendapati Bright sedang berada di luar Gedung.

ā€œBright ponsel lo nih, untung gue ingetā€

Gawin menyerahkan ponsel milik Bright.

ā€œthanks, gue juga lupa tadi ahaha lo tau sendiri gue suka kelupaan kalo udah fokus sama sesuatuā€

ā€œkurang ā€“ kurangin deh lo, udah kaya bapak ā€“ bapak pikun ajaā€ canda Gawin sebelum ia berpisah dengan Bright.

***

Di dalam mobil, Bright merebahkan punggungnya, hujan masih deras diluar sana membuat suasana semakin dingin menusuk kulit.

Di bukanya ponsel yang ada di genggamannya, ia belum sempat mengecek ponselnya yang tadi diserahkan Gawin padanya.

Mata nya terbelalak, jantungnya berdegup kencang melihat notifikasi dari winata, banyak panggilan tak terjawab dan puluhan pesan singkat disana. Bright meruntuki diri sendiri yang lupa dengan janji yang ia punya pada winata di hero cafe.

Dengan segera ia menghidupkan mesin mobil untuk menuju kafe tersebut, berharap win masih ada disana untuk menunggunya.

Mobil itu memecah derasnya hujan di kota Semarang, Bright mengendarainya dengan kecepatan diatas rata-rata, ia di dera rasa bersalah yang luar biasa saat ini, pikirannya kalut membayangkan winata yang berjam-jam menunggunya tanpa kepastian.

Tak lama, dari Gedung seminar menuju hero cafe hanya di tempuh Bright selama 15 menit, ia sampai disana, di depan cafe tempat mereka berjanji untuk bertemu melepas rindu. Saat ini sudah pukul 09:30 malam, hanya sepi dan sunyi yang tersisa di dantara derit bangunan tua.

Bright segera turun dan mendapati kalau kafe ini sudah tutup, pintunya terkunci rapat-rapat, tak ia dapati sosok winata di sekitar kafe ini, tak ada si manis yang menunggu kedatangannya yang luar bisa terlambat ini.

Ia mengacak rambutnya, ia pasrah dan kalut menyadari lagi-lagi ia membuat kesalahan, dilihatnya hujan yang semakin deras menemaninya dalam rasa bersalah dan sesal, jika saja tadi ia berusaha mengingatnya lebih keras lagi saat di jendela gedung seminar, jika saja ia sadar dengan acara dinner itu, jika saja ia bisa menolak ajakan itu, jika saja dan banyak jika saja di kepala Bright saat ini, mereka berlomba-lomba membuat pikiran Bright kacau dan terus didera rasa bersalah.

Hingga terlintas sebuah ide untuk segera menyusul winata pulang, menemuinya di kediamannya, sekali lagi mencoba meminta maaf, sekali lagi meminta kesempatan yang seharusnya sudah ia dapatkan

Jika saja tidak berakhir seperti ini, cincin yang ada di saku Bright mungkin sudah melingkar di jari manis winata. Dan jika saja ia tak terlambat, namun Bagaimanapun waktu tak bisa diputar bukan?

Semarang, 14 Oktober 2019 Bright dan sesal 09:30 Pm

Ring Minggu, 8 Desember 2019 Dusun Semilir.

Michelle dan Bright ada disana, di destinasi yang terakhir kali ia kunjungi dengan Winata beberapa bulan lalu, kini ia membawa Michelle kawan lamanya untuk melihat keindahan potret kota Semarang itu.

Teriknya matahari nyatanya tak meruntuhkan niat michelle untuk mencoba setiap wahana yang ada disana, ia terlihat sangat senang menikmati kota Semarang yang tengah terik, seperti menikmati musim panas ketika di London.

Sudah 2 jam lebih mereka berdua mengeksplor setiap sudut di destinasi wisata ini, ada michelle yang terlihat kelelahan namun sangat senang, ada Bright yang senantiasa menemani kawan lamanya itu kesana kemari sesuka hati.

