Rakyu

SweetBetrayal

Part 9 : Anti-Romantic


Sebenarnya part ini adalah bagian dari part 8 yang sudah dihapus.

Tapi berhubung author cerita ini baik dan suka berbagi, jadi anggap saja ini adalah special part.

Scene di part ini bisa menjadi bagian tengah atau bagian akhir dari part sebelumnya ya.


[Bella]

Sebenarnya Juan dan Ricky ingin mengantar Bella pulang ke rumahnya, tapi mereka baru teringat akan satu hal.

Yap, mereka selalu numpang mobil Reyhan saat berangkat dan pulang sekolah.

“Eh Juan, ini kita mau nganter pulannya gimana? Kan kita gak bawa motor.” Tanya Ricky.

“Lah iya juga.” Juan mikir bentar. “Ah gua tau, kita nebeng bang Reyhan aja, keknya dia belom pulang deh.”

Bella yang mendengar itu langsung membalas. “Eh gak usah, ngerepotin kak Reyhan, aku pulang naik ojol aja.”

“Gak boleh!” Seru Juan dan Ricky bersamaan.

Bella seketika kicep, dia mempoutkan bibirnya kesal. Dia juga bingung tumben banget bisa drop kaya gini, biasanya juga sehat-sehat aja.

Juan dan Ricky terus membawa Bella sampai parkiran, bertemu lah mereka dengan Reyhan yang baru saja membuka pintu mobilnya.

“Bang Reyhan!” Panggil Juan dan Ricky dari kejauhan.

“Loh kalian gak ekskul?” Tanya Reyhan, karena matanya sedikit minus dia gak sadar kalo si Ricky itu lagi gendong Bella.

“Ini bang, Bella—”

“Ya ampun itu anak orang lu apain?” Reyhan ikutan panik.

“Bella sakit bang, kita anterin pulang yuk, kesian, udah sekarat dia.” Lapor Juan, bahasanya rada ngeselin emang.

“Gak di bawa ke rumah sakit aja?” Saran Reyhan, sumpah dia gak tega liat orang sakit begitu, mukanya udah pucet banget.

“Gak usah kak Reyhan, mau pulang aja.” Suaranya Bella aja udah lemes gitu.

“Yakin?” Reyhan memastikan.

Bella hanya mampu menganggukkan kepalanya, udah gak kuat dia sebenernya pengen banget tiduran di rumah.

“Ya udah masuk ke mobil, gua anter pulang.” Suruh Reyhan, dia segera memasuki kursi kemudi.

Juan membuka pintu belakang, membiarkan Ricky dan Bella masuk lebih dulu.

Ricky menurunkan Bella dari gendongan, dia menuntun Bella untuk berpegangan padanya agar tidak jatuh.

Jadi posisinya sekarang, Ricky dan Juan berada di dekat jendela, sedangkan Bella berada di tengah mereka.

“Bel, lu kedinginan gak?” Tanya Reyhan, dia menoleh ke belakang untuk memastikan adik-adiknya itu sudah masuk semua.

Bella mengangguk, dia sudah malas berbicara, yang ingin dilakukannya sekarang hanyalah tidur.

“Ricky, tolong ambilin selimut di bagasi belakang tuh.” Perintah Reyhan. “Juan, nih kasih minyak kayu putih buat Bella.”

Juan mengambil minyak kayu putih pemberian Reyhan, setelah itu dia membaringkan kepala Bella di bahunya.

“Kalo mau tidur, tidur aja ya, nanti Juan jagain.” Bisik Juan. “Apa mau tiduran di paha Juan?”

Bella tersenyum, mungkin jika dia sedang sehat dia akan langsung memeluk Juan, tapi kali ini tidak bisa, menatap Juan saja rasanya sulit.

“Terserah Juan aja.” Lirih Bella.

Juan segera mengubah posisi Bella untuk berbaring di pahanya, dia membuka tutup botol minyak kayu putih dan mengoleskan cairan itu pada jarinya.

Juan menaruh jarinya itu di depan hidung Bella agar gadis itu bisa menghirupnya.

Reyhan yang melihat perlakuan adiknya itu hanya bisa tersenyum bangga, ternyata Juan sudah dewasa dan mengerti bagaimana merawat orang yang dia sayangi.

“Selimut yang ini ya bang?” Tanya Ricky menunjukkan kain berwarna biru di tangannya.

“Iya bener.” Sahut Reyhan.

Ricky memasangkan selimut itu pada tubuh Bella kemudian dia mengangkat kaki gadis itu untuk bertumpu di pahanya juga.

Tanpa mereka sadari Bella sudah mulai tertidur.

“Rumahnya dia dimana?” Reyhan mulai melajukan mobilnya.

Juan dan Ricky saling memandang, mereka berdua sama-sama tidak tahu dimana rumah Bella, mereka juga lupa menanyakannya tadi.

“Kok diem?” Reyhan melihat dari arah kaca atas mobilnya.

“Gak tau.” Balas Ricky.

Juan geleng-geleng aja.

Reyhan menepuk dahinya. “Udah gua duga lu bakal jawab begitu.“ 

Reyhan memberhentikan mobilnya saat sampai di sebuah minimarket.

“Ricky ayo temenin gua beli makanan buat anak asrama sama buat Bella tuh, pasti dia belom makan jadinya drop gitu.” Ucap Reyhan.

“Gua doang? Juan kaga?” Ricky nunjuk Juan.

“Biarin dia jagain Bella disini.” Reyhan merangkul Ricky memasuki minimarket.

Sekarang tinggal Juan dan Bella yang berada di dalam mobil, jujur sebenarnya Juan bosan, dia hanya memandangi Bella yang tertidur pulas di pahanya.

“Kok lu bisa sakit sih?” Juan mengelus rambut Bella. “Apa gegara gua cium tadi?”

Juan tertawa mendengar kalimatnya sendiri, rasanya aneh mengobrol dengan orang yang tertidur, tapi dia suka mengganggu Bella.

“Juan...”

Juan terkejut, Bella baru saja menyebutkan namanya, dia kira Bella sudah bangun, ternyata hanya mengigau toh.

“Kenapa? Juan ada disini kok.” Juan menepuk-nepuk pelan kepala Bella.

“Aku suka Juan... Jangan tinggalin aku ya...”

Juan tersenyum, dia tahu Bella memang menyukainya, tapi dia sendiri bingung akan perasaannya pada gadis itu, apakah Juan juga menyukai Bella?

Juan tidak mengerti arti cinta yang sebenarnya, tapi dia pernah menonton drama Korea bersama Sean, dimana pemeran utamanya saling mencintai dan mereka berciuman.

Salahkan Sean karena sudah mengajaknya menonton drama korea.

“Bella...” Juan mencoba membangunkan Bella tapi gagal. “Juan boleh cium Bella gak? Kalo gak boleh gak apa-apa sih hehehe...”

Tidak ada jawaban dari Bella, ya iyalah orang lagi tidur.

“Kok Bella gak ngomong lagi sih, tadi perasaan manggil Juan terus.” Juan nepuk-nepuk pipi Bella tapi gagal juga, Bella kebo banget.

“Apa gua cium aja ya? Kali aja dia langsung sembuh kaya di film-film Disney.” Tolong selamatkan otak polos Juan dari pengaruh hal-hal buruk.

Tanpa pikir panjang, Juan langsung memajukan wajahnya pada Bella dan mencium bibir gadis itu dengan lembut, mungkin ciuman itu hanya sekedar menempel saja tapi Juan menahannya cukup lama.

“Dah, Bella cepet sembuh ya, udah di cium sama pangeran Juan soalnya.” Juan kini mencium dahi Bella sebagai penutup.

Dan anehnya Bella langsung membuka matanya kala itu, apakah ini yang dinamakan kekuatan cinta? Asekk...

“Juan...” Panggil Bella dengan sangat pelan hampir tidak bersuara malah.

“Kenapa Bella?” Tanya Juan sealan tidak terjadi apa-apa.

“Kita udah sampe ya?” Tanya Bella ingin bangkit dari posisi tidurnya namun ditahan oleh Juan.

“Belom, bang Reyhan sama Ricky lagi beli makanan buat Bella.” Jelas Juan.

“Ohh.. kaki kamu gak pegel?” Bella khawatir, dia tidak tahu sudah berapa lama tertidur di paha Juan, takutnya kaki Juan kesemutan.

