Cloudysun

Hari ini adalah hari rutinan rapat bph mereka. Karena mereka sedang mengerjakan project ulang tahun himpunan, maka hari ini rapat dikhususkan untuk membicarakan hal itu.

Hari ini benar benar hari yang berat bagi haikal dan kina, mereka hari ini sekelas, tapi tidak saling bertegur sapa satu sama lain.

Bahkan, kina menghindar dari haikal disaat haikal mendekat ke dirinya.

Seperti biasa, mereka rapat di sekret, duduk sesuai dengan divisinya masing-masing. Hal itu juga membuat kina semakin sebal karena ngeliat lila malah nempel-nempel sama haikal.

—— Setelah rapatnya dimulai dan penyampaian dari beberapa divisi, tibalah saatnya penyampaian divisi haikal dan lila yaitu divisi acara.

“Oke, selamat malam semuanya, disini gue sama haikal mau nyampein tentang progress divisi acara.” Ucap lila

“Jadi, hari ini kita mau nyampein buat guest starnya, disini kan kita ada ngadain seminar gitu kan, nah rencananya gue sama haikal mau ngundang influencer nih.”

“Cuma ya budgetnya lumayan sih, tapi dia cocok banget buat ngisi acara kita.”

Kina sebagai bendahara pelaksana dari kegiatan ini kemudian menoleh menatap lila, diikuti dengan dia yang ikut ditatap haikal.

“berapa emang budgetnya?” Tanya Kina.

“Sekitaran 8 jutaan sih udah include semua ya, bisalah ya.” Ucap lila santai

Renjun, jaemin, jeno, arin dan ryu yang tadi hanya diam langsung membelalakkan matanya saat mendengar fee dari influencer yang akan mengisi acara mereka.

“Hah? 8 juta? Duit dari mana lil? Anggaran yang di acc aja cuma 10 juta, gimana bisa lo cuma mau ngundang 1 influencer dengan biaya segitu? Terus yang lainnya pake apa? Daun?” Tanya kina

“Ya bisa lah kin, nah apa gunanya divisi danus buat nyari uang, pokoknya gue sama haikal udah fix sih mau itu soalnya udah cocok banget sama konsepnya.”

Kina kembali membelalakkan matanya, bagaimana bisa mereka sudah memfix-kan semua tanpa memberitahu yang lainnya?

“Lo gila ya? Dikira nyari duit dari danus itu gampang?”

“Kok lo ngatain gue gila sih?ya kan bener? Buat apa dari dulu diciptain divisi danus kalo ngga bisa nyari duit?” teriak lila, yang mulai meninggikan suaranya.

“Ya biasa aja dong gausah ngegas, yaudah sekarang lo gantiin itu anak danus jualan biar bisa terpenuhi ekspetasi lo.” Jawab Kina.

Suasana makin memanas, suara teriakan lila dan jawaban balasan dari kina memenuhi ruangan, beberapa dari mereka mencoba menenangkan keduanya.

“Eh kin, harusnya lo sebagai benpel ikut mikirin gimana caranya cari duit, gue sama haikal udah susah susah nyari konsep, nyari pemateri ini itu, lo malah ngatain gue gila, waras lo ngomong gitu?” Tanya lila.

“Ya lo mikir lah gimana, 8 juta lo pikir dikit, terus panggung dll mau pake apa lil, mik—aw!”

Suara kina terpotong saat 1 penghapus papan tulis melayang ke dahinya, ya itu dilempar oleh lila.

Lila yang sudah diambang amarah melemparkan penghapus papan tulis itu kearah kina, berharap agar kina diam dan menerima kalau dia sama haikal sudah susah susah memikirkan itu semua.

“Kina! lo apa apaan sih lil?” Teriak arin dan ryu menghampiri kina yang merintih kesakitan.

“Ya dia sih, banyak nuntut, udah susah susah gue mikirin itu.” Ucap lila tanpa merasa bersalah.

Haikal menatap nanar kina, dia berusaha hendak bangkit, tapi tangannya ditahan oleh lila.

“Lo mau kemana, lo harusnya bela gue sebagai acara, kita udah mikir ini lama kal.” Ucap lila kepada haikal

“Eh berdarah berdarah, ayo temenin gue ke sekret bem, mereka ada p3k kita minta dulu, itu obatin dulu.” Teriak Jeno saat melihat dahi kina sedikit berdarah.

Kina masih berharap haikal akan bangkit dari tempat duduknya dan melihat kondisinya dari dekat.

