sher little place

I always here for you

Hwanwoong tidak pernah bohong setiap ia berkata, “lo gak usah iri sama kisah cinta gue.”

Ya, dia tidak pernah cerita sih kalo dia pernah ada di posisi Keonhee.

Hari itu, dia ingat dengan jelas melihat Eunwoo menyondorkan sekuntum bunga mawar di tengah lapangan dan diterima oleh Gita.

Hwanwoong? Hanya menatap dari ujung lapangan dengan perasaan miris.

Toh, dia juga merasa bodoh saat itu. Kenapa begitu takut mengungkapkan perasaannya, kenapa menahan segala rasa yang bergejolak sejak mereka SMP hanya karena takut merusak persahabatan mereka.

Bodoh. Menahan segalanya namun sekarang dia harus kehilangan segalanya.

Belum lagi perasaan cemburu yang bergejolak, membuat Hwanwoong menyakiti perasaan Gita.

“Kalo lo cuma mau ngomongin Eunwoo, jangan sama gue.”

Tepat setelah itu, hubungan keduanya merenggang. Tidak ada lagi telfonan sampai jam 2 pagi, tidak ada lagi Gita yang meneriaki Hwanwoong dari jendela kamarnya untuk bangun, tidak ada lagi bermain game bersama, menatap bulan setiap malam.

Gita, menghabiskan waktu bersama Eunwoo. Hwanwoong, menghabiskan waktu untuk nari, nari dan terus menari. Melupakan pikiran rumit yang terus-terusan mengganggunya.

Hwanwoong, benar-benar kehilangan sahabatnya.

Cintanya.

Pusat dunianya.

Hwanwoong menghabiskan waktu istirahatnya dengan 2 hal. Jika tidak berada di ruang tari, pasti tidur sambil mendengarkan musik.

BRAK!

“HWANWOONG!!!” Ia langsung terbangun saking kagetnya mendengar teriakan Seungkwan, Moonbin dan Eunbi secara bersamaan.

Trio tersebut langsung menghampiri Hwanwoong dengan wajah panik.

“Lo bertiga kenapa?” Tanya Hwanwoong, dengan mata yang masih setengah tertutup.

“Udah bangun yang bener lo ini ada masalah.” Kata Moonbin.

“Apa? Soal tari? Bilangin aja gue masih nyusun proposal yang sebelumnya,”

“Bukan, soal Gita.” Tepat saat itu juga mata Hwanwoong langsung terbuka lebar dan reflek berdiri.

“Harusnya lo berdua to the point biar nyawa dia langsung nyatu. Udah ayo ikut kita.” Omel Eunbi sebelum akhirnya menarik tangan Hwanwoong.

Keempatnya segera pergi ke kelas Eunwoo dan benar saja, baru di depan kelas sudah ramai menonton... ntah apa yang terjadi di dalam.

Hwanwoong, menyelip diantara para murid dan melihat Gita, dengan mata yang sudah sembab, melempar lembaran yang sepertinya foto ke arah Eunwoo.

“JADI INI ALASAN LO GAK BISA JALAN, GAK BISA PULANG BARENG, DAN ALASAN-ALASAN LAINNYA. LO JALAN SAMA PEREMPUAN LAIN?!”

“Git sebentar gue bisa jelasi_”

“Kita putus.”

Gita langsung meninggalkan Eunwoo, menerobos kumpulan orang yang menonton perdebatan mereka.

Hwanwoong menatap kepergian Gita. Dalam diam, pikirannya berdebat haruskah dia menghampiri Gita atau tidak.

Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

“Kwan, kalo ada guru masuk bilang gue ada urusan di ruang eskul.” Seungkwan hanya mengangguk, lalu cepat-cepat berlari ke dalam karena Eunbi sudah hampir mencekek Eunwoo.

Hwanwoong menaiki tangga menuju atap sekolah dengan perlahan. Di atap sekolah terdapat kebun bunga, jarang ada yang kesana.

Kecuali Gita.

Hwanwoong hafal sekali Gita selalu ke kebun tersebut setiap dia ingin sendiri.

Benar saja, Hwanwoong melihat Gita, duduk membelakanginya dengan punggung yang sedikit bergetar.

“Git?”

Gita menengok ke arah Hwanwoong, matanya masih sembab bahkan terlihat jauh lebih parah daripada sebelumnya, kemudian membuang muka.

Hwanwoong berjalan pelan menghampiri Gita, dan berlutut di hadapannya.

“Git?”

Gita masih menutup mukanya dengan telapak tangan, terlalu malu menampakkan dirinya apalagi sedang seperti ini di hadapan Hwanwoong.

Hwanwoong tersenyum tipis, menurunkan tangan Gita, kemudian menghapus air mata tersebut.

“Im here for you.”

Adegan berikutnya adalah Gita yang sudah tidak bisa membendung segalanya dan langsung memeluk Hwanwoong.

Hwanwoong hanya membalas pelukan tersebut, sambil merasakan bahunya yang basah karena air mata Gita.

Pada akhirnya, Hwanwoong mendapatkan kembali pusat dunianya.

“Kamu ngapain deh bengong terus senyum-senyum gitu?” Tanya Gita. Dia baru saja keluar kelas dan menemukan Hwanwoong sedang menatap pemandangan di balkon sambil tersenyum.