“Gak kok, lanjut tidur aja.” Suruh Juan, tapi Bella gak enak, dia mau duduk aja.

“Eyy, kita bawa makanan nihh!” Teriak Ricky dari arah luar mobil. “Loh Bella udah bangun? Di gangguin Juan ya?”

“Sembarangan lu.” Elak Juan.

“Bella makan dulu ya, belom makan kan tadi?” Tawar Reyhan.

“Belom.” Balas Bella.

Reyhan menyentuh dahi Bella menggunakan punggung tangannya, mengecek suhu gadis itu. “Anget sih, makan dulu ya.”

Bella mau nangis aja rasanya, mereka semua itu baik banget, beda sama yang diomongin Dinda. Dia jadi berasa hutang budi sama mereka.

“Mau Ricky suapin gak?” Tanya Ricky.

“Boleh.” Bella mengangguk.

“Oke, ayo buka mulutnya.. aaa...” Ricky menyuapkan pop mie untuk Bella.

“Bel, jangan merasa hutang budi sama kita ya, anggep aja kita keluarga lu.” Ucap Reyhan tulus.

Bella mengangguk paham, dia harus memberi tahu fakta ini pada teman-temannya nanti.


[Aletta]

Setelah beres dengan urusan perkadoan Jay.

“Al, kita makan dulu ya, gua laper banget anjir belum makan siang.” Ujar Azka dengan wajah memelas.

Ingin sekali Aletta memukul wajah menyebalkan itu, tapi tidak bisa, dia harus mempertahankan sisi kalemnya.

“Ya udah deh, gua juga laper.” Sahut Aletta, dia juga sudah lapar dari tadi.

“Oke, gua tau restoran enak disini, ayo ikut gua.” Ajak Azka jalan lebih dulu.

“Dari tadi juga gua ikutin kali.” Gumam Aletta agak kesal. “Anjir, berasa bodyguardnya gua jalan dibelakang dia.”

“Lu mau naik lift apa naik eskalator?” Tanya Azka dari depan.

“Naik eskalator aja, nunggu lift lama.” Balas Aletta sambil memutar matanya.

“Oke, kita naik lift.” Ucap Azka mutlak.

'Lah, dia budeg juga ternyata.' Batin Aletta syok.

Aletta menyamakan langkahnya dengan Azka dan memukul pelan bahu lelaki itu agar menoleh ke arahnya.

“Naik eskalator aja kak.” Pinta Aletta.

Azka berhenti dan menatap Aletta, lagi-lagi wajah memelas itu, tentu saja Aletta sudah memaki Azka di dalam hati.

“Naik eskalator itu lebih lama, pas sampe lantai 2 kita harus jalan muter buat naik eskalator ke lantai 3.” Jelas Azka. “Kan kalo naik lift kita tinggal diem aja tiba-tiba nyampe.”

“Lu kira naik burok tiba-tiba nyampe surga.” Celetuk Aletta.

“Kaga njir.” Elak Azka. “Tapi sumpah mending naik lift.”

“Ya udah lah seterah lu kak.” Aletta menyerah, menurutnya sifat Azka ini terlalu kekanakan. 

“Yey, kita naik lift.” Sorak Azka.

'Kalo gitu ngapain nanya coba, stres.' Batin Aletta mulai tertekan.

Kedua insan itu pergi ke lift terdekat, sekitar 10 menit mereka menunggu lift tiba.

Azka menekan tombol 5 pada lift, karena lantai 5 adalah lantai terakhir mereka pun menempati posisi dipojok lift, jadi mereka bisa keluar terakhir dan tidak berdesakan saat lift penuh.

“Kita mau makan apa emangnya?” Bisik Aletta.

“It's a secret.” Balas Azka sambil tersenyum miring.

“Apaan? Seret?” Aletta tidak mengerti kalimat Azka yang terdengar cepat itu.

“Ah sorry, I mean, rahasia.” Azka menyenderkan tubuhnya ke sisi lift.

“Dih, sok rahasia-rahasian lu kak, kek bocil aja.” Sindir Aletta.

Azka tertawa mendengarnya.

Awalnya lift yang mereka naiki tidak terlalu ramai, namun saat lift itu berhenti di lantai 2 keadaannya mulai berubah.

“Tuh kan, untung kita pilih dipojok belakang jadi gak bakal desek-desekan.” Bisik Azka tepat di telinga Aletta.

“Hm, gak usah ngomong didepan kuping gua juga, geli anjir.” Aletta menggeser tubuhnya untuk menjaga jarak dengan Azka, tapi lelaki itu malah mengikutinya. “Geseran woy, pengap.”

“Ini samping gua keteknya bau banget, gak boong dah.” Azka mulai tertekan. “Gua pindah ke depan lu aja ya.”

“Hm.” Balas Aletta singkat.

Azka mengubah posisinya jadi menghadap Aletta, bahkan tangannya seperti mengunci tubuh gadis itu.

“Heh, ngapa jadi begini anjir!? Sana ngadep depan!” Perintah Aletta, dia risih.

Untungnya semua orang didalam lift sedang fokus pada layar ponsel mereka.

“It's okay, I won't do anything, trust me.” Padahal mah si Azka lagi modus itu biar bisa mepet-mepet sama Aletta.

“Serah lu kak.” Aletta pasrah.

Benar saja, ketika lift berhenti di lantai 3 suasananya sudah sangat penuh dan mulai berdesakan, beberapa orang juga saling mendorong.

Azka merasa seseorang mendorongnya dari belakang, yang membuat dirinya semakin maju dan menghimpit tubuh Aletta.

Bisa dibilang jarak mereka saat ini hanya sekitar 5 cm saja.

“Eh sorry, tadi ada yang dorong gue.” Azka cengengesan.

“Iya tau, munduran sana.” Aletta mendorong bahu Azka agar menjauh.

“Kaka kaka pacalan ya?” Tanya anak kecil disamping mereka.

“Eh, nggak kok.” Balas Aletta sedikit kaget, dia tidak sadar kalau di lift ini ada anak kecil.

“Iya, nggak.” Sahut Azka.

“Yah, kok ndak cih?” Anak kecil itu cemberut. “Kaka kaka cepelti pangelan dan putli calju tau.”

“A-apa?” Aletta bingung, dia menatap Azka.

“Oh gini, kakak tampan ya? Terus kakak ini cantik?” Tanya Azka pada anak kecil itu.

“Eung.” Anak kecil itu mengangguk antusias. “Ayo kaka kaka pacalan.”

Entah kenapa hal itu membuat Aletta malu dan menundukkan kepalanya.

Azka menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal, seketika suasana menjadi canggung.

“Ayo kaka kaka ciuman cepelti pangelan dan putli calju.” Anak kecil itu menepukan tangannya heboh.

“W-what?” Azka syok mendengar ucapan anak kecil itu.

“Heh, kamu masih kecil gak boleh liat begituan.” Larang Aletta, bisa-bisanya anak kecil mengerti hal sakral seperti itu.

“Huwaa.. kaka kaka jahat.. hiks...” Anak kecil itu mulai menangis.

Jelas hal itu membuat Azka dan Aletta semakin panik, bagaimana jika semua orang di lift memarahi mereka atau mungkin mengira mereka penjahat sungguhan.

“Eh sayang jangan nangis cup.. cup.. cup..” Aletta mencoba menenangkan anak kecil itu. “kamu mau permen gak?”

“Ndak mau.. hiks..” Tolak anak itu.

Aletta memukul bahu Azka untuk membantunya mencari solusi, tapi Azka juga bingung harus bagaimana, sampai sebuah ide gila muncul di kepalanya. 

“Al...” Panggil Azka.

“Ap—”

Chuu~

Azka mencium Aletta tepat dibibirnya, Aletta tampak syok, Azka benar-benar melakukannya di tempat umum seperti ini!?

Aletta bisa melihat anak kecil itu berhenti menangis, matanya membulat lucu menatap mereka.

Sebenarnya Aletta ingin mendorong Azka saat itu juga, apalagi Azka mulai berani menggerakkan bibirnya. 

Tapi biarkan saja lah, Aletta ingin tahu sejauh mana Azka akan bertindak, jadi dia memilih diam dan menutup matanya, merasakan ciuman yang terbilang lembut itu.

Demi anak kecil itu, Aletta pasrah menyerahkan ciuman pertamanya untuk Azka.

Ah iya, Jangan lupakan di lift itu masih banyak orang, untungnya mereka semua tidak menyadari hal itu.

