sher little place

Turn back time

Part 1

Pernahkah kalian berfikir, apa yang akan kalian lakukan jika bisa mengubah masa lalu?

Aku? Aku saja tidak tau. Memang apa yang harus aku ubah? Maksudku, masa lalu sudah berlalu. Aku rasa itu tidak perlu diubah, biarkanlah apapun yang terjadi di masa lalu, karena kita harus keep moving forward.


Terik siang itu cukup menyengat. Aku menatap lapangan, cukup ramai hari ini mengingat yang bertanding hari ini line up cowok-cowok ganteng di kampus. Jelas siapa sih yang gak mau cuci mata liat cowok ganteng hehehe.

“Dia masih terlihat tampan di mata lo?” Aku sudah hampir mengumpat dan kemudian menengok kesamping, menatap sengit ke arah Lilly yang tertawa melihat reaksiku.

“Ngaco, gue udah move on.”

“Mip in, hah! Na, you can lie to me, to everyone but cant lie to yourself. Ayolah, gue masih sering liat lo diam-diam curi pandang ke arah Nanon ya.”

“Ck.”

Sudah lama sekali aku menyimpan perasaan kepada si bodoh yang tampan itu. Dia baik, sungguh. We used to be close friend saat masih SMA. Kita banyak mengobrol, menghabiskan waktu bersama dan sebaginya. Tapi, aku memilih untuk menjauh dari dia. For a good reason.

“Hey,” Lilly menepuk pelan bahuku.

“Seandainya nih ya, kalo lo bisa kembali ke masa lalu, apa lo bakal ngungkapin perasaan lo?”

Aku terdiam mendengar pertanyaan Lilly.

Mengungkapkan? Apa berani aku melakukannya? Jika aku melakukannya, apakah itu akan mengubah keadaan saat ini?

“Ntahlah,” Jawabku sambil menatap ke arah lapangan.

“Aku tidak seberani itu untuk mengungkapkan semuanya.”

“Hari ini jadi kan ngafe?” Tanya Puim yang baru saja keluar kelas. Aku dan Lilly yang sedang menunggu minuman hanya mengangguk.

“Yuk, nanti kesorean gue males macet jalanan.”

Kami langsung berjalan ke arah parkiran. Kebetulan Puim sedang membawa mobil.

“LILLY, LILLY!!”

Jane berlari ke arah kami dengan tergesa-gesa, kemudian menggenggam tangan Lilly. Aku dan Puim sama-sama melemparkan tatapan bingung.

“Ly, gue tau lo udah gak mau ngelakuin itu lagi tapi gue mohon, sekali ini aja tolong bantu gue. Please please gue gak bisa harus ngeliat dia kayak gitu.” Kata Jane, matanya sudah berkaca-kaca saat ini.

“Jane, lo tau gue_”

“I know i know, tapi gue mohon ly. Gue gak tau harus gimana lagi benerinnya.”

Aku melihat Lilly yang menghela nafas sebentar.

“Oke, gue bakal bantu. Cuma kalo gak berhasil, jalan takdirnya memang seperti itu.”

Jane tersenyum, ia mengusap air matanya. “10 September 2017. Zona A. Pukul 20:30. Gue akan ada di sana, please lo harus cari cara biar gue gak melakukan kesalahan itu.”

Setelah itu, Jane meninggalkan kami.

“Gue gak ikut kalian ya.” Aku dan Puim langsung menengok ke arah Lilly, jelas bisa menebak kenapa Lilly memutuskan tidak ikut.

“Kalo lo mau bantuin Jane, kita bakal ikut.” Kata Puim. Aku mengangguk, menyetujui ucapan Puim.

“Puim, lo tau kan bantuan yang Jane maksud apa? Gue gak mau bahayain_”

“Iya gue tanya, lo bisa ngadepin Jane sendirian? Oh ayolah, gue sama Na kuat kok, bisalah nolong lo.”

“Sebentar,” kataku. “Sebenarnya bantuan apa yang diminta Jane sama lo?”

Lilly menatap sekitar, memastikan sesuatu, sebelum akhirnya menyebutkan 1 kalimat yang memutar balikkan keadaan.

“Jane ingin gue pergi ke masa lalu untuk mengubah keadaan saat ini.”

“SELAMA INI LO BISA PERGI KE MASA LALU? DAN LO GAK CERITA KE GUE?!”

“Ya well ms Na, lo manusia yang paling gak percaya hal-hal di luar nalar kayak gini. Kalo gue cerita ke lo yang ada lo ngirim gue ke psikolog buat diperiksa.” jawabnya. Ya... tidak salah sih karena mendengar Puim mengalahkan 5 cowok saat tanding karate saja gue gak percaya.

Puim menghentikan mobilnya begitu sampai di rumah Lilly.

“So, how it work? Gue kan selama ini cuma dengar dari cerita-cerita lo aja, gak pernah mengalami secara langsung.” Tanya Puim.

“Simple sih. Tapi gue jelasin aturan-aturannya dulu termasuk apa yang harus kita lakukan saat disana.” Kami memutuskan duduk di lantai membentuk lingkaran.