Namun nyatanya nihil, dia hanya menunduk di tempat duduknya sekarang.

“Ayo kin, kita ke sekret bem, numpang obatin luka lo dulu.” Ajak Jaemin.

“Gausah, gue pulang aja, kepala gue pusing.” Ucap Kina

“Yaudah kita anter ya?” tanya jeno ke kina.

“gue aja yang an—“

“Haikal, rapat kita belom selesai! Lo disini, sama gue.” Ucap Lila menahan hakal agar tidak pergi mengantar kina.

Hari ini adalah hari rutinan rapat bph mereka. Karena mereka sedang mengerjakan project ulang tahun himpunan, maka hari ini rapat dikhususkan untuk membicarakan hal itu.

Hari ini benar benar hari yang berat bagi haikal dan kina, mereka hari ini sekelas, tapi tidak saling bertegur sapa satu sama lain.

Bahkan, kina menghindar dari haikal disaat haikal mendekat ke dirinya.

Seperti biasa, mereka rapat di sekret, duduk sesuai dengan divisinya masing-masing. Hal itu juga membuat kina semakin sebal karena ngeliat lila malah nempel-nempel sama haikal.

—— Setelah rapatnya dimulai dan penyampaian dari beberapa divisi, tibalah saatnya penyampaian divisi haikal dan lila yaitu divisi acara.

“Oke, selamat malam semuanya, disini gue sama haikal mau nyampein tentang progress divisi acara.” Ucap lila

“Jadi, hari ini kita mau nyampein buat guest starnya, disini kan kita ada ngadain seminar gitu kan, nah rencananya gue sama haikal mau ngundang influencer nih.”

“Cuma ya budgetnya lumayan sih, tapi dia cocok banget buat ngisi acara kita.”

Kina sebagai bendahara pelaksana dari kegiatan ini kemudian menoleh menatap lila, diikuti dengan dia yang ikut ditatap haikal.

“berapa emang budgetnya?” Tanya Kina.

“Sekitaran 8 jutaan sih udah include semua ya, bisalah ya.” Ucap lila santai

Renjun, jaemin, jeno, arin dan ryu yang tadi hanya diam langsung membelalakkan matanya saat mendengar fee dari influencer yang akan mengisi acara mereka.

“Hah? 8 juta? Duit dari mana lil? Anggaran yang di acc aja cuma 10 juta, gimana bisa lo cuma mau ngundang 1 influencer dengan biaya segitu? Terus yang lainnya pake apa? Daun?” Tanya kina

“Ya bisa lah kin, nah apa gunanya divisi danus buat nyari uang, pokoknya gue sama haikal udah fix sih mau itu soalnya udah cocok banget sama konsepnya.”

Kina kembali membelalakkan matanya, bagaimana bisa mereka sudah memfix-kan semua tanpa memberitahu yang lainnya?

“Lo gila ya? Dikira nyari duit dari danus itu gampang?”

“Kok lo ngatain gue gila sih?ya kan bener? Buat apa dari dulu diciptain divisi danus kalo ngga bisa nyari duit?” teriak lila, yang mulai meninggikan suaranya.

“Ya biasa aja dong gausah ngegas, yaudah sekarang lo gantiin itu anak danus jualan biar bisa terpenuhi ekspetasi lo.” Jawab Kina.

Suasana makin memanas, suara teriakan lila dan jawaban balasan dari kina memenuhi ruangan, beberapa dari mereka mencoba menenangkan keduanya.

“Eh kin, harusnya lo sebagai benpel ikut mikirin gimana caranya cari duit, gue sama haikal udah susah susah nyari konsep, nyari pemateri ini itu, lo malah ngatain gue gila, waras lo ngomong gitu?” Tanya lila.

“Ya lo mikir lah gimana, 8 juta lo pikir dikit, terus panggung dll mau pake apa lil, mik—aw!”

Suara kina terpotong saat 1 penghapus papan tulis melayang ke dahinya, ya itu dilempar oleh lila.

Lila yang sudah diambang amarah melemparkan penghapus papan tulis itu kearah kina, berharap agar kina diam dan menerima kalau dia sama haikal sudah susah susah memikirkan itu semua.

“Kina! lo apa apaan sih lil?” Teriak arin dan ryu menghampiri kina yang merintih kesakitan.

“Ya dia sih, banyak nuntut, udah susah susah gue mikirin itu.” Ucap lila tanpa merasa bersalah.

