Cloudysun

Malam itu, dengan sedikit paksaan dari haikal, dan beribu pertanyaan dari teman-temannya akhirnya Kina berhasil keluar untuk menemani haikal makan nasi goreng.

Iya cuma makan nasi goreng, emang gak penting banget ngajak keluar jam 11 malem karena dia laper.

Bodohnya, kina ya mau mau aja.

“Lama banget lo keluar.” Dumel haikal.

“Banyak fans gue didalem nanyain gue mau kemana.”

“Bilang aja mau nemenin orang tampan makan nasi goreng.” Ucapnya, tentunya dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.

“Cih.” Decih Kina saat mendengar itu.

Memang, kalau kalian sudah deket sama haikal, sekeren apapun kalian, akan kalah sama kepercayaan diri seorang haikal.

——— Setelah sampai di tempat nasi goreng tersebut haikal langsung memesan 2 nasi goreng, padahal kina sudah melarangnya. Tapi lagi-lagi alasannya adalah “jadi partner gue gak boleh kurus, mesti sehat.”

Dikata kurus kaga sehat apa ya.

Sambil menunggu nasi gorengnya datang, mereka berdua berbincang, dari membahas hal hal aneh yang tidak masuk akal, kemudian membahas mengenai departemen yang mereka pegang berdua, kemudian membahas pertama kali saat mereka dijadikan sebagai partner.

“Kenapa deh lo mau lanjut bph?” Tanya Haikal

“Gatau, setan gue kayanya yang jawab waktu diajakin renjun gabung.” Jawab Kina

Haikal hanya mengangguk, kemudian menerima nasi goreng yang dioper oleh abangnya dan memberikannya ke Kina.

Kina dan haikal sama sama menikmati nasi goreng itu diselingi becandaan haikal yang sebenernya gak lucu tapi karena pembawaan dia tetep ngebuat kina ketawa.

“Kin bentar deh. Diem bentar aja.” Ucap Haikal kemudian mendekat kearah Kina.

Kina yang mulai merasakan hal yang tidak enak kemudian refleks menutup matanya.

PLAK

Satu pukulan yang lumayan terasa mendarat di jidat

Kina yang kaget kemudian refleks membuka matanya dan menendang kursi haikal.

“Ada nyamuk kin tadi, yaAllah gue mah biarin lo supaya gak digigit nyamuk malah ditendang.”

“Sakit tau.” Dengus Kina

“Ya maap, lagian ngapain juga deh lo nutup mata? Kan gue mau getok jidat lo doang.” Ucap Haikal yang sukses membuat Kina malu 7 turunan.

Sebuah pesan sore itu membuat Ao mau tidak mau harus beranjak dari tempat tidurnya.

Ntah apa yang membuatnya beranjak, tapi sore itu perasaannya mengatakan dia harus mengikuti apa yang dikatakan oleh taeyong.

Ntah perasaan takut, khawatir menjadi satu. Siapa yang tidak takut kalau tiba-tiba kalian dikabarkan untuk bersiap menuju rumah sakit? Bahkan tidak tahu siapa yang akan kalian temui di rumah sakit itu.

“Adek, udah selesai belom? Ini abang nelfon bunda katanya udah dibawah.” Teriak bunda dari luar kamarnya.

“Iya bunda, ini adek keluar jalan kebawah.”

—— Hari itu hujan, membuat suasana menjadi mencekam, tatkala abangnya membawa mobil dengan cukup kencang.

“Abang, gue belom mau mati ya, pelan pelan aja.” Ucap Ao

“Iya gue pelanin.” Ucap Taeyong memperlambat laju mobilnya.

Hujan deras membuat Ao malas untuk melihat jalanan, dia hanya sibuk dengan handphonenya membalas ucapan selamat dari teman-temannya yang lain yang belum sempat terbalaskan.

Setelah menempuh 30 menit perjalanan, tiba-tiba mobil mereka berhenti. Ntah apa alasannya pun Ao tidak tahu.

“Kenapa deh? Udah sampe rumah sakit? Gue gak bisa ngeliat, deres banget ujannya.” Tanya ao yang kurang peduli dengan sekitar.

“Bentar bentar ini kayanya ban gue bermasalah, gue keluar dulu.”

“Gue temenin ya?”

“Ngga usah, deres ini ntar lo sakit, gue aja, gue juga punya payung satu.” Ucap Taeyong yang kemudian bersiap untuk keluar mobil.

Ao yang ditolak untuk membantu taeyong akhirnya memfokuskan lagi pandangannya ke layar handphone.