“Kalian kenal P'Gun?”

“Kating kan?”

“Ya. Kating. Dulu dia dan Jane sempat pacaran. Tapi mereka putus dan...” kalimat Lilly gantung. Lanjutannya sudah aku dan Puim pahami.

“Yang terjadi dengan P'Gun sekarang, adalah akibat dari kandasnya hubungan mereka?” Tanyaku yang mendapat anggukan dari Lilly.

“Tugas kita menghentikan kejadian itu. Gue juga gak tau apa yang Jane ucapkan ataupun lakukan sampai mengakibatkan apa yang terjadi saat ini. Jane juga gak pernah cerita, dia cuma minta untuk menghentikan ucapannya saat itu.”

Puim mengangkat tangannya, “gue mau nanya. Apa kita bakal ketemu diri kita dari masa lalu juga kayak di film-film?”

Lilly tertawa mendengar pertanyaan Puim, “gak kok, kita akan jadi kita.”

“HAH?” Ucapku dan Puim hampir bersamaan.

“Dengar, begitu kita sampai kita bakal berada di diri kita saat kejadian itu terjadi. Ntah Puim bisa saja sedang tidur ataupun Na sedang menonton televisi. Yang pasti, kita akan terpisah saat sampai. Makanya gue mohon, begitu sampai kalian langsung pergi ke tempat yang Jane bilang, Zona A pukul 20:30 oke?”

Aku dan Puim sama-sama melempar tatapan, sebelum akhirnya mengangguk setuju.

“Sekarang, pegang tangan gue.” Pinta Lilly. Aku dan Puim mengenggam tangan Lilly.

“Tutup mata kalian. Gue bakal hitung dari satu sampai 3. Ini akan terasa aneh namun tenang aja ya.”

Aku menutup mata.

“Satu,”

Takut.

“Dua,”

Genggaman tanganku ke Lilly dan Puim mengencang.

“Gue mulai mikir ini ide yang buruk.”

“Tiga.”

Rasanya tubuhku terlempar kebelakang, dan genggaman tanganku ke Lilly terlepas.

“LILLY!”

Aku menutup mata rapat-rapat. Tubuhku rasanya terjatuh namun tidak sampai-sampai.

Please, aku belum mau mati.

“Si dodol ngapain sih nyuruh gue kesini, lagian ya mana gue ngerti juga apa yang bakal mereka omongin.”

Sebentar, kenapa kepalaku terasa sakit?

Daratan?

Aku membuka kedua mataku. Posisiku sekarang jongkok di sebuah lorong sambil memegang kepalaku. Aku menatap kedua tanganku, kemudian meraba mukaku. Aku langsung berdiri dan melihat pantulan diriku di kaca.

Baju ini... bukannya sudah aku sumbangkan? Aku langsung mengambil hp dan menyalakannya.

10 September, pukul 19:30

“Gue beneran di tahun 2017?” Aku menatap sekelilingku. Pintu bertulisan ruang 18 terpampang jelas beserta lorong dengan cahaya dim.

Tunggu, apakah ini game center? Berarti aku sudah ada di zona saat kejadian itu? Sebentar, kenapa aku di game center?

“SHIT!” Aku langsung menjauh dari ruang 18. Jelas sekali aku ke sini karena...

krek

“Na?” Langkah kakiku terhenti. Takut-takut aku menengok ke belakang, dan cukup lega mendapati Chimon yang muncul dari balik pintu ruang 18.

“Nyariin Nanon ya? Dia lagi keluar sebentar cari minum. Mau nunggu di dalam? Ada gue sama Ohm sih, tapi manusianya lagi heboh main game.”

“Gak usah deh, gue nyari Nanon aja siapa tau ketemu diluar. Gak enak juga sama kalian,” Jawabku. Jelas, tujuanku kesini kan membantu Lilly, bukan malah bertemu Nanon.

“Oke, hati-hati Na.”

“Thanks Mon.”

Aku langsung berjalan keluar game center. Posisiku sekarang di Zona E, jadi aku harus berjalan lagi keluar untuk pindah ke Zona A. Aku menatap kanan-kiri, jaga-jaga saja. Setelah merasa aman, aku langsung keluar Zona E.

“ANJIR.” Aku langsung bersembunyi di balik pilar. Bisa-bisanya tadi ada Nanon ke arah sini. Aku diam cukup lama di balik pilar kemudian mengintip takut-takut.

“Hhh, aman.”

“Lo kenapa kayak maling deh?”

“AAAAAAAAAAA,”

Aku langsung melompat, kaget karena tiba-tiba saja Nanon sudah ada di sebelahku.

“Baru sampai ya lo?”

“Eu...”

Dan notif hp ku menyala, menampilkan pesan masuk dari Lilly.

-To Be Continue

saudara

bagaimana rasanya memiliki saudara?

jujur, Hwanwoong penasaran. melihat Keonhee yang dekat dengan adiknya, belum lagi pacarnya yang dekat dengan kakaknya walaupun umur mereka berpatut cukup jauh.

Hwanwoong terbiasa sendiri di rumah, membantu mama di dapur ataupun mencuci mobil bersama papa. tidak ada teman curhat, paling teman sekolahnya atau teman dancenya.