Haikal menatap nanar kina, dia berusaha hendak bangkit, tapi tangannya ditahan oleh lila.

“Lo mau kemana, lo harusnya bela gue sebagai acara, kita udah mikir ini lama kal.” Ucap lila kepada haikal

“Eh berdarah berdarah, ayo temenin gue ke sekret bem, mereka ada p3k kita minta dulu, itu obatin dulu.” Teriak Jeno saat melihat dahi kina sedikit berdarah.

Kina masih berharap haikal akan bangkit dari tempat duduknya dan melihat kondisinya dari dekat.

Namun nyatanya nihil, dia hanya menunduk di tempat duduknya sekarang.

“Ayo kin, kita ke sekret bem, numpang obatin luka lo dulu.” Ajak Jaemin.

“Gausah, gue pulang aja, kepala gue pusing.” Ucap Kina

“Yaudah kita anter ya?” tanya jeno ke kina.

“gue aja yang an—“

“Haikal, rapat kita belom selesai! Lo disini, sama gue.” Ucap Lila menahan hakal agar tidak pergi mengantar kina.

Pukul 15.00. Arin, Ryu, dan Kina berangkat dari kosannya menuju ke kampus untuk rapat sesuai dengan perintah kahim yang terhomat.

Tidak lupa, kina si bucin yang masih merahasiakan hubungannya ini mengabarkan haikal kalo dia sudah berangkat menuju kampus. Tapi belum ada balasan.

“ah mungkin lagi mandi” pikir Kina.

—— Setelah menempuh waktu 15 menit, mereka sampai di sekret tempat mereka rapat hari ini.

Sebenernya jarak ke kosan sama ke kampus tuh paling lama 5 menit, tapi Mereka bertiga melipir dulu ke daerah jajanan. Katanya buat amunisi kalo renjun ngomelnya lama HAHAHA.

Setelah sampai disana, suasana langsung gelap, sebenernya tadi juga gelap, cuma setelah sampai dikampus makin gelap, tanda-tanda mau hujan kayanya.

Mereka langsung bergegas menuju sekret yang berada di lantai 2.

“Eh putri-putri kodok udah dateng, kok cuma bertiga? Kan putri kodoknya pasukan ada 4?” Ucap Jaemin sesaat mereka bertiga memasuki sekret.

“Kan beda kosan sih.” Jawab Arin.

Di sekret, hanya ada Mereka bertiga dengan jaemin seta renjun.

“Yang lain mana deh?” Tanya Ryu

“Jeno izin telat, haikal tadi kayanya dikosan udah gaada, lila gatau deh gaada ngabarin gue, pada otw kali.” Ucap Renjun

“Haikal udah berangkat?” Tanya Kina

“Iya tadi gue berangkat udah gaada. padahal gue mau nebeng. Coba chat dah partner lo kin, tanyain dimana, telat beli makan gitu.”

Kina mengangguk pelan, sebenernya dia chat daritadi juga belom dibales, sekarang perasaannya cemas cemas takut, itu pacarnya berangkat kemana??

——— Setelah menunggu beberapa menit, hujan tiba-tiba turun, membuat Kina semakin khawatir tentang keberadaan haikal yang ntah dimana.

“Anjir deres banget, itu orang orang gimana kesininya?” Tanya Jaemin.

“Apa mulai aja ya? Toh udah ada perwakilan departemen juga, takutnya kalo nungguin yang lain ke maleman.” Tanya Renjun balik.

Akhirnya, setelah disetujui yang lainnya mereka memulai rapat terlebih dahulu.

10 menit 15 menit 20 menit, rapat berlalu, tapi belum ada tanda-tanda haikal muncul. bukannya malah fokus rapat, dia malah sibuk ngintipin hp nya mulu, mastiin ada balasan dari haikal atau engga.

“—kin” “—kinaaa!” Teriak Ryu menyadarkan temannya yang melamun itu.

“Ah iya—sorry sorry kenapa kenapa? Departemen gue ama—“

“Bukan itu, lo kenapa deh? Daritadi kita liat ngelamun aja?” Tanya Jaemin.

“Ngga ngga, gue gapapa, lanjutin lanjutin.”

—— Hujan semakin deras, petir pun seakan bersaut sautan. Membuat suasana semakin mencekam, mencekam karena petir ya.

“Jadi—“

Suara Renjun terpotong tatkala seseorang membuka pintu sekret dengan tampilan rambut lepeknya dan baju yang lumayan basah.

