JeJeJJ

Kopipedia

Senin, 26 september 2019 13:15 Pm

Aroma khas kopi memenuhi ruangan ini, kafe minimalis yang berada di ujung tebing ini adalah tempat favorit winata dan mix menghabiskan waktu ketika sedang banyak pikiran.

Dua gelas milkshake sudah tersaji didepan meja, meski mereka pergi ke kedai kopi nyatanya mix maupun win tak pernah sekalipun menyentuh minuman berkafein itu, sejak perjalanan dari kampus menuju kopipedia mix memperhatikan wajah kacau karibnya itu, ia paham ada sesuatu yang nantinya akan di ceritakan winata padanya.

“jadi apa yang bikin kita skip kelas nih? Urusan kampus atau antara lo sama pak Bright?”

tanya mix sambil menaikkan satu kakinya menompangi kaki yang lain, membuat dirinya senyaman mungkin di tempat yang tak lagi asing ini.

Win menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya, mempersiapkan dirinya untuk bercerita.

HUFFFFFFFFFF

“tadi gue sama mas bright ketemuan di lantai 7....”

“he? Ruang laborat? Ngapain?” mix memotong cerita win, membuat winata memutar bola matanya seperti sudah hafal kalau mix akan memotong ceritanya sebelum selesai.

“bentar dong mix, biarin gue selesaiin cerita gue dulu”

“oh... Iya iya sorry, lanjutt”

“niatnya kan mau makan siang bareng kan, tapi gak tau kenapa emang kondisi dan suasananya sepi dan mendukung kali ya, he kissed me mix”

Mix merespon dengan memicingkan sebelah alisnya, seperti memberi isyarat 'benarkah?' pada winata.

“alright alright, we kissed hufff” Winata membuang nafas.

“so? Whats the problem? Lo sampe ngeskip kelas dan bawa gue ke sini cuma mau ngasih tau kalo lo udah ciuman sama pak Bright? Wow win wowwwww” canda mix dengan nada mengejek.

“bentar dong ah, jadi abis itu tiba – tiba ada pak gawin, dan...... Ya pak Gawin liat itu”

“uhukkkk” mix tersedak ketika sedang asik meminum milkshake-nya.

“jadi pak gawin lihat kalian? Terus-terus gimana?” tanya mix antusias.

“ya pak gawin nyuruh mas bright ke ruang konseling, kayanya mereka bahas soal kejadian tadi deh, gue ga dibolehin ikut soalnya mas bright tahu gue masih ada 1 sks lagi, tapi beneran deh mix, gue kepikiran terus, daripada gue gak fokus dikelas mending gue disini aja bareng lo” jelas win

Mix hanya mengangguk-anggukan kepala seakan paham apa yang dikatan oleh Winata.

“kalo pak Bright ngomong gitu sih yaudah gausah takut sih, pak Gawin kan cs nya pak Bright juga......” mix mengambil nafas untuk siap-siap melanjutkan kalimatnya.

“inget gak? Pak bright kan pernah gantiin pak Gawin ngajar kan pas pak Gawin masih di solo? Bantuin pak Gawin revisi tugas anak-anak satu kelas juga kan? Ya itu karena mereka udah cs sih, kan cs nya pak Bright tuh ada pak gawin, pak Gun sama pak Mike, jadi menurut gue sih tenang aja, walau nantinya masih canggung anggep aja ga terjadi apa-apa....slurrrppp ” mix menyedot kembali minumannya.

” pasti lah pak Gawin bakal diem, apalagi ini berkaitan sama pak Bright kan? Gue rasa gapapa sih, buat pelajaran aja lain kali lo jangan mau juga di ajak kaya gituan di kampus”

“ihhh siwiii apaan sih, emamgnya kalo gak dikampus boleh? Ya enggak lah gilak” win sewot sendiri mendengar penjelasan karibnya itu.

“ya itu urusan lo sih win, ya intinya lo kalo ketemu pak Gawin sebisa mungkin biasa aja, gue yakin dia juga canggung kok kalo ketemu lo” lanjut mix

“and then.... Hubungan lo sama pak Bright udah sejauh apa? Kok udah sampe ciuman segala di atas balkon laborat?”

“gue...gue sama mas bright masih pendekatan sih mix” jawah win lemas, pasalnya sudah satu bulan lebih tak pernah ada kejelasan status diantara keduanya.

“udah 1 bulan lebih kalian deket dan masih belum ada titik terang juga?” tanya mix menatap lurus pada sahabatnya yang ada tepat didepannya.

Winata menggeleng

“hufffffff, gak kayak lo sama kak earth ya, udah jadian aja hehehehe emangnya gue siapa sih mix kok kayanya ngedambain mas bright banget, sadar sih gue cuma mahasiswa biasa ahahhaha” tawa kecut winata itu terdengar menyayat hati.

“heyyyy no, jangan lo bandingin hubungan lo sama hubungan gue, semuanya bakal nemuin jalannya kok, ya mungkin aja pak Bright masih butuh waktu lagi buat ngenal lo lebih jauh win, beda dengan gue sama kak earth yang memang udah kenal satu sama lain dari dulu kan?” Mix mencoba menemukan alasan yang masuk akal untuk Winata percayai.

Win mengangguk

“iya juga sih mix, tapi sampai kapan sih? Sebulan terakhir apa masih kurang ya? Gue udah ceritain semua hidup gue ke dia, semua dunia gue udah berpusat ke dia, apa itu kurang meyakinkan ya?” tebak Winata.

“gini win gini, coba lo kasih waktu, kasih waktu pak Bright sebanyak mungkin dia butuh, dan selama itu lo anggep aja kaya biasanya, jangan terlalu berharap buat langsung nemuin titik terang itu, bisa?”

“gitu? I'll try, gue akan kasih dia waktu sebanyak mungkin mix, tapi kalau someday gue udah lelah, gue boleh kan berhenti?” tanya win dengan tatapan sendu. Mulut cemberut itu terukir disana.

“tentu lo boleh, dan lo masih punya gue disini win, gue ga akan ninggalin lo, kapanpun itu”

ucap mix yang berdiri dan memposisikan dirinya di belakang kursi winata lalu memeluk sahabatnya itu.

“thank u mix, i feel so much better right now”

“anytime win, anytime you need me”

Kopipedia. Senin, 26 september 2019 13:45 Pm

Explanation

Senin 26 september 2019 Ruang konseling-13:00 Pm.

Sepeninggal Gawin di lantai 7 menyisakan kecanggungan yang luar biasa diantara ketiganya, Bright berniat menemui dan menjelaskan pada Gawin di ruang konseling, sedangkan Winata harus masuk kelas karena masih ada satu sks yang harus ia selesaikan hari ini.

Rasa bersalah karena lepas kontrol itu terus menghantui pikirannya, Bright sudah berdiri di depan ruang konseling, tahu kalau Gawin sudah ada disana menunggunya untuk memberikan penjelasan terkait kejadian di luar kendali dirinya barusan.

“masuk Bright, gue tahu lo ada di depan pintu” suara gawin samar-samar terdengar dari luar pintu, ternyata Gawin sadar kehadiran Bright disini.

Ia menarik nafas panjang, mengisi seluruh paru-parunya dengan oksigen sebanyak mungkin ia bisa hirup, setelahnya ia keluarkan nafas itu membuang seluruh keraguan dan kecanggungan yang baru saja terjadi.

Dibukanya pintu dan melangkah kedalam ruangan konseling, ruangan yang sarat dengan tawa hingga tangis klien ketika melakukan sesi konseling, siapa sangka hari ini ialah yang akan duduk di kursi klien dengan Gawin sebagi konselornya.

“duduk sini Bright, gausah canggung santai aja sama gue” ucap gawin dengan tatapan mengintimidasi.

Bright duduk di kursi itu dan berhadap-hadapan dengan Gawin, hanya ada meja dan air putih saja diatasnya, tak ada benda-benda penting apalagi benda tajam karena itu bisa membahayakan klien ketika melakukan sesi konsultasi.

“gue dengerin dulu pembelaan lo gimana”

ujar gawin ketika Bright baru saja duduk dan menarik nafasnya dalam-dalam, ia tak tahu mulai menjelaskan dari mana.

“gue ga mau ngelakuin pembelaan, yahhh, gue akui gue salah. Gue lepas kontrol tadi sama win”

“bisa gitu ya? Lepas kontrol tapi dua-duanya? Itu lepas kontrol atau emang kalian udah rencanain jauh-jauh hari? Bisa pinter ya nyari tempat di lantai 7, di laborat yang sepi”

Gawin benar-benar mengintimidasi Bright, itulah Gawin, ia pintar membaca suasana dan meruntut kan kejadian demi kejadian menjadi sebuah hipotesis yang akan ia uji kebenarannya pada Bright.

“gawin please, iya gue sama winata salah, tapi gue yang mulai semuanya, gue yang minta win lakuin itu, gue yang salah dalam hal ini dan gue akui itu, gue ga akan ngelak apalagi buat pembenaran”

Bright mengetuk-ngetukkan kukunya di meja, tanpa sadar kalau Gawin adalah seorang Psikolog Klinis sama dengan Michelle rekannya di London, semakin Bright memperlihatkan gelagat kegugupan, semakin Gawin mencari dan mengorek informasi darinya.

“so….bisa lo jelasin kemana aja lo selama ini? Seminar gak dateng, rapat internal laborat gak dateng juga, kok kayanya sibuk banget ya? Sibuk ya Bright? Iya?”