“lo gak mau nge kos aja? bareng gue nantinya. kita cari kosan bareng, biar lo sekalian ngerasain punya kakak atau adik.”

tawaran Keonhee saat itu menarik. mengingat ia mendapatkan kampus yang, hmm gimana ya, dibilang dekat tidak, dibilang jauh juga tidak.

mengingat Hwanwoong juga ingin ikut UKM dan takut pulang terlalu malam, akhirnya dia memilih mengikuti saran Keonhee. ya jelas orangtuanya awal-awal keberatan, namun akhirnya diizinkan juga walaupun dengan syarat Hwanwoong harus pulang setiap weekend.

pertama kali dia ngekos, kaget jelas. penghuninya sungguh dan sangat beragam. bahkan dia tidak menyangka masih ada yang SMA.

mulai dengan Youngjo, tertua di kosan. baik, terlalu baik kalo menurut Hwanwoong. diisengin ketawa aja, diledekin senyum doang, dikerjain tetap senyum, pokoknya ramah tamah. sekalinya ngomel paling karena ada yang nyolong sepatunya.

date?

Kelly merapikan beret yang dipakainya. Sungguh Keonhee membuatnya menggunakan baju yang bertemakan dark juga.

Helaan nafas keluar dari cewek tersebut. Kemudian tersenyum ke pantulannya di cermin.

jadi teman yang baik. Jangan jatuh cinta kel, karena lo tau kemana hati Keonhee berlabuh.

“Ini mobil siapa deh?” Tanya Kelly. Karena dia ingat jika Keonhee tidak punya mobil.

“Kak Youngjo, tadi gue minjem soalnya gaya gue kekerenan kalo pakai motor gak cocok.”

Kelly tertawa, “konyol lo.”

“Konyol konyol, lo juga dandan rapih ya.” Omel Keonhee walaupun matanya tetap fokus ke jalan.

Kelly termenung dengan pikirannya.

“Keon,”

“Hm?”

“Ini kita nge date atau hangout bareng?”

Lampu merah. Keonhee menengok ke arah Kelly, kemudian tersenyum.

“Lo lebih nyaman yang mana? Mau itu date atau hangout gapapa.”

sialan Lee Keonhee jangan bikin gue terbang.

Mall di malam minggu selalu ramai. Keduanya menikmati jalan mereka hari ini. Keonhee yang mewek-mewek ingin boneka ryan, Kelly yang melihat baju, ataupun keduanya duduk sambil minum boba.

“Loh Keonhee?” Keduanya menengok ke belakang, mendapat Kori yang sedang memeluk lengan Hyunjae.

“Wah lagi ngedate ya?” Kelly baru saja akan menjawab tidak namun...

“Iya. Kor, Hyun, duluan ya.” Keonhee segera menarik tangan Kelly, dan Kelly tentu tau apa yang sedang Keonhee tahan saat ini.

Keduanya berjalan di basement. Keonhee di depan sementara Kelly mengekor dari belakang.

“Keon,” Keonhee menghentikan gerakannya untuk membuka pintu mobil.

Kelly menghela nafas sejenak.

“Keluarin aja emosi lo. Gue tau lo lagi nahan semuanya. Gue tau lo masih belum bisa move on.” Kelly berjalan ke arah Keonhee, kemudian menggenggam tangannya.

“Jangan ditahan.”

Hal berikutnya yang terjadi ialah Keonhee menangis sambil memeluk Kelly.

“Kenapa gue susah ngelepasin dia!”

“Kenapa gue susah buat relain dia sama orang lain!”

“Kenapa dia milih cowok lain?!”

“Gue udah ngelakuin semua hal buat dia!”

“KENAPA GUE HARUS NGERASA KAYAK GINI?!”

Kelly menepuk punggung Keonhee, sebisa mungkin membuat cowok jangkung tersebut tenang.

“Pelan-pelan. Gak ada yang bilang move on itu hal yang mudah. Berjalan dengan perlahan, namun sampai.”

💫🌙

sore itu

musik mengalun dari ruangan dengan banyak kaca tersebut. Changmin menari mengikuti alunan musik. lusa akan ada lomba dan Changmin ntah sial atau beruntungnya mewakili kampus mereka.

“lah kok gue kak?”

“gue lagi sibuk penelitian, yang lain juga sibuk.”

sudahlah jalani saja.

setelah selesai, Changmin merapihkan barang-barangnya dan mematikan lampu ruangan. berjalan keluar bangunan UKM.

saat baru saja sampai lantai 2, terdengar suara nyanyian.

masa ada hantu?

yakali ngaco aja lo Ji Changmin

akhirnya, Changmin mengikuti asal suara nyanyian tersebut, menuntun dia sampai ke depan pintu UKM teater.

Changmin membuka sedikit pintu ruangan teater, melihat terdapat seorang perempuan sedang berlatih vocal di atas panggung.