“—sorry deres banget.”

Dia haikal. Orang yang paling kina khawatirin saat ini, sesaat haikal muncul, senyum langsung terukir diwajah kina. Walaupun lubuk hatinya khawatir kalo haikal bakalan sakit karena hujan-hujanan.

“Dari mana aja lo kal? Sendirian lo?” Tanya Renjun

“—Ah, itu—“ ucapan haikal terpotong disaat seseorang muncul dengan keadaan sama basahnya dengan haikal.

“—eh Kal, ini jaketnya aku pinjem dulu ya soalnya baju aku basah.” Ucap seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Lila.

Sore itu, senyum yang awalnya terukir di bibir kina saat melihat haikal datang, kembali runtuh saat melihat lila muncul dibelakang haikal.

”kamu yang turun atau aku yang nyamperin kamu ke kamar.”

Satu bubble chat dari haikal membuat kina mau tidak mau harus menemui pacarnya tersebut. Kina kemudian mengambil hoodienya, kemudian dengan malas menuruni tangga kosannya untuk menemui sang pacar yang membuat ia kesal hari ini.

Saat pintu dibuka, haikal yang masih berada diatas motor langsung menoleh dan memasang senyum manisnya.

Ah kalo kaya gini kina gak bisa nahan senyum, karena semanis itu gula aja kalah.

Gak, becanda becanda.

“Ngapain sih kesini, pulang aja sana.” Ucap Kina yang masih berdiri didepan pintu, jauh dari haikal.

“Kok disitu sih, kesinian deh.”

“Gak, kamu pulang aja. Aku lagi males ketemu orang.”

Haikal hanya tersenyum, walaupun dia sadar disini kina sedang marah karena haikal melanggar janjinya.

“Tapi aku maunya ketemu kamu.” Ucap haikal yang kemudian turun dari motornya dan masuk menghampiri kina.

“Jangan ngedeket ih.”

“Loh kenapa?”

“Aku gamau ketemu kamu, sana pulang pulang.”

“Kamu ngambek ya?” Kamu ngambek ya?” Ucap haikal sambil meraih pipi chubby kina.

“Gak. Jangan pegang pegang” ucap kina langsung melepaskan tangan haikal dari pipinya.

Tapi bukan haikal kalo menyerah begitu saja, dia langsung menarik tubuh kina ke pelukannya, erat, sangat erat.

“Ekal lepasin!!”

“Gamau.”

“Lepas”

“Gamau, diem gini, aku gabakal lepasin sampe kamu maafin aku.”

Kina terdiam, dia tidak ingin berdebat, karena bedebat dengan ekal dia pasti akan kalah.

“Lepasin gak?! Nanti aku maafin kalo dilepas.”

“Bener ya?” tanya haikal dan mendapat anggukan dari kina, saat itu juga pelukan erat yang bikin sesak nafas terlepas

“Dah sana pulang.”

“Loh aku bukannya minta diusir. Katanya mau maafin.”

“Maafinnya ntar ntar aja, kamu ngelanggar janji, kamu malah pergi kesana sama lila, padahal janji kamu mau pergi kesana bareng aku, maaf kalo aku egois tapi aku gak suka kalo kamu ngelanggar janji begitu, nanti jadi kebiasaan ek—“

Haikal kembali memeluk kina, kali ini bukan pelukan erat, tapi pelukan lembut yang seakan akan menyatakan kalo dia beneran minta maaf.

“Maafin..maafin, gak ngulang lagi, aku beneran udah minta pulang, tapi si lila minta makan, bukan aku yang ngajak dia kesana tapi kebetulan kita didaerah situ dan dia nunjuk tempat itu—-“

Kina terdiam, dia kemudian membalas pelukan haikal dengan lembut, walaupun dari lubuk hatinya dia sakit hati, tapi dia percaya haikal tidak akan mengulanginya lagi.

“Iyaudah sana pulang.”

“Dimaafin gak?”

“Iya.” “Bener?” Tanya haikal lagi, kina kemudian melepaskan pelukan itu dan kemudian memegang pipi haikal.

“Iya ih, udah sana.”

Haikal kemudian langsung menorehkan senyum, kemudian merapihkan rambut kina, malam itu keduanya berusaha mengikis jarak diantara mereka.

Haikal mendekatkan wajahnya ke wajah kina, kina yang sudah merasakan hal tersebut kemudian berusaha menutup matanya.

Jarak mereka semakin lama semakin dekat....hingga...