Gawin sangat sarkas saat ini, pasalnya ia sudah tahu kalau Bright pergi menghabiskan waktunya dengan Winata, namun tetap saja rasa kesal atas ketidak-profesionalan Bright masih tersisa disana.

Bright menarik nafasnya dan menundukkan wajahnya, ia tahu dan paham kalau ia sudah melewatkan banyak kegiatan akademis demi bisa menghabiskan waktu dengan winata.

“I know, its my fault, you can blame it on me”

“No, Bright, gue ga nyalahin lo, kita udah sama-sama dewasa, yang harus kita lakuin itu nyari solusi, solusi gimana biar lo sadar kalau lo udah tergantung sama winata, solusi buat ningkatin kinerja lo yang semakin hari semakin buruk”

benar, itulah yang harusnya dilakukan oleh dua orang dewasa yang sedang menyelesaikan masalah, bukan saling menyalahkan, namun mencari solusi atas kekacauan yang sudah terjadi.

“gue sebenernya bisa memaklumi kalau lo lagi suka-sukanya sama Winata, tapi gue ga bisa toleransi perbuatan lo barusan, lo lakuin itu di gedung fakultas, bisa lo banyangin kalau yang lihat bukan gue? Tapi mahasiswa atau dosen lain disini? Gue gak yakin bisa tutup mulut dan tutup mata seperti yang gue lakuin sebulan terakhir”

Jelas Gawin, walau ia muak namun ia memilih untuk diam dan menjaga semuanya hingga hari ini.

“thank you, gue makasih banget lo udah ngertiin gue, dan ya… gue minta maaf karena kejadian tadi dan soal satu bulan terakh……..wait..”

Bright sadar ada yang tidak tepat dalam pembicaraan ini.

“satu bulan terakhir? Emangnya ada apa sama satu bulan lalu? Gue sama winata juga deket baru-baru ini kok”

tanya Bright yang menyadari adanya kejanggalan dengan percakapan mereka berdua.

“yakin? Masa baru deket sebulan lalu udah bikin video panas sih? Its like u tryin’ to foolin me Bright, im not born yesterday”

jawab gawin sambil menunjukkan jari telunjuknya di otaknya, seolah ia bisa berfikir dan menyambungkan semua cerita menjadi sebuah hipotesis.

“hah? Gimana ? video apaan? Gue ga paham beneran nih”

“yakin? Udah bikin 10 video dan ratusan foto panas dan lo masih ga paham? Emang ya, cinta bisa bikin orang sepinter lo jadi kaya gini”

Ucapan gawin langsung menohok di ulu hati Bright, ia tak ingin percaya apa yang baru saja ia dengar, ia tak ingin menduga-duga kalau saja Gawin sudah melihat isi kartu memori yang berada di laci mejanya bersama dengan laporan laborat hari itu, namun sebanyak apapun pikirannya mencoba untuk menolaknya, selalu saja dugaan itu semakin kuat muncul di perkmukaan.

“ma….maksud lo gimana, gu….gue agak bingung, tapi gue kayanya nangkap arah pembicaraan lo kali ini”

respon Bright, jika benar itu yang dibicarakan Gawin, maka ia siap menjelaskan semuanya hingga tak ada lagi kesalah pahaman diantara mereka berdua.

“then….explain this” Gawin mengeluarkan Handphone dan sebuah card reader disana, setelah card reader itu terbaca di Handphone, hal yang selanjutnya dilakukan Gawin adalah menunjukkan dua folder yang ia copy dari kartu memori Bright.

Mata bright terbelalak melihat dua folder yang sebulan lalu sudah ia lenyapkan di kloset kamar mandi dosen, bagaimana dua folder itu bisa berpindah di tangan gawin saat ini.

“wa….wait, lo pasti nge-copy file dari memory card yang ada di laci gue kan?” tanya Bright memastikan.

“right, dan gimana? Lo bisa jelasin? Jelas-jelas itu muka lo sama winata, masih mau bilang kalau kalian baru pendekatan sebulan terakhir?” hardik Gawin langsung tepat di muka Bright dengan ponselnya.

“no, you don’t understand, lemme explain it….”

“bagian mana yang gak gue pahami Bright, gue aja shook kalau itu lo sama Win”

“wait a sec, lemme show you something” ujar bright seraya mengeluarkan ponselnya.

“nih lo liat sendiri, itu bukan gue, tapi itu Day kembaran gue”

Bright memperlihatkan akun instagram milik Day, dan itu membuat mata Gawin terbelalak karena memang sangat identik dengan Bright, benar-benar hampir sama.

“jadi Winata itu dulu mantannya Day, dan adek gue ini mau nikah tanggal 12 oktober bulan depan, dia tahu kalau gue mau deketin win jadi dia kasih semua file itu ke gue buat dia lupain winata, beneran itu bukan gue sama winata yang ada di video itu” jelas Bright runtut.

Sedangkan Gawin masih mencoba memproses satu persatu informasi yang ia dapatkan, tentang semua hipotesisnya yang ternyata beralaskan alasan yang tak mendasar pada Bright.

Gawin terlalu bingung dengan situasi ini, tentang Bright yang memiliki kembaran, tentang winata mantan adiknya Bright dan tentang video itu, gawin membeku disana.

“ja, jadi itu bukan lo sama winata?” tanya Gawin canggung, semua tuduhannya pada Bright ternyata salah dan tak mendasar.

“bukan, lo lihat sendiri kan kalau gue punya kembaran, dan ya maaf gak pernah cerita ke kalian semua soal ini”

Gawin menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya, ia membuang semua stigma negatif dan buruk tentang bright kawan sejawatnya, ia buang semua pikiran dan tuduhan tak mendasar itu bersama nafas yang serasa berat.

“gue minta maaf bright……” Gawin tercekat disana, ia berhutang banyak maaf atas hal yang telah ia lakukan.

“gue minta maaf karena gue udah lancang ambil memory card punya lo di laci, gue juga minta maaf dengan lancang gue copy file itu karena gue pikir itu lo sama winata jadi gue akan keep ini buat diselesaikan tapi ternyata gue salah bright….”

“gue, gue minta maaf karena stigma gue yang buruk soal lo satu bulan terkahir ini, sorry bright”

ada wajah penyesalan disana, dimuka Gawin tentang betapa lancangnya dia meng-copy dan menyimpan file yang seharusnya tak ia simpan.

“its ok gawin, kalau gini kan enak, semuanya udah clear kan? So, gue minta kalau file itu di hapus boleh?” bright bertanya seraya menunjuk ponsel milik Gawin.

“tentu, nih gue serahin ke lo aja, lo sendiri yang ngehapus filenya”

Gawin memberikan ponselnya ke tangan Bright, yang selanjutnya Bright menghapus dua folder penuh foto dan video panas itu.

“thanks win, makasih udah mau bicarain ini baik-baik sama gue, gue ga tau kalau bukan lo yang pegang file ini, gak bisa bayangin, makasih udah milih diam sebulan terakhir, gue janji gue bakal perbaiki kinerja gue disini” ucap Bright sungguh-sungguh.

“sama-sama, gue juga minta maaf, tapi soal kinerja lo itu gue beneran, lo harus fokus Bright, posisi lo di fakultas tuh salah satu posisi vital, ada kalanya winata jadi prioritas lo dan ada kalanya kerjaan lo yang jadi prioritas” repon Gawin tak kalah serius dengan ucapannya.

“yeah, I’ll try” jawab bright singkat dan mengembalikan ponsel milik Gawin.

“so? Winata udah tahu kalau lo ada kembaran, I mean, kembaran lo kan mantannya dia, gimana ya Bright jelasinnya, pasti gak mudah buat winata nerima lo disaat lo itu kakak dari mantannya dia dan spekulasiku mereka pisah gak baik-baik soalnya sampai salah satu pihak nyimpen video dan foto itu kan?” tebak Gawin

Raut wajah Bright langsung berubah ketika Gawin menyinggung hal itu, pasalnya ia belum sama sekali menceritakan pada winata tentang siapa dirinya, bahwa dirinya adalah kakak dari Day.

“belom sih, gue masih bingung buat ngasih tahunya, gue takut aja kalau dari awal dia tahu malah ngasih jarak ke gue, dan ini udah masuk satu bulan gue gak ngasih tahu dia”

jawab Bright dengan raut muka agak murung, wajah kebingungan ada disana, ia takut jika memberi tahu Winata tentang siapa ia sebenarnya akan menciptakan jarak yang sangat jauh disaat mereka sudah berhasil mendekatkan diri satu sama lain.

“lah, pokoknya lo harus segera kasih tau winata. Entah lo mau pake cara apapun itu intinya cepet kalian diskusiin ini berdua atau semuanya akan terlambat sih” saran Gawin.

“thanks bro, gue udah ada cara ngasih tahu dia kok”

“yakin? Perlu gue bantuin gak?” tawar Gawin.

“no, don’t need to, just trying be nice to him, pasti dia bakal malu dan canggung banget kalau ketemu lo nanti soal yang tadi di balkon”

“ahh, I see ok”

Ada kelegaan disana, di hati Bright dan di benak Gawin, tentang file dan video sudah benar-benar lenyap dan soal kesalahpahaman itu kini sudah diluruskan.