Azka melepaskan tautan mereka.

“Lu mau jadi pacar gua?” Tanya Azka dengan tulus.

Aletta terkejut, apa-apaan coba, Azka mau menuruti semua kemauan anak kecil itu, bahkan mereka saja tidak mengenalnya.

“Ayo kaka telima..” Anak kecil itu semakin antusias.

Aletta jelas tidak mau, meskipun visual Azka menarik perhatiannya tapi dia sama sekali tidak menyukai lelaki itu, kalau bukan karena misi dia juga tidak mau ikut kesini. 

Lihat saja, dia sudah menyerahkan ciuman pertamanya dan sekarang dia harus menjadi kekasih Azka, bukankah ini termasuk pemaksaan?

Aletta menghela nafas, dia bingung, ingin rasanya dia lari dan pulang sekarang juga, mungkin jika dia menolak ajakan Azka dari awal, hal ini tidak akan terjadi.

“Aletta...” Panggil Azka, membuyarkan lamunan Aletta.

Dengan terpaksa Aletta mengangguk dan memberikan senyuman palsunya.

“Yeyy kaka kaka pacalan!” Anak kecil itu melompat-lompat girang.

Ting~

Pintu lift terbuka, akhirnya mereka sampai di lantai 5.

“Dadah kaka kaka, nanti kita ketemu lagi ya.” Sapa anak kecil itu lalu berlari keluar lift.

Sekarang hanya Azka dan Aletta yang tersisa di dalam lift. Hening, tidak ada pembicaraan diantara mereka. Entahlah, semuanya terasa canggung sekarang.

“Al..”

“Kak..”

Panggil mereka secara bersamaan.

“Kakak duluan deh.” Aletta mengalah.

“Kamu duluan aja.” Bahkan gaya omongan mereka mulai berubah.

“Ya udah, ayo kita keluar.” Aletta berjalan keluar lift.

“Al..” Azka menarik tangan Aletta.

“Hm? Kenapa?” Tanya Aletta.

“Maaf ya.”

“Maaf buat?”

“Aku udah lancang cium kamu tanpa izin.”

Aletta tidak suka gaya bicara Azka yang berubah, entahlah dia risih mendengarnya, meskipun mereka sudah berpacaran Aletta lebih suka berbicara seperti biasanya.

“Gak apa-apa sih, tapi bisa gak kita ngomongnya kayak biasa? Lu-Gua aja gitu, lebih enak.”

“Oh oke, maaf ya sekali lagi.” Azka merasa bersalah. “Oh iya, kita kan terpaksa nurutin kemauan bocil tadi, apa lu mau putus aja?”

“Gua sih gak masalah sebenernya, gak tau kalo lu maunya gimana.“ 

“Serius?” Azka terkejut dengan respon Aletta, dia kira gadis itu akan memutuskan hubungan mereka begitu saja.

“Iya Azkara Naresh.” Aletta menampilkan senyum palsunya, jujur dia agak tertekan sebenarnya.

“Oke, kita jalanin dulu aja ya.” Azka memeluk Aletta. “Gua janji bakal bikin lu bahagia.”

Aletta mengangguk kemudian membalas pelukan Azka. 

Ya, setidaknya Aletta bisa menikmati momen langka ini bersama Azka, lagipula tidak ada ruginya bila mereka berpacaran, Aletta bisa memanfaatkan kesempatan ini sampai semuanya kembali normal.


[Raina]

Sehabis makan, Mahesa dan Raina tidak langsung pulang karena tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya, sehingga mereka harus menunggu sampai hujan reda.

“Eh bosen deh.” Gumam Raina, dia mencari ponselnya di dalam saku seragam, tapi tidak ada, ah dia baru ingat, ponselnya diambil sama Mahesa. “He, hp gua mana?”

“Mau ngapain?” Tanya Mahesa sembari meneguk es tehnya.

“Bosen, mau Netflix and chill.” Ucap Raina dengan santainya.

Mahesa sontak kaget dan tersedak kala itu juga. “Uhuk.. uhukk.. hah?”

“Mikir apaan lu? Maksudnya mau nonton Netflix.” Jelas Raina.

“Oh, ngomong tuh yang jelas.” Mahesa memberikan ponsel itu pada Raina.

“Eum, He, Netflix gua dah kadaluarsa nih, beliin lagi dong.” Pinta Raina gadir.

“Coba sini.” Mahesa meraih ponsel Raina dan memperpanjang masa langganan Netflix nya secara suka rela.

'Gila, ini orang sekaya ape sih? Perasaan apa aja yang gua minta langsung dibeliin dah, heran.' Batin nista Raina.

“Tuh udah ya, bilang apa lu sama gua.” Mahesa menunjukkan bukti pembayarannya.

“Weh, gua kira lu beliin yang paket ponsel ternyata malah yang premium, huwaa baik banget.” Raina seketika kagum gitu.

Fyi, paket termurah Netflix itu ya 'ponsel' harganya 54 ribu tapi kualitas streamingnya cuma sampe 480p dan itu cuma bisa nonton di ponsel sama tablet aja.

Sedangkan paket 'premium' harganya 186 ribu tapi kualitas streamingnya bisa sampe 4K dan itu bisa nonton di ponsel, tablet, komputer sama tv.

Itu harga paket buat 1 bulan ya.

“Gua juga kalo nonton Netflix pake premium, jelek kan kalo ponsel.” Ujar Mahesa.

“Oke ayo kita nonton film.” Raina mencari daftar film yang sedang trending. “Nonton The Kissing Booth 3 ya.”

“Film apaan tuh?” Tanya Mahesa. “Gua aja yang pertama belom nonton, udah ada yang ketiga aja.“ 

“Yah masa belom nonton sih, ini tuh seru tau.” Raina menatap Mahesa sinis.

“Gak pernah nonton film romantis gua.” Ucap Mahesa.

“Gua juga jarang, lebih suka horror thiller, tapi nanti lu takut lagi.” Sindir Raina.

“Kaga, kata siapa?” Mahesa gak terima dibilang penakut, walaupun emang dia rada takut sih.

“Hilih, bodo amat gua mau The Kissing Booth, lu mau nonton gak?” Tawar Raina.

“Ya udah nonton aja.” Mau nonton apa aja juga Mahesa skuy, asal jangan horor.

Raina pun memasang earphone dan memutar film yang terbilang romantis itu.

Selama film berjalan mereka hanya fokus pada layar ponsel tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, sampai muncul sebuah adegan yang membuat mereka lirik-lirikan.

“Ngapa sih anjing, kek gak pernah liat aja lu begitu.” Raina memukul pelan kepala Mahesa.

“Gak gitu anjir, kirain gua lu gak pernah nonton yang kaya gitu.” Mahesa gak tau aja kalo Raina sering nonton gituan.

“Yah, film ginian mah masih biasa, gua udah nonton yang lebih wow dari ini.” Pamer Raina.

“Nonton apaan lu? Bokep?” Tuduh Mahesa.

“Iya itu juga pernah.” Raina chill aja ngasih tau aibnya.

Mahesa makin syok, ini Raina bandar bokep apa gimana dah, karna setau dia nonton video begitu tuh kudu pake akses vpn yang jarang orang tau, loh Mahesa kamu nonton juga dong berarti?

“Dih boong banget lu.” Mahesa masih gak percaya.

“Mau gua kasih tau linknya? Gua punya banyak.” Baru aja Raina mau ngasih tau list link haram miliknya tapi ditahan sama Mahesa.

“Udah-udah, lanjut nonton film aja.” Mahesa sebenernya risih bahas gituan, ya bukannya gimana-gimana nih, tapi mereka lagi di tempat umum sekarang.

“Yah payah.” Ledek Raina.

Mahesa hanya mampu menggelengkan kepalanya, ada-ada aja emang si Raina.

“Eh tapi He, lu pernah ciuman gak sih?” Raina mulai random.

Mahesa seketika merinding, maksudnya apa coba nanyain gitu, ya jelas belom pernah lah, orang dia aja baru pertama kali pacaran gini, agak malu juga sih kalo jujur.

“Gua belom pernah ciuman, penasaran deh rasanya gimana ya?” Raina mengetuk-ngetuk jarinya di meja.

Mahesa yang mendengar hal itu langsung menelan ludahnya dengan kasar. Jadi ini maksudnya mau gimana?

“Mau... coba?” Tanya Mahesa ragu.