“Jen, makasih udah dianter—LOH HAIKAL KINA? NGAPAIN LO BERDUA?” Teriak Arin yang ternyata baru saja pulang dari rapatnya dengan jeno.

Kina langsung mendorong tubuh haikal menjauh dirinya. Haikal pun langsung bersiap pamit pulang setelah terciduk dan berusaha mencari seribu alasan untuk menjelaskan keadaan malam itu.

“Eh gue pulang dulu kin, rin, jen, bye assalamualaikum.” Ucap haikal

Malam ini, kina yakin, dirinya akan diteror ribuan pertanyaan jika dirinya tidak dengan cepat berlari ke dalam kamarnya.

”lo bisa” ”lo bisa milikin gue

2 bubble chat terakhir dari haikal sukses membuat kina berteriak kaget.

Membuat kedua temannya yang kebetulan satu tempat dengan kina berlari kedalam kamar kina.

“KINA BUKAAA LO KENAPA.”

“KINAAA.” Teriak ryu dan arin.

Kina yang mendengar itu langsung menutup mulutnya dan berlari menuju pintu.

“Kin lo kenapa?”

“Kin lo ngga kenapa napa kan?”

Kina hanya nyengir didepan pintu, tanpa menjawab pertanyaan dari temennya.

“Lo ngga bisa ngomong?” Tanya Ryu

“Gue gapapa, udah sana balik balik ke kamar.” Usir Kina terhadap teman-temannya.

——— Setelah teman temannya keluar, kina masih dalam keadaan salah tingkah, dia benar bentar tidak berhenti melihat bubble chat haikal yang belum dia bales sama sekali.

Sambil berguling guling dikasur, dia tak berhenti mengukir senyum, sampai akhirnya dia mendapatkan pesan dari mbak pemilik kost nya untuk turun kebawah, karena katanya ada yang nyariin dia.

Hal itu tentunya Membuat kina kesal dan harus kembali beranjak dari tempat tidurnya untuk berjalan ke pagar depan.

“Siapaa sih ganggu banget orang lagi berbunga—“

Sesaat setelah kina membuka pintu depan kosannya, dia kembali berteriak saat melihat siapa yang ada disana.

“Kin—“

Siapa yang tidak kaget, jika orang yang membuat lo berbunga bunga ada didepan lo sekarang. Iya, haikal dengan kaos putihnya serta jaket kulitnya yang ada berdiri didepan pintu saat ini.

“AAAA HAIKAL NGAPAIN?” Tanya Kina kemudian bersiap untuk berlari masuk kedalam.

Namun, bukan haikal kalau tidak kalah sigap menarik tangan kina saat itu, sehingga saat itu posisinya mereka saling berhadapan satu sama lain.

“Kin, jadi pacar gue yuk?”

5 kata itu sukses membuat kina mematung ditempatnya.

“HAH?” Ucap kina secara tak sadar

“Iya jadi pacar gue, lo sama gue jadian, mau ya?”

Sesuai jadwalnya, hari ini mereka berkumpul di cafe yang sudah dibooking oleh haikal dan kina semalam.

Walaupun kejadian setelah booking cafe kurang mengenakkan, tapi sudah terlanjur menetapkan jadwal mereka harus tetap profesional.

“Lah teh kina kok naik gojek? A haikal mana?” Tanya salah satu staff mereka yang sudah sampai ditempat melihat kina membayar gojeknya.

“tau deh coba chat aja tanyain dia dimana.” ucap kina santai.

“udah jangan diganggu win, lagi mode senggol bacok kalo ngomongin a ekal.” jawab sungchan atas pertanyaan tersebut.

Tak berapa lama, haikal dengan motornya tiba ditempat, disusul dengan beberapa staff lain. Suasana seperti biasa, kina yang sibuk mengobrol dengan staff staff serta kadivnya. Tapi tak biasa bagi staff dan kadivnya melihat haikal dan kina diem dieman.

“teh kina sama a haikal ngomong dong, kaya orang pacaran lagi ngambekan aja. Atau jangan jangan udah pacaran?” Celetuk salah satu staff mereka

“Apaan engga kok!” Ucap kina dan haikal serempak, sukses membuat anak anaknya sibuk mengejek mereka.

———- Setelah pembahasan rapat departemen selesai, malam itu ditutup dengan suasana riang gembira, walaupun ada 2 manusia yang hatinya gundah gulana gelisah.