Ruang Konseling Psikologi Senin, 26 September 2019-13:30 Pm

Marba dan spiegel

Semarang, 20 Desember 2019 Kota lama-05:35 Pm

Brian Pov

Tempat ini masih sama, seperti terakhir kali aku menapakkan jejakku disini bersamamu. Indahnya tetap abadi bersama dirimu di hatiku.

Dua hari lalu aku kembali ke kota ini, kota kecil yang mengisahkan dua remaja yang berjanji untuk melawan dunia bersama – sama. Rasanya setiap sudut kota ini sudah terukir oleh semua kenangan kita, rasanya aku bisa melihatmu dimana-mana.

Kamu ada di Hero cafe, ada di gereja, atau sekedar mengantarku untuk berkeliling kota. Semuanya masih terukir indah dalam memoriku, tak sedetikpun ia mengabu dan hilang, ia masih saja sama, semua masih berwarna meski sudah bertahun-tahun lalu kamu meninggalkanku.

Dulu, ketika aku mengambil studi di New York, aku kira aku akan kembali dalam pelukmu, aku kira kita akan mewujudkan mimpi kita bersama di kota ini, kota kecil yang menjadi saksi bisu kisah kita.

Nyatanya tak juga, hariku menjadi badai yang setiap hari menghancurkanku sampai titik terlemah, setiap detiknya terasa semakin berat dan semakin sesak, kini aku, kesepian.

Hidup ini sangat lucu, jika 3 tahun lalu aku tertawa bersamamu disini, ditempat yang sama aku menatap kosong semua tempat berharga saat ini, hari ini terasa asing dan dingin.

Dulu kamu menggambarkan cinta sejati seperti dua bangunan disana, marba dan spiegel, dua bangunan tua yang terus abadi tak lekang oleh zaman, adakah kita disana win? Adakah marba dan spiegel untuk kita? Apakah ternyata kita hanyalah bangunan tua yang kosong? Yang ditinggalkan pemiliknya sehingga terasa dingin dan asing?

“pesanan anda tuan”

“americano, ice cream mix mint dan plan yogurt”

“terimakasih”

Ku pandangi tiga menu yang aku pesan, tidak aku tak makan es krim apalagi plan yogurt, itu makanan kesukaanmu kan? Iyakan win? Aku memesankannya untukmu sore ini.

Es krim itu terus meleleh dan menjadi air, Begitukah? Seperti itukah sebuah rasa? Ia akan berubah seiring perbedaan yang semakin terasa, namun nyatanya rasaku tak pernah berubah apalagi berbeda, rasa itu tetap ada disini, bertahta selamanya dalam hatiku.

Senja sudah digeser oleh malam, semburat indahnya kini menjadi gelap yang sangat petang, jika saja kamu masih disini, pasti kamu sudah mengajakku keliling kota lama kan? Pasti kamu sudah sibuk mengoceh dan menceritakan sejarah setiap jengkal bangunan nya.

Aku tersenyum kecut disana, dimana aku tak akan bisa mengulang waktu yang sudah berlalu, dimana aku masih memilikimu, dimana kamu masih ada disini, bersamaku.

Kamu pernah bilang padaku kalau setiap bangunan disini menyimpan kisahnya masing-masing kan? Namun bagiku, setiap sudut kota ini menyimpan cerita tentangmu, tentang kita berdua yang berjanji melawan dunia bersama.

Ahhhh, suasana disini membawaku bernostalgia ke masa bertahun-tahun lalu, bohong jika aku tak rindu kota Semarang, maka dari itu aku kembali kesini.

Maaf aku belum sempat berkunjung dirumahmu, tenanglah di keabadianmu kekasih, maaf jika perih ini masih terus aku akrabi, maaf jika kisah kita masih aku ingat dan aku jaga, karena bagiku cintaku tak akan beralih, aku sudah menjatuhkan hatiku padamu, Winata adiyasa.

Semakin malam semakin terasa dingin dan sunyi, bangunan tua ini seperti mengingatkan dan mengejekku karena kesendirian yang aku akrabi dari beberapa tahun lalu.

Es krim itu kini sudah kehilagan dinginnya, ia berubah total menjadi air gula, pun yogurt itu yang sudah mengembun tak lagi dingin, sepertinya susah waktunya untuk pulang.

Aku berjalan ke kasir untuk membayar pesananku dan segera keluar kafe ini, aku berjalan cepat sambil memasukkan dompetku dalam handbag hingga aku tak memperhatikan didepan pintu

BRUKKKKK

“awwwwww”

Aku kenal suara itu

“mas kalau jalan hati – hati dong, sakit nih kepalaku”

Iya, aku mengenal suara itu, tapi tidak mungkin itu dia, dia sudah tenang disana.

“Wi..... Win?”

“ya? Kenapa? Bukannya minta maaf kok malah panggil-panggil sih”

“winata adiyasa? Kamu Winata adiyasa?”

tanyaku memastikan, kakiku lemas melihat sosok ini, ia sama, sama persis tak berbeda sedikitpun seperti terakhir kali mentantarku pergi ke bandara.

“hah? Siapa? Maaf salah orang mungkin”

“kenapa taa? Kok gak masuk?” seorang pria muncul dibelakang nya, siapa dia? Ada hubungan apa?

“ini kak luke, tadi meta kedorong mas ini nih, jalan gak lihat-lihat” meta? Meta siapa? Bukannya namanya winata? Winata adiyasa?

“mas kalau jalan hati – hati ya, kasian pacar jatuh gini....”

Pacar? Mereka berstatus pacar?

“sini sini kak luke bantu berdiri, yuk katanya mau makan eskrim mint sama yogurt kan? Yuk”

Eskrim mint? Yogurt? Aku mengenal makanan itu, mengenal dengan segenap hati dan pikir ku.

Setelahnya mereka melewati dan meninggalkanku dalam kecamuk pikiran yang satu persatu muncul pertanyaan tak masuk akal.

Apakah itu winata? Atau meta? Seperti yang diucapkan lelaki bernama luke tadi?

get caught

Balkon fakultas psikologi-lantai 7 Senin, 26 September 2019-12:10 Pm

Win bergegas menuju balkon lantai 7 yang menjadi lantai teratas di fakultas psikologi, tak banyak aktifitas di lantai ini, tak ada kegiatan perkuliahan karena disinilah pusat laboratorium psikologi berada, disinilah tempat paling jarang aktivitas mahasiswa dari semua lantai yang ada.

Setelah lift terbuka, dengan mudah mata indah winata menangkap sosok yang ia kenal di sudut sana, pun orang itu sedang memandang padanya.

Senyum manis itu mengembang diwajah keduanya, win berjalan dari lift menuju Bright yang duduk disana, membelakangi cahaya sang surya menjadikan Bright satu-satunya tujuan winata saat ini, terlihat tampan dan menawan.

“udah dari tadi mas disini” ucap win ketika sampai di depan Bright dan ikut bersimpuh dibawah bersama bekal makan siang yang ia bawa untuk mereka berdua.

“gak lama kok win, nungguin kamu seharian juga mas gak masalah kok” jawab Bright yang terdengar seperti gombalan di telinga winata. “apaan sih mas, gombal banget tau gakkk, basiiii” ejek winata, meski kini dia blushing sendiri dibuatnya.

“ahahahaha, so, makan siang kali ini disini gapapa kan?”

“gapapa kok mas, tempatnya bersih kok, disana juga ada tempat sampah, jadi gak bakal ngotorin gedung fakultas deh” ujar win yang mulai mengeluarkan satu persatu bekal yang ia buat untuk mereka berdua.

“pocky?” ujar bright terheran karena winata membawa beberapa makanan ringan dan pocky menjadi pusat berhatian mata bright.

“iya mas, kenapa? Win suka pocky kok” jawab win seraya membuka bungkus makanan ringan itu.

“mas mau gak? Nih makan” win memberikan satu stick coklat itu didepan mulut Bright, namun yang selanjutnya dilakukan Bright sungguh diluar prediksi.

Bright menarik tangan winata yang membuat badan mahasiswa itu tertarik ke arah Bright dan menubruk badan sang Dosen.

“ihhh apaan sih mas, kan kalau gini posisinya kayak win lagi meluk mas bright”

win baru saja akan melepaskan diri namun yang selanjutnya terjadi adalah bright memegang rahang winata dan mengarahkannya tepat ke wajahnya, membuat mereka beradu tatap, Bright tak mengucapkan sepatah kata apapun, dari tatapannya ia mengirimkan isyarat diam untuk winata.

Maka ketika win sudah tak lagi berontak, hal yang selanjutnya terjadi adalah mereka berciuman, bibir mereka saling bertemu, menikmati kecupan demi kecupan yang mereka dapat. Ketika win tak lagi sanggup menerima cumbuan itu ia menyudahinya.

“ahhh….ma…mas apa-apaan sih ihhh, kan niatnya mau makan siang disini” win menarik dirinya dari pelukan bright, dengan nada merajuk seperti anak kecil yang terdengar lucu.

“iya, barusan mas makan siang, makan kamu ” bright terkekeh sendiri mendengar apa yang barusan ia ucapkan.

“apasihhhh masssss, nanti kalau ada yang lihat tau rasa loh”

“mana ada yang lihat sih win, jam segini gak ada yang ke lab, kan mas kepala labnya”

“udah ah, jangan kebanyakan alasan, ayo makan” ajak win yang sudah semangat untuk sesi makan siang.