Raina tersenyum miring, memang itu yang dia mau sejak awal, dia sengaja memancing Mahesa agar menanyakan hal itu.

“Ntar aja, nunggu gak ada orang.” Bisik Raina.

“O-oke.” Mahesa kira Raina akan menolaknya secara mentah-mentah, ternyata tidak.

“Mahesa, titip warung sebentar ya, saya ada panggilan alam.” Ucap sang pemilik warung.

“Oh iya mang.” Balas Mahesa.

Setelah pemilik warung itu pergi, mereka berdua mulai lirik-lirikan lagi, bingung mau kek gimana mainnya.

“Apa sih anjir gak jelas.” Raina kesel, ini sebenernya mau ngapain sih?

“Eh gua bingung awalnya harus gimana.” Mahesa mengusak kasar rambutnya, pusing dia, degdegan juga.

“Ya udah lah sini gua yang ajarin.” Raina pede banget.

“Lah emang lu bisa?” Mahesa gak yakin gitu, ya kali Raina ngerti caranya.

“Bisa lah, gua belajar dari film-film yang udah gua tonton.” Yang penting nyoba dulu, bener-salahnya belakangan.

Raina narik seragam Mahesa, terus cium bibirnya sekilas, iya sekilas doang gak berani lama-lama, kek gitu aja udah tremor duluan dia.

“Lah apaan gitu doang?” Sindir Mahesa.

“Ih bego, lu improve kek gitu, lanjutin jangan diem doang.” Omel Raina, dia malu juga.

“Oh gitu, bilang dong, sini-sini.” Mahesa meraih dagu Raina lalu mencium bibir gadis itu dengan lembut.

Raina memejamkan matanya, menikmati setiap gerakan yang diberikan oleh Mahesa, Raina mencoba membalas ciuman itu dengan ragu, tapi Mahesa menuntunnya dengan baik agar Raina bisa menyamakan gerakannya.

Raina kagum gitu Mahesa, ternyata dia jago banget, fix sih mereka sama-sama sering nonton begituan.

“Mmpp...”

Mahesa sontak melepaskan tautan mereka. “Kenapa, hm?”

“Ih kok berenti sih?” Keluh Raina, lagi enak begitu tiba-tiba dilepas.

“Loh kirain manggil.” Mahesa mengelap bibir Raina yang basah itu dengan ibu jarinya.

“Gak manggil...” Raina memukul bahu Mahesa.

“Ya udah ayo lanjut nonton filmnya, tuh udah mau abis aja.” Mahesa nunjuk layar ponsel Raina yang masih setia memutar film.

“Mau lagi...” Ucap Raina pelan.

“Hm? Lagi apa?” Mahesa mengelus rambut Raina.

“Dah lah males, gak jadi.” Raina kesel, dia mau lanjut nonton aja.

Mahesa sebenernya iseng aja, dia tau banget maksudnya Raina, tapi udah ah nanti malah keterusan lagi.

“Dih masa gitu doang ngambek sih?” Mahesa mencium pipi Raina secara tiba-tiba.

Raina kaget sih, tapi dia tetep stay cool gitu, mukanya dia datarin biar Mahesa ceming.

“Udah jangan ngambek gitu, jelek lu.” Kini Mahesa membawa Raina ke dalam pelukannya.

Raina gak menolak, dia diem aja, seterah lah Mahesa mau ngapain.

“I'm so tired of love songs, tired of love songs... Just wanna go home, wanna go home, woah...“ 

Mahesa melantunkan sebuah lagu untuk Raina, tak lupa dia mengecup puncak kepala gadis itu dengan lembut.

Cukup sederhana memang, namun hal itu bisa membuat Raina tersenyum, dia suka perlakuan manis Mahesa yang selalu membuat jantungnya bergemuruh.

“Aku cinta kamu...” Ucap Mahesa tulus.

“Aku gak.” Balas Raina masih kesal.

Kalo gaya omongan mereka udah berubah gitu, tandanya mereka lagi mode serius pemirsa. Entah mode serius apa mode bucin gak ngerti juga, maklum aja pokoknya.

“Ya udah nanti gak aku cium lagi.”

“Kamu aja gak cium aku lagi.”

“Hahaha... Kapan-kapan aja.”

“Kipin-kipin iji.”

Mahesa gemas dengan pacarnya itu, dia pun mencium bibir Raina sekilas.

“Tuh udah ya.” Ujar Mahesa.

“Yang lama dong...” Protes Raina, banyak mau emang dia.

“Jangan, nanti kamu ketagihan.” Mahesa mengacak-acak rambut Raina.

“Ih kak He...” Rengek Raina kek bocil.

“Apa sih Raina?” Mahesa mencubit hidung Raina.

“Ayo lagi...” Pinta Raina.

Mahesa menangkup kedua pipi Raina kemudian mencium kedua mata gadis itu, turun ke hidung dan terakhir tepat pada bibir sang empu cukup lama.

Biarkan saja mereka begitu sampai puas, namanya juga lagi dimabuk asmara, anzay.


[Shucy]

Shucy dan Satya masih berada ditempat yang sama yaitu Mekdi. Niatnya Satya ingin membawa Shucy ke suatu tempat setelah ini, tapi sayangnya hujan menjebak mereka disana.

“Keknya hujannya sampe malem deh kak.” Ucap Shucy membuyarkan lamunan Satya.

“Hah?” Satya memandang ke arah luar jendela.

Benar saja langit sudah mulai gelap, Satya melihat jam pada layar ponselnya, pukul 5. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat.

“Kak Satya...” Panggil Shucy lagi.

“Hm? Kenapa?” Tanya Satya.

“Aku penasaran deh sama Ice Skip—”

“Ice skating sayang.” Satya membenarkan, matanya tidak menatap Shucy, dia masih fokus memandang derasnya hujan di luar sana.

“Iya itu, kapan-kapan ajarin aku main Ice Skating dong kak.” Pinta Shucy.

Satya menoleh ke arah Shucy, sebenarnya memang itu tujuan Satya hari ini, kalau bisa sekarang kenapa harus kapan-kapan.

“Eum... Hari ini mau?” Tawar Satya.

“Serius kak?” Shucy kaget, dia kira Satya tidak akan mengajaknya secepat ini.

Satya mengangguk. “Iya kalo kamu mau.”

“Mau-mau!” Shucy menerima tawaran itu dengan antusias.

Satya tersenyum lalu mengacak-acak gemas rambut Shucy.

“Tapi nanti ya, nunggu ujan berenti dulu.” Ujar Satya menunjuk ke arah luar jendela.

“Oke.” Shucy mengacungkan kedua jempolnya pada Satya.

Sekitar tiga puluh menit mereka lewatkan, hujan di luar sudah mulai mereda, jadi mereka putuskan untuk segera pergi dari sana, takutnya hujan deras akan datang lagi.

“Emang tempatnya dimana kak?” Tanya shucy penasaran.

“Tempat kakak biasa latihan.” Balas Satya sembari mengelap jok motornya dengan kanebo.

“Oh...” Shucy mengangguk saja.

Satya menaiki motornya yang diikuti oleh Shucy dibelakang.

“Loh kak? Kita gak pake helm?” Shucy bingung kok Satya gak make helm.

“Gak usah, kamu pegangan sama kakak aja yang kuat, kakak mau ngebut.” Ucap Satya dengan santai.

“Ih jangan ngebut kak, bahaya.” Shucy takut, iyalah takut, bayangin aja mereka gak pake helm terus mau ngebut gitu, kalo terjadi apa-apa kan repot.

“Kamu tenang aja, kakak udah biasa balapan.” Satya mengusap lembut tangan Shucy. “Kamu berdoa aja, semoga kita selamat sampe tujuan.”

“O-oke.” Shucy berpegangan yang kuat pada Satya dan mulai membaca doa di dalam hati.

Satya melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, bagaimana bisa orang seperti Satya mampu mengendarai kendaraan secepat itu setelah hujan, Shucy hanya memejamkan matanya selama perjalanan, dia tidak berani melihat keadaan sekitar.

“Kamu merem ya?” Tanya Satya sedikit berteriak.

“Iya.” Balas Shucy.

“Jangan merem, coba kamu liat deh jalanan sekitar kita, bagus banget loh.” Satya melambatkan laju motornya.

Shucy perlahan membuka matanya dan melihat jalanan yang Satya maksud.