Setelah mereka mengumpulkan uang untuk membayar, mereka pun bergegas untuk pulang, ada yang sibuk memesan gojek, sibuk meminta tebengan, tak terkecuali kina.

“Sungchan, nebeng gue.” Ucap kina, membuat haikal menoleh.

“kaga ah, gak searah.” Jawab sungchan

“dosa lo gak mau nebengin sekde—“

“Sama gue aja kin.” Potong haikal.

“Noh sama a haikal aja, dah ya babay teteh, babay a, kita duluan ya.” Ucap anak anak itu berbarengan sambil meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri mematung saling berhadapan.

“Maaf.” Satu kata yang keluar dari mulut haikal.

“Ngapain minta maaf sih? Udah ayo gue mau pulang.” Ucap kina hendak meninggalkan tempat itu.

Namun dengan cepat tangannya ditarik oleh haikal.

“Maaf udah ninggalin lo lama, lila baru putus sama pacarnya kemarin, dia nangis didepan gue, gak mungkin kan gue ninggalin dia sendirian malem itu? Tapi gue ngaku gue salah gak ngabarin lo dulu dan buat lo nunggu disana sendirian. maafin gue ya kin?”

Kina hanya diam, dia merasa dirinya egois malam itu.

“Jawab dulu, baru gue anterin lo pulang.”

“Iya gue maafin, udah ayo cepet pulang.” Ucap kina.

Haikal langsung tersenyum mendengar jawaban kalau ia dimaafkan.

“Kin...”

“Apalagi sih lo mau diem disi—“

Haika mendekatkan tubuhnya ke arah kina, membuat kina harus mundur beberapa langkah.

“Jangan marah marah ya, gue gak bisa liat lo diemin gue, bener deh gak bisa. Lo senyum lebih cantik daripada marah marah.” Ucap haikal sambil menarik ujung bibir kina dengan tangannya untuk tersenyum.

Setelah berkeliling mencari tempat untuk rapat besok, haikal dan kina memutuskan untuk mampir ke angkirangan pinggir jalan.

“disini gapapa?” Tanya haikal sambil memarkirkan motornya di pinggir angkringan.

“Boleh deh, udah laper banget nih gue.”

Suasana angkringan malam itu cukup ramai, ya seperti biasa banyak mahasiswa yang lebih memilih makan diangkringan daripada di restoran mewah. Setelah mencari tempat duduk, mereka bergegas memesan makanan, mereka pun duduk sambil sesekali mengobrol mengenai proker-proker yang bakal mereka jalanin selama 1 tahun nanti.

“lo kalo sakit bilang ya kin, gaada boleh rahasia rahasiaan sama gue selama satu tahun ini. Kalo capek bilang ya kin?” Ucap Haikal

“Iya haikal astaga berapa kali sih gue bilang kalo gue gapapa.”

Haikal hanya mengangguk pahamz

————

Tak berapa lama makanan mereka datang, dengan cepat mereka melahap pesanan tersebut.

Setelah selesai dan kenyang, mereka langsung bersiap untuk membayar dan pulang ke kosan masing-masing.

Namun, saat berjalan ke arah mobil, kina melihat seseorang yang tidak asing sedang duduk ditepi jalan sambil menangis.

“Itu..bukannya lila?” Tanya kina ke haikal.

Haikal menoleh, kemudian mengajak kina untuk menghampiri wanita tersebut. Saat sampai disana, orang yang mereka curigai menoleh kearah mereka

“Lila, ngapain lo disini nangis nangis?” Tanya haikal

“Ah..haikal..kina..ah gue gapapa.”

“Kalo gapapa gak mungkin nangis, lo sendirian?” Tanya kina.

Lila kemudian mulai menangis lagi, ntah apa alasannya kina dan haikal tidak tahu. Karena kina tidak ingin orang orang berspekulasi yang tidak tidak kepada mereka, maka dari itu kina langsung bergegas menyuruh haikal mengantarkan lila pulang.

“Kal, anterin gih.” Ucap kina

“Lah kan gue bawa motor, terus lo?” Tanya haikal

“Anter dulu nanti kesini lagi.”

“Ga ah, masa gue ninggalin lo disini?” Tolak haikal

Kina memasang tatapan yang menyuruh haikal untuk segera mengantarkan lila. Dia tidak apa disini sendirian daripada harus mendapatkan tatapan sinis dari orang-orang yang tidak tahu apa apa.

“Oke, gue anterin, lo tunggu sini. Jangan kemana mana ya kina, diem disini. Ayo lil.” Ucap haikal sambil mengajak lila untuk pergi dari sana.