“tapi mas penasaran sama pocky itu deh, mas pernah lihat ada game pocky yang di taruh di sini nih win” bright mencondongkan badannya dan langsung mengusapkan jarinya di bibir winata.

“wanna try?” tawar Bright

“ma…mas, I think its not a good idea”

“just once, I promise” bright belum menyerah juga.

Suasana di balkon lantai 7 yang sepi dan sunyi membuat winata berpikir dua kali untuk menyetujui pinta Bright, namun karena situasi sedang mendukung mereka maka yang terjadi selanjutnya adalah

“okay, just once right?”

“yes, mau kan?”

Win tak menjawab, yang ia lakukan adalah menempatkan stick pocky itu dibibirnya, menunggu bright untuk menuntaskan penasarannya.

“come and bite me” ucap win yang terdengar seperti menantang ditelinga bright.

Mendengar jawaban itu Bright langsung mencondongkan tubuhnya, mulai menggigit sedikit demi sedikit stick coklat itu hingga tak lagi bersisa, hingga tak ada jarak diantara keduanya dan membuat bibir mereka saling bericuman, menikmati manisnya coklat itu dengan cara yang baru untuk mereka nikmati bersama, ciuman penuh perasaan dan cinta itu serasa semakin dalam menghanyutkan mereka untuk lupa dengan keadaan sekitar.

“EHEMMMM…..SEKALI LAGI INI KAMPUS, BUKAN HOTEL BINTANG LIMA”

Suara itu mengangetkan Bright dan Winata, suara Gawin yang berdiri di depan pintu laboratorium. Intrupsi itu melerai ciuman itu secara paksa, membuat winata tertunduk malu dan membuat bright secepat kilat kembali ke posisi duduknya.

“gue udah perhatiin kalian sebulan terakhir ini, semakin hari kok semakin berani ya, kalian itu dosen dan mahasiswa kalau masing di fakultas, jaga sikap kalian”

ujar Gawin yang sudah panas, pasalnya sebulan terakhir ia diam dan tak pernah membahas apalagi menyinggung masalah video kartu memori itu, selama satu bulan juga ia memperhatikan gerak-gerik dosen dan mahasiswa ini yang semakin hari semakin berani menunjukkan adanya hubungan yang tak wajar diantara keduanya.

“bright abis ini ketemu gue di ruang konseling, ada yang mau gue omongin sama lo”

titah Gawin yang selanjutnya turun menggunakan tangga meninggalkan Bright dan Win yang masih dalam suasana canggung disana.

Balkon fakultas psikologi Senin, 26 september 2019-12:25 Pm

Video Call Minggu 25 september 2019-10:30 Pm

Setelah lelahnya menghabiskan waktu seharian bersama, kini Bright dan Win sudah ada di kamar masing-masing, mereka sedang melakukan video call.

Begitulah dua hati yang sedang di mabuk asmara, perjalanan satu bulan terakhir rasanya tidak terasa bagi Bright maupun Winata, mereka menikmati tiap harinya berdua, saling mengenal lebih jauh, saling mengerti satu sama lain. Dan hari minggu adalah agenda wajib mereka untuk sekedar menghabiskan waktu eskplore kota semarang atau malah liburan dadakan seperti hari ini.

Dari pagi hingga ke petang mereka habiskan bersama, menikmati waktu berdua, seakan dunia ini isinya hanyalah kebahagiaan selama satu bulan terakhir.

“capek gak win? Maaf ya pulangnya kemaleman nih” itu suara Bright dari ponsel winata.

“enggak mas, win malah seneng banget tauuukkk, rasanya kaya apa ya mas? Kaya pikiran win di refresh lagi gitu, capek sih tapi capek yang nyenengin gitu loh mas, paham kan?” respon win yang aktif mengoceh didepan layar.

Sedangkan Bright hanya terkekeh melihat win yang terlihat menggemaskan di layar ponselnya.

“iya anggap aja itu reward buat kamu karena udah rajin, rajin bantuin mas ngasdos sama rajin revisian” Bright tersenyum disana.

“pokoknya makasih ya mas buat satu bulan paling memoriable banget buat win selama masa kuliah huhuhu seneng banget”

“sama-sama win, mas juga seneng, makasih udah mau mengenal satu sama lain ya”

Ucap bright yang hanya direspon anggukan manis mahasiswanya itu.

“udah ngantuk belum win?”

“lumayan nih mas, mas Bright apa gak ngantuk? Seharian kita jalan-jalan, pas dinner juga mas Bright masih bantuin aku revisian kan tadi”

“yaudah, kamu abis ini istirahat ya, besok senin kan makulnya Gawin”

“ummm…. Mau dinyanyiin boleh gak mas? Buat pengantar bobo”

tanya winata malu-malu, ia tahu kalau Bright bisa menggunakan beberapa alat musik seperti gitar dan piano.

“mau dinyanyiin hmmm? Boleh, bentar ya mas ambil gitar dulu”

Setelahnya Bright menghilang dari depan layar, tak lama memang, tak sampai satu menit Bright sudah kembali muncul membawa sebuah gitar di tangan.

“mau mas nyanyiin apa win?” Bright bertanya setelah menyetting smartphone-nya sedemikian rupa.

“apa aja deh mas, terserah mas bright” winata menjawab dengan senyum yang terpatri disana, diwajah manisnya.

Tak bohong jika sekarang ada jutaan kupu-kupu yang serasa bersarang diperutnya, dinyanyikan oleh orang yang selama satu bulan terakhir mengisi dan menghiasi hari-harinya sungguh menjadi hal yang baru bagi winata.

“yadah, dengerin ya, tapi janji abis mas nyanyiin kamu bobo ya”

“iya mas iya, cepetan win keburu merem nih hahhahaha”

Setelahnya suara petikan gitar mulai terdengar, menjadi sebuah melodi yang enak untuk dinikmati.

Tandatanya

Senin 18 Agustus 2019 Kantin Psikologi-19:15 Pm

Mereka sepakat untuk makan malam di kantin fakultas, sederhana memang, suasana di kantin juga tak terlalu ramai karena memang bukan waktu aktif untuk perkuliaha, hanya satu dua orang saja yang terlihat lalu lalang disini. Bright dan win duduk berhadap-hadapan di meja paling ujung dikantin ini.

“mas mau makan apa?” tanya win sambil membuka dan membalik lembar demi lembar buku menu.

“mas makan apapun yang kamu pesenin deh win” jawab Bright dengan senyum diakhir kalimatnya.

Win yang mendengar kalimat itu langsung berhenti membaca buku menu dan mengalihkan perhatiannya dari memperhatikan setiap item menu pada Bright yang duduk di depannya dengan senyum yang masih terukir disana.

“apaan sih mas, win nanya beneran nih mas mau makan apa?”

tanya win sekali lagi namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan senyuman itu diwajahnya.

“hahahha, beneran sama kayak kamu aja win, tapi kalau minumnya mas eskopi aja win, kamu pasti mau pesen es susu kan?”

tebak Bright yang memang sudah bisa menghafal beberapa hal kesukaan winata mulai dari eskrim hingga es susu.

“mas tau aja hehehe” jawab win sambil terkekeh karena Bright bisa menebak salah satu item yang akan ia pesan.

“nasi goreng mau gak mas?”

“boleh, punya mas gak pedes ya win”

Win mengangguk, setelahnya ia berdiri dan menuju ibu kantin untuk memesan pesanan mereka.

Tak lama setelahnya mereka sudah mendapatkan apa yang mereka pesan dan tersaji di depan mereka masing-masing.

“jadi hari ini gimana win? Ada yang mau diceritain sama mas?” tanya Bright sebelum menyendokkan nasi goreng dalam mulutnya.

“apa ya mas, hmmmm. Cuma gitu-gitu aja sih mas kuliahnya, tadi mata kuliah pak Gawin masih presentasi seperti biasanya gitu mas. Sama tadi MSDM sih tugasnya banyak banget mas huhuhu masa disuruh rangkum sistem sama struktur 5 perusahaan ternama mas, huffff”

“ya gitu lah win kalau ambil PIO, susahnya, sulitnya dijalanin aja ya? Kalau nanti ada yang kamu gak bisa atau gak paham bisa tanya sama mas”

Win tersenyum mendengar jawaban Bright, ada sebuah rasa dihatinya yang terus tumbuh seperti dipupuk.

“makasih ya mas”

“sama-sama win, oh iya beneran tanggal 21 februari ulang tahun mu?”

Bright bertanya untuk memastikan, pasalnya ia sudah memesan hotel jauh-jauh hari hanya untuk dirinya dan Winata.

“iya mas, kenapa? Masih lama juga kalau mau ngasih win kado kan? Hahahaha” canda win, tawanya sangat renyah dan enak didengar telinga.

“gapapa sih, mas Cuma mau mastiin aja, dan soal kado…..pasti ada kok, tenang aja win” tanggap Bright

“ihhhh apaan, gak mas. Win gak minta kado, bercanda aja tadi tuh. Kalau mas kapan ultahnya?” kini giliran Win yang bertanya.

Sluuurpppppp

Bright menyedot es kopi yang ia pesan untuk menghilangkan dahaganya, ia sangsi dengan pertanyaan ini karena secara tak langsung akan memeberi tahu win kalau ia adalah kakak dari Day.

“mas? Halooo, kok bengong?”

“ehh….iya maaf win, tadi nanya apa?” Bright ingin memastikan bukan pertanyaan itu yang ia dengar.