ā€œgila, gila panasnya gini gue suka banget Bright, ahhh kangen summer di London, sayang banget disana lagi winter, gapapa lah ya gue curang ngerasain summer di Indonesia dulu ahahahhaā€

Tawa Michelle terdengar renyah, gadis manis itu sudah menjadi kawan dekat Bright sejak duduk di semester satu di Imperal College London bertahun ā€“ tahun lalu.

ā€œitulah alasan gue ga balik-balik lagi ke london, enak kan di Indonesia? Hahahahhaā€

Bright ikut tertawa bersama kawan lamanya itu, merasakan kembali nostalgia semasa kuliah dulu bersama kawan-kawannya, Bright merasa semua kenangan indah itu terbingkai indah dengan baik di ingatannya bersama dengan memori indahnya tentang winata disana.

Bagi Bright, mereka sama-sama pentingnya dalam hidupnya, memiliki peran dan bagian masing-masing dalam hati dan pikirannya.

ā€œhalahhhh, alesan doang kan lo, lo betah disini gara-gara winata kan? Ahahha ayo cerita sama gueā€ ujar Michelle di yang masih berdiri dibawah teriknya matahari.

ā€œnanti deh, yuk ngadem dulu chell, nyari minum duluā€

Ajak Bright, Michelle hanya memberikan jempol dan meninju lengan Bright, begitu lah persahabatan mereka, sangat indah. Jika ada yang bilang seorang lelaki tak bisa bersahabat dengan perempuan, maka Bright dan michelle sudah mematahkan stigma itu.

***

Kafetaria 14:20 Pm

ā€œjadi gimana? Udah dua tahun lo gak pernah balik london sama sekali, mau settle down disini lo?ā€ tanya michelle sambil sesekali menyedot jus jeruknya.

ā€œi don't know chell, tapi pasti suatu hari gue balik ke london kokā€

Jawab Bright, pandangannya ia bawa ke atap kafe, menghindari tatapan Michelle. Ia paham kalau Psikolog Klinis di depannya itu sedang mencoba mencari informasi darinya, sama pintarnya seperti gawin.

ā€œsini liat mata gueā€ Michelle peka juga, ia sadar kenapa Bright tak berani membalas tatapannya.

Bright tak bergeming, malah sibuk bermain dengan sedotan jus miliknya.

ā€œgue bilang sini lihat mata gueā€

Michelle lama-lama geram sendiri dan ia berdiri memegang kepala Bright tepat di depan wajahnya agar melihat matanya.

ā€œnah gini dongā€

ā€œayo cerita, pasti ada apa-apa nih, lo aja dulu ke brokelyn 1 bulan buat penelitian aja ga betah, ini malah dua tahun lo disini gak balik ke London, tell me, gue masih michelle tempat sampah lo, tempat cerita lo dari duluā€

Michelle tersenyum, melihat sahabatnya itu sekarang terlihat lebih bahagianya dari biasanya, ia bisa melihat tawa dan senyum Bright lebih sering dari pada di London.

ā€œhonestly, gue udah suka sama dia sejak awal pindah disini chellā€

Ujar Bright tiba-tiba, michelle tak perlu memaksa Bright karena ia tahu kalau akhirnya Bright akan menceritakan itu padanya.

ā€œdia? Win? Winata?ā€ Michelle memastikan.

Bright menangguk sebagai jawaban pertanyaan michelle yang terdengar antusias.

ā€œsejak gue pindah dua tahun lalu, gue liat dia di ruang asdos, gue gak tau chell, gue ngerasa dia beda aja, dia spesial chell....ā€

Bright mengambil nafas panjang.

ā€œtapi gue belom berani deketin dia, gue pendem aja rasa suka gue ke win sampai dia daftar asdos pengukuran psikologi, gue jadi lebih deket sama dia dan ditambah dia anak bimbing gue jugaā€

Lanjut bright

ā€œwoaahhhhh, double combo, gila lo Bright ahahahha, terus sejauh ini udah sampai mana hubungan kalian?ā€

Michelle lanjut bertanya, ia mengerucutkan topik dan membawa Bright ke alur pembicaraannya.