10 menit. Belum ada tanda tanda mobilnya bener

20 menit, belum juga ada

30 menit, sama sekali belum ada tanda tanda, ao menelfon hp taeyong, tetapi sayang, handphonenya ditinggal di mobil. Membuat ao harus menunggu tanpa ada kejelasan.

Ah sial, kenapa hidupnya selalu dibuat menunggu, menunggu dan menunggu.

Ao yang sudah bosan akhirnya hanya bisa meringkuk kesamping sambil menunggu kedatangan abangnya tersebut, dia hanya sesekali memperhatikan sampai akhirnya bunyi suara orang memasuki mobil terdengar, dan membuat dirinya menoleh sambil mengomel.

“Lama banget deh, lo ganti ban atau buat ban sih? Gila setaun gue nung—“

Ucapannya terhenti, saat melihat siapa yang ada disebelahnya.

Laki-laki dengan rambut hitam dan baju lumayan basah karena air hujan itu sukses membuat ao terperanjat kaget.

dia benar benar tidak menyangka dengan apa yang dia lihat didepannya.

Laki-laki yang paling dia tunggu selama ini.

“Maaf.” Satu kata yang terucap dari mulutnya, suara yang tak pernah Ao dengar selama hampir 1 tahun.

“Reska?” Tanya Ao

“Iya ini gue, maafin gue, ara.” Ucapnya lagi

Ten langsung menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannya, orang yang paling dia rindukan selama ini, orang yang tidak berani dia temui karena masa lalu yang kelam tersebut.

Ao yang masih kaget hanya bisa diam, melamun, tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya merasa bermimpi, apakah semua ini terjadi sungguhan? Atau hanya ilusinya belaka.

“Maafin gue udah ninggalin lo, mutusin lo dengan alasan yang gak jelas, ara, gue takut, gue merasa bersalah atas kejadian masa lalu yang gue perbuat, gue hampir buat lo kehilangan nyawa ra, gue takut gue bakalan ngulangin hal yang sama pas gue tau lo adalah ara...maafin gue.” Ucap Ten disela pelukan eratnya bersama Ao.

Lagi-lagi ao masih terdiam, tidak bisa merespon apapun, tubuhnya kaku.

Ten melepaskan pelukannya, kemudian menangkup pipi Ao ditangannya. Wajah yang sangat dia rindukan. Mata yang sudah berkaca kaca itu semakin membuat Ten merasa senang sekaligus bahagia.

“Kenapa lo gak ceritain semuanya ke gue, reska......kenapa gak lo ceritain dari awal kalau lo tahu semuanya, kenapa lo malah hilang tanpa kabar..” Ucap Ao dengan suara sendu hampir menangis.

“Maafin gue, gue gak siap saat itu ngabarin lo, gue takut lo malah bakalan benci sama gue kalo lo tau gue yang nyebabin lo kecelakaan. Gue terlalu takut sampe gue yang milih buat pergi, tapi gue sadar dengan gue kaya gitu gue gak bakal nyelesaiin masalah.”

Ao yang daritadi menahan tangisnya langsung menumpahkan semua air matanya.

Tapi bukan air mata kecewa, itu Air mata kebahagiaan karena akhirnya setelah sekian lama Ao bisa bertemu dengan Reska lagi.

“Ao lo harus tau, gue masih sayang banget sama lo, bahkan ngejauh dari lo bukan buat gue makin tenang, tapi malah gue benci sama diri gue sendiri ninggalin lo disini sendirian. Maafin gue.” Ucap reska

“Lo gak perlu minta maaf, lo sama sekali gak salah.”

“Ao makasih udah selalu yakin dan nungguin gue, gue sayang banget sama lo.”

“gue juga sayang sam—“

Belum selesai kalimat itu diselesaikan oleh Ao, reska dengan cepat menarik Ao kendekat kearahnya dan mengikis jarak diantara mereka berdua, saling melepas rindu satu sama lain.

“Ara, i love you, and i really do.” Ucap Ten kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya mencium bibir gadis yang ada didepannya.

Dan lagi-lagi, Hujan sore itu menjadi saksi mereka berdua dalam menjalin kisah kasih kehidupan dua anak remaja yang sedang dimabul cinta.

-The End.

Cahaya matahari menelusuk masuk kedalam kamar apartement ao. Hari ini, adalah hari bersejarah bagi dirinya, hari yang penuh kebahagian bagi dirinya setelah sekian lama.

Hari ini pun, dia bisa berkumpul bersama Keluarganya, momen yang tidak pernah dia rasakan cukup lama.

Tidak hanya rasa bahagia yang dia rasakan hari ini, namun rasa takut, Rasa takut akan perjanjian yang di buat oleh Aras waktu itu.

Dia sempat menceritakan tentang hal tersebut ke abangnya, bukan malah mendukung dirinya, abangnya malah membuat dirinya kecewa karena mendukung tindakan aras.