“Gapapa, aku cuma kangen kamu,”

🐯🌙 Anggap aku puitis namun aku bersedia hanya hidup berdua bersamamu, aku mau mengulang kehidupan ini lagi untuk terus bersamamu,

My universe.

end (berlanjut kalo ada ide bai kabur)

terlanjur mencinta

kisah cinta itu bitterweet. indah namun asam ataupun pahit di saat yang bersamaan.

Keonhee terluka

walaupun ia terlihat nyengir-nyengir aja di UKM, di kosan, ataupun di kelas. nyatanya ia menyimpan banyak luka di balik senyumnya. karena memang benar ungkapan dia yang banyak tersenyum menyimpan luka yang lebih besar.

Keonhee iri.

ntah sudah berapa kali Keonhee berdoa agar kisah cintanya bisa berakhir indah seperti Hwanwoong.

iya, sama seperti Hwanwoong, Keonhee juga jatuh cinta kepada sahabatnya sejak SMP. yang membedakan, cinta tersebut bertepuk sebelah tangan.

“Keon, kemarin gue jadian sama Hyunjae.” kalimat yang diucapkan Kori saat perpisahan SMA tersebut melekat tepat di ingatan Keonhee.

dan dia hanya bisa memberikan senyumnya yang terbaik.

“selamat ya!”

“Keon? lo ngapain makan es krim gelap-gelapan?”

saat itu pukul 1 pagi. Hwanwoong ke bawah mau ngambil air karena haus, namun ia malah menemukan penampakan Keonhee yang duduk di sofa sambil makan es krim.

dan nangis.

untung Hwanwoong gak teriak pas liat.

“hiks, gue hiks, iri sama hiks, lo hiks,”

Hwanwoong memberikan tisu kepada sahabat seperjuangannya sejak SMA itu. jelas, Hwanwoong tau apa yang Keonhee tangisi, jelas.

ayolah Hwanwoong sudah kenal Keonhee dari jaman keduanya suka lari-larian di lapangan komplek main bola. dia jelas ingat bagaimananya patah hati Keonhee ketika Kori jadian sama Hyunjae, teman seangkatan mereka bahkan sampai kuliah saat ini.

“gak ada yang perlu lo iriin dari kisah cinta gue sama Gita. kita berdua juga gak mulus. ada kala Gita marah sama gue, ada juga gue marah sama dia. lo gak perlu iri.”

“gue hiks, iri hiks, soalnya gue ingin kisah gue berakhir kayak lo hiks, kayak gimana sih kenapa Kori gak nyadar gitu gue naruh perhatian lebih ke dia, hiks,”

“gue yakin sih dia ngira lo perhatian sebagai sahabat aja,”

sudahlah abis itu Keonhee mewek lagi.

“Keon astaga, lo gak niat move on apa?”

Keonhee menatap Hwanwoong lekat-lekat. bertahun-tahun bersahabat dan ini pertama kalinya Hwanwoong menyarankan untuk move on. padahal ya, biasanya Hwanwoong menghibur dengan “siapa tau nanti putus.” atau “pacar orang masih bisa ditikung.”

“Tumben,”

abis itu kepala Keonhee digeplak Hwanwoong. “gue kasian sama lo galau mulu galau mulu. you deserve with someone else. seseorang yang bisa membalas perasaan lo.”

move on? sungguh Keonhee sudah mencoba untuk move on, namun sia-sia. dia akan selalu teringat Kori.

“Koni tadi aku dapat nilai 100 dalam menggambar.”

“Koni mau es krim gak?”

“Koniiiii gue dapet nilai A!!! Seneng banget.”

sungguh, senyuman dan panggilan khusus dari Kori seakan mengunci Keonhee untuk terus mencintai perempuan tersebut. padahal lubuk hati paling dalam Keonhee sudah mengatakan bahwa mustahil. mereka tidak mungkin bersama. Keonhee melihat sendiri bagaimana Kori sayang kepada Hyunjae, dan sebaliknya.

dia sudah terlanjur mencintai, jatuh ke dalam jurang terdalam yang bahkan tidak memiliki jalan keluar.

“Permisi,” lamunan Keonhee hilang. Ia menatap cewek di depannya yang membawa nampan.

“Gue boleh duduk disini?”

“Oh iya boleh-boleh.” Keonhee cukup heran sebenarnya. Kantin Fakultas Komunikasi padahal sepi sore itu, namun cewek ini memilih duduk bersamanya.

Cewek tersebut menyantap ramyun yang dia pesan dan Keonhee, melanjutkan meminum kopi yang sempat ia diamkan karena melamun.

“Abis putus cinta ya?”

Keonhee melemparkan pandangannya kepada cewek tersebut. Si cewek hanya tersenyum.

“Muka lo kayak orang galau. Jadi pasti abis putus cinta,” kata dia.

Keonhee ikut tersenyum, “iya, gak putus cinta sih. Cuma bingung aja apa gue harus berjuang atau mundur dari semuanya.”

“Buat apa bingung? Raut wajah lo mengatakan jawabannya udah ada, lo aja yang terlalu takut buat ngambil langkah itu.”

Kata-kata itu bagaikan menusuk tepat di hati Keonhee.

Iya, Keonhee tau jawabannya hanya dia saja yang terlalu takut.

Sampai tak sadar cewek tersebut sudah pergi dari hadapannya.

“EH TUNGGU!” Keonhee langsung menghampiri cewek tersebut yang jalannya ternyata cukup cepat.