ā€œbelom ada kepastian Chell, gue pernah nyakitin dia sekali dulu, gue nyesel dan bener-bener nyesel. Gue pikir akan jadiin hubungan ini official pas KKL di bali, tapi gue pikir itu kelamaan kan? Sedangkan gue sama winata udah deket tiga bulan terakhir, gue rasa udah cukupā€ Cerita Bright tentang keputusannya di Bali saat itu.

Michelle mengangguk tanda mengerti.

ā€œjadi? Kapan?ā€

Itulah Michelle, tanpa basa-basi langsung menanyakan 'kapan' pada Bright.

Bright tersenyum mendengarkan pertanyaan michelle, ia blushing sendiri memikirkan dirinya dan Winata jika resmi menjadi sepasang kekasih.

ā€œrencana tanggal 14 bulan ini chell, doakan ya semoga berhasilā€ Jawab Bright dengan senyum manisnya.

ā€œwoahhhhh, gila lo gilaaaa, gue ga sabar liat kalian pacaran huhuhuuā€

Respon michelle berlebihan, seperti layaknya sahabat karib yang tahu kalau sahabat yang sudah lama melajang kini sudah siap untuk memiliki dan dimiliki.

Bright masih tersenyum, dalam benaknya Michelle tak pernah berubah, masih sama seperti dulu. Selanjutnya ia merogoh sesuatu dalam handbagnya, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.

Sepasang cincin titanium abu-abu ada dalam kotak itu, didalam lubang cincin itu terpatri nama Bright dan Winata disana, mungkin saja Bright akan memakai cincin dengan nama Winata dan Winata akan memakai cincin dengan nama Bright disana.

ā€œaaaaaaa Bright, lo romantis banget sihhhh, aaahhh jealous banget gua sama winata ahahahaha, carlos aja ga seromantis ini tauuuā€

Respon Michell ketika melihat dua ring titanium itu di depannya.

ā€œkira-kira win suka gak ya chell?ā€

ā€œya suka lah, kalo gini mah langsung lamaran aja Brightā€ canda michelle sambil berkelakar.

ā€œnanti chell, gue tahu Win anaknya cerdas, gue mau nunggu dia sampai selesai kuliah S1 dan bahkan jika dia nyuruh gue nunggu buat S2 akan gue jalaninā€

ā€œlo siapa sih? Gue ga kenal Bright yang kaya gini ahahahhaa aaaaaa bright gue bangga banget sama lo, lo emang lelaki sejati, jaga winata baik-baik kalo udah dapet, jangan sampe nyesel oke?ā€

Bright mengangguk sebagai jawaban dan kembali memasukkan kotak cincin itu dalam handbagnya.

ā€ ngomong ā€“ ngomong soal lamaran nih ya, gimana lo sama carlos? ā€œ Gabtian Bright yang menyelidik kali ini.

ā€œhehehhe tau aja lo ah, bulan 3 tanggal 3 tahun depan, dateng lo sama winata, gue ga mau tau ahahhaā€

ā€œsekarang gantian gue yang kaget, ikut seneng buat kalian, akhirnya nikah juga ya setelah pacaran dari S1 sampe sekarang ahahahā€

ā€œmakanya dari itu, lo harus dateng ke sana, ajak Win ke London, ajak dia ketemu om fernando sekalian ahahha temu calon mertua sekalian ahahhaā€ canda Michelle menggoda Bright.

ā€œgue pasti dateng kok chell, dan semoga aja bisa sama winataā€

Dalam hatinya paling dalam, Bright setuju untuk membawa Winata ke London dan menemui sang papa, dan mungkin ia akan membawa winata melihat kampus ICL sebelum si manis benar-benar akan meneruskan studinya disana, pasti winata akan senang.

Dibawah langit semarang yang tengah terik, ada sepasang sahabat yang sedang bertukar pengalaman hidup dan cerita hidup mereka masing ā€“ masing setelah dua tahun lamanya tak berjumpa.