Banyak lampu-lampu menyala disepanjang jalan, suasana kota Jakarta nampak indah bila di malam hari, tidak macet, udaranya juga serasa sejuk sehabis hujan.

“Dingin gak kamu?” Satya memberhentikan motornya.

“Sedikit sih...” Shucy mengusap kedua tangannya yang terasa dingin.

Satya baru ingat, dia sempat membawa jaket di dalam tasnya, dia pun mengambil jaket tersebut dan memakaikannya pada gadis itu.

“Emang kak Satya gak kedinginan?” Shucy khawatir, pasalnya tubuh lelaki itu hanya berlapiskan seragam sekolah saja.

“Gak apa-apa.” Ujar Satya, dia kembali melajukan motornya le tempat tujuan mereka.

Sekitar 10 menit, mereka pun sampai.

Sebuah gedung besar layaknya mall itu terlihat sepi, bahkan parkirannya saja hanya terdiri dari 3-5 kendaraan.

“Ini udah mau tutup apa gimana kak?” Tanya Shucy.

“Iya udah mau tutup, kakak biasanya kesini jam-jam segini, biar sepi aja gitu, kalo rame suka pada rusuh.” Jelas Satya.

“Oh gitu.” Shucy mengerti.

Mereka berdua masuk ke dalam gedung itu, Satya mengajak Shucy berkeliling sampai akhirnya tiba di lapangan es yang tampak luas.

Shucy kagum melihatnya, untuk pertama kalinya dia datang ke lapangan es seluas ini, dan kenapa dia baru tahu kalau tempat seperti ini ada di kotanya. 

Satya pergi ke deretan rak sepatu skate, harusnya dia menyewa dulu agar bisa menggunakannya, tapi karena tempat ini tutup, jadi Satya dengan santai mengambilnya tanpa izin.

Ya, Satya tahu jadwal tempat ini tutup dan dia memang datang ke sini saat sudah tutup, alasannya? Karena dia ingin menyendiri, menikmati bakat terpendamnya saat dia mengalami hari yang buruk.

Bisa dibilang bermain Ice Skating adalah bentuk pelarian dari kehidupannya, Satya akan merasa tenang dan nyaman ketika berseluncur di atas es.

Tidak banyak orang yang tahu soal ini, kecuali teman asramanya dan juga Shucy tentunya.

“Kak Satya udah berapa lama latihan disini?” Tanya Shucy.

“Eum... dari 3 tahun lalu... mungkin?” Satya juga begitu yakin sejak kapan, dia sudah melupakan hal itu. “Ah iya, ini pake sepatu skate nya.”

“Eh kak, tapi aku kan gak bisa main Ice Skating.” Ujar Shucy, dia memang tidak pernah menyentuh benda apapun yang berhubungan dengan Ice Skating.

“Ayo kakak ajarin.” Satya membantu Shucy memakai sepatu skate dengan benar.

Satya lebih dulu berdiri di atas es lalu memperlihatkan teknik dasar berseluncur pada Shucy.

Keliatannya memang mudah, tapi saat Shucy mencobanya dia malah oleng dan hampir terjatuh, untungnya Satya sigap menangkapnya.

“Pelan-pelan aja, pegangan sama kakak ya.” Satya mengulurkan tangannya untuk Shucy.

Shucy meraih tangan Satya yang mulai menuntunnya berseluncur sampai ke tengah lapangan es.

“Kak Satya jangan di lepas ya.” Shucy memegang erat tangan Satya.

“Iya, nggak kok.” Satya terus membantu Shucy dengan perlahan.

Beberapa menit kemudian Shucy mulai terbiasa dan mulai melepaskan tangan Satya.

“Kamu bisa kan?” Satya memastikan, dia mengikuti langkah gadis itu dari belakang, menjaganya agar tidak terjatuh.

“Iya bisa kok kak.” Shucy berseluncur ke kiri dan ke kanan dengan gembira, dia seneng banget akhirnya bisa main Ice Skating.

Satya tersenyum bangga melihat Shucy, bakat yang telah dia pelajari selama bertahun-tahun itu bisa dia turunkan pada gadis itu.

“Eyy, liat ini deh.” Satya memperagakan gerakan memutar sebanyak 10 kali dan anehnya lelaki itu tidak pusing sama sekali.

“Gak pusing kak?” Shucy mendekat ke arah Satya.

“Gak dong, udah biasa.” Ucap Satya agak sombong.

“Aku mau coba juga.” Ujar Shucy.

“Yakin kamu?” Satya tak yakin.

“Gak deng, takut pusing.” Shucy tertawa, dia kembali berseluncur ke arah lain, meninggalkan Satya yang tengah berdiam diri, entah dia sedang memikirkan apa, lelaki itu banyak melamun hari ini.

Shucy jelas menyadari itu, dia pun mengambil ancang-ancang untuk berseluncur ke arah Satya, berniat untuk mengagetkannya.

“Kak Satya awas!” Ya, niatnya memang untuk mengagetkan Satya, tapi Shucy lupa bagaimana cara memberhentikan sepatu skatenya yang terus meluncur sesuka hati.

Alhasil mereka pun terjatuh dengan posisi Shucy meniban tubuh Satya.

“M-maaf kak gak sengaja.” Shucy meminta maaf, tahu begitu dia tidak iseng tadi.

“Iya gak apa-apa, kamu ngapain sih?” Satya tertawa melihat wajah panik Shucy.

“Kak Satya dari tadi diem terus, mikirin apa sih?” Tanya Shucy.

Satya mengangkat sebelah alisnya, memangnya dia diam? Perasaan dia aktif terus deh, tapi sejujurnya dia memang sedang memikirkan sesuatu, cara mendapatkan hati Shucy, eaaa...

Satya sudah muak dengan segala drama yang menghantui hidupnya, dia ingin mengakhiri sekarang juga.

“Tuh kan bengong lagi...” Tegur Shucy.

Satya menatap manik indah Shucy, tanpa sadar lelaki itu mulai membalikkan posisi mereka, kini Satya berada di atas tubuh Shucy.

“K-kak Satya...”

Chuu~

Entah iblis mana yang berhasil merasuki Satya sampai dirinya berani melakukan hal itu. Ya, Satya mencium bibir Shucy dengan lembut.

Shucy terkejut atas perlakuan Satya itu, lelaki itu berhasil mencuri ciuman pertamanya.

Dia bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan Satya, sejak pembicaraan mereka tadi siang, lelaki itu seketika berubah.

Satya juga tidak mengerti dengan perasaannya, untuk pertama kalinya dia merasakan hal aneh seperti ini, sangat aneh tapi dia menyukainya.

Dia pun menghentikan aktivitasnya dan menatap dalam manik indah Shucy.

“Kak, kalo ada masalah cerita aja sama aku.” Ujar Shucy dengan tulus.

Satya menghela nafasnya sejenak, masalah ya? Cukup banyak sebenarnya tapi Satya ragu untuk berbagi masalah itu.

“Kamu kedinginan gak?” Tanya Satya mengalihkan topik.

“Kak, jangan ngalihin to—mmpp..”

Satya mencium bibirnya lagi agar gadis itu berhenti berbicara.

“Bukannya ngalihin topik, kalo kamu kedinginan kakak bisa bikin kamu lebih hangat.” Ucap Satya.

“IHH KAK SATYA JANGAN CIUM TIBA-TIBA GITU DONG!” Shucy memukul dada Satya.

Satya terkekeh. “Maaf, bukannya gitu, tapi...”

“Tapi apa?” Shucy menatap Satya tajam, dia memang sedang kedinginan, namun perlakuan Satya tadi membuat tubuhnya menghangat.

Satya mendekatkan wajahnya pada Shucy, gadis itu pun reflek menggeser poni Satya yang menutupi matanya.

“Percaya gak, kalo kamu satu-satunya orang yang berhasil curi ciuman pertama kakak?” Satya mengusap lembut bibir Shucy.

Shucy menggeleng sebagai balasan, menurut Shucy jelas saja itu sebuah kebohongan, Satya kan terkenal buaya di sekolahnya.

“Tapi kakak gak bohong, makasih ya Shucy.” Satya tersenyum.

Shucy terkejut, jadi dia orang yang berhasil mencuri ciuman pertama Satya? Wow, betapa beruntungnya dia.

“Kakak boleh cium kamu lagi?” Izin Satya.

“Tadi juga ciumnya gak pake izin.” Sindir Shucy.