Tapi setelah dipikirkan cukup lama, apa yang Aras lakukan ada benarnya, Ao merasa dirinya tidak boleh berlarut dalam kesedihan, maka hari ini dia bertekad untuk melaksanakan apa yang telah dia sepakati bersama sahabat perempuannya itu, mau gak mau dia harus bisa melupakan orang yang bahkan tidak pernah memikirkan dirinya.

——- Pagi ini, acara wisuda dilaksanakan di salah satu hotel, cukup banyak mahasiswa yang hadir, tentunya ditemani oleh orang tua mereka dan juga pasangan pasangan mereka, bahkan ada yang sudah membawa anak juga.

Acara berlangsung dengan khidmat, satu persatu mahasiswa mahasiswa cumlaude dipanggil, termasuk dirinya. Suara riuh tepuk tangan menyelimuti Ao disaat namanya dipanggil, Ao mengukir senyum walaupun dalam hatinya dia merasa cemas.

dia ada disana kah? kenapa dia gak ada disana? Reska beneran gak bakalan dateng?

Hanya itu yang ada dipikirannya sekarang, tanpa sadar kalau dia sempat melamun ditengah panggung.

“Mbak mari.” Panggil salah satu panitia wisuda pagi itu yang membuat Ao sadar dan langsung berlari kecil menuju bawah panggung.

“Ao selamat”

“Yay akhirnya sarjana”

“Waa temen gue gak nunggu nungguin gue nih wisuda duluan, but selamat yaa!”

“Eh ayo foto foto.”

“Selamat ao semoga gelarnya berkah”

Semua ucapan dan hadiah diterimanya siang itu, dibawah terik matahari yang menyinari kawasan kampus, muka bahagia terpancar dari seluruh wisudawan sekitarnya.

Ditemani dengan teman-teman yang turut berbahagia atas keberhasilanmu adalah hal yang paling membahagiakan.

“Lo senyum gak ikhlas.” Bisik aras

“Ikhlas kok.”

“Dia gak dateng ao, liat ini udah hampir selesai, lo mau sampe sore disini?”

“Dia pasti dateng ras, gue yakin dia pasti dateng.” Ngotot ao, aras yang sudah bodoamat langsung mendecih kesal melihat temannya yang terlalu keras kepala.

- Waktu semakin berjalan, namun yang ditunggu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ao yang daritadi sudah diajak untuk pulang masih menolak dengan alasan “sebentar lagi ada temen adek yang mau datang.”

Namun, nihil Hanya kekecewaan yang dia dapatkan hari ini. Orang yang paling ia nanti di hari bersejarahnya memang sudah tidak peduli dengan dirinya, ntah apa alasannya pun tidak diketahui.

“Ayo pulang.” Ajakan terakhir taeyong yang melihat adiknya menahan nangis.

“Dia—dateng—kan?” Ucap Ao dengan suara sendu.

“Ao, lupain reska. Dia gak bakal dateng.” Ucap Taeyong yang kemudian menarik tangan Ao yang sudah gemetar menuju mobil, untuk balik ke apartement mereka.

Kali ini, mungkin benar, gak selama yang kita harapkan harus terwujud sesuai dengan harapan kita.

“Sesuai perjanjian yang lo bilang sama aras, lupain reska mulai hari ini ya?” Ucap Taeyong diikuti tangisan kecil dari Ao hari itu.

“AO LO KENAPA NANGIS?!” Teriak aras sesaat setelah dia berhasil masuk ke kamar Ao.

Ao yang kaget akan teriakan aras langsung loncat dari kasurnya, maklum teriakannya keran banget, bun.

“Aras—hiks lo tuh—ngagetin banget.” Ucap Ao tentunya diselingi isakan dari tangisannya.

“Ya abisnya gue chat lo gak bales, terus gue sampe depan denger suara lo nangis, ya gue panik lah, kenapa lagi sih?.” Celoteh Aras.

“Gue gapapa.”

“Gue juga cewe, gapapa artinya ada apa apa. Perasaan lo seneng tadi abis jalan sama mark?” Tanya Aras

“Iya awalnya seneng, tapi akhirannya gue kecewa juga sama dia.” Jawab Ao

Aras menatap Ao bingung, kecewa? Kecewa karena apa?

“Dia bilang ke gue kalo dia lost contact sama Ten, tapi nyatanya, tadi Ten nelfon dia didepan mata kepala gue sendiri, ras.” Ucap ao seakan akan mengerti apa yang ingin diketahui aras.

Aras menepuk jidatnya pelan, “astaga, lo masih aja ngarepin mantan lo itu?”