“Iya jangan lupa jemput gue aja ya.” Jawab kina.

Lila langsung beranjak dari tempat duduknya, kemudian memeluk kina

“Kina, gue pinjem haikalnya dulu ya.”

Kina yang merasa panas langsung melepaskan pelukan tersebut.

“haha apaan dah bahasa lu pinjem pinjem, haikal bukan barang kali, dah sana tuh orangnya udah di motor, hati hati ya.” Ucap kina sambil tersenyum.

Lila mengangguk mengerti.

“makasih ya kin.” Ucapnya kemudian meninggalkan kina dengan tatapan yang ntah kina pun tak tau maksudnya, tapi kina yakin ada yang tidak beres dengan sikap lila malam itu.

“KINA TUNGGU DISITU YA JANGAN KEMANA MANA.” Teriak haikal sesaat sebelum ia pergi bersama lila, malam itu.

Haikal bersenandung di motor sambil menunggu kina yang tidak kunjung datang, beberapa kantong plastik menggantung di motornya, ya apalagi kalo bukan pesan pesanan kina.

Kina dengan hoodie dan celana tidurnya keluar dari pintu kosannya, as always dengan muka bangun tidurnya.

Maklum kecapean abis 2 hari kurang tidur selama diklat.

“Kin, kin cuci muka dulu kek, apa kek.” Celetuk haikal

“Ah sama lo doang, mana sini kal belanjaannya gue bawa masuk dulu.”

“Nih, bayar ya! Lu kabur gue sleding.” Ucap haikal

“Iya elah gue mah anaknya gak suka berhutang, bentar, tunggu sini, jangan pergi.” Balas kina sambil menenteng kantong plastik kedalam kostnya.

“Ya ogah banget gue pergi, lo aja belom ganti uang gue.”

—- Setelah beberapa saat, kina kembali keluar sambil menutup setengah mukanya.

“Kenapa anjir ditutup? Tadi juga gue udh liat muka ileran lo.”

“Nhih..uangnyah..dah sana pulangh.” ucap kina dengan suara yang aneh karena dia menutup setengah wajahnya dari hidung sampe mulut.

Haikal mengangguk dan mulai menaiki motornya kembali, namun anehnya sebelum pulang haikal melirik kina lagi, dan mendapati warna merah di jari kina. Haikal pun menarik tangan Kina yang menutup wajahnya

Alangkah kagetnya haikal saat darah segar mengalir dari hidung kina

“Haikaaaal.” Teriak kina karena kaget.

“Kin..berdarah.” Ucap haikal

“Iya gue tau, makanya gue tutup, udah ah lo pulang sana, makasih ya.” Ucap Kina sambil mengusir haikal dari kosannya

“Kina, lo sakit, ayo ke dokter dulu itu hidung lo berdarah.” Ucap haikal khawatir

“Gue gapapa ekal. Kecapean aja.”

“GAPAPA GIMANA ITU BERDARAH? LO PIKIR BERDARAH ITU GAPAPA HAH?!” Teriak haikal yang membuat kina kaget.

Kina terdiam mematung sesaat setelah haikal berteriak.

“Sorry.” lanjutnya.

Kina menadahkan kepalanya keatas, mencegah darahnya mengalir lebih deras.

“Gu-e, ga-papa, lo pulang aja kal.” Ucap Kina terbata

Bukan mengikuti perintah kina, haikal malah kembali memarkirkan motornya.

“Udah diem, ayo gue anter ke ke kamar lo, tenang gue gak ngapa ngapain, lo istirahat, biar gue bersihin darahnya.”

Setelah perdebatan siapa yang mau ikut selesai, jadilah Kina, haikal, jeno dan lila yang pergi untuk melihat track jurit malam bagi peserta diklat nanti.

Hari itu hujan, membuat mereka harus extra hati-hati dalam menjelajahi track tersebut. Dengan berbekal jas hujan dan sendal gunung mereka melewati track yang lumayan penuh lumpur itu.

Seperti biasa, mereka berjalan berbaris, dengan posisi jeno didepan diikuti kina, lalu lila dan dibelakang haikal.

Yang cowo melindungi yang cewe.

Karena track nya lumayan mencengangkan, alias terlalu banyak lumpur membuat mereka harus extra hati-hati melewatinya

Beberapa kali mereka hrus terhenti karena kaki salah satu dari mereka yang tenggelam dalam lumpur.