Cewek tersebut menengok ke arah Keonhee, “ya?”

“Nama lo siapa?”

Cewek tersebut menjulurkan tangannya, “Kelly.”

Dan dibalas jabatan tersebut.

“Keonhee.”

Done~ See you next short au dungdungdungdung karena sambil dengerin valkyrie

satu kata

problematika Geonhak sejak bertahun-tahun yang lalu ialah sifatnya yang pemalu dan cukup tertutup. jangankan jatuh cinta, mencari kawan di jurusannya susah setengah mampus karena dia keburu kelu duluan sebelum say hi.

tahun ini adalah tahun kedua Geonhak di pendidikan anak usia dini dan baru saja dia akrab dengan teman sekelasnya dan lucunya, kemarin temannya berbicara seperti ini.

“Geon, sadar gak sih kalo cewek-cewek dikelas pada demen sama lo?” ya gimana gak demen sekelas yang isinya 48 orang itu hanya diisi 4 mahasiswa, sisanya betina semua.

“hah? gue biasa aja gini kok banyak yang demen?”

“kata mereka lo kayak tokoh utama di cerita-cerita yang dingin terus keren gitu.”

untung aja Geonhak gak keselek jus yang dia minum.

jatuh cinta? ntah bagaimana rasanya namun Geonhak tidak yakin dia bisa jatuh cinta. apalagi seperti kisah Youngjo, Seoho dan Dongju yang mengalami cinta pada pandangan pertama.

dia aja susah untuk percaya sama manusia ini lagi jatuh cinta. walaupun dari lubuk hati paling dalam Geonhak ingin sekali merasakan perasaan seperti itu.

“rasanya jatuh cinta gimana sih?” Seoho dan Youngjo langsung menatap horor ke arah Geonhak.

“random banget lo nanyain gituan.” kata Seoho yang bahkan sampai menutup app tiktok yang dia buka.

“gue penasaran aja.”

Youngjo menatap adiknya bingung. secara Geonhak jarang atau bahkan gak pernah ngomongin ginian.

“lo abis dipelet ya?”

“sialan.” Geonhak langsung menimpuk Seoho menggunakan bantal.

“YA ABIS TETIBA BANGET?! asli lo kenapa Kim Geonhak?”

Geonhak menghela nafas sejenak, “gue penasaran aja. karena gue juga gak yakin bisa jatuh cinta juga.”

Youngjo mematikan tabletnya dan menatap Geonhak. “rasanya kayak ada kupu-kupu di perut lo.”

Geonhak langsung memperlihatkan wajah bingungnya. “rasanya juga kayak lo sama doi lo doang yang di dunia, yang lain ngontrak.”

“aneh banget.” hanya itu jawaban dari Geonhak.

Youngjo tertawa mendengar jawaban Geonhak, “emang aneh. nanti kalo lo ngalamin pasti ngerti deh apa yang gue sama Seoho maksud.”

Geonhak tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan cepat.

dia datang kepagian ke kampus. melewati koridor FEB dengan santai seperti hari-hari biasanya.

“aduh!” Geonhak menghentikan langkahnya dan menengok ke belakangnya. Cewek tersebut memungut kertas yang jatuh dari l-holder yang ia bawa.

Geonhak menghampiri cewek tersebut dan membantu memungut kertas-kertas tersebut. “Ini.” Cewek tersebut menatap Geonhak, ia menerima kertas tersebut.

“Terima kasih.” Katanya pelan kemudian berjalan cepat, meninggalkan Geonhak yang masih terdiam.

Aneh.

Dia merasakan hatinya berdebar cukup cepat.

Lebih anehnya lagi, Geonhak selalu menyempatkan diri melewati koridor FEB demi bertemu cewek tersebut. Meskipun ia jadinya harus memutar tiap ke gedung fakultasnya.

Di hari ke 3, ia bertemu lagi dengan cewek tersebut. Mereka sempat bertatapan sekilas namun lidah Geonhak kelu. Mendadak badanya beku, tidak tau apa yang harus dia lakukan dan katakan.

“Lo gak ajak kenalan?” Tanya Seoho sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Geonhak menggelengkan kepalanya.

Jujur, Geonhak ingin mengenal cewek tersebut tapi ntah kenapa dia mati kutu ketika matanya bertemu manik mata karamel cewek tersebut.

“Gue bingung duluan buat ngomong AAAAAAAAAAA. Asli lo pada yang udah punya pacar gak mau bantuin gue? Masukan aja gitu caranya gue ngomong sama dia.”

Geonhak melemparkan tatapan memelasnya kepada Youngjo dan Hwanwoong.

“Sebenernya ya, jawabannya simple sih. Lo cukup membuka diri lo. Jangan kaku, jangan takut. Lo mah badan doang l-men hati hello kitty_ AWW SAKIT GEON!” Omel Hwanwoong sambil memegang tangannya yang baru saja dicubit.

“Tapi bener kata Hwanwoong, kuncinya lo harus berani itu aja. Liat Dongju dia emang pemalu pas dulu ketemu gebetannya, tapi akhirnya dia beraniin diri juga.” Kata Youngjo.

“Geon, kalo lo takut, lo cukup ingat. Cinta itu perlu diperjuangkan.”

Dan mereka semua langsung menatap Keonhee dengan tatapan kaget.

Geonhak melangkahkan kakinya dengan mantap hari ini. Karena dia sudah belajar untuk presentasi hari ini. Kalo urusan cewek, dia masih mati membeku sepertinya.