Dan jangan tanya apa yang terjadi setelah itu, hanya Satya, Shucy dan Tuhan saja yang tahu, intinya sih gak jauh-jauh lah mereka mainnya.


[Adya]

Setelah hujan reda, Adya segera berpamitan pada Sean untuk pulang.

“Eh, gua pulang duluan ya, ujannya udah berhenti tuh.” Ucap Adya.

“Oh iya, gua juga nih, bareng aja keluarnya.” Ajak Sean.

Adya mengangguk dan mengikuti Sean dari belakang.

“Ini jaket lu gimana?” Tanya Adya, dia ingin mengembalikan jaket itu tapi takutnya ada sedikit noda darah yang mengenainya, jadi Adya berniat untuk mencucinya dulu.

“Balikin besok aja, buat nutupin celana lu sampe pulang.” Balas Sean, dia menepuk bahu Adya.

“Lu kesini jalan kaki?” Adya tidak melihat kendaraan apapun selain motornya di parkiran.

“Iya lah jalan, asrama gua kan gak terlalu jauh dari sini.” Jelas Sean.

“Tapi bukannya lu baru balik dari sekolah ya?” Ya, pasalnya lelaki itu masih memakai seragam.

“Iya, gua baru balik, jarak sekolah-indoapril-asrama itu intinya deket, menurut gua.” Sean memang lebih suka jalan kaki, karena biasanya dia akan pulang bersama Juan dan Ricky, sekalian jajan di pinggir jalan juga.

“Ohh gitu.” Adya mengangguk. “Ya udah gua duluan ya, lu mau nebeng gak?”

Sean sempat berpikir, biar gimanapun dia itu punya sifat gadir yang harus di lestarikan.

“Mau dong, gua yang ngendarain ya.” Pinta Sean.

“Iya, nih kuncinya.” Adya memberikan kunci motornya pada Sean.

“Rumah lu jauh dari sini?” Sean menyalakan motor dan memutarnya ke arah jalan raya.

“Gak jauh sih sebenernya.” Adya menaiki jok belakang motornya.

“Oke.” Sean pun mulai menjalankan motor tersebut.

Perjalanan menuju asrama Sean memang tidak cukup jauh, namun mereka harus melewati jalanan sepi yang hanya diterangi cahaya remang-remang.

Karena saat itu sudah jam 17.45 apalagi sehabis hujan, membuat suasana disana menjadi gelap, dingin dan sedikit mencekam.

Tapi tenang saja, mereka tidak peduli akan hal itu, Adya sibuk membalas chat di ponselnya, sedangkan Sean santai saja melajukan motor tanpa beban.

Sampai beberapa saat kemudian, Sean merasakan motor yang dikendarainya itu memberat, dia pun segera memberhentikan motor dan menengok ke belakang.

“Kenapa dah?” Tanya Adya, dia bingung kenapa Sean tiba-tiba berhenti, mana udah mau Maghrib lagi.

“Sebentar.” Sean turun dari motor dan mengecek ban motor Adya.

Ternyata ada paku yang tertancap disana, sehingga mengakibatkan ban motor itu kempes.

“Yah, ban motor lu kena paku cokk.” Lapor Sean.

“Demi apa sih?” Adya ikut turun dan melihat ban motornya itu. “Aduh mampus, lah lu gimana sih bisa sampe kena paku begini!?”

“Ya gua mana tau anjir, kaga ngeliat gelap jalanannya.” Sean yang merasa tertuduh pun tak terima.

“Ihh begoo.” Ketus Adya.

“Ya maap.” Muka Sean malah nyolot.

“Lu tau gak tambal ban yang deket sini dimana?” Tanya Adya, tau gitu dia ogah nawarin Sean nebeng, pasti dia udah sampe rumah sekarang.

“Tau, deket asrama gua, mau kesana?” Sean mulai menuntun motor Adya.

“Ya iyalah mau, gua pulang gimana ntar kalo kek gini!?” Adya ikut mendorong motornya dari belakang.

“Ya udah ayo ikut gua!”

“Iya ini gua juga lagi dorong kali!”

Biasalah, sepanjang perjalanan mereka terus berdebat kecil seperti itu.

“Anjir katanya deket mana?” Keluh Adya, dia udah lelah jalan terus, udah tau ini hari pertamanya dapet.

“Sabar bentar lagi sampe.” Sean juga lelah sebenernya, tapi apa boleh buat?

“Istirahat dulu kek.” Adya menghentikan langkahnya.

“Dih, kocak.” Sean ikutan berhenti jadinya.

“Aduh aus dah.” Adya mengambil sebotol fantanya dari dalam plastik.

“Eh bagi dong, gua juga aus.” Pinta Sean.

Karena Adya baik dan tidak sombong, dia pun memberikannya pada Sean.

“Gua abisin ya?” Tanya Sean gadir banget.

“Enak aja lu, gua belom minum ya!” Adya memelototi Sean.

“Oke makasih!” Dan bener aja, Sean yang dasarnya spesies gadir mulai berulah.

“JANGAN DIABISIN BABI!” Adya mencoba mengambil botol fanta itu tapi Sean mengangkatnya tinggi-tinggi agar Adya tidak sampai.

“Mau minum?” Goda Sean, suka banget dia ngerjain Adya.

“IYALAH!”

“Oke.”

Bukannya mengembalikan botolnya, Sean malah meminum seluruh isinya ke dalam mulut.

“SEAN ANJING!” Adya emosi.

Minuman itu tidak langsung Sean telan, dia menangkup pipi Adya kemudian mencium bibir gadis itu, menyalurkan soda merah itu pada Adya.

Ya, Sean memang sudah gila.

Adya yang merasa ternodai itu langsung mendorong Sean dan segera memuntahkan seluruh cairan yang berhasil masuk ke dalam mulutnya itu.

“SEAN LU JOROK BANGET BANGSAT!” Adya masih syok.

“AHAHAHAHAHA.” Sean malah ngakak.

“SEAN GUA BILANGIN BAPAK LO YA!” Adya pergi meninggalkan Sean yang ngakak gak jelas itu.

“Eh motor lu gak dibawa nih?” Sean seketika berhenti tertawa.

“Bawain lah!” Teriak Adya dari depan, males banget dia liat muka Sean.

Mereka membawa motor tersebut sampai akhirnya bertemu tambal ban terdekat.

“Bang Reja, mau tambal ban.” Ucap Sean sembari menstandarkan motor Adya.

“Harganya berapaan dah?” Bisik Adya.

Sean menatap sinis Adya, lah dia mana tau, emang dia kang tambal ban, tapi setelah dia melirik daftar harga di spanduk dia pun tau.

“Oh, 15 ribu.” Balas Sean. “Gua bayarin dah ya, gegara gua juga jadi gini.”

“Iya lah harus, berani berbuat berani bertanggung jawab.” Ucap Adya, enak aja dia yang udah bikin motornya kena paku, ya harus dia juga lah yang bayar.

“Kok bisa kena paku gini dek?” Tanya bang Reja.

“Gak tau bang, tiba-tiba nancep aja dia.” Sean ngarang, toh dia emang gak tau kenapa bisa kena paku.

“Parah sih... Pasti ada orang yang sengaja naro paku di jalanan.” Gumam Adya yang masih bisa di dengar Sean.

“Fitnah lu.” Tuduh Sean.

“Ya lu liat aja itu buktinya.” Adya menunjuk motor kesayangannya.

“Kalian ini kakak adek ya?” Tanya bang Reja iseng.

“Lah...” Adya sama Sean bingung.

“Abisan mukanya mirip terus gelud mulu.” Bang Reja jadi ngakak liat mereka ngebug.

“Emang mirip apa?” Adya menatap Sean dengan tajam. “Perasaan gak deh, abang ngantuk ya?”

“Iya ah gak mirip, mana sudi saya punya adek macem dia, udah di anak tirikan kali.” Sean melipat kedua tangannya didepan dada.

“Dih, gua juga gak sudi punya kakak kaya lo, DASAR BANCI!” Kan Adya mulai memancing masalah lama.

“Wahh bener-bener, udah gua bilang gua bukan banci ye, DASAR LONTE!” Sean jelas gak mau kalah.

“APA LO BERANI SAMA GUA!?”

“APA DAH!”

“Eh udah-udah malah berantem, nanti jodoh loh kalo kaya gitu.” Sahut bang Reja.

“NAJIS!” Seru Adya dan Sean.

Abis itu mereka berdua saling buang muka.