Ao diam, dia tahu kalo aras paling tidak suka dirinua disaat masih mengharapkan Ten yang sudah hampir 1 tahun tidak ada kabar.

“Ao, ayo kita buat kesepakatan biar sedih lo gak berlarut larut, liat lo jarang senyum, nangis mulu kerjaannya, gue gak suka.” Tawar Aras

“Kesepakatan apa?”

Aras menarik nafasnya dalam, kemudian mengambil sepucuk kertas dan pulpen serta tinta yang kebetulan ada di nakas samping tempat tidur Ao. Menuliskan sesuatu disana.

“Apaan ini ras? Surat Perjanjian? Lo mau gue janji apa sama lo ras?” Tanya Ao bingung.

“lo harus janji sama gue, kalau orang yang selama ini lo harepin dateng di momen wisuda lo nanti, gue izinin lo balik sama dia lagi, tapi kalau orang yang lo harapin gak dateng, berarti konsekuensinya lo harus bisa lupain dia dan buka hati buat orang baru, okay? Okay aras deal.” Tawar Aras sambil mengambil cap jari Ao dan menempelkannya di kertas tersebut.

“Ah! Permintaan gue susah banget ya emang?” Gerutu ao saat membaca chat terakhir aras kepada dirinya.

Mark yang dari luar kemudian bingung akan sikap ao yang tiba-tiba seperti anak kecil, menyandarkan mukanya di samping seat mobil sambil mengerucutkan bibirnya.

“Dih kenapa lo? Ini minumannya.” Tanya mark sambil menyodorkan minuman yang dititip ao tadi.

Ya, ini posisinya mereka masih bareng, dan baru hendak pulang ke tempat tinggal masing-masing.

“Kenapa ao?” Tanya mark lagi.

“Gapapa.”

“Bohong mulu lo.” Celetuk Mark.

“Gue gapapa.”

Mark mendecih, dia tidak bisa memaksa gadis yang ada disampingnya untuk memberitahukan alasannya. Mark pun kembali keluar untuk mengambil sesuatu dari seat belakang.

“Yaudah kalo gak mau cerita, ini buat lo nih.” Ucap Mark sambil menyodorkan bucket bunga mawar merah.

“Dih apaan nih?” Tanya ao kaget.

“Binatang, ya bunga lah pake nanya.”

“Ya maksud gue kenapa lo ngasih gue bunga?”

“Ya gapapa, pengen aja, kan kemaren lo sidang gue gak sempet dateng, jadi gue bawain bunganya aja sekarang.” Jawab Mark yang kembali duduk di seat depan.

Ao kemudian meraih bunga tersebut, namun ditahan oleh Mark.

“Cerita dulu lo kenapa cemberut gitu tadi, baru bunganya gue lepasin.”

“Ih itu gue tuh sebel, beberapa hari lagi gue wisuda, terus temen gue nanya gue mau dibawain apa, katanya bisa bawain apa aja ke gue, tapi nyatanya pas gue kasih tau permintaannya malah mereka gak bisa.” Celoteh Ao dengan panjang lebar.

Mark mengernyitkan dahinya, “emang lo minta apa?”

“Gue minta datengin Ten, emang salah? Gue cuma pengen kete—“

“Hah?” Potong mark.

“Iya..kan permintaan gue gak aneh, mark? Lo tau kan sepengen apa gue ngeliat Ten? Gue beneran kangen banget sama dia mark, gapapa deh gue gak bisa balikan sama dia lagi yang penting gue bisa ket—“

“Ya tapi itu aneh, lo tuh kalo minta yang ben—“ potong Mark.

Suara dering hp mark yang berada disamping mereka terdengar, memotong perkataan mark yang belum sempat terselesaikan. Di layar handphone tersebut menampilkan 1 nama, nama yang paling Ao tunggu kehadirannya.

”Ten is calling you”

“Mark, itu kok Ten nelfon?” Tanya Ao bingung

“lo masih sering berhubungan sama Ten? Kok lo gak bilang? Katanya lo udah lost contact sama dia? Setiap gue tanya lo tau ten dimana dan lo ada chatan sama dia lo selalu bilang gitu, Terus kok sekarang dia bisa nelfon lo? Mark lo bohong ya sama gue?”

“Alyora Kania.” Panggil salah satu dosen yang keluar dari ruangan tempat yang nantinya menjadi saksi kelulusan seorang Ao.

“Ayo semangat o.”

“Lo pasti bisa.”

“Jangan panik okay, tetap tenang.”

Ucapan semangat dari teman-temannya mengukir senyuman dari wajah Ao, walaupun sebenarnya hatinya gundah. Gundah dengan apa yang akan terjadi didalam, selain itu juga gundah memikirkan Roomchat Ten yang daritadi berstatus typing tapi Ao tidak kunjung menerima pesan tersebut.