Semarang, 8 Desember 2019 Dusun Semilir. Bright dan Michelle.

Waiting Sabtu, 14 Desember 2019 Hero cafƩ, 05:10 Pm

Win sudah sampai disini, di cafƩ yang sama ketika awal dulu Bright mengajaknya keluar, Hero cafƩ nyatanya sudah menjadi sebuah tempat kenangan yang membekas di hati winata.

Semua kenangan tentang Bright pertama kali membukakan pintu mobil untuknya, menggeserkan kursi untuknya, tentang kenangan hari-hari awal mereka mengenal satu sama lain, semuanya masih terekam jelas di ingatan winata, ia bisa melihat dirinya dan Bright yang sedang menikmati senja hingga malam di antara bangunan tua yang menjadi saksi, ia bisa melihat bagaimana Bright menatapnya hari itu, semuanya masih terekam jelas dalam ingatan mahasiswa semester akhir itu.

Hanya dengan mengingat hal itu ia tersenyum, mengingat hari ini ia menunggu kehadiran Bright untuk mengulang semuanya sekali lagi, memperbarui ingatannya dengan kenangan baru di hero cafƩ. Untuk itu ia sudah ada disini, duduk di meja dan kursi yang sama dengan hari itu, namun kali ini berbeda, tak ada senja di langit semarang sore ini, hanya tersisa mendung yang semakin sore semakin memperlihatkan hitamnya.

Diatas meja sudah tersaji es krim 3 rasa dan Americano, win sudah memesankan minuman kesukaan Bright nyatanya, seyakin itu Bright akan datang sesuai janji yang diberikan untuknya.

Perlahan mendung itu kini telah menjadi gerimis, rintiknya kecil turun dari langit menemani winata dalam penantiannya. Pelahan juga keraguan itu terasa semakin nyata, terasa semakin menyambangi pikirnya. Berkali-kali winata mengecek handphone miliknya untuk melihat apakah ada pesan singkat dari Bright, namun nihil yang ia dapatkan, pikirannya sudah mulai ragu apakah Bright akan datang kali ini, namun winata mencoba berfikir kalau mungkin saja Bright sedang dalam perjalanan dan terkena macet, mengingat malam ini adalah malam minggu, malam paling sibuk dan padatnya kota Semarang.

Gerimis itu kini menjadi hujan, rintiknya semakin deras menangisi kota semarang, suara gemercik air itu kini menjadi melodi yang membuat hati winata semakin gundah, rasanya tak tentu disana, dirinya ada di ambang putus asa, dibalik bangunan tua itu seakan mereka sedang berlomba-lomba mengejek dan menghina winata dalam kesendiriannya malam ini.

Berkali-kali winata melihat handphone dan suasana di luar cafƩ, berharap Bright untuk cepat datang menemuinya dan memupus rasa gelisah yang menyambanginya bersama hujan yang semakin deras, namun lagi-lagi tak ada apapaun yang ia dapatkan.

Untuk kali ini winata memberanikan diri menelfon Bright, berharap mendapat kabar dan kepastian tentang kehadirannya yang telah dinanti winata dua tiga jam terakhir.

Telfon itu tersambung namun tak terjawab, diulanginya sekali lagi dan tak terjawab lagi, sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi hingga tanpa sadar ia sudah menekan tombol panggilan sebanyak lima belas kali dan tetap saja nihil yang ia dapatkan, kegelisahan dan keputus asaan itu kini kian menjadi-jadi bersama rasa kecewa yang perlahan tumbuh disana, dihati winata.

Embun di jendela kaca Hero cafƩ mengaburkan pandangan dan memutus koneksi dengan dunia diluar ruangan ini, embun yang semakin tebal karena hujan yang masih belum menunjukkan titik terang.

Semakin malam semakin dingin, dilihatnya sebuah Americano diatas mejanya, tak lagi hangat dan yang tersisa adalah embun yang menemani kesendiriannya disini.