Sekitar 30 menit mereka menunggu tambal ban itu selesai, dan selama itu pula mereka diam, sungguh momen yang langka bukan?

“Dah kelar nih.” Ujar bang Reja.

Sean segera bangkit dari tempat duduknya dan membayar harga tambal ban tersebut.

“Makasih ya bang.” Ucap Adya.

“Iya lain kali ati-ati dek jangan sampe kena paku lagi.” Nasihat bang Reja.

“Iya bang, tadi salah dia tuh.” Adya nunjuk Sean.

“Iya gua terus salah, emang salah sih hehehe...” Sean malah cengar cengir.

“Udeh lu berdua jangan gelud terus ah, balik-balik besok sekolah kan lu pada.” Usir bang Reja secara gak langsung.

“Iya bang, ini balik.” Balas mereka berdua.

Adya menaiki motornya di bagian depan sedangkan Sean malah ikutan naik, dia lupa padahal asramanya tinggal jalan berapa langkah aja udah sampe.

“Lu ngapa naik lagi bambang?” Tanya Adya kesal, orang dia mau pulang bocahnya malah ngikut, dikira ojek kali dia.

“Ett nebeng itu deket.” Sean memelas, mager dia jalan.

“Kaga-kaga, gua mau balik, turun lu!” Suruh Adya.

“Ya elah tolongin ngapa, lu kan tadi udah gua tolongin.” Sean meluk Adya dari belakang, gak mau turun dia pokoknya.

“Ya udah iya, gak usah pegang-pegang juga.” Adya menepis kasar tangan Sean. “Dasar pecel lele!“ 

Akhirnya dengan terpaksa Adya mengantar Sean sampai depan asramanya yang terbilang cukup mewah itu, pengen banget sih dia mampir, numpang makan gitu abis itu pulang, tapi mana berani.

“Mau masuk dulu gak lu?” Tawar Sean.

“Kaga, gua mau balik.” Tolak Adya.

“Ya udah makasih ya lur.” Sean mengangkat tangannya agar mereka bisa bertosan ria.

“Iya makasih juga ya, maaf ngerepotin lu.” Ucap Adya dengan tulus, capek juga sebenernya berantem terus sama Sean.

“Iya gua mau minta maaf juga tadi udah nyium lu.” Sean merasa bersalah.

“EMANG ANJING KALO ITU!” Adya yang ingat hal itu langsung mukulin Sean, udah ternodai bibir dia.

“Eh iya ampun, kan bercanda.” Sean pasrah saja dipukuli seperti itu.

“Bercanda ap—mmpp”

Jangan tanya kenapa, iya itu Sean cium bibir Adya lagi, tapi gak barbar kek sebelumnya kok, kali ini lebih lembut dan penuh ketulusan.

Buat permintaan maaf sih lebih tepatnya.

“Tuh udah gua ganti yang lebih bagus.” Ucap Sean dengan santai.

“YANG NYURUH LU NYIUM GUA LAGI SIAPA BABI!?” Adya mukulin Sean lagi.

“Anjir salah mulu gua...” Sean lelah.

Semoga saja hubungan mereka kedepannya akan damai.

. . .


#SweetBetrayal

Part 8 : Let Me In


Setelah membalas pesan grup, Raina mikir paling temen-temennya itu abis ketemu sama temennya Reyhan, makanya jadi heboh begitu.

Sekarang dia lagi berdiri di depan sekolah nunggu kakaknya jemput, tapi udah beberapa menit kakaknya gak dateng-dateng.

Raina nyoba nelpon kakaknya.

“Halo, kak Ara udah di mana?”

“Raina, sorry banget gua lupa ngasih tau, hari ini gua gak bisa jemput soalnya sibuk banget ngurusin kerjaan, lu pulang naik ojol aja ya?”

Iya kakaknya Raina udah kerja, jadi suka sibuk mendadak gitu.

“Oh oke kak, bye.”

Raina pun mematikan sambungan telpon tersebut.

“Aduh, gua kan gak punya aplikasi ojol, mana memori penuh.” Raina memukul pelan kepalanya menggunakan ponsel.

Namun beberapa saat kemudian ponsel itu diambil oleh seseorang.

“Eh.. eh..” Raina mencoba meraih ponselnya tapi gagal.

“Ayo ikut gua.” Ajak orang itu seraya memasukkan ponsel Raina ke saku celananya.

“Dih, ogah!” Tolak Raina tegas. “Balikin hp gua Mahesa!”

“Balikin dulu 100 ribu gua.” Mahesa tersenyum miring.

Raina menghela nafas, ini orang ngasih uang tuh ikhlas atau gak sih sebenernya?

Raina melipat kedua tangannya didepan dada, biar gimanapun dia harus mempertahankan uang Itu.

“Ya udah gua ikut lu, emang mau kemana sih?” Tanya Raina kesal.

“Makan mie ayam di warung depan.” Balas Mahesa lalu pergi meninggalkan Raina begitu saja.

Oh, ngajak makan, kenapa gak bilang dari tadi? Raina kan gak bakal nolak kalo udah nyangkut soal makanan, mana dia laper banget.

Raina ngejar Mahesa, ia berjalan mundur ketika sampai dihadapan lelaki itu. “Lo yang bayarin kan?”

Mahesa ngangguk. “Iya, udah lu jalan yang bener ntar jatoh lagi gua ketawain.”

Raina langsung berjalan normal seperti manusia pada umumnya, bukan seperti undur-undur kek tadi.

Saat mereka tiba di warung yang Mahesa maksud, lelaki itu masuk ke dalam dan memesan makanan untuk mereka.

Sedangkan Raina? Entahlah dia malah asik ngobrol sama dua bocil yang lagi mabar di depan warung.

“Eh Mahesa, mau pesen apa?” Tanya pemilik warung itu.

“Pesen 2 mie ayam sama es teh, mang.” Balas Mahesa ramah. “Makan disini ya.”

“Ini kamu makan sendiri atau...”

“Sama dia mang.” Mahesa nunjuk Raina.

“Oh pacarnya ya?” Tebak si pemilik warung.

Mahesa ragu untuk menjawabnya, tapi setelah ia pikir tidak ada salahnya juga karena mereka sudah dekat seperti teman. “Iya mang.”

“Eh kapan jadiannya? Kok gak kasih tau saya?” Pemilik warung itu sampai berhenti memasak.

“B-baru kemarin.” Mahesa menggaruk tengkuknya, malu juga.

“Cantik ya?”

“Iya sih, tapi lebih ke gila aja.”

Iya Raina emang gila anaknya, liatin aja dia sekarang lagi ngapain ama bocil-bocil.

“Woy, pada mabar apaan?” Tanya Raina sok akrab.

“Mabar epep dong!” Seru keduanya masih fokus pada layar ponsel.

“Bagus, jangan mau main PUBEG, jelek!” Ujar Raina, dia masih dendam sama itu game.

“Yoi dong, PUBEG kan haram.”

“Haram?” Raina bingung, emang apa bedanya game haram sama halal.

“Iya soalnya kalo mati keluar asep gitu kek kena azab.”

“Oh gitu, iya juga ye.” Raina ngangguk aja biar cepet.

“Lu main epep juga gak?”

Raina makin kaget, bocil jaman sekarang ngomongnya udah gua-elu aja, dasar gak sopan. Padahal dirinya sendiri juga gitu.

“Udah gak main hehe...”

“Main lagi dong, ntar kita mabar bareng.”

“Iya ntar gua main dah.” Tiba-tiba ide laknatnya Raina muncul, pengen banget dia ngerjain itu duo upin ipin gadungan biar gak mabok epep terus. “Tos dulu yuk.”

Tanpa curiga, dua bocil itu nurut aja, tosan lah mereka.

“Eh tadi kan tangan gua abis kena tai ayam, belom dicuci lagi.” Raina ngibul.

“HUWAA... EMAK...” Dan dua bocil itu langsung ngacir pulang.

Raina ketawa ngakak, ngomong doang gua-elu dikibulin gitu aja langsung ngadu, eh tapi serem juga kalo beneran ngadu, mampus dia.

Raina buru-buru masuk ke dalem warung terus ngumpet dibelakang Mahesa.

“Ngapa lu?” Tanya Mahesa bingung.

“Gak, gak apa-apa.” Raina sok tenang, padahal hatinya lagi berdoa semoga aja tuh bocil lupa muka dia.

“Nih mie ayam sama es tehnya udah jadi.” Ucap pemilik warung.