Changmin, ntah kenapa menikmati penampilan perempuan tersebut, berjalan kesana kemari, akting, kemudian kembali bernyanyi.

tanpa sadar perempuan tersebut berdiri terlalu ujung yang membuat keseimbangannya hilang. Changmin langsung berlari ke dalam teater, langsung menangkap perempuan tersebut sebelum jatuh dari panggung.

perempuan tersebut melihat ke arah Changmin, yang dibalas cengiran olehnya.

“hai.”

dan setelah itu perempuan tersebut langsung mengambil tasnya, meninggalkan Changmin beserta kalimat hainya.

aneh

kenapa gue kepikiran tuh cewek ya?

Changmin memilih keluar teater, membiarkan perasaan bingungnya tak terjawab.

cewek yang menarik.

semoga lain kali bisa ketemu deh.

kisah sebelumnya

Jika ada orang yang paling aneh ngajak jadian, Eri akan menulis nama Seoho menggunakan kapital, spidol merah, miring, garis bawah, ntah intinya Seoho adalah cowok paling aneh. Titik.

Sebenarnya lebih aneh lagi karena bisa-bisanya Eri meng iya kan ucapan Seoho.

Oke, bayangkan. Saat itu Eri dan Seoho sedang makan di mcd. Sedang santai-santainya menikmati es krim dengan kentang, out of knowhere Seoho ngomong.

“Ri, pacaran yuk bosen nih pdkt.”

Untung aja Eri gak keselek kentang dan langsung melotot ke arah Seoho. Yang dipelototin mah haha hehe aja ngerasa gak bersalah.

“Lo ngajak pacaran atau ngajak main sih? Enak banget ngomongnya.”

“Gue serius Eri. Perlu gue berlutut di hadapan lo_” dan Eri langsung menyumpal mulut Seoho menggunakan kentang.

“Gak usah ngadi-ngadi. Bikin malu aja.”

“Jadi gimana?” Tanya Seoho setelah kentang selesai dia kunyah.

“Gimana apa?”

“Mau pacaran gak?”

Sungguh Eri ingin sekali menampol muka tampan tersebut namun justru yang keluar dari mulutnya,

“Iya gue mau.”

Eri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar Seoho yang sedang group call sambil mengemudi mobil.

Itu mobil Eri, cuma yang bawa Seoho.

fix si Eri diguna-guna sama lo kak bisa-bisanya mau nerima lo jadi pacarnya.

mending Seoho daripada Geonhak ngajak pacaran di depan gerobak nasi goreng.

yang penting jadian ya. Gitu doang kan ceritanya? Kalo gak mau kita matiin lo juga lagi jalan, gak enak sama Eri.

lah tumben lo kasian sama kak Seoho.

bacot.

Setelah itu panggilan pun berakhir. Seoho kembali fokus mengendarai mobil, sementara Eri melihat pemandangan di luar.

“Temen-temen lo rame ya,”

“Kasian mereka jomblo menyedihkan, gak kayak aku yang single and happy.” Kata Seoho yang membuat Eri melayangkan tinju pelan di lengan Seoho.

Cowok tersebut hanya tertawa dan kemudian mengusap rambut Eri pelan.

“Biasain ngomong aku-kamu dong by, jangan gue-lo kan udah pacaran.” Kata Seoho sambil memanyun-manyunkan bibirnya.

“Yailah kak udah kebiasaan, gue males ngubahnya. Udah ah sana tangannya, fokus nyetir gue masih mau jadi dokter gigi.”

Seoho hanya tertawa melihat Eri yang memasang wajah cemberut yang menurutnya, menggemaskan.

aku memang gak bisa romantis. Tapi aku janji, setidaknya aku akan bikin kamu selalu bahagia bersamaku.

🌙💫

be mine

Ivy membolak balikkan halaman novel sambil sesekali menguap. Sekarang pukul 22:47, dan ia memilih membaca novel dibandingkan tidur ke alam mimpi.

Mata ivy sudah hampir tertutup dan tiba-tiba saja handphonenya berdering, menampilkan nama Geonhak.

Berbicara mengenai Geonhak, Ivy cukup heran sebenarnya karena tiba-tiba saja cowok tampan tersebut tidak mengontaknya.

Mungkin sibuk, pikir Ivy.

“Iya Hak?”

“Gue di depan kosan lo.”

Dan Ivy langsung terbangun dari posisi rebahannya. “NGAPAIN?”

“Gue laper, temenin cari makan yuk.”

“Astaga Kim Geonhak ini udah mau tengah malem loh,”

“Please.”

Ivy menghela nafas sejenak.

“Gue ganti baju dulu.”

Geonhak memperhatikan Ivy yang memakan nasi gorengnya dengan lahap.

Fokus Kim Geonhak, ingat tujuan awal lo.

Jujur kata-kata Seoho memotivasi dia untuk langsung menghampiri Ivy dan yang pasti, harus meminta maaf.

“Fi,”

“Hm?”

“Gue_”

“Hak makan dulu, itu nasi lo dianggurin loh daritadi.” Dan pada akhirnya Geonhak tidak jadi mengatakan segala ucapan yang ingin ia sampaikan.

Geonhak membayar 2 porsi nasi goreng tersebut.