Jeno telah melewati itu, kemudian diikuti oleh lila, yang juga ditolong oleh jeno. Selanjutnya adalah Kina yang harus melewati lumpur tersebut.

“Sini pegangan gue kin, ini dalem banget.” Ujar Jeno mengulurkan tangannya ke kina.

Namun, tidak ada angin tidak ada hujan, tangan jeno ditepis oleh haikal yang seakan mau duluan.

“Bentar gue dulu, sini jen tangan lo gamau ulurin tangan lo ke gue?”

Jeno mendecih sebal, yang ditawarin siapa yang dateng siapa.

Setelah haikal berhasil melewati lumpur tersebut, dia kemudian mengulurkan tangannya untuk kina.

“Ayo princess, sini aa haikal bantu.”

“Aa aa palamu.” Sindir jeno.

Haikal dan kina hanya tertawa, sambil memegang tangan haikal erat kina berhasil melewati lumpur yang cukup tebal itu.

“Modus aja lo kal. Suka lo ya sama kina?” Tanya Jeno

Kina yang mendengar itu tiba-tiba langsung tersedak, tersedak angin.

“st, jeno jangan banyak bacot, gue cuma mau menghindari lo diomelin cewe lo aja kalo tau pegang pegangan sama cewe lain, udah ayuk lanjut jalan lanjut jalan.” Jwab haikal mengalihkan.

Setelah selesai kelas, Kina dan Arin yang kebetulan sekelas langsung melipir ke kantin untuk menghampiri teman teman bph yang lainnya. Kebetulan mereka berdua belom makan juga hehe.

Setelah sampai dikantin, suasana kantin cukup ramai, tapi ya ngga rame rame banget sih.

Mereka kemudian mencari dimana bph lainnya, ternyata sudah ada Haikal, renjun dan jaemin. Jangan tanya sisanya kemana, pasti masih kelas karena gak semua mata kuliah kita sekelas.

“Nah ini dia ratu kita datan—ah aduh sakit tau.” Ringis haikal saat tangannya dipukul oleh Kina. Sadis emang.

“Bacot banget, bukan rumah nenek lo ini.” Ucap kina

Setelah mereka memesan, mereka kemudian membahas persiapan untuk diklat yang tinggal 3 hari lagi, setelah itu kina dan haikal memisahkan diri mereka berdua ke samping untuk membahas masalah proker mereka.

“Iya kin, tadi si sungchan ngomong ke gue kalo dari pihak sananya kaya gajelas gitu buat tanggal segitu, akhirnya anak anak harus ngerubah ulang deh konsepan acaranya, enaknya diundur cari tempat baru apa gimana ya?” Tanya haikal, ini mode serius.

Kalo kata kina kalo mode serius haikal makin ganteng.

Ok skip.

“Emang ga masalah kalo diundur terus di lpj tanggalnya nanti gak sesuai?” Tanya kina

“Itu katanya bisa mereka akalin. Menurut lo gimana?”

“Yaudah undur aja deh kalo emang bisa. Kalo lo gimana?” Tanya kina balik

“Okay, gue juga sama sih, kalo mau dipaksa hari itu juga malah nanti kasian, jadi buang uang kalo emang dari sananya gajelas.”

Kina mengangguk paham, kemudian mereka kembali ke tempat semula.

“Oiya kal, ini gue kirim file ke lo ya liatin anggarannya ada yang mau ditam—“

“Kal minjem hp bentar, mau numpang ngepost di instagram himpunan.” Ucap jaemin menarik hp haikal, haikal membiarkan hpnya dikuasai oleh temannya itu, toh untuk kepentingan himpunan.

“Lanjut.” Ucap haikal meminta untuk melanjutkan apa yang dipotong jaemin tadi

“Iya, nanti lo liat ada ga yang mau ditambahin, gue kirim ya.” Ucap kina mendapat anggukan dari haikal.

Belum sampe 1 menit file itu terkirim, jaemin tiba-tiba teriak tanpa alasan

“Aaaa-aduh maap, kepencet.” Ucapnya saat tidak sengaja menekan pesan yang dikirim kina tadi.

Namun, sesuatu yang aneh dilihat jaemin disana. Foto haikal, foto semalem yang haikal kirim ke kina sebelum tidur.

“Eh—bentar, kal, ngapain lo ngirim foto lo mau tidur? Kalian berdua gak pac—“

“ENGGAA!” jawab haikal dan kina dengan kompak.