“Ao, jangan pikirin hal lain dulu, gue tau lo berharap seseorang dateng kan? Tapi please fokus sama diri lo sendiri, kalo dia sayang lo pasti dia tau dan bakalan dateng.” Ucap Aras menenangkan Ao, sembari memegang punggung tangan sahabatnya itu,

Ao mengangguk dan memasuki ruang sidang itu dengan perasaan yang dia sendiri tidak dapat menggambarkannya.

————

Waktu berlalu begitu cepat, suara tepuk tangan dan ucapan selamat mulai bergaung dari dalam ruangan menyelimuti perempuan berparas cantik yang ada didalam sana.

Ao lulus dengan nilai ujian yang memuaskan. Suara riuh menggema disaat Ao menampakkan dirinya keluar dari ruangan. Ucapan selamat dan hadiah berupa bunga menghujani dirinya saat itu.

“Ao akhirnyaa, yay selamatttt” peluk Aras sambil memberikan bucket bunga mawar putih kesukaan Ao

Pelukan dan ucapan selamat silih berganti berdatangan kepada Ao, dari beberapa sahabatnya, abangnya, teman teman abangnyaa dan yang banyak lainnya.

“Senyum dong.” Ucap Taeyong sambil menarik ujung bibir adiknya supaya mengukir senyum diwajah adiknya itu.

Tapi, bukan tersenyum, Ao malah menangis dipelukan abangnya.

“Kok nangis?” Tanya taeyong sambil menenangkan adiknya.

“Kata aras kalo Ten sayang gue dia pasti dateng, tapi dia gak dateng ya? dia dimana? dia udah ga sayang sama gue ya bang?”

Ao mulai saat ini pindah ke apartement abangnya, semenjak putus, tinggal disana rasanya bagaikan membuka luka yang belum kering. Maka dari itu, dia memilih untuk pindah daripada setiap hari harus menangis meratapi kesedihan yang tidak tahu kapan berakhirnya.

Setelah membereskan segala barang-barangnya di Apartement Taeyong, mereka berdua sama-sama memutuskan untuk istirahat selagi menunggu makanan yang mereka pesan datang.

“Gue boleh nanya sama sesuatu gak sama lo?” Ucap Ao membuka suara diantara keheningan mereka berdua.

“Apaan? Tanya aja kali, biasnya juga langsung nanya.” Jawab Taeyong sambil mengambil botol air minum yang ada dikulkasnya.

Ao menarik nafasnya dalam, kemudian berdiri mendekati taeyong yang berada dideket pantry.

“Aras bilang lo ada cerita ke mereka soal gue dan Ten yang dulu kenal, maksudnya apa?”

Pertanyaan ao membuat Taeyong tersedak saat minum, benar benar literally tersedak yang hampir bikin gak bisa nafas.

“Lo—tau dari mana?”

“Jadi bener gue udah kenal sama Ten?kenapa lo gak cerita? Kenapa gue gak inget apa apa? Kenap—“ jerit Ao sambil mengacak rambutnya dan terduduk disamping Pantry.

Taeyong yang kaget mendengar teriakan adiknya itu langsung berusaha menenangkannya.

“Ao, jangan gini, tenang—“

“GIMANA GUE BISA TENANG KALO SEMUA LO RAHASIAIN DARI GUE BAHKAN GUE GAK TAU SEMUANYA? GIMANA GUE BISA TENANG HAH?!” Teriaknya lagi.

Taeyong menarik tubuh adiknya dan memeluk adiknya dengan erat, cara yang selalu dia lakukan sejak dahulu jika adiknya menangis.

“—ceritain, gue juga pengen tau—kenapa gue gak bisa inget semuanya..hiks” rintih ao

Taeyong mengacak rambutnya kasar, ini semua salah dirinya, kenapa dia tidak menceritakan mengenai ini kepada adiknya dan temannya dari awal. Taeyong merasa telah merusak kebahagiaan dua orang ini.

“Ra..tenang dulu ya, tenang.”

“Ceritain—ceritain ke gue..”

“Iya lo tenang, gimana gue bisa cerita kalo lo gak tenang?” Seru Taeyong dengan suara sedikit tinggi.

Ao yang mendengar itu langsung menghentikan tangisan, dia menghapus air matanya dengan bajunya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Taeyong pun begitu, dia berusaha meredam emosinya agar tidak meletup dan malah memaki adiknya tersebut.

“Jadi, iya lo udah kenal sama ten, dulu. Dan bahkan kenal deket banget, karena Ten adalah temen gue semasa SMP.”