“Yuk pulang.” Kata Ivy, berdiri dari kursinya dan berjalan menuju motor Geonhak.

Hal yang Ivy tak sangka ialah tetiba saja Geonhak menahan langkahnya.

“Gue minta maaf.” Kata Geonhak.

“Untuk?”

“Karena ngehindarin lo.”

Ivy memasang wajah bingung, “lo? Ngehindarin gue? Kenapa?”

“Gue,” lidah Geonhak mendadak kelu. Panik, jelas dia panik.

Gue harus ngomong apa? Gue jujur aja? GUE HARUS NGOMONG APA?!

Lo bukan siapa-siapanya dia. Pacar aja bukan.

Dan ketikan frontal milik Seoho terlintas jelas di benaknya.

“Guegaksukaliatlojalansamacowoklain.”

“Hah? Lo ngomong kecepetan hak.”

“Gue cemburu.”

“Lo cemburu sama siapa? Lah lo ngapain cemburu?”

Astaga Ivy jangan siksa gue kenapa lo gak peka GUE SUKA SAMA LO SUKA SAYANG MAKANYA GUE CEMBURU

Geonhak sudah menunduk, telinganya pun merah karena malu.

“Guesukasamalo.”

Ivy terdiam. Dia cukup mendengar jelas ucapan Geonhak.

“Apa? Gak denger hak lo ngomong kecepetan.” Kata Ivy. Jelas, dia iseng karena reaksi Geonhak benar-benar sudah menunduk, tidak berani menatap Ivy.

“Gue suka sama lo.”

“Gak kedengeran Kim Geonhak.”

“GUE SUKA SAMA LO GUE MAU LO JADI PACAR GUE!!” Teriak Geonhak yang menimbulkan tawa dari Ivy dan juga penjual nasi goreng yang sejak tadi memperhatikan mereka.

“Gue malu banget.” Kata Geonhak, memilih menutup mukanya yang sudah mirip kepiting rebus.

Sudah ditertawakan Ivy, diketawain pula sama penjual nasi goreng mana harga diri lo Kim Geonhak.

“Hak, hak, lo gak bisa gitu ngajak jadian di tempat yang lebih romantis?”

Ya, pinggir jalan, di depan gerobak nasi goreng. Waw romantis sekali.

Dan Geonhak kembali menghela nafas. Terkutuklah dia dan kenekatan dia tanpa berfikir lebih jauh dulu.

“Lo... gak suka ya?”

Tiba-tiba saja Ivy menjinjit dan mengecup pipi kanan Geonhak, msmbuat cowok tersebut langsung menatap Ivy kaget.

“Mau kamu ngajak aku jadian di depan kosan aku juga diterima kok.” Jawab Ivy, tersenyum senang.

Gak usah tanya apa kabar Geonhak, dia sudah usaha gak keliatan senyum terlalu girang saat itu.

🌙💫

who are you?

“lo keliatan lebih manusiawi.” dan abis itu kepala Juyeon digeplak sama Kino.

“terus selama ini gue apa? setan?”

“ya gak salah sih,” kata Vernon yang mengundang tawa Minho.

“sialan.”

tapi apa yang dikatakan Juyeon tidak sepenuhnya salah. bahkan anak kosannya sendiri mengatakan hal tersebut.

apalagi Jinho, setiap hari kayaknya ngomong gitu sampai Kino aja capek dengarnya.

ya setidaknya berkat usaha ketiga temannya itu, dia jadi tau apa yang sebenarnya terjadi pada Kirana dan dia juga berhenti untuk menyalahkan baik diri dia sendiri dan juga Kirana.

setidaknya di waktu hidupmu, aku pernah mencintaimu.

bahagialah disana.

sore itu hujan membasahi kota. Kino yang baru keluar kelas hanya bisa menghela nafas.

alamat basah-basahan ini bawa motor ke kosan.

“kenapa sih pakai acara hujan? gue kan gak bawa payung.”

Kino menengok dan seketika semua kerja otaknya blank. seorang perempuan sedang misuh-misuh mengenai hujan.

bukan, bukan itu membuat Kino mematung seketika.

“Kirana?”

perempuan tersebut persis dengan Kirana. bentuk wajahnya, bahkan tingginya. yang membedakan hanya Kirana memliki rambut coklat panjang sementara perempuan tersebut berambut hitam sebahu.

tapi mungkin Kino sudah kembali ke tahap gilanya yang membuat dirinya berlari kearah perempuan tersebut dan memeluknya.

perempuan jelas kaget, siapa pula manusia yang memeluknya ini. perempuan tersebut langsung melepas pelukan Kino dan,

PLAK

“gue gak kenal sama lo.” perempuan tersebut langsung berlari menerobos hujan, meninggalkan Kino yang terdiam sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar.

“ya lo juga gila! yakali Kirana hidup lagi astaga Kang Hyunggu.” omel Shinwon sambil menepok jidatnya.

“gue reflek anjir meluk dia. sumpah mirip banget gue gak bohong.” kata Kino heboh.

kelima kakaknya cuma tepok jidat mendengar penuturan Kino, sementara Yuto dan Wooseok sama-sama mengumamkan, “bucin.”