Jika tadi winata mencoba menelfon Bright, kini Winata mengirimkan pesan singkat, jika saja Bright sedang sibuk dan tak bisa menerima telfon mungkin saja pesan singkatnya akan terbalas dan melegakan kegundahan yang ada dihatinya saat ini.

Puluhan pesan singkat itu ia kirimkan, dan puluhan menit Winata bertahan dalam kegundahan dan kekecewaan. Tak ada balasan sama sekali untuk puluhan pesannya. Ia tak ingin menangis disini meski ia ingin, dibuangnya pandangan itu pada langit-langit kafe, menahan air matanya agar tak jatuh dan menumpahkan segala rasa kecewanya di kafe ini.

Sudah pukul 09:00 malam, suasana kafe yang semakin sepi menambah kesepian yang winata rasanyan, normalnya kafe ini akan semakin ramai jika saja hujan tak menyambangi kota ini dan membatalkan ratusan niat turis untuk berkunjung dan menghabiskan waktu di kota lama, hanya sepi dan dingin yang menemaninya disana, di balik jendela ia terus berharap kalau Bright akan datang.

Semakin malam semakin dingin dan semakin sepi, hanya dirinya lah yang menjadi pengunjung yang bertahan di cafƩ ini hingga selarut ini, mengabaikan kenyataan jika sebentar lagi jam tutup akan segera tiba, dalam resahnya hati, winata masih berharap Bright akan datang. Detik terus berganti menit, menit terus berganti disetiap putaran equaternya yang terus mengubah waktu menjadi semakin larut, semakin malam dan semakin dingin yang tersisa.

ā€œmaaf kak, kafe nya akan segera tutup, kami juga sudah close orderā€

ucap seorang pramusaji yang membuyarkan lamunan winata, lamunan yang menyakitkan dan kini ia sadar mendapati fakta kalau Bright lagi-lagi tak menepati janjinya menyisakan perih dihatinya. Winata memaksakan sebuah senyum pada pramusaji itu, menyembunyikan raut kecewa yang ada diwajahnya.

ā€œbaik, makasih ya kakā€

Setelahnya winata segera berdiri, dipandanginya es krim yang sudah berubah menjadi air gula dan segelas Americano yang sudah kehilangan hangatnya, lebih dari segalanya, ada winata yang kini kehilangan rasa percayanya pada Bright, disini, di hero cafƩ tempat semuanya berawal dan kini harus memiliki kesan yang buruk untuk winata rasa dan winata ingat.

Ia melangkah ke kasir untuk membayar pesanannya, setelahnya ia berjalan menuju pintu keluar, siap menyambut hujan yang masih belum mereda, sebelum ia melewati ambang pintu dipandanginya sekali lagi meja itu, ia bisa melihat dirinya dengan Bright disana, terlihat bahagia setiap bertukar cerita hingga ia melihat dirinya sendiri dalam sepi menunggu kedatangan Bright malam ini. Meski kecewa, meski perih win memilih untuk beranjak dan berjalan keluar ditemani hujan.

Dibawah hujan air mata itu jatuh, dibawah hujan juga perasaan winata ikut luruh dan luntur dibawah tangis sang langit, disana winata ikut menangis bersama langit semarang yang semakin malam semakin deras, menyisakan dingin, sepi dan kecewa dihati winata.

Sabtu, 14 Desember 2019 Winata yang menangis menemani hujan dilangit Semarang.

Moonlight Kamar winata

Sudah tak terhitung lagi winata akan menceritakan hari-harinya pada anggek yang berada di dekat jendela Kamarnya.

Bunganya yang tak pernah putus seperti perasaan winata yang terus bersemi setiap hari.

Sebuah pesan singkat dari Afi tadi sedikit mengganggu pikiran winata, mungkin saja Bright akan menceritakannya di lain waktu, begitulah pikir winata.

ā€œMoonlight, semuanya akan baik ā€“ baik aja kan? Iyakan?ā€ Tanya winata pada anggrek di dekat jendela.