Ao menatap manik mata abangnya tersebut sembari mendengarkan dengan seksama.

“Ten yang dulu panggilannya Reska, gue gatau alasannya dia ganti nama apa, tapi semenjak kejadian itu, lo sama dia lost contact, bahkan gue pun sempat lost contact sama dia cukup lama.” Ucap Taeyong.

“Kejadian apa? Gue gak pernah inget gue ngerasa pernah kenal dia..” Potong Ao.

Taeyong mengacak rambutnya dan menarik nafasnya dalam.

“Malem itu, bunda sama ayah lagi ada masalah, bunda dipukulin sama ayah, karena bunda gak suka lo liat semuanya jadinya bunda suruh lo pergi.”

“Karena waktu kejadian itu gue gak ada, akhirnya bunda hubungin reska buat bawa lo pergi, tapi malem itu lo kekeuh buat gak mau ninggalin bunda sampe lo mesti dipaksa Reska buat naik ke mobil.”

“Terus? Kenapa gue bisa gak inget? Hubungannya apa?” Tanya Ao sangat penasaran dengan semua itu.

“Lo akhirnya dibawa sama Reska, gue gak tau apa apa, tapi pas malem gue dikabarin kalo lo sama reska kecelakaan, lo hilang ingatan karena kecelakaannya cukup parah dan bahkan koma cukup lama, reska juga sempat hilang ingatan, tapi dia langsung dibawa pindah sama orang tuanya karena ayah selalu nyalahin Reska atas semua kejadian ini, sekarang lo sadar kan kenapa lo bisa gak inget semuanya? Bahkan sama gue pun lo gak inget....”

Ao benar-benar terbelalak dengan apa yang dijelaskan oleh Taeyong, dia tidak menyangka semua itu dia lewatkan begitu saja dalam hidupnya.

“Kenapa ayah nyalahin reska? Kan itu murni kecelakaan?”

“Iya, awalnya semuanya murni kecelakaan, saat diselidiki dan dicari tau dari cctv yang ada di mobil, Reska oleng karena marahin lo disaat lo berontak buat berhentiin mobilnya malem itu, lo kekeuh buat sama-sama Bunda, akhirnya Reska dengan sangat terpaksa buat marahin lo, tapi emang takdir gak berpihak sama kalian, mobil oleng dan nabrak pembatas jalan cukup keras.”

Semua kejadian itu tiba-tiba melintas dikepalanya dengan cepat, ntah kenapa tiba-tiba semuanya terlihat nyata, Ao memegang kepalanya yang merasa pusing karena ilusi kejadian yang terus berputar dikepalanya.

“Reska juga gatau kalo lo itu adalah Ara, orang yang dia rasa dia buat celaka, dia juga baru tahu setelah waktu itu dia sempet ketemu sama salah satu teman yang kenal sama kita.”

Ao mengernyit bingung, kenapa bisa hidupnya bagaikan kisah drama korea yang tragis.

“Terus kenapa dia harus ngejauhin gue? Kita bisa ngomong sama sama dan nyelesain sama-sama?”

“—dia takut ra, dia takut bakalan nyakitin lo terus karena rasa bersalahnya, itu yang terakhir kali dia bilang ke gue.”

Langit malam yang cerah ditemani lampu taman menemani mereka berdua yang saat ini berada di sebuah Taman yang dulu sempat Ten ceritakan.

Malam ini, suasana dingin mulai terasa, Ao yang hanya bermodalkan kaos dan celana jeans panjang mengosok gosokkan tangannya ke tubuhnya untuk menghilangkan rasa dinginnya.

Ten yang sedari tadi diam menghadap kedepan kemudian merapatkan tubuhnya mendekati wanitanya itu.

“Pake.” Ucap Ten sambil memberikan jaket yang ia pakai kepada Ao

“Engga, lo alergi dingin, lo aja yang pake.”

“Pake, ao.” Ucap Ten dengan nada sedikit tinggi, membuat ao dengan sangat terpaksa memakai jaket pemberian pacarnya itu.

Mereka berdua kemudian saling diam satu sama lain. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka.

“mau ngomong apa?” Tanya Ao

“Ngga ada, gue cuma kangen lo.” Jawabnya

“Bohong, lo bohong.” Lirih Ao.

Ten kemudian menoleh kearah ao yang menunduk disampingnya saat mendengar suara isakan tiba-tiba keluar dari mulut gadis itu.

“Lo gak mungkin kangen sama gue, kalo lo kangen sama gue lo gak mungkin ngejauhin gue, kalau lo—“

Tubuh ringkih itu kemudian dipeluk oleh Ten. Semakin erat pelukan itu, semakin deras pula tangisan yang keluar dari mata Ao.