“gue udah seneng ya lo udah mulai waras lagi eh, malah kumat lagi.” kata Jinho sambil menghela nafas.

“gue masih waras kak, cuma cuma_”

“BUCIN.” teriak Yuto yang membuat Kino melempar bantal ke muka cowok jepang tersebut.

“kalem dulu kalem, kan lo bilang wajahnya mirip tapi sikapnya enggak kan?” tanya Changgu yang berusaha menghentikan Kino yang mau ngejar Yuto.

“suaranya aja beda kak,”

“yaudah selesai tandanya lo halu bilang Kirana hidup lagi.”

“bubar bubar ayo bobo udah malem.” kata Yanan yang setelah itu langsung ngacir ke kamarnya.

semuanya kembali ke rutinitasnya masing-masing, meninggalkan Kino yang masih duduk diam sambil memeluk bantal.

“No,” panggil Jinho. ia duduk di sebelah Kino dan menepuk punggung Kino pelan.

“gue cuma mau bilang. both of them orang yang berbeda. gue tau lo pasti benar-benar kangen Kirana. tapi tolong ingat, jangan sampai lo nganggap cewek ini sebagai Kirana hanya karena mereka terlihat mirip.”

Jinho tersenyum setelah mengatakan hal tersebut, kemudian meninggalkan Kino yang terdiam mengingat kata-kata Jinho.

Daisy

Hah hah

Kino memegang dadanya, nafasnya tidak beraturan. Keringat dingin terus mengalir, matanya kembari berair.

BRAK!

“No, lo gapapa?” Tanya Hongseok panik. Disusul Wooseok yang datang memberikan air kepada Kino.

“Gue gapapa kak.” Jawab Kino pelan, sungguh pelan.

Hongseok menepuk pelan punggung Kino. Sungguh, dia benar-benar khawatir. Dia dapat mendengar jelas Kino berteriak dalam tidurnya.

Dan sialnya hanya mereka bertiga saat ini di kosan.

“Gue temenin deh, seok lo kalo mau balik ke kamar gapapa deh,”

“Gak deh kak, gue ikut nemenin aja takut kenapa-kenapa lagi.”

Kino hanya tersenyum tipis sambil mengucapkan terima kasih walaupun sangat pelan.

mimpi buruk, lagi.

memori itu terus berdatangan.

berhenti, aku mohon.

Kino hanya menatap miris pantulannya di cermin. Kantung mata yang semakin terlihat jelas, kulitnya yang semakin pucat. Benar-benar hidup segan mati tak mau.

Jika ada definisi cinta gila, mereka harus memasukkan nama Kino di dalamnya.

Kalo kata Shinwon, “lebay lo.” Namun melihat adiknya beneran bertransformasi dari cowok yang nyengar nyengir karena cinta berubah jadi mayat hidup karena cinta juga,

Ya, lebay bukanlah hal yang bagus untuk diucapkan sekarang.

Kino begitu mencintai Kirana, benar-benar cinta bahkan sudah sampai tahap terlalu cinta sampai buta dengan segalanya. Ia benar-benar meluangkan apapun untuknya. Apapun dia lakukan untuk Kirana.

Namun, semua itu bertepuk sebelah tangan.

5 bulan yang lalu, Kino menemukan rumah Kirana telah kosong. Tidak ada catatan apapun, bahkan salam perpisahan. Semuanya semu.

Kirana bagaikan hilang ditelan bumi.

Saat Kino mencari tau informasi, nihil. Bahkan temannya sekalipun tidak ada yang tau kemana perginya Kirana.

Syok? Jelas.

Setelah kejadian itu Kino sudah bagaikan orang gila. Terbangun di tengah malam, berteriak karena memori-memori yang terus menghantuinya.

Bagaikan petal bunga daisy yang terus berguguran layaknya kewarasannya.

kamu,

kenapa meninggalkanku?

Tatapan Kino kosong, menatap tembok putih kamarnya.

aku sudah mencintai sebisaku namun inikah balasannya?

Air mata kembali jatuh.

Sungguh, Kino tidak mengerti.

Apa dia melakukan kesalahan?

Apa dia kurang baik?

Seharusnya dia tidak sebaik ini.

Iya.

Wanita hanya mempermainkan perasaannya. Membolak-balikan hatinya. Bukan kah dia bisa melakukan hal yang sama?

aku sudah tidak peduli.

kuharap kamu sudah pergi jauh.

aku harap kamu tidak pernah bahagia, sama sepertiku yang kehilangan dirimu.

4 bulan kemudian.

“Kenapa gak ada satupun yang cerita sama gue?”

“No, kita aja baru tau kejadiannya 1 minggu yang lalu. Lo gak tau seberapa susahnya kita buat bilang ini ke lo.”

“TAPI GUE UDAH NYALAHIN DIA BERBULAN-BULAN! GUE UDAH MENGATAKAN BAHWA DIA HARUS MENDERITA KAYAK GUE! GUE BAHKAN BILANG GUE UDAH GAK PEDULI SAMA DIA LAGI!”

Kino langsung terduduk di depan pusara sambil menangis.