Namun ia kembali terbeku. Lagi.

Di depan sana cewek tersebut berjalan cepat sambil menenteng l-holdernya seperti biasanya.

Geonhak mengingat kata-kata Keonhee. Ketika sudah dekat keduanya jalan seperti biasa.

Jalan.

Tidak saling menatap.

Dan Geonhak akan kehilangan kesempatannya lagi.

“Tunggu!” Geonhak berbalik ke belakang. Cewek tersebut langsung menengok ke arah Geonhak.

Geonhak berjalan ke arah cewek tersebut. Keduanya saling bertatapan sekarang.

“Halo.”

Dan Geonhak akhirnya menyebutkan kalimat yang ingin di sampaikan sejak awal mereka bertemu.

Sebuah kata halo, untuk memulai sebuah perkenalan.

End~ Continue jika ada ide lagi ehe

Gebetan

“Kamu tuh udah gede, masa masih jomblo juga sih? Liat tuh kakak kamu udah punya pacar.”

Seoho menghela nafas mendengar ucapan mamanya. “Kamu dengerin mama kan?”

“Iya ma denger, udah ya aku tutup dulu telfonnya,”

“Iya, jangan lupa makan malam sama CARI PACAR.” Seoho menghela nafas setelah panggilan terputus.

Pacar? Asli motivasi Seoho selama ini cuma belajar buat banggain orangtuanya. Mana pernah dia kepikiran punya pacar. Dia lebih mikirin ipk, lulus tepat waktu dan lanjutin usaha apotik punya keluarganya.

Ya Seoho cocok dipanggil nerd karena dari jaman SMA pun kerjaannya belajar. Seoho pernah bolos, pernah naksir cewek, pernah nonton film biru ayolah Seoho kayak remaja biasa kok bedanya dia rajin banget belajar sampai saat lulus dia meraih nilai tertinggi seangkatan.

Pacaran mungkin list paling bawah saat ini. Melihat bagaimana bucinnya seorang Kim Youngjo selama pacaran udahlah nanti aja, belajar dulu yang bener. Daripada dia kebanyakan bucin malah buang-buang waktu rasanya.

“Muka lo kenapa kusut banget?” Lamunan Seoho terputus mendengar pertanyaan Youngjo yang baru saja pulang.

Oh iya Seoho emang telfonan di teras bawah. Alasannya? Di atas ribut Keonhee sama Hwanwoong perkara kolornya ketuker.

“Mama gue,”

“Sakit?”

“Suruh nyari pacar.” Youngjo tidak bisa menahan tawanya dan membuat Seoho memutuskan masuk ke dalam kosan.

“Terus reaksi lo apa?”

“Ceming lah gila lo, tau sendiri mana pernah gue kepikiran nyari pacar.” Seoho memakan ramyun dengan muka sebal. Sementara kelima teman kosannya menatap dengan tatapan prihatin.

Kecuali Geonhak sih.

“Yaudah sih tinggal cari pacar aja sana,” kata Geonhak dengan muka datarnya.

“Lambemu! Lo juga kalo disuruh ngomong sama cewek kaku kan?”

“GAK YA!”

“IYA YA!”

“Sekali lagi teriak gue suruh lo berdua kerjain soal TPA gue.” Kata-kata Dongju membuat keduanya kembali melanjutkan makan malam.

“Tapi serius kak, di Farmasi enggak ada cewek cakep gitu yang bikin lo interest?” Tanya Hwanwoong.

Seoho terdiam sebentar, “banyak Woong. Jujur enggak sekali dua kali cewek nge DM gue pada spik spik nanya gitu. Kating adting ada semua deh. Cuma ya gue enggak tertarik yaudah jawab seadanya atau langsung gue block paling.”

“Modelan kayak gini ya gimana mau nyari pacar coba. Udahlah jadi perjaka sampai kakek-kakek lo.”

Adegan berikutnya adalah Seoho yang mengejar Geonhak, meninggalkan Keonhee, Hwanwoong, Youngjo dan Dongju menghela nafas bersama.

“Kak lo nyesel enggak sih sekamar sama mereka?”

“Nyesel sih tapi yaudahlah ya.”

Seoho menghela nafas sambil meracik obat. Membuat Wendy yang hari ini mengurus lab terheran-heran.

“Enggak biasanya kamu loyo pas ngelab.” Komen Wendy yang membuat fokus Seoho kembali pada racikan obat.

“Maaf kak,”

“Gapapa kok. Tapi lain kali jangan bengong sambil ngeracik. Oh iya, kamu bisa tolong anterin obat buat anak kedokteran gigi gak? Tapi kamu kelarin ngeraciknya dulu.”

“Oke.” setelah kelar meracik, Seoho mengambil kantung berisi obat tersebut.

“Kak ini diantar ke lab gigi atau gimana?”

“Oh ini dianter ke aula FK. Hari ini lagi ada pameran kesehatan disana.”

Seoho berjalan keluar lab menuju aula FK. Sesampainya disana, sudah ia duga sih, ramai.

“Stand anak FKG yang mana lagi,” gumam Seoho sambil pelan-pelan berjalan di antara kerumunan.

“Kak, aku takut.”

Seoho berhenti melangkah, ia menatap anak kecil yang sedang berbicara dengan seorang perempuan yang sepertinya lebih muda daripad dirinya.