“mas ultahnya kapan? Kan tadi win nanya itu”

“o…ohhh mas ultahnya tanggal 27 desember win” ucap bright seraya memperhatikan mimik muka winata.

Benar saja, winata langsung tertegun mendengar tanggal dan bulan lahir orang di depannya, pasalnya hal itu mengingatkannya pada tanggal dan bulan ultah Day, orang yang ia benci Karena meninggalkannya tanpa alasan.

“du….duapuluh tujuh desember mas?”

tanya win terbata, ia menanyakan sekali lagi bukannya karena tidak mendengarnya, namun karena ingin memastikannya sekali lagi.

“iya win, duapuluh tujuh desember hehehhe”

bright berusaha untuk biasa saja, namun tetap saja ia bisa menangkap raut wajah muram winata disana, seperti sedang teringat Sesuatu yang buruk dimasa lalu.

“aahhhhh, iya-iya…”

respon win canggung, ia mencoba berfikir kalau banyak manusia didunia ini yang terlahir di tanggal dan bulan tersebut, pasti bukan Day saja, setidaknya itulah pikir winata.

Bright menyebrangkan tangannya dan mengelus rambut hitam winata, mengirimkan rasa sayangnya disana, dipandangnya mata indah winata seraya ia tersenyum, dan hal itu menular pada win, ia ikut tersenyum melihat senyum bright yang mengembang disana.

hingga win tak lagi sanggup membalas tatapan Bright dan memilik untuk sedikit menunduk karena malu.

“terusin aja terusss, ini di kantin fakultas bukan di kamar hotel”

Suara Gawin mengintrupsi dan langsung membuat Bright maupun Win terkejut seraya membenarkan posisi duduk mereka, ada Bright yang reflek menarik tangannya dari memegang kepala winata, dan ada winata yang langsung duduk tegap karena duduknya yang terlalu condong pada Bright.

“eh… pak Gawin heheeh, malam pak” sapa Win canggung.

“ganggu aja sih lo, belom balik juga gara-gara urusan laborat?” tanya bright yang masih mencoba meredakan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.

“inget tempat Bright, ini masih di kampus, gimana kalo ada mahasiswa lain yang lihat….” Gawin tak menanggapi sapaan Win maupun pertanyaan Bright.

Win menunduk karena malu.

“apa perlu gue bantu videoin? Biar makin enak hmm?”

ucap Gawin, ia menyinggung masalah ‘video’ pada Bright maupun Winata, namun percuma yang ia dapati adalah ekspresi kebingungan keduanya, seperti tak paham tentang perihal ‘video’ yang di singgung oleh Gawin.

Setelahnya Gawin memutar matanya dan melangkah menjauh dari meja Bright dan Winata, meninggalkan keduanya dengan tanda tanya tentang video yang di singgung oleh Dosen Modifikasi Perilaku itu.

Senin, 18 Agustus 2019. Kantin Fakultas Psikologi.

Tanda tanya

Senin 18 Agustus 2019 Kantin Psikologi-19:15 Pm

Mereka sepakat untuk makan malam di kantin fakultas, sederhana memang, suasana di kantin juga tak terlalu ramai karena memang bukan waktu aktif untuk perkuliaha, hanya satu dua orang saja yang terlihat lalu lalang disini. Bright dan win duduk berhadap-hadapan di meja paling ujung dikantin ini.

“mas mau makan apa?” tanya win sambil membuka dan membalik lembar demi lembar buku menu.

“mas makan apapun yang kamu pesenin deh win” jawab Bright dengan senyum diakhir kalimatnya.

Win yang mendengar kalimat itu langsung berhenti membaca buku menu dan mengalihkan perhatiannya dari memperhatikan setiap item menu pada Bright yang duduk di depannya dengan senyum yang masih terukir disana.

“apaan sih mas, win nanya beneran nih mas mau makan apa?”

tanya win sekali lagi namun tetap saja ia tak bisa menyembunyikan senyuman itu diwajahnya.

“hahahha, beneran sama kayak kamu aja win, tapi kalau minumnya mas eskopi aja win, kamu pasti mau pesen es susu kan?”

tebak Bright yang memang sudah bisa menghafal beberapa hal kesukaan winata mulai dari eskrim hingga es susu.

“mas tau aja hehehe” jawab win sambil terkekeh karena Bright bisa menebak salah satu item yang akan ia pesan.

“nasi goreng mau gak mas?”

“boleh, punya mas gak pedes ya win”

Win mengangguk, setelahnya ia berdiri dan menuju ibu kantin untuk memesan pesanan mereka.

Tak lama setelahnya mereka sudah mendapatkan apa yang mereka pesan dan tersaji di depan mereka masing-masing.

“jadi hari ini gimana win? Ada yang mau diceritain sama mas?” tanya Bright sebelum menyendokkan nasi goreng dalam mulutnya.

“apa ya mas, hmmmm. Cuma gitu-gitu aja sih mas kuliahnya, tadi mata kuliah pak Gawin masih presentasi seperti biasanya gitu mas. Sama tadi MSDM sih tugasnya banyak banget mas huhuhu masa disuruh rangkum sistem sama struktur 5 perusahaan ternama mas, huffff”

“ya gitu lah win kalau ambil PIO, susahnya, sulitnya dijalanin aja ya? Kalau nanti ada yang kamu gak bisa atau gak paham bisa tanya sama mas”

Win tersenyum mendengar jawaban Bright, ada sebuah rasa dihatinya yang terus tumbuh seperti dipupuk.

“makasih ya mas”

“sama-sama win, oh iya beneran tanggal 21 februari ulang tahun mu?”

Bright bertanya untuk memastikan, pasalnya ia sudah memesan hotel jauh-jauh hari hanya untuk dirinya dan Winata.

“iya mas, kenapa? Masih lama juga kalau mau ngasih win kado kan? Hahahaha” canda win, tawanya sangat renyah dan enak didengar telinga.

“gapapa sih, mas Cuma mau mastiin aja, dan soal kado…..pasti ada kok, tenang aja win” tanggap Bright

“ihhhh apaan, gak mas. Win gak minta kado, bercanda aja tadi tuh. Kalau mas kapan ultahnya?” kini giliran Win yang bertanya.

Sluuurpppppp

Bright menyedot es kopi yang ia pesan untuk menghilangkan dahaganya, ia sangsi dengan pertanyaan ini karena secara tak langsung akan memeberi tahu win kalau ia adalah kakak dari Day.

“mas? Halooo, kok bengong?”

“ehh….iya maaf win, tadi nanya apa?” Bright ingin memastikan bukan pertanyaan itu yang ia dengar.

“mas ultahnya kapan? Kan tadi win nanya itu”

“o…ohhh mas ultahnya tanggal 27 desember win” ucap bright seraya memperhatikan mimik muka winata.

Benar saja, winata langsung tertegun mendengar tanggal dan bulan lahir orang di depannya, pasalnya hal itu mengingatkannya pada tanggal dan bulan ultah Day, orang yang ia benci Karena meninggalkannya tanpa alasan.

“du….duapuluh tujuh desember mas?”

tanya win terbata, ia menanyakan sekali lagi bukannya karena tidak mendengarnya, namun karena ingin memastikannya sekali lagi.

“iya win, duapuluh tujuh desember hehehhe”

bright berusaha untuk biasa saja, namun tetap saja ia bisa menangkap raut wajah muram winata disana, seperti sedang teringat Sesuatu yang buruk dimasa lalu.

“aahhhhh, iya-iya…”

respon win canggung, ia mencoba berfikir kalau banyak manusia didunia ini yang terlahir di tanggal dan bulan tersebut, pasti bukan Day saja, setidaknya itulah pikir winata.

Bright menyebrangkan tangannya dan mengelus rambut hitam winata, mengirimkan rasa sayangnya disana, dipandangnya mata indah winata seraya ia tersenyum, dan hal itu menular pada win, ia ikut tersenyum melihat senyum bright yang mengembang disana.

hingga win tak lagi sanggup membalas tatapan Bright dan memilik untuk sedikit menunduk karena malu.

“terusin aja terusss, ini di kantin fakultas bukan di kamar hotel”

Suara Gawin mengintrupsi dan langsung membuat Bright maupun Win terkejut seraya membenarkan posisi duduk mereka, ada Bright yang reflek menarik tangannya dari memegang kepala winata, dan ada winata yang langsung duduk tegap karena duduknya yang terlalu condong pada Bright.

“eh… pak Gawin heheeh, malam pak” sapa Win canggung.

“ganggu aja sih lo, belom balik juga gara-gara urusan laborat?” tanya bright yang masih mencoba meredakan detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.

“inget tempat Bright, ini masih di kampus, gimana kalo ada mahasiswa lain yang lihat….” Gawin tak menanggapi sapaan Win maupun pertanyaan Bright.

Win menunduk karena malu.

“apa perlu gue bantu videoin? Biar makin enak hmm?”

ucap Gawin, ia menyinggung masalah ‘video’ pada Bright maupun Winata, namun percuma yang ia dapati adalah ekspresi kebingungan keduanya, seperti tak paham tentang perihal ‘video’ yang di singgung oleh Gawin.

Setelahnya Gawin memutar matanya dan melangkah menjauh dari meja Bright dan Winata, meninggalkan keduanya dengan tanda tanya tentang video yang di singgung oleh Dosen Modifikasi Perilaku itu.

Senin, 18 Agustus 2019. Kantin Fakultas Psikologi.