“Jangan nangis—“ ucap Ten

“maafin gue—“

Ao langsung melepas pelukan itu, kemudian menatap mata laki-laki itu dengan seksama.

“Cuma itu yang mau lo bilang? Maaf? Maaf karena apa? Maaf dengan alasan apa? Gue bahkan gatau lo ngejauhin gue karena apa, sekarang lo malah minta Maaf—“

Suara isakan Ao dibungkam, Ten mengikis jarak diantara mereka berdua malam itu, lumatan kecil dirasakan oleh Ao yang mulai terbuai dengan hal tersebut.

Ten kemudian melepaskan ciuman singkat mereka, lalu menatap lekat mata hitam gadis yang ada didepannya.

“Ao, lo tau kan gue sayang banget sama lo?”

Ao diam, tidak menjawab.

“Tapi gue gak bisa hidup dalam rasa bersalah.” Ucapnya lagi, yang sukses membuat Ao bingung dengan maksudnya.

“Bersalah? Lo bersalah kenapa? Lo gak pernah punya salah sama gue Ten.” Tanya Ao disela sela isakannya.

“You deserve to be happy, alyora.” Jawab Ten.

“but your happiness not with me” lanjutnya.

“Maksudnya apa? Gue bahagia kok sama lo, kenapa lo ngomong gitu?” Racau ao yang semakin kebingungan dengan kata-kata Ten.

“Gue sayang sama lo, tapi lo berhak bahagia, gue emang bodoh, tapi gue gak bisa kalau harus ngeliat lo terus menerus kesiksa gara-gara sikap gue akhir akhir ini, Kita sampai disini aja ya? Maafin gue, maafin gue, ara...”

Setelah pergulatan mengenai outfit tadi selesai, akhirnya sekarang mereka berdua sudah tiba di acara Reuni tersebut.

Acara malam sangat meriah, lampu lampu yang menghiasi acara yang bertema garden party itu sukses membuat mata orang yang datang ke acara itu berbinar, suasana ramai pun mendukung kemeriahan acara itu, karena ini adalah reuni akbar yayasan alias tidak hanya satu sekolah saja yang datang, tetapi beberapa sekolah yang ada dibawah naungan yayasan ini.

Ao sebagai orang baru hanya bisa mengikuti kemana Ten pergi, karena disini dia tidak kenal siapa siapa.

“yang, bosen?” Tanya Ten sambil menggandeng tangan pacarnya itu.

Ao menggeleng, kemudian menunjuk seseorang yang datang ke arah mereka.

Dia kun, kun adalah salah satu orang yang sudah dikenalkan Ten kepada ao.

“Wah, apakabar bro? gila udah lama ya kita ngga bertemu?” Ucap Kun

“lebay ah lo gak selama itu kali.” Ucap ten sambil membalas bro hug yang diberikan oleh kun.

“Eh ayo foto dulu sama anak anak disana, ao gak apa kan ditinggal disini sendirian?” Tanya kun kepada ao.

Ao mengangguk tanda tidak apa-apa, toh nanti pasti ten balik lagi kan?

dikarenakan Ten pergi untuk berfoto dengan teman-temannya, ao kemudian pergi ke food stand untuk mencari beberapa cemilan sambil menunggu Ten selesai.

—— Setelah Ten selesai, dia mengedarkan matanya untuk mencari sang pacar yang ia tinggalkan tadi.

Setelah beberapa menit, akhirnya netranya menemukan apa yang dicari dan Ten langsung menuju ke tempat tersebut.

“Eh sorry sorry.” ucap seseorang setelah menabrak ten

Ten menoleh melihat orang tersebut, “iya mba gapa—“

“Loh reska? Lo reska kan?” Tanya Orang tersebut.

Ten mengeryit bingung, kenapa dia bisa mengenal nama panggilan itu. Padahal Ten sendiri tidak mengenal siapa wanita yang menabraknya itu, maklum bukan dari sekolahnya saja yang datang, tetapi beberapa sekolah yang berdiri dibawah yayasan ini.

“Kok lo tau gue?” Tanya Ten

“Lo Tyandra Areska kan? Muka lo masih sama! Gue joy, gue temen kecil lo dulu.”

Ten hanya terdiam, dia berusaha mengingat, tapi hasilnya nihil dia tidak bisa mengingat apapun.

Joy yang langsung dapat membaca ekspresi muka Ten langsung dengan cepat menyanggah pertanyaannya. “Ah iya mungkin lo gak inget, kita udah gak ketemu lama sih, lo udah lama di kota ini?”

Ten mengangguk saja, tidak terlalu merespon pertanyaan pertanyaan dari orang yang bernama Joy

“Lo sama siapa kesini? Sendirian?”