“Nanti kalo gigi aku dicabut gimana?” Perempuan tersebut tersenyum dan kemudian menyejajarkan dirinya dengan tinggi sang anak kecil.

“Jangan karena mau periksa gigi kamu mikir dicabut dong. Kalaupun memang iya, enggak akan sesakit itu kok. Nih ya, kalo memang sakit aku bakal jajanin kamu, deal?”

cewek tersebut mengulurkan kelingkingnya dan disambut oleh kelingking si anak kecil.

“Deal!”

Hati Seoho hangat melihat interaksi keduanya. Ntah kenapa iya tersentuh melihat interaksi tersebut. Seoho menatap perempuan tersebut dan tanpa sadar ia melangkah kepadanya.

“Halo,” sapa perempuan tersebut dan ia melihat apa yang Seoho bawa. “Ah, kakak yang disuruh kak Wendy buat nganterin obat kan?”

“Ah, iya. Kamu anak FKG kan?”

“IYA! Makasih kak!”

Senyuman terpatri jelas di bibir perempuan tersebut.

Dan saat itu juga, Seoho tidak dapat melupakan senyumnya. Dia ingin terus melihat senyum tersebut. Anggap saja konyol, namun Seoho ingin menjadi salah satu hal yang membuat perenpuan tersebut tersenyum.

Iya, dia baru saja jatuh cinta. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Seoho ingin punya pacar.

end~ to be continue? ya kalo ada ide ehe

Noona

Kalo kata Youngjo, “semuanya harus ambil bagian dalam merawat kosan biar bersih, wangi dan sehat untuk penghuninya.”

Dongju hanya misuh-misuh mengingat kalimat itu. Ia kebagian menyiram bunga di balkon atas.

“Mentang-mentang gue suka metik bunga jadinya disuruh nyiram tanaman.”

Dongju benci tugas tersebut. Ya, setidaknya sampai hari itu...

Hari senin biasa, setelah menyelesaikan latihan soal ia ke balkon atas, menyiram tanaman menggunakan selang di balkon. Hanya terdengar suara anak kecil main layangan dan motor berlewatan.

Namun manik mata Dongju menangkap sesuatu.

Cewek, tidak begitu tinggi ataupun pendek. Rambutnya panjang melewati pundak berwarna coklat tua. Dia berjalan sambil memeluk binder berwarna kuning.

Hampir setiap hari cewek tersebut lewat, dari senin sampai jumat lebih tepatnya. Dan Dongju, selalu menunggu ketika cewek tersebut lewat. Menatap dari jauh, kelu untuk sekedar menanyakan siapa namanya.

“Ju,”

“Dongju.” Dongju bangun dari lamunannya dan melihat ke arah Dongmyeong.

“Lo ada masalah apa? Gue perhatiin lo sering bengong akhir-akhir ini.”

Dongju memilih melanjutkan menjawab soal, mengabaikan pertanyaan Dongmyeong. Kembarannya hanya menghela nafas dan memilih melanjutkan mengerjakan soal juga.

“Myeong,” Dongju terdiam sesaat sebelum melanjutkan kata-katanya.

“Dulu lo kenalan sama cewek lo gimana?” Dan Dongmyeong menatap horor saudaranya. Kemudian ia menunjukkan senyum jahilnya. Jelas, Dongju bisa menebak apa yang saudaranya pikirkan.

“Cieeeeeeee,”

“Udah jawab aja sih pertanyaan gue,” omel Dongju sambil meninju pelan bahu Dongmyeong.

“Gue yang nanya dulu, lo naksir siapa?” Dongju mempout bibirnya.

“Gak tau. Gak kenal. Dia cuma suka lewat depan kosan kita.”

“AAAAA GEMES BANGET CINTA PANDANGAN PERTAMA__MM,” Dongju reflek membekap mulut saudaranya tersebut.

“Goblok kak Seoho lagi tidur siang ntar dia ikut bangun.” Dongju sangat dan tidak ingin anak kos lain sampai tau.

Males di cengin.

“Kenapa lo gak ajak kenalan aja? Kan lo tau dia lewat depan sini jam berapa.”

“Ya tapi freak gak sih? Diem nunggu depan kosan ngajak kenalan?”

“Iya juga sih,”

Dongju meninju bahu Dongmyeong lagi. “Apaan lagi sih?”

“Pertanyaan gue belum dijawab.”

“Oh, gue ketemu pacar gue pas dia persama. Gue kan osis dia adik kelas.”

Hari jumat biasanya Dongju sama Dongmyeong main badminton di lapangan gak jauh dari kosan.

Permainan yang sengit, kata bocah yang lewat deket situ. Ya memang sengit sih, soalnya dua-duanya ambis mau menang demi dijajanin yang kalah.

Ntah mengapa Dongju merasa diperhatikan. Dia menengok ke pinggir lapangan dan badannya seketika membeku di tempat.

Sampai tak sadar bahwa Dongmyeong menang.

“YES GUE MENANG! Dongju gue menang!” Menyadari saudara kembarnya terdiam, Dongmyeong ikut melihat ke arah pandang Dongju.

Cewek, rambut panjang melewati bahu berwarna coklat tua.

Dan almet yang Dongmyeong ketahui sebagai almet kampus kakak-kakak mereka tersampir di lengan kanannya.

Dongmyeong merasa ini seperti di drama-drama. Karena keduanya sama-sama saling memandang. Cuma kurang bunga sakura berjatuhan saja. Sama backsound lagu percintaan.