Seperti biasanya, setelah menyelesaikan pekerjaan mereka dengan berpura-pura menjadi Sarawat-tine, Bright dan win pulang di condo milik bright karena akan memudahkan win untuk langsung ke lokasi bekerja daripada harus pulang kerumah ditengah malam seperti ini.

“kak tadi ada adegan yang harusnya gak ada di script loh kak, kok kakak malah main cium-cium sih di depan kamera?”

“kenapa hmmm? Biar bagus aja nanti pas udah tayang”

“tapi kan, kalau kru pada curiga gimana?”

“curiga gimana?”

“ya curiga sama hubungan kita, katanya mau keep it lowkey, tapi kakak sendiri yang gak bisa biasa aja kalau di publik, huff sebel” win mengerucutkan bibirnya, terlihat lucu dan menggoda disaat yang sama.

“hmmm? Kenapa sebel? kan Cuma cium pipi, bukan sampai yang lain –lain kayak biasanya kita lakuin disini kan?”

ujar bright seraya menepuk ranjang empuk yang sedari tadi menompang berat mereka berdua.

“emang biasanya kita ngapain?” win yang telantang diranjang menghadapkan dirinya lebih condong ke arah bright.

“mau kak bright lakuin sekarang hmmm? Jangan suka mancing-mancing, yang kemarin masih sakit kan?”

bright ikut mencondongkan dirinya ke arah metawin, jadilah diatas ranjang mereka saling telentang berhadapan.

“it hurts but feel so good” goda win dengan senyum nakalnya.

Siapa sangka kalau win yang terlihat seperti anak polos ini benar-benar menguji akal sehat bright tiap kali hanya ada mereka berdua di ruangan.

“don’t try me bunny, u know I’m not gonna stop right?”

bright memperingatkan win untuk terakhir kalinya, sejujurnya sejak di pengambilan beberapa scene bright benar-benar menekan libidonya agar tak meledak ditengah shooting.

Win tersenyum, ia tak menjawab pertanyaan yang bright berikan, yang ia lakukan adalah membelai rahang tegas bright, dengan sentuhan yang lembut itu cukup membuat bright meremang disana. Win mengusapkan jarinya di pipi bright.

“gimana win gak kegoda kalau pacarnya win ganteng kayak gini?”

Bright memejamkan matanya, menikmati sentuhan demi sentuhan yang diberikan metawin padanya, sentuhan sederhana yang sangat sensual ia rasakan disana.

Dipegangnya tangan metawin yang asik mengusap pipinya, dipegang dan dicuminya tangan indah itu, setelahnya ia tersenyum.

“suka ya ngegoda kak bright kayak gini hmm? Nakal ya bunny-nya kak bright”

kini tangan bright yang menyebrang diantara jarak mereka berdua dan langsung meremas pantat sintal metawin, membuat win memejamkan matanya seraya menikmati sentuhan demi sentuhan yang bright berikan padanya.

Tangan Bright semakin nakal dengan mengelus era paha bagian dalam metawin, sentuhan sesual yang dapat membangkitkan libido si manis agar terus meminta lebih dan lebih.

“eengghhh….kakhhh…” win mengigit bibirnya sendiri

“kenapa hmmmm?” tanya bright yang masih asik memebrikan sentuhan-sentuhan sensualnya

Win tak menjawab, yang ia akukan adalah memejamkan mata, menggigit bibirnya sendiri dan menikmati sentuhan demi sentuhan di kulitnya, terasa nikmat dan membuat getaran nafsu itu semakin membuncah.

“eeemmmmhhhh, plishhhh kakkhhh” win mendesah dan akhirnya memegang tangan bright yang semakin liar memberikan sentuhan di kulitnya.

Bright yang mendengar win semakin meminta pada dirinya langsung memposisikan dirinya di atas si manis, sedangkan win yang tadinya memejamkan matanya kini melihat bright yang menindihnya, memperhatikan ketampanan sang kekasih, dibelainya rahang tegang sang kekasih yang menjadi spot kesukaannya.

“gimme that kak, I want it” ucap win dengan suara yang terdengar parau karena menahan nafsu dan nikmat yang menyerangnya dari tadi.

Bright tersenyum mendengarnya, dibelainya rambut win yang ada dibawahnya, memberikan dan mengirimkan afeksinya pada win.

“yakin hmm? Kan semalem udah sayang, masih sakit kan sampai sekarang? Kakak gak mau egois win, kakak sayang sama kamu, kakak gak mau nyakitin orang yang kakak sayang”

ucap bright yang diakhiri mengecup dahi metawin.

Win tersenyum mendengar perkataan bright diatasnya, ia tahu dan paham kalau bright tak suka memaksakan kehendakanya jika itu menyakiti dirinya, namun berbeda dengan saat ini, win lah yang sangat ingin melakukannya.

“win yang mau, win mau sekarang” ucap win seraya memberikan senyuman manis itu

“beneran hmmm?” tanya bright memastikan sekali lagi

“beneran kakkk, ihhh” win gemas sendiri dengan bright yang terlalu banyak meminta izinnya.

Bright tersenyum geli melihat win yang sedang ingin melakukannya sekarang, maka yang dilakukan bright selanjutnya adalah memupus jarak diantara mereka, memberkan kecupan dan ciuman lembut tepat di bibit win yang ada dibawahnya, cukup pelan dan penuh dengan perasaan seakan memberi tahu win kalau ia tak akan menyakitinya.

Ciuman itu menjadi semakin dalam dan semakin panas, win semakin menuntut lebih dari permaianan ranjang kali ini, tangannya pun tak bisa diam, dibawanya tangan itu masuk kedalam kaos yang dikenakan bright, disana ia mengusap dada hingga perut padat berotot yang meiliki enam ceruk kotak kesukaannya.

“eummmhhh…..emmmmmhhhh”

win mulai mendesah ditengah panasnya pagutan mereka, mencoba untuk membakar nafsu Bright agar menunjukkan sisi liarnya, sungguh keputusan untuk membangunkan singa yang tengah tertidur dalam diri Bright adalah hal yang menantang bagi win.

Selanjutnya yang dilakukan bright adalah mencoba melucuti satu persatu pakaian yang win kenakan, masih dengan ciuman panas yang terasa semakin nikmat dan semakin dalam, di campakkannya kaos yang dikenakan si manis, menampilkan kulit putih bersih dan beberapa bercak merah yang masih belum hilang karena permaianan mereka semalam.

PWAHHHHH

Ciuman mereka terlerai, bright memandang lekat-lekat metawin yang ada dibawah dominasinya, tangannya langsung meremas dada yang selalu menggodanya itu, membuat win langsung memejamkan mata dan membusungkan dadanya merasakan nikmat tak terkira dari sentuhan sensual itu.

“engghh….kakkhhhhhh”

desah win yang membakar nafsu bright ketika mendengarnya.

“kenapa hmm? Enak sayang? Suka diginiin sama kak bright, iya?”

ucap bright yang masih sibuk meremas dan terkadang bermain di puting merah muda itu, ia cubit pelan dan iya putar-putar hingga membuat win mendesah keenakan.

“su….kaahhhh….aghhhh…win sukaaahhhhh”

Setelah mendengarnya, Bright langsung menjilat dan menggigit dada win, membuat tanda merah baru disana. Diremas dan di pilin puting itu membuat win menggila, libidonya meningkat drastis, nafsunya seperti api yang tersulut oleh bahan bakar, membara dan menggelora menuntut untuk dipuaskan sekarang juga.

Tangan win meremas rambut Bright, seakan memberikan semangat untuk terus mengerjai dan mengacaukannya, dibawah sana win bisa merasakan kalau Bright sudah mengeras, sangat terasa meski masing terbungkus oleh celana dan hal itu membuat win tak sabaran, tangannya tak bisa menjangkau benda keras itu, yang bisa ia lakukan adalah meremas rambut dan menggerayangi punggung kekar Bright. Tak berlangsung lama, Bright menyudahi kegiatan menandai metawinnya itu, setelahnya ia membuat win polos dibawahnya, dilucuti semua kain yang tersisa dibadan pemeran Tine itu hingga tak berbisa sehelai benang pun.

“r u ready baby?” tanya Bright memastikan untuk terakhir kalinya

“come and fly me to the moon”

jawab win manja membuat Bright berjanji tak akan berputar balik saat ini, its too far to coming back.

Selanjutnya yang dilakukan bright adalah membuat dirinya polos diatas metawin, memamerkan setiap lekuk tubuhnya yang terpahat indah pada kekasih manisnya yang berada dibawah sana, hingga tak ada satu pakaian pun yang tersisa, mereka berdua polos diatas ranjang.

Bright merangkak naik, memposisikan penisnya tepat didepan wajah metawin, dan win tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, bright menggenggam penisnya yang keras menantang langit-langit yang selanjutnya ia genggamkan penis itu di tangan metawin agar si manis dapat merasakan betapa keras dan hangatnya penis sang dominan yang terasa berdenyut-denyut.

Dimasukkannya kebanggaan Bright kedalam mulutnya, membuat Bright merasakan nikmat karena hangat dan lembabnya mulut metawin, di pegangnya kepala win dan membuat gerakan maju-mundur agar membuatnya lebih nikmat lagi, membuat penisnya masuk lebih dalam lagi mencari-cari nikmat dan hangat yang serasa semakin menerjang mereka berdua.