ā€œits been 3 months since that day, please stay with me ya?ā€

lanjutnya, win sudah menganggap anggrek ini seperti Bright sendiri, pemberian benda hidup itu selalu mewarnai harinya setiap membuka mata dipagi hari hingga ia akan terlelap di malam hari.

Rara dan Lala Semarang, 20 Oktober 2019 05:10 Pm

Mereka sampai.

Disebuah panti yang winata sangat sering kunjungi, panti satu atap namanya, disini banyak sekali anak-anak yang di tampung baik itu ada jalan ataupun dari dinas sosial.

Mobil mereka berhenti tepat di depan panti, dari dalam mobil, winata bisa dengan jelas mengenali dua bocah kembar di depan sana, itu adalah lala dan rara, dua bocah kembar imut itu sudah lama winata kunjungi sejak ia kuliah disini.

Karena bagi winata, bermain dan menghabiskan waktu dengan mereka adalah caranya untuk berbagi dan bersyukur atas apa yang telah tuhan berikan padanya, dengan cara inilah winata bisa bertahan di titik 0 nya ketika Day pergi meninggalkannya.

Ia akan banyak menghabiskan waktu di panti atau di komunitas sosial pendidikan untuk menghilangkan kesedihannya tentang Day, dan itu terbawa sampai sekarang, banyak komunitas dan jejaring pemerintahan yang mengenal winata sebagai salah satu volunteer kemanusiaan di Semarang.

Fakta bahwa sifat kemanusiaan sang mama menurun pada winata adalah sebuah teka teki dan misteri bagi semesta.

ā€œyuk mas turunā€

Win langsung membuka pintu, tak membiarkan Bright membukakan pintu itu untuknya.

Ekspresi exited itu terpancar disana, diwajah winata, melihat dua anak kembar sedang bermain di sore hari, sungguh bright telah jatuh hati dengan insan ini. Insan yang sudah lebih dulu keluar dari mobil untuk menuju lala dan rara disana.

Win terlebih dulu pergi meninggalkan Bright yang masih di mobil. Ia sudah duluan berlari menuju dua bocah kembar itu.

ā€œKAK AWIINNNNNNNNā€

jerit lala dan rara bersamaan.

Mereka melihat kak awinnya, itulah panggilan sayang lala dan rara untuk winata. Dua bocah itu berlari dari semula bermain petak umpet menuju winata yang juga berjalan ke arah mereka.

ā€œhaloo lala rara, kangen sama kak awin gak?ā€

winata kini memanggil dirinya sama dengan sibocah kembar memanggilnya.

ā€œkak awin, lala kangen banget sama kak awin, udah lama kak awin gak tengok kita, iyakan ra?ā€ itu si lala yang sedang mengoceh.

ā€œiya la, kak awin nih padahal udah janji, tapi gak dateng ā€“ dateng. Capek tau kak nungguin kak awin tiap hari, iya kan la?ā€ mereka kompak sekali, saudara kembar ini memang kompak, bahkan sore ini mereka sulit dibedakan jika Winata tidak teliti.

ā€œaduhhh iya maaf ya, kak awin tugas sekolahnya lagi banyaaakkkk bangetā€ winata berbicara dengan nada anak kecil, sangat menggemaskan, andai saja Bright melihatnya.

ā€œkarena kak awin udah ingkar janji, berarti kak awin harus dihukum, iyakan la?ā€ tanya rara pada lala

ā€œiya, setuju kak awin nakal harus di hukumā€ lala tentu menyetujuinya.

ā€œiya deh, apa hukumannya?ā€ winata mengalah pada anak kembar di depannya.

ā€œgendong, lala minta gendongā€

ā€œrara juga, rara minta gendongā€ rara tak mau kalah.

Mereka sudah bergelayut di kaki winata, seperti akan memanjatnya.

ā€œeh kak winatanya di apain tuh?ā€ Bright berucap dari belakang seraya membawa anggrek ungu di tangannya.

Dia bocah kembar itu kini terdiam menatap bright yang sudah ada di sebelah winata.

ā€œkak awin ini siapa?ā€ tanya lala malu-malu.