Juyeon menepuk bahu Kino, “kita bakal tungguin lo di mobil. Nangis sepuasnya, keluarin emosi lo.” Juyeon, Vernon dan Minho meninggalkan Kino sendiri bersama pusara yang tertulis nama lengkap Kirana.

“Maafkan aku. Gak seharusnya aku mengatakan semua itu padamu.”

aku senang bisa mengenalmu.

terima kasih sudah membangun banyak memori indah bersama.

terima kasih telah datang di hidupku walaupun tidak dalam waktu yang lama.

cintaku, bahagialah.

karena kebahagianmu merupakan kebahagianku juga.

Kino meletakkan sekuntum bunga daisy, kemudian pergi.

tidurlah yang nyenyak, cintaku.

end.

Kisah UKM Dance Divisi Cowok

UKM dance dipisah divisi cowok dan cewek bukan tanpa alasan. kejadiannya ini sebelum Soonyoung menjabat, jaman dia masih maba. jadi ada yang 'do something' cewek cowok di ruang latihan dan ketauan oleh pihak kampus. akhirnya ruang latihan serta divisinya pun dipisah sampai saat ini.

Soonyoung membuka pintu UKM dan menemukan Changmin, Minho, Hwanwoong dan Kino yang sedang mengurumuni hp yang dipegang Kino.

“nonton bokep ya lo pada?” tanya Soonyoung iseng.

“iya nih, lagi buka pornhub.” setelah itu kepala Kino di geplak sama Minho.

“lagi nonton perform kampus sebelah kak.” jawab Minho.

Soonyoung mendekat dan melihat rekaman video tersebut. “kita bisa lebih bagus daripada ini. ayo jangan males-malesan dan mulai latihan lagi.”

dan keempat pemuda tadi langsung ngeluh.

sudah set tahun Soonyoung menjabat menjadi ketua UKM menggantikan Jongin yang baru saja lulus. sebenarnya kegiatannya menyenangkan.

toh sejak dahulu dance adalah passionnya.

satu-satunya perkara yaitu menghadapi anggota UKM yang kisah cintanya ngenes-ngenes kecuali Hwanwoong yang belum lama jadian dengan sahabatnya sendiri.

dan Soonyoung salah satu yang kisah cintanya ngenes.

kita mulai dari Soonyoung, dia sudah hampir 2 tahun naksir teman sejurusannya dan mungkin titik terlucunya, perempuan tersebut kakak dari Changmin. bayangkan seberapa kagetnya Soonyoung pas tau, untung saja dia tidak memberikan reaksi aneh-aneh.

beralih ke Jun, teman sekelasnya yang sering dikatain homo se jurusan karena saking tidak maunya berinteraksi dengan perempuan. efek dari rasa sakit hatinya yang diselingkuhi, belum lagi bapaknya yang meninggalkannya sejak kecil.

ada lagi Changmin yang remang-remang kisah cintanya. sama kayak Minho, pembedanya mungkin Minho fakboi teknik sementara Changmin bukan fakboi, tapi kerjaannya jadi bahan halu se fakultas.

ada Kino, si fakboi hukum yang kisah cintanya sebenarnya miris. Kino ditinggal mantannya benar-benar tanpa alasan yang jelas. itu juga yang mentrigger dirinya menjadi fakboi sekarang, menutup rasa sakit hatinya. Soonyoung pernah tidak sengaja menemukan secarik lirik dengan tulisan tangan Kino di ruang latihan.

miris deh kalo dibaca.

itu sih anggota yang Soonyoung paling kenal, ada banyak anggota UKM namun dia hanya dekat dengan beberapa.

seandainya

Sinar mentari menyinari dunia, menyinari Keonhee yang sedang mengendarai motor, melintasi padatnya ibukota.

Dengan seorang cewek memeluknya dari belakang. Rambut panjangnya terkibar walaupun terhalang helm yang dikenakannya. Keonhee menatap dari kaca spion sambil tersenyum.

“Ri, kita udah sampai.” Tak ada suara. Keonhee menengok ke belakang dan hampir saja tertawa. Kori tertidur sambil memeluk Keonhee, membuat cowok jangkung tersebut gemas.

“Ri, bangun.” Katanya sambil mengetuk pelan helm yang dikenakan Kori.

“Heum,”

Keonhee hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. Ia melepas pelukan Kori kemudian menggendong cewek tersebut.

Berteman sejak kecil, mereka bagaikan kembar tak terpisah. Selalu bersama setiap saat. Dari sama-sama anak kecil sampai sudah remaja seperti saat ini.

Namun benar adanya sebuah pepatah kuno,

jika laki-laki dan perempuan bersahabat, pasti salah satunya ada yang jatuh cinta.

Banyak hal yang ingin Keonhee katakan kepada Kori, terlebih lagi perasaannya yang entah sudah berapa lama selalu berdebar setiap berhadapan dengan sahabatnya itu.

Aku suka kamu.

Aku cinta kamu.

Kamu mau jadi pacarku?

Apakah kamu menyukaiku?

Kalimat tersebut terlalu kelu untuk keluar dari mulut Keonhee. Alasan klasik, takut persahabatannya rusak.