“Makasih mang.”

Mereka berdua akhirnya makan di tempat yang udah disediakan disana, untungnya ini warung lagi sepi, cuma ada mereka berdua yang makan.

“He, besok kak Reyhan ultah ya?” Tanya Raina sambil makan mie ayamnya.

Mahesa natap heran ke Raina, giliran Reyhan aja manggilnya pake embel-embel kak, tapi giliran namanya gak pake sama sekali.

“Iya.” Balas Mahesa. “Kenapa? Mau ikut ke pestanya ulang tahunnya?”

“Mau lah, pasti banyak makanan enak.” Celetuk Raina, emang makan mulu pikirannya.

“Ya udah, ntar gua bilang Reyhan buat ngundang lu sama temen-temen lu.”

“Bener ya?”

“Iya Raina.” Mahesa mengacak rambut Raina. “Lu masih bertemen sama Dinda?”

“Gua sama yang lain gak pernah nganggep dia temen juga.” Jelas Raina. “Dianya aja aneh tiba-tiba masuk room kita pas mabar PUBEG.”

“Terus kenapa lu mau nurutin kemauan dia?” Mahesa tidak mengerti jalan pikiran Raina.

“Ya karna duit lah, apalagi?” Emang dasar bocahnya matre.

“Lu tuh ya kalo soal duit aja gercep, ntar ditawarin duit sama om om mau lagi.” Sindir Mahesa.

“Tidak mungkin lah, ku bukan lontehhh.” Raina mulai dramatis.

“Kalo gua kasih duit mau?”

“Mau lah.”

“Kenapa mau?”

“Lu kan pacar gua, janganlah pelit-pelit sama pacarmu wahai Mahesa.” Raina malu sendiri abis ngomong gitu.

“Oh gitu.” Mahesa ngangguk sambil senyum. “Eh iya, seragam gua udah lu cuci?”

“Udah.”

“Mana?”

“Di rumah, lupa ba—eh ada nyamuk anjir!” Raina nepuk-nepuk tangannya berusaha nangkep nyamuk yang terbang disekitar mereka.

“Lah iya.” Mahesa ikut nepukin nyamuk itu, dia liat ada satu nyamuk di pipi Raina. “Raina diem dulu deh, jangan bergerak!”

PLAK!

“Aduh sakit...”

“Nah dapet kan nyamuknya.” Mahesa memperlihatkan nyamuk tangkapannya. “Eh maaf, sakit ya?”

“Lu berasa nampar gua, He.”

“Sumpah gak sengaja.” Mahesa segera mengelus dan meniup pelan pipi Raina.

“Hih, apaan sih geli anj—”

Chuu~

Mahesa mencium pipi Raina dengan lembut, jelas hal itu bikin Raina kaget sampe tangannya kepentok bawah meja.

“Anjing, Mahesa lu ngapain sih!?” Omel Raina.

“Sakit gak tangannya?” Mahesa malah ngubah topik.

“G-gak kok, gak apa-apa.” Entah kenapa Raina jadi gugup ngeliat Mahesa.

“Coba sini.” Mahesa meraih tangan Raina, ada memar kecil disana, dia pun melakukan hal serupa seperti tadi.

Meniupnya lalu menciumnya.

“Heh!” Raina narik paksa tangannya.

“Dah sembuh, lanjut makan lagi gih.” Suruh Mahesa.

Raina langsung cepet-cepet ngabisin makanannya, biar bisa pulang duluan.

Mahesa yang ngeliat itu jadi ketawa, lucu banget pipinya Raina jadi ngembung gitu kek hamster. “Gemes banget sih lu.”

“Uhuk.. uhukk..” Raina keselek dengernya.

“Minum Ra.” Mahesa nyodorin es tehnya.

Raina minum es tehnya sampe abis. “Kurang ajar lu, gak usah ngagetin gitu bisa gak sih!?”

“Hahahah.. iya maaf.” Mahesa ngelap bibirnya Raina yang belepotan.

“IH GAK USAH PEGANG-PEGANG!” Raina mukul Mahesa pake tasnya.

“Iya ini gak, ampun!” Mahesa nyerah.

“Balikin hp gua Mahesa!”

“Cium dulu.”

Raina ngambil garpu terus nodong ke Mahesa, udah kek psikopat aja. “Nih cium mau?”

Mahesa merinding, dia langsung buru-buru ngasih ponselnya Raina, serem juga kalo ditusuk pake garpu.

Mau tau kenapa mereka bisa pacaran? Ya, sebenernya kalo kalian inget waktu Raina minta bantuan Mahesa perihal seragam kemarin, itulah awal mulanya.

“Sebenernya ada satu cara sih...”

“Apa?”

“Kamu harus jadi pacar saya.”

“Hah? Apaan? Kok gitu?”

“Ya biar Azka percaya, kalo saya bilang kamu cuma teman atau sahabat, dia tetap gak mau bantu karna kita gak terikat apa-apa.”

“Yeh masa gitu? Emang lu suka sama gua kak?”

“Hmm... Suka aja.”

“Dih, serius kak.”

“Bukannya kamu yang suka sama saya?”

“Lah tadi kan boong kak.”

“Ya terserah kamu, saya cuma bisa bantu kaya gitu.”

Raina mikir bentar, kalo dia nolak maka temen-temennya gak bakal dapet seragam ganti, tapi kalo dia terima masa dia pacaran sih sama Mahesa, jadi penghianat dong dia.

Bingung, satu kata itu berhasil memenuhi pikirannya.

Tapi Raina pernah bilang, demi temen-temennya dia rela ngelakuin apa aja bahkan ngorbanin dirinya sendiri, lagipula gak ada ruginya, dia malah untung kan.

“Tapi jangan bilang-bilang, kita backstreet.”

“Oke siap.”

Jadi gitu, tamat.

Gak deng.


Sekarang kita beralih ke Bella, dia sedang berada di UKS bersama dua lelaki yaitu Juan sang ahli taekwondo dan Ricky sang artis tiktok.

Setelah insiden Bella mimisan tadi, dia langsung diseret ke UKS, gak di seret juga sih, lebih tepatnya kek dikawal gitu sama mereka.

Untungnya UKS lagi kosong, jadinya lebih leluasa gitu serasa rumah sendiri. 

Juan ngambilin satu kotak tisu buat Bella. Sedangkan Ricky malah nyantui ngeluarin hpnya, biasalah mau bikin video tiktok dia.

Bella duduk diranjang UKS, disampingnya ada Juan yang bantuin dia ngebersiin darah mimisannya tanpa jijik.

Dan untuk kesekian kalinya, Bella makin baper sama Juan, entah itu orang abis kena hidayah apa jadi peduli banget kek gini.

“Mau gua buatin teh anget?” Tawar Juan.

“Gak perlu Juan, ngerepotin kamu.” Tolak Bella secara halus.

“Gak apa-apa, santai aja sama gua, mau ya?” Agak maksa ya Juan.

“Boleh deh.” Bella ngangguk.

“Oke tunggu bentar ya, Ricky jagain Bella dulu jangan main tiktok terus!” Juan pun pergi ke arah Dapur UKS.

“Iya elah, berisik.” Ricky yang lagi asik cover dance Fever merasa terganggu.

Ricky nyamperin Bella terus duduk disampingnya. “Lu udah mendingan belom?”

“U-udah kok, makasih ya kalian udah bantuin aku.” Bella sebenernya masih bingung kenapa Ricky ini jadi sok akrab gitu sama dia.

Bella udah kenal Ricky dari awal masuk ekskul dance, tapi mereka itu gak deket, ngobrol juga gak pernah, makanya Bella merasa aneh aja.

“Iya, itukan tugas kita buat ngelindungi princess Bella.” Ricky gombal.

Entah kenapa pipi Bella langsung merah denger gombal murahan itu.

“Hilih gombal lu.” Teriak Juan dari arah dapur UKS.

“Iri bilang bos.” Sindir Ricky, dia meraih tangan Bella lalu menciumnya dengan cepat.

“Eh Ricky ngapain?” Bella kaget, kirain tangannya mau diapain ternyata malah dicium.

“Ssttt... nanti Juan cemburu.” Ricky sengaja kencengin suaranya biar Juan denger.

“Apa lu nyebut-nyebut nama gua!?” Kan sensi anaknya. “Bella, kalo Ricky macem-macem tendang aja.”

“Apa sih? Gua aja diem doang.” Bales Ricky