ā€œini namanya kak bright, dia......ā€ Win berfikir sejenak.

ā€œdia gurunya mas di sekolahā€ lanjut win ketika sudah menemukan perumpaan yang tepat untuk dua bocah didepannya.

Bright hanya menaikkan alisnya mendengar perkataan winata, menahan tawanya.

ā€œkak awin huh?ā€ tanya Bright singkat yang selanjutnya ia berjongkok menyamakan tingginya dengan lala dan rara.

ā€œhalo cantik, nama kakak, kak Bright, yang mana nih yang lala dan yang mana yang rara?ā€

Tanya Bright pada dua bocah didepannya.

Dua bocah itu nampak bingung dengan perkataan bright barusan.

ā€œlala kayanya kak bret ngomong sama kamu dehā€

bisik lala namun tidak menggunakan nada berbisik sama sekali, bright dan Winata jelas mendengarnya.

ā€œengga deh ra, kak bret bicara sama kamuā€ kini rara juga mengikuti lala yang berbisik namun suaranya kencang sekali.

ā€œkak bret?ā€ itu suara winata menahan tawanya.

ā€œiya abisnya sulit namanya, kak bret aja biar gampang, iyakan la?ā€ rara mencari dukungan saudarinya ternyata.

ā€œiya kak bret aja yaā€ itu lala

ā€œHAHHAHAHAHAHAHA KAK BRET, HHAHAHAHHAHAā€

Winata terbahak kencang sekali, sungguh panggilan yang menggelikan.

Sedangkan bright? Ia sudah tak berjongkok lagi.

ā€œyah.... Konyol juga soreku disini winā€ bright terlihat pasrah membiarkan lala dan rara memberinya nama kesayangan mereka.

ā€œkak bret bagus juga kokā€ Winata membesarkan hati bright.

ā€œtetep ganteng kan? Iyakanā€ bright menggoda winata di depan dua bocah lucu itu.

Win tak menjawab, memutar matanya seolah memberi isyarat terserah.

ā€œrara kayanya kak awin pacaran dehā€ bisik lala pada rara

ā€œiya ra, pantesan aja kak awin jarang tengok kita sekarang, udah punya pacar ternyataā€ bisik rara pada lala

ā€œhayo bisik-bisik apa tuhh, kak win denger lohā€ Winata gemas juga di bicarakan oleh dua bocah manis itu.

ā€œloh awin? Udah lama nak gak kesini?ā€ ujar seorang wanita paruh baya di depan pintu.

ā€œbundaaaaaā€

Jerit lala dan rara bersamaan, mereka berlari pada orang yang dipanggil bunda itu.

ā€œwahhh lala sama rara seneng kan pasti? Di jenguk sama kak awin tuhā€ ujar sang bunda pada dua bocah kembar itu.

ā€œiya bundaa, tapi bunda tau gak?ā€ adu lala pada sang bunda.

ā€œapa sayang?ā€ tanggap wanita paruh baya itu.

ā€œmasa kak awin masih kecil udah pacaran sih bundaā€ itu rara.

Winata terbatuk disana, mendengarkan ucapan rara. Sedangkan sang ibu panti? Tertawa mendengar dua bocah kembar itu mengerjai awin kakak mereka.

ā€œnanti makan malam sekalian disini ya nak awin, sama siapa kesini nak?ā€

ā€œperkenalkan ibu, saya Brightā€

ā€œnanti makan malam disini sekalian ya nakā€ ajak sang ibu panti pada Bright.

ā€œihhh gausah bunda, awin mampir bentar aja kok, awin suka ngerepotin aja nih bunā€ tolak awin halus.

ā€œgapapa bun, biar Bright aja yang makan malam, kak awin biar makan batu di halaman tuh ahahahhaā€ canda Bright pada winata

Mereka semua tertawa mendengarkan candaan bright, lala dan rara juga ikut terbahak-bahak. Berbeda dengan Winata yang mengerucut kan bibirnya pertanda kesal.

Panti satu atap Semarang dibawah senja Senin, 20 oktober 2019