“Engga, gue sama pacar gue.” Jawab Ten singkat.

“Oh sumpah? Wah dulu padahal lo bucin banget sama adiknya tara walaupun belum jadian sih dulu haha, btw mana pacar lo? Kenalin dong ke gue.”

”Tara? Namanya gak asing banget ditelinga gue.” Gumam Ten dalam hatinya

“Oh iyaya? Gak inget gue sorry, itu pacar gue lagi di food stand.” Ucap Ten sambil menunjuk Ao yang kebetulan sedang melirik kearah mereka.

Joy sontak kaget saat melihat orang yang ditunjuk oleh Ten. Sebagai teman kecil yang lumayan dekat dengan Ten yang dahulu dipanggil reska itu, dia tau cerita hidup Ten sebelum mereka terpisah karena sebuah tragedi yang dulu terjadi.

“Loh kalian ketemu lagi? Dia ara kan?” Tanya Joy masih kaget.

“Hah?—nama dia alyora.” Ralat Ten

“Iyaa, alyora, dia dipanggil ara, astaga kalian ketemu lagi? Bukannya semenjak kecelakaan itu lo sama ara udah gak ketemu lagi? Ara udah inget lo ya? sehabis kecelakaan itu kan si Ara amnesia, Astaga gue merinding banget? kok kalian bisa ketemu lagi sih omg?!” Ucap Joy yang excited.

Ten yang sama sekali tidak mengerti pernyataan dan pertanyaan dari Joy hanya bisa diam sambil memahami apa yang dimaksud perempuan itu.

“Maksud lo apasih? Ara? Ara siapa? Gue gak kenal sama namanya ara.” Jawab Ten.

“Reska, gue gak salah liat, dia itu ara, adiknya tara yang lo bucinin dulu, kalian kepisah waktu lo sama ara kecelakaan malem malem itu loh? gue merinding banget lo berdua ketemu lagi malah udah pacaran, emang lo gatau kalo dia ara?”

“Ngelantur ya lo? gue aja baru ketemu dia baru-baru ini, dan jelas namanya alyora bukan ara!”

Joy tertawa kecil, “Ngelantur apasih, bukannya lo satu tongkrongan sama tara yang sekarang ganti panggilan jadi taeyong? Masa lo gatau kalo ara itu adiknya taeyong dan orang yang dulu paling lo bucinin sih?”

Tok..Tok..Tok

Ketukan pintu itu berkali kali terdengar dari luar kamar Ten.

Setelah dikabarkan kalo ao ada didepan kamarnya membawa bubur ayam, dia langsung beranjak dari kasurnya membuka pintu kamarnya.

“Nih” ucap Ao singkat sambil menyodorkan kantong plastik berisi bubur ayam yang ada di tangannya.

“ya makasih.” jawab Ten

Kemudian ao membalikkan badannya, berencana hendak balik lagi ke kamarnya. Namun tangannya dengan cepat ditari Ten, dan tubuhnya pun dipeluk oleh laki-laki itu.

Ao diam sebentar, tidak merespon apa ap.

“Gue cemburu.” ucap Ten singkat.

Kepala ao yang sekarang ada dibawah dagu ten hanya mengangguk pelan, tanda paham dengan pernyataan tersebut.

“Iya maafin gue, tapi sumpah deh, gue sama kak taeyong tuh cuma nyari sarapan, dan tadi gue mau ajak lo, lo belom bangun.” Klarifikasi Ao

Ten meletakkan dagunya diatas kepala ao. Kemudian tangannya mengelus rambut hitam ao.

“Iya, gue juga minta maaf kalo ngomong kaya tadi ya? gue gak maksud, gue terlalu gegabah karena cemburu—“

Ao melepaskan pelukan itu, kemudian menatap Ten.

“Gue kira lo beneran punya cewe cewe simpanan tau.” Ucap Ao

“Ya nggak lah.”

“Tapi fans lo banyak, yang mau kenalan sama lo banyak, gak heran sih kalo lo mau jalan sama cewe—“

“Gak bener ih! Gue becanda itu!”

“Fans lo juga cantik cantik—“ sindir ao lagi.

Ten terdiam, menangkup pipi pacarnya tersebut.

“Emang fans gue banyak, cantik cantik malah.”

Raut muka ao langsung berubah saat kalimat itu terucap dari mulut Ten.

“Tapi pacar gue lebih cantik sih, jadi gak tergoda sama yang lain.” Ucap Ten sambil mengecup singkat pipi ao.

*maafin aku chan, ditutupin dulu yah, biar lebih menjiwai, ceritanya ini pandangan ao waktu mau dicium pipinya.