Dongmyeong memberanikan diri berjalan ke pinggir lapangan menghampiri cewek tersebut. Dongju? Ya ngekor dari belakang.

“Halo kak.”

“Halo,” Sapa cewek tersebut. “Aku beberapa kali liat kalian suka main badminton di sini. Ternyata, kalo dilihat lebih dekat kalian mirip ya,” katanya.

“Oh iya, kami kembar. Nama aku Dongmyeong, nah kembaran aku, Ju deketan sini dong.”

Dongju berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya, “Dongju,”

Dan cewek tersebut menjabat tangan Dongju, “Yura. Senang bisa kenal sama kamu.”

“Aku juga.”

Kan, scene drama lagi minus bunga berjatuhan dan backsound lagu percintaan.

“Eh aku duluan ya, mau nugas hehe. Nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi ya, dadah~”

“Dadah,”

Dongmyeong menatap Dongju dengan senyuman meledek setelah kepergian Yura.

“Apa?” Tanya Dongju.

“Ternyata selera lo noona-noona ya.”

Done💫 Ps : bisa aja berlanjut di short au lainnya hehe

I Cake You

Rania menatap kalender di depannya. Bukan, lebih tepatnya menatap sengit kalender tersebut, tepat pada tulisan 2 september.

Iya, besok ulang tahun pacar tersayangnya yaitu Youngjo dan sialnya, Rania sama sekali tidak punya ide harus memberikan hadiah apa. Karena tidak mungkin dan tidak perlu rasanya memberikan kado pakaian mengingat Youngjo sendiri punya 1 kamar khusus untuk pakaiannya sendiri.

Informasi berharga hasil menyogok Seoho menggunakan cilor.

Ujung-ujungnya Rania akhirnya merebahkan dirinya dan menonton youtube. Baru saja akan mencari video mukbang sebuah video lewat di rekomendasi youtubenya.

Dan Rania tau harus memberikan kado apa.

Esoknya...

“Tepungnya yang mana ya?” Gumam Rania sambil berjongkok di depan rak penuh dengan beragam tepung.

“Tepung cek, susu cair cek, telur cek, oh, baking powder belum. Kenapa banyak sih bahannya,” dumelnya namun tetap dibeli juga akhirnya.

Iya, Rania akhirnya memutuskan membuat kue untuk ulang tahun Youngjo. Ntah dia kesambet apaan padahal di apart aja kerjannya gopud grebpud. Dapur kesentuh untuk nanak nasi, goreng makanan beku modelan nugget, sosis atau goreng telur, dan bikin mie instan.

Intinya Rania gak jago masak tapi nekat bikin kue. “Ya selalu ada yang pertama buat semuanya,” pikirnya saat kepikiran hal tersebut. Jadi menggunakan kekuatan resep di internet dan nekat, Rania akhirnya membuat kue tersebut.

“Tunggu baking powdernya banyak atau dikit?”

Sekarang Rania sudah balik ke apart dan membuat kue. Baru awal-awal cewek tersebut sudah struggle dengan ini itu ini itu.

“Oke tinggal kita tuang adonannya,” ia menuangkan adoanan ke loyang, meratakan sedikit dan akhirnya memasukkan ke oven.

Rania mengambil hpnya dan menghubungi si pujaan hati.

“Ya Ran? Kenapa?”

“Kakak sibuk gak?”

“Gak kok, cuma lagi ngecek proposal. Kenapa emang?”

“Anu, mau ngasih sesuatu tapi kakak ke apart gue eh aku, bisa gak?”

Rania mendengar Youngjo tertawa di seberang. Memang Rania masih kaku manggil Youngjo dengan aku-kamu karena keseringan manggil gue-lo dari jaman belum pacaran.

“Yaudah nanti aku kesana,”

“Oke, see you soon,”

“Iya sayang.” Dan panggilan pun terputus.

Ting!

Rania yang sedang nonton serial neflix langsung bangun, mengambil sarung tangan untuk oven dan membuka oven.

“YAHHHHHHH!”

Ting tong!

Klik

Youngjo tersenyum sambil menunjukkan tentengannya. “Tadi aku mampir ke minimarket beli banana milk kesukaan kamu,” katanya.

“Wah maacih, ayuk kak masuk dulu. Itu sepatunya copot dulu.”

Youngjo mencopot sepatunya dan berjalan masuk. Di meja makan mini sudah terdapat kue.

“Kamu beli?”

“Iya,”

Lebih tepatnya, Rania terpaksa beli karena malu. Pertama, kuenya ya benar gosong atasnya. Kedua, Rania terlalu ceroboh saat akan mengeluarkan kue dari loyang sehingga kuenya rusak. Ketiga kuenya bantet. Jadi ya, Rania gak pede.

Jadi sebelum Youngjo datang ia buru-buru ke mall yang di seberang apart demi membeli kue baru.

Mereka asyik memakan kue sambil bercengkrama seperti Youngjo bercerita bagaimana anak kosan memberikan surprise.

“Hampir aja aku disiram air pel sama mereka,”

“Tandanya mereka sayang sama lo,”

“Ran,”

“Maap kebiasaan hehe.”

Mereka menghabiskan kue tersebut sambil meneruskan cerita Youngjo. Rania tidak pernah ke kosan Youngjo, kalo kata Youngjo, “nyesel kamu kenal sama anak kosan,”

Ya... iya sih Rania agak nyesel kenal sama Seoho tapi tanpa Seoho mana tau dia kalo Youngjo punya kamar khusus bajunya dia doang.