Setelah dirasa cukup, maka selanjutnya yang Bright lakukan adalah turun dari ranjang dan mencari sesuatu di laci nakas, sebuah lubricant agar win tak merasa kesakitan ketika melakukan penyatuan nanti, mungkin saja tetap terasa sakitnya namun tak sesakit jika tak menggunakan lubricant.

Setelah mendapat benda yang ia cari-cari, Bright bergegas naik keatas ranjang, bergabung bersama win yang menunggunya dari tadi.

“sabar ya sayang” ucap bright seraya mengoeskan cairan itu ke penisnya.

“kalau sakit jangan gigit bibir lagi ya win, teriak aja gapapa biar kak bri tahu, biar kak bri pelan-pelan”

Win mengangguk dan tersenyum manis dibawahnya. Ia merasakan Bright mulai memasukinya, perlahan namun sangat terasa dan mengisi metawin hingga terasa penuh dalam dirinya.

“eemmhhhh……kakhhhh pe….pelannhhhh”

win memekik ketika Bright mulai memasukkan penisnya dalam diri metawin, membuat win merasakan sesak itu lagi, sesak dan penuh yang sama yang ia rasakan semalam kini terulang lagi.

“iya sayang, iya kak Bright pelan” dengan begitu Bright memelan kan temponya, perlahan namun pasti ia masukkan kedalam diri metawin hinga tak tersisa lagi, semuanya sudah masuk didalam sana.

“kak Bright gerak ya sayang?” tanya Bright memastikan Win hanya meringis sambil mengangguk memberikan izinnya.

Bright bergerak pelan, menjaga temponya agar win juga menikmati percintaan yang mereka berdua lakukan, menikmati setiap gerakannya untuk membawa mereka pergi jauh di awang-awang.

“eeemmhhhh….kakhhhh” desah win yang kini mulai nyaman dengan tempo yang diberikan Bright.

“kenapa hmmm?” tanya Bright yang masih menjaga tempo pelannya

“fasshhhhhhhterhhhh….fasterhhh kakkk”

Bright menambah tempo-nya, dari lambat kini semakin cepat semakin kencang, menunbuk metawin dalam-dalam dan membuat win meracau tak jelas karena nikmat yang terus menyiksa dirinya.

“ahhh….ahhh kakhhh…..yeshhh…ahhh ….fuck me..ahhhh” desah win semakin menjadi jadi seiring cepatnya tempo yang diberikan oleh Bright.

“as u wish baby” ucap bright yang selanjutnya menghajar win dengan tempo yang keras, cepat dan menghancurkan metawin hingga tak kuat lagi menerima nikmat yang diberikan oleh Bright.

“ahhh….kakhhh..ahhh win…win mau…..”

“bentar sayanghh, barengannhhh”

Bright mempercepat gerakannya, membuat dirinya senikmat mungkin bersama metawin di bawahnya.

“winnh…gak kuathh….win kel….luarrhhhhhh AAAHHHHHHHH”

“kak Bright keluar juga sayanghhh ARRGHHHH AHHHHHH FUCKKKK”

Mereka kaluar bersamaaan, menggapai putihnya cinta mereka diatas ranjang bersama, saling menikmati dan tak ada paksaan sama sekali. Setelahnya mereka berdua yang kelelahan terlelap berdua di atas ranjang. Menggapai mimpi setelah lelahnya bercinta dengan pasangan.

konten kotor JeJe 2020

imp

Seperti biasanya, setelah menyelesaikan pekerjaan mereka dengan berpura-pura menjadi Sarawat-tine, Bright dan win pulang di condo milik bright karena akan memudahkan win untuk langsung ke lokasi bekerja daripada harus pulang kerumah ditengah malam seperti ini.

“kak tadi ada adegan yang harusnya gak ada di script loh kak, kok kakak malah main cium-cium sih di depan kamera?”

“kenapa hmmm? Biar bagus aja nanti pas udah tayang”

“tapi kan, kalau kru pada curiga gimana?”

“curiga gimana?”

“ya curiga sama hubungan kita, katanya mau keep it lowkey, tapi kakak sendiri yang gak bisa biasa aja kalau di publik, huff sebel” win mengerucutkan bibirnya, terlihat lucu dan menggoda disaat yang sama.

“hmmm? Kenapa sebel? kan Cuma cium pipi, bukan sampai yang lain –lain kayak biasanya kita lakuin disini kan?”

ujar bright seraya menepuk ranjang empuk yang sedari tadi menompang berat mereka berdua.

“emang biasanya kita ngapain?” win yang telantang diranjang menghadapkan dirinya lebih condong ke arah bright.

“mau kak bright lakuin sekarang hmmm? Jangan suka mincing-mancing, yang kemarin masih sakit kan?” bright ikut mencondongkan dirinya ke arah metawin, jadilah diatas ranjang mereka saling telentang berhadapan.

“it hurts but feel so good” goda win dengan senyum nakalnya. Siapa sangka kalau win yang terlihat seperti anak polos ini benar-benar menguji akal sehat bright tiap kali hanya ada mereka berdua di ruangan.

“don’t try me bunny, u know I’m not gonna stop right?”

bright memperingatkan win untuk terakhir kalinya, sejujurnya sejak di pengambilan beberapa scene bright benar-benar menekan libidonya agar tak meledak ditengah shooting.

Win tersenyum, ia tak menjawab pertanyaan yang bright berikan, yang ia lakukan adalah membelai rahang tegas bright, dengan sentuhan yang lembut itu cukup membuat bright meremang disana. Win mengusapkan jarinya di pipi bright.

“gimana win gak kegoda kalau pacarnya win ganteng kayak gini?”

Bright memejamkan matanya, ,menikmati sentuhan demi sentuhan yang diberikan metawin padanya, sentuhan sederhana yang sangat sensual ia rasakan disana.

Dipegangnya tangan metawin yang asik mengusap pipinya, dipegang dan dicuminya tangan indah itu, setelahnya ia tersenyum.

“suka ya ngegoda kak bright kayak gini hmm? Nakal ya bunny-nya kak bright”

kini tangan bright yang menyebrang diantara jarak mereka berdua dan langsung meremas pantat sintal metawin, membuat win memejamkan matanya seraya menikmati sentuhan demi sentuhan yang bright berikan padanya.

Tangan Bright semakin nakal dengan mengelus era paha bagian dalam metawin, sentuhan sesual yang dapat membangkitkan libido si manis agar terus meminta lebih dan lebih.

“eengghhh….kakhhh…” win mengigit bibirnya sendiri

“kenapa hmmmm?” tanya bright yang masih asik memebrikan sentuhan-sentuhan sensualnya

Win tak menjawab, yang ia akukan adalah memejamkan mata, menggigit bibirnya sendiri dan menikmati sentuhan demi sentuhan di kulitnya, terasa nikmat dan membuat getaran nafsu itu semakin membuncah.

“eeemmmmhhhh, plishhhh kakkhhh” win mendesah dan akhirnya memegang tangan bright yang semakin liar memberikan sentuhan di kulitnya.

Bright yang mendengar win semakin meminta pada dirinya langsung memposisikan dirinya di atas si manis, sedangkan win yang tadinya memejamkan matanya kini melihat bright yang menindihnya, memperhatikan ketampanan sang kekasih, dibelainya rahang tegang sang kekasih yang menjadi spot kesukaannya.

“gimme that kak, I want it” ucap win dengan suara yang terdengar parau karena menahan nafsu dan nikmat yang menyerangnya dari tadi.

Bright tersenyum mendengarnya, dibelainya rambut win yang ada dibawahnya, memberikan dan mengirimkan afeksinya pada win.

“yakin hmm? Kan semalem udah sayang, masih sakit kan sampai sekarang? Kakak gak mau egois win, kakak sayang sama kamu, kakak gak mau nyakitin orang yang kakak sayang”

ucap bright yang diakhiri mengecup dahi metawin.

Win tersenyum mendengar perkataan bright diatasnya, ia tahu dan paham kalau bright tak suka memaksakan kehendakanya jika itu menyakiti dirinya, namun berbeda dengan saat ini, win lah yang sangat ingin melakukannya.

“win yang mau, win mau sekarang” ucap win seraya memberikan senyuman manis itu

“beneran hmmm?” tanya bright memastikan sekali lagi

“beneran kakkk, ihhh” win gemas sendiri dengan bright yang terlalu banyak meminta izinnya.

Bright tersenyum geli melihat win yang sedang ingin melakukannya sekarang, maka yang dilakukan bright selanjutnya adalah memupus jarak diantara mereka, memberkan kecupan dan ciuman lembut tepat di bibit win yang ada dibawahnya, cukup pelan dan penuh dengan perasaan seakan memberi tahu win kalau ia tak akan menyakitinya.

Ciuman itu menjadi semakin dalam dan semakin panas, win semakin menuntut lebih dari permaianan ranjang kali ini, tangannya pun tak bisa diam, dibawanya tangan itu masuk kedalam kaos yang dikenakan bright, disana ia mengusap dada hingga perut padat berotot yang meiliki enam ceruk kotak kesukaannya.

“eummmhhh…..emmmmmhhhh”

win mulai mendesah ditengah panasnya pagutan mereka, mencoba untuk membakar nafsu Bright agar menunjukkan sisi liarnya, sungguh keputusan untuk membangunkan singa yang tengah tertidur dalam diri Bright adalah hal yang menantang bagi win.