Keonhee terlalu takut jika dia mengatakan itu semua, dia akan kehilangan sahabatnya. Padahal, banyak hal yang sebenarnya ingin dia bicarakan.

Seandainya.

Seandainya Keonhee berani mengatakan itu semua. Seandainya dia melawan ragunya. Seandainya dia mengatakan apa yang selalu ingin dia katakan.

Semuanya hanyalah seandainya.

Nyatanya, Keonhee harus menerima kenyataan pahit.

Sebuah buket bunga.

Kori tersenyum sambil memamerkan buket bunga saat kelulusan SMA mereka.

“Sekarang gue udah gak jomblo dong.”

Keonhee, memberikan senyum terbaiknya saat itu. Sambil mengambil foto sahabatnya bersama pacarnya.

“Selamat ya! Gue harus nyusul lo nih.” Kata Keonhee sambil terus tersenyum.

Mana ada yang tahu setelah pulang dari acara perpisahan SMA, Keonhee nangis-nangis sambil makan es krim di kamarnya.

Jika orang patah hati memilih untuk nangis sampai lelah.

Keonhee makan.

Makan makanan manis sambil menangis. Mungkin terkesan aneh? Namun itu caranya untuk mengatasi rasa sakit hati yang semakin buruk.

Banyak hal yang ingin kusampaikan. Namun kelu lidahku.

Banyak hal yang ingin kusampaikan. Namun aku terlalu malu.

Kini, semua terasa terlambat.

Katakan padaku, seandainya aku mengatakan isi hatiku,

Apakah kamu akan menjadi milikku?

Keonhee menghela nafas. Sudah 1 tahun namun semua ini masih terasa berat. Walaupun ia sudah mendeklarasikan dirinya untuk move on dengan update snapgram lagu beautiful goodbye.

Tetap saja, dia masih bingung bagaimana harus memutuskan ini semua.

“Masih galau lo?” Tanya Youngjo. Ia menyondorkan secangkir teh kepada Keonhee. “Minum dulu, biar gak makin kalut isi kepala lo,”

“Makasih kak.”

Keduanya sama-sama diam menikmati keheningan. Tidak hening juga sebenarnya karena di kosan depan anak band lagi latihan, di dalam kosan mereka Seoho sama Geonhak lagi ribut seperti biasanya.

“Keon, ada orang yang bilang cara kita move on yaitu mengatakan segala hal yang mengganjal di hati kita,”

Keonhee menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan kata-kata Youngjo.

“Mungkin lo harus mengatakan segala hal yang sebenarnya ganjal. Perasaan lo sama dia.”

“Tapi kak kalo gue ngomong soal perasaan gue_”

“Maka lo lega untuk meninggalkan semuanya.”

Adegan berikutnya adalah Keonhee segera mengambil jaket, helm dan kunci motor. Meninggalkan Youngjo yang menatap kepergiannya dengan doa agar adiknya dapat bangkit dari kegundahan hatinya.

Tidak ada kata nanti. Mengatakan semuanya sekarang atau tidak sama sekali.

Kalimat tersebut mengiang di kepala Keonhee, bahkan sampai dia sudah berada di depan pintu rumah Kori.

“Keonhee?” Kori heran melihat Keonhee yang muncul tiba-tiba.

“Lo ngapain_” kata-kata tersebut terhenti karena Keonhee langsung memeluk Kori.

Tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanya cuitan burung yang terdengar saat itu.

Kori yang bingung dengan apa yang terjadi, sementara Keonhee yang menikmati momen yang terjadi.

“Gue suka sama lo.” Kata Keonhee, tanpa melepaskan pelukannya.

“Apa?” Kori langsung melepas pelukan tersebut dan menatap Keonhee kaget.

“Gue suka sama lo. Maaf, gue terlalu pengecut untuk mengatakan itu semua.”

Wajah Kori masih menunjukkan keterkejutan. Benar-benar tidak tahu harus berkata apa. “Tapi kenapa lo bilang sekarang?”

Keonhee menghela nafas, menahan air mata yang sudah hampir keluar.

“Karena gue mau melepas semuanya. Termasuk perasaan gue ke lo,”

Keonhee mengusap pelan kepala Kori. Keonhee menatap wajah Kori yang selalu ia katakan, cantik, manis, indah, dan sempurna. Terlalu sempurna untuk menjadi miliknya. Kemudian ia tersenyum.

“Selamat tinggal.”

Kori terdiam. Dia tidak mengejar Keonhee yang sudah keluar pagar. Waktu seakan berhenti di mana Keonhee mengucapkan kata selamat tinggal.

Hujan turun membasahi ibukota, membasahi Keonhee yang masih dalam perjalanan pulang.

Apakah langit tau aku sedang bersedih?

Tidak.

Aku tidak bersedih.

Ada banyak hal yang ingin aku ucapkan. Aku sudah mewakili itu semua melalui satu kalimat.

Bahwa aku mencintainya.

Walaupun aku memutuskan untuk tidak ada di sisimu lagi, aku akan tetap menyimpan kenangan indah bersamamu.

Goodbye my love.

End.