“Ran, minuman tadi kamu taro mana?”

“Di kulkas kak,” jawab Rania sambil mencuci piring sisa mereka makan.

Youngjo membuka kulkas untuk mengambil minuman namun piring di belakang minuman mengalihkan perhatiannya.

“Ran?”

“Hm?”

“Kamu bikin kue?” Deg. Rania langsung terdiam dan benar saja, saat dia melihat ke belakang Youngjo sudah menaruh piring berisi kue ntah jadi-jadian di atas meja.

“Pertanyaan aku gak di jawab,” kata Youngjo. Rania menghela nafas sesaat sebelum menjelaskan.

“Tadinya gue sok ngide bikin kue biar spesial aja. Tapi malah gosong atasnya terus itu rusak gegara gue kekencengan pas ngeluarin.”

Youngjo hanya diam dan kemudian berjalan ke konter, dan mengambil pisau.

“Eh mau ngapain lo?”

“Motong bagian yang gosong, nih liat ya,” Youngjo memotong bagian yang gosong sehingga bagian yang matang sempurna terlihat sekarang.

“Aku cobain ya,”

“EH JANG_” telat, Youngjo udah menyuapkan kue tersebut ke mulutnya. Youngjo terdiam sesaat. Matanya sedikit terbelak.

“Kak? Gak enak? Asin? Mau muntah? Kak jangan diem__ mm,” kalimat tersebut terhenti karena Youngjo langsung menyuapkan kue tersebut kepada Rania.

Rania terdiam, kaget. “LAH ENAK?”

Youngjo tertawa mendengar perkataan Rania. “Emang enak, makanya aku pas nyobain kaget loh. Bentuknya emang gak meyakinkan tapi ternyata rasanya gak kalah kok sama kue yang kamu beli.”

Gak usah ditanya reaksi Rania, udah blushing anaknya dipuji Youngjo.

“Makasih loh udah mau usaha bikinin kue. Aku bawa pulang ya, biar anak kosan nyobain juga,”

“KAK JANGAN AH, MALUU,”

End~ – Happy birthday to Kim Youngjo🐱💕

Biasanya disebut kosan pelangi. Warnya padahal biru tua, disebut pelangi karena letaknya di jalan pelangi.

Tidak begitu jauh dari gerbang pertama universitas bela negara. Walaupun kalo jalan dari kampus ke kosan lumayan juga sih pegelnya.

Kosan ini dibagi 3 bangunan. 2 bangunan saling berhadapan dan 1 bangunan di ujungnya. Bangunan biru tua dengan no 1 dihuni 2 orang wanita yang juga merupakan pemilik kosan. Bangunan biru no 2 dihuni oleh sekumpulan anak band. Bangunan biru no 3 dihuni oleh sisanya, 5 mahasiswa dan 1 murid sma.

Dan ini kisah tentang penghuni bangunan biru no 3.

🌙

Youngjo memarkirkan motornya di parkiran kosan, kemudian menenteng belanjaannya.

Ia membuka pintu dan menemukan Hwanwoong tengkurep di atas karpet dekat tv. “Woong,” Youngjo menyenggol kaki Hwanwoong.

“Hm?” Masih idup ternyata.

“Lo ngapain?”

Hwanwoong mendongak melihat ke arah Youngjo, “capek. Tadi abis latihan buat pembukaan pensi sama Changmin.”

  1. Salah Paham (lagi)

Eji buru-buru merapikan tasnya dan keluar kelas. Rapat proker radio tahun ini akan dimulai dalam waktu 20 menit di lab radio. Eji menyempatkan diri ke kantin membeli minuman untuk teman-temannya.

Baru saja ia mau berbelok, ia mendengar nama abangnya yang paling bucin sedunia disebut.

“Irwan suka sama lo?”

Eji bersembunyi di balik tembok, sambil bersandar. Berpura-pura tidak terlihat seperti menguping pembicaraan 2 mahasiswi tersebut.

“Iya! Kemarin dia nganterin gue sampai ke kosan. Bahkan barang-barang gue dibawa sama dia.”

“Serius Nay? Bisa aja loh dia emang cuma sekedar baik aja,”

“Kalo baik buat apa rambut gue diusak-usak sama dia? Lagian ya sebelumnya dia juga kek tiba-tiba ngelap pipi gua, katanya ada kotorannya!”

“Owh, iya sih bisa jadi dia suka sama lo.”

“BA!”

“ANJING!” Eji langsung memegang dadanya dan menatap Johan yang tertawa melihat reaksi Eji. Untung saja kedua mahasiswi itu sudah berjalan menjauh.

Setidaknya Eji tidak ketahuan menguping.

“Hayoo, ngapain lu? Nguping ya?” Eji menatap Johan kesal sebelum menjawab pertanyaannya.

“Iya. Gue kepo tadi ada yang bawa-bawa nama bang Irwan.”

Johan menaikkan sebelah alisnya, “si bucin kenapa lagi emang?”

“Kayaknya gak sengaja bikin anak orang baper.”

“Yah, goblog.”

🌻🌻💫

  1. Irwan dan Intan

“Bu batagornya tiga, satu enggak pedas.”

Setelah menyebut pesanannya, Intan menunggu sambil membalas beberapa chat yang masuk.