Selanjutnya yang dilakukan bright adalah mencoba melucuti satu persatu pakaian yang win kenakan, masih dengan ciuman panas yang terasa semakin nikmat dan semakin dalam, di campakkannya kaos yang dikenakan si manis, menampilkan kulit putih bersih dan beberapa bercak merah yang masih belum hilang karena permaianan mereka semalam.

PWAHHHHH

Ciuman mereka terlerai, bright memandang lekat-lekat metawin yang ada dibawah dominasinya, tangannya langsung meremas dada yang selalu menggodanya itu, membuat win langsung memejamkan mata dan membusungkan dadanya merasakan nikmat tak terkira dari sentuhan sensual itu.

“engghh….kakkhhhhhh”

desah win yang membakar nafsu bright ketika mendengarnya.

“kenapa hmm? Enak sayang? Suka diginiin sama kak bright, iya?”

ucap bright yang masih sibuk meremas dan terkadang bermain di puting merah muda itu, ia cubit pelan dan iya putar-putar hingga membuat win mendesah keenakan.

“su….kaahhhh….aghhhh…win sukaaahhhhh”

Setelah mendengarnya, Bright langsung menjilat dan menggigit dada win, membuat tanda merah baru disana. Diremas dan di pilin puting itu membuat win menggila, libidonya meningkat drastis, nafsunya seperti api yang tersulut oleh bahan bakar, membara dan menggelora menuntut untuk dipuaskan sekarang juga.

Tangan win meremas rambut Bright, seakan memberikan semangat untuk terus mengerjai dan mengacaukannya, dibawah sana win bisa merasakan kalau Bright sudah mengeras, sangat terasa meski masing terbungkus oleh celana dan hal itu membuat win tak sabaran, tangannya tak bisa menjangkau benda keras itu, yang bisa ia lakukan adalah meremas rambut dan menggerayangi punggung kekar Bright. Tak berlangsung lama, Bright menyudahi kegiatan menandai metawinnya itu, setelahnya ia membuat win polos dibawahnya, dilucuti semua kain yang tersisa dibadan pemeran Tine itu hingga tak berbisa sehelai benang pun.

“r u ready baby?” tanya Bright memastikan untuk terakhir kalinya

“come and fly me to the moon”

jawab win manja membuat Bright berjanji tak akan berputar balik saat ini, its too far to coming back.

Selanjutnya yang dilakukan bright adalah membuat dirinya polos diatas metawin, memamerkan setiap lekuk tubuhnya yang terpahat indah pada kekasih manisnya yang berada dibawah sana, hingga tak ada satu pakaian pun yang tersisa, mereka berdua polos diatas ranjang.

Bright merangkak naik, memposisikan penisnya tepat didepan wajah metawin, dan win tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, bright menggenggam penisnya yang keras menantang langit-langit yang selanjutnya ia genggamkan penis itu di tangan metawin agar si manis dapat merasakan betapa keras dan hangatnya penis sang dominan yang terasa berdenyut-denyut.

Dimasukkannya kebanggaan Bright kedalam mulutnya, membuat Bright merasakan nikmat karena hangat dan lembabnya mulut metawin, di pegangnya kepala win dan membuat gerakan maju-mundur agar membuatnya lebih nikmat lagi, membuat penisnya masuk lebih dalam lagi mencari-cari nikmat dan hangat yang serasa semakin menerjang mereka berdua.

Setelah dirasa cukup, maka selanjutnya yang Bright lakukan adalah turun dari ranjang dan mencari sesuatu di laci nakas, sebuah lubricant agar win tak merasa kesakitan ketika melakukan penyatuan nanti, mungkin saja tetap terasa sakitnya namun tak sesakit jika tak menggunakan lubricant.

Setelah mendapat benda yang ia cari-cari, Bright bergegas naik keatas ranjang, bergabung bersama win yang menunggunya dari tadi.

“sabar ya sayang” ucap bright seraya mengoeskan cairan itu ke penisnya.

“kalau sakit jangan gigit bibir lagi ya win, teriak aja gapapa biar kak bri tahu, biar kak bri pelan-pelan”

Win mengangguk dan tersenyum manis dibawahnya. Ia merasakan Bright mulai memasukinya, perlahan namun sangat terasa dan mengisi metawin hingga terasa penuh dalam dirinya.

“eemmhhhh……kakhhhh pe….pelannhhhh”

win memekik ketika Bright mulai memasukkan penisnya dalam diri metawin, membuat win merasakan sesak itu lagi, sesak dan penuh yang sama yang ia rasakan semalam kini terulang lagi.

“iya sayang, iya kak Bright pelan” dengan begitu Bright memelan kan temponya, perlahan namun pasti ia masukkan kedalam diri metawin hinga tak tersisa lagi, semuanya sudah masuk didalam sana.

“kak Bright gerak ya sayang?” tanya Bright memastikan Win hanya meringis sambil mengangguk memberikan izinnya.

Bright bergerak pelan, menjaga temponya agar win juga menikmati percintaan yang mereka berdua lakukan, menikmati setiap gerakannya untuk membawa mereka pergi jauh di awang-awang.

“eeemmhhhh….kakhhhh” desah win yang kini mulai nyaman dengan tempo yang diberikan Bright.

“kenapa hmmm?” tanya Bright yang masih menjaga tempo pelannya

“fasshhhhhhhterhhhh….fasterhhh kakkk”

Bright menambah tempo-nya, dari lambat kini semakin cepat semakin kencang, menunbuk metawin dalam-dalam dan membuat win meracau tak jelas karena nikmat yang terus menyiksa dirinya.

“ahhh….ahhh kakhhh…..yeshhh…ahhh ….fuck me..ahhhh” desah win semakin menjadi jadi seiring cepatnya tempo yang diberikan oleh Bright.

“as u wish baby” ucap bright yang selanjutnya menghajar win dengan tempo yang keras, cepat dan menghancurkan metawin hingga tak kuat lagi menerima nikmat yang diberikan oleh Bright.

“ahhh….kakhhh..ahhh win…win mau…..”

“bentar sayanghh, barengannhhh”

Bright mempercepat gerakannya, membuat dirinya senikmat mungkin bersama metawin di bawahnya.

“winnh…gak kuathh….win kel….luarrhhhhhh AAAHHHHHHHH”

“kak Bright keluar juga sayanghhh ARRGHHHH AHHHHHH FUCKKKK”

Mereka kaluar bersamaaan, menggapai putihnya cinta mereka diatas ranjang bersama, saling menikmati dan tak ada paksaan sama sekali. Setelahnya mereka berdua yang kelelahan terlelap berdua di atas ranjang. Menggapai mimpi setelah lelahnya bercinta dengan pasangan.

konten kotor JeJe 2020

Suspect

Senin 18 Agustus 2019 Ruang Dosen 16:10 Pm

Bright yang selesai mengajar langsung teringat tentang laporan dan memory card yang ia letakkan di laci.

mengingat ia memberikan Gawin izin untuk mengambil laporan itu dalam lacinya tak menutup kemungkinan kalau Gawin bisa saja menemukan memory card itu.

Dengan langkah buru-buru dari lantai 5, Bright langsung menuju ruang dosen, otaknya dipaksa terus memikirkan tentang Memory Card itu.

Sesampainya di ruang dosen ia melihat Gawin disana, dimeja kerjanya.

Bright berjalan mendekati Gawin dan langsung menanyakan sesuatu.

“udah lo ambil laporannya di laci?”

“u... Udah nih, udah gue benerin semuanya kok santai aja” jawab Gawin

“Oh.... Yaudah”

Ada sebuah kecanggungan disana, dari Bright maupun Gawin. Kecanggungan yang tak bisa mereka berdua utarakan karena kecamuk di pikiran masing – masing.

Dengan begitu Bright langsung kembali ke meja kerjanya, di bukanya laci itu, Memory Card itu masih tersimpan di dalam sana.

tanpa Bright tahu kalau isi dari file itu telah di Copy oleh Gawin dan tanpa Bright tahu kalau Gawin memperhatikannya ketika membuka laci itu, seperti ada perasaan kelegaan di wajah Bright dan itu terbaca oleh Gawin.

Maka sebelum semuanya bertambah rumit, dengan cepat Bright membawa Memory Card itu dalam genggamannya.

“gue ke toilet dulu ya? Abis ini aja absennya baru balik” pamit Bright pada gawin yang hanya memberinya jempol sebagai persetujuan.

Setelahnya Bright buru-buru keluar ruang Dosen dan langsung menuju kamar mandi, di keluarkannya kartu memori itu dan di patahkannya menjadi dua bagian, setelahnya ia tenggelamkan di dalam kloset bersama air yang mengalir disana.

Ada rasa kelegaan yang luar biasa di benak Bright, mengingat sejak pagi ia dibuat panik oleh sebuah kartu memori. Bright mencuci mukanya untuk menyegarkan diri dan pikirannya dari banyaknya tekanan yang ia hadapi hari ini.

Tanpa Bright tahu, setelah ia keluar dari ruang dosen, ada Gawin yang diam-diam membuka kembali laci mejanya, menemukan kartu memori itu sudah tak ada disana menambah kecurigaan Gawin, bahwasannya dugaan itu semakin benar, semua kemungkinan – kemungkinan itu hanya ada dikepala gawin dan tak bisa ia utarakan pada Bright.

Untuk saat ini, Gawin memilih diam hingga Bright ataupun Winata menceritakan semuanya.

Ruang Dosen 16:15 Pm