“Bu batagornya satu ya.”

Intan langsung menengok ke sebelahnya, mendapati Irwan tersenyum ke arahnya.

“Hai.”

Intan memilih fokus kepada hpnya.

“Tumben. Biasanya kalo ada gue lo langsung menghindar seakan gue virus,” kata Irwan diakhiri dengan tawa.

Intan memilih diam, sok sibuk dengan hpnya. Aslinya dia sih udah deg deg an harus berhadapan dengan Irwan.

Cinta pertamanya yang sangat bittersweet.

“Lo masih aktif ya?” Irwan menatap Intan, kaget.

“Lo ngomong sama gue?” Tanya Irwan untuk memastikan.

“Ya, yang ada di deket gue kan elo. Tinggal jawab aja sih.”

“Iya masih aktif. Lo sendiri?”

“Masih. Pers ada rencana bakal ikut turun pas demo nanti.”

“I know, Tiyan ngasih tau gue tadi pagi. Katanya ajak anak-anak yang siap turun aja. Tau sendiri kan pasti banyak yang kayak padahal gak siap turun, malah turun. Justru ngerepotin yang ada.”

“Iya.”

“Hao turun ya?” Intan menjawab dengan anggukan.

“Banyak anak kosan yang turun. Hao, gue, Arkan, Milo, Wonwoo, Johan, Joshua. Itu aja sih sisanya enggak.”

“Adek lo kenapa gak ikut turun?”

Sisa perbincangan dihabiskan dengan basa-basi. Ya setidaknya, ada kemajuan dalam hubungan mereka.

Walaupun keduanya masih tidak jujur dengan perasaan masing-masing. Tapi setidaknya, mari kita mulai awal yang baik ini dengan basa-basi singkat.

🌻🌻💫

  1. Moment

“Won, kok lampunya mati?” Tanya Hoshi begitu mereka sampai di depan pagar kosan.

“Coba lo masuk dulu deh, gue mau parkir motor dulu.” Hoshi turun dari motor dan membuka pintu.

Hening.

“Won, kayaknya kita ditinggal pergi deh, ini sepi banget. Sepi, gelap lagi tapi gak dikunci.”

Hoshi melangkah menuju ruang tengah.

Klik

“HPBD BRO!!!”

Hoshi? Dia sudah cengo memandang 11 sahabatnya yang tersenyum dan tumpukan kotak pizza di meja makan.

“Hah?”

“Udah gue duga emang lo gampang banget diboongin.” kata Eji yang mengundang tawa yang lain.

“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthda happy birthday happy birthday to you~”

Hoshi menatap Wonwoo yang baru saja masuk, “apa? Gue jago kan aktingnya?”

“Perasaan yang main drama musikal gue, bukan bang Wonwoo,” kata Dika.

“Ini rencana lo semua?” Tanya Hoshi yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

“Bukan.”

“Terus... ide siapa?”

“Permisi,” Hoshi menengok ke arah pintu dan mendapati Anggi, Ibu dan Bapak yang masuk. Anggi langsung berlari memeluk abangnya.

“Hbd abang jelek,”

Setelah Anggi, gantian ibu memeluk Hoshi, “maaf ya nak, kita cuma ikutin rencana dia. Katanya, jangan bales chat kamu dulu,”

“Permisi,”

Hoshi membeku sesaat. Suara itu...

Dress coklat bunga-bunga, tas sling bag dan tangan menopang kue bergambar Harimau.

“Happy birthday.” Kata Jihan sambil tersenyum.

“Ini semua... ide kamu?” Jihan mengangguk yang membuat Hoshi terdiam.

“Tiup dulu lilinnya atuh,”

Hoshi memejamkan mata dan kemudian meniup lilin. Diikuti dengan sorakan dan tepuk tangan.

🐯💫

“Kok kamu kepikiran ide kayak gini sih?” Tanya Hoshi. Sekarang mereka berdua sedang duduk di halaman belakang kosan yang dekat kolam ikan, sementara yang lain sudah sibuk memakan pizza.

“Ya aku mikir, mau bikin sesuatu yang bakal gak akan kamu lupain,” kata Jihan sambil menunjukkan cengirannya.

“Tapi maaf bikin kamu sempet kecewa tadi.”

“Gapapa kok.”

“Ih kita lama gak ketemu kok pipi kamu makin chubby sih,” omel Jihan sambil mencubit pipi pacarnya itu.

“Ji, udah jangan dicubitin,” keduanya tertawa. Tangan Jihan masih menangkup pipi Hoshi. Jihan dapat merasakan hembusan nafas Hoshi mendekat...

“ISTIGFAR BANG HOSHI INI ADA EMAK BAPAK LO!” Ini teriakan Arkan.

“CIPOKANNYA PAUSE DULU DONG!” Kalo yang ini Dika.

“INI PIZZA KITA HABISIN LOH!” Dan ini Anggi.

Hoshi hanya terkekeh mendengar teriakan tersebut, dan kemudian berdiri. “Yang tadi simpen buat kapan-kapan ya,”

Jihan mencubit pinggang Hoshi dan langsung masuk ke dalam. Meninggalkan bocah yang berulang tahun memanyunkan bibirnya.

🐯Fin💫

Kejutan memang tidak selalu diawali dengan indah. Namun, momen yang tersimpan di dalamnya akan sangat berharga.

Happy Hoshi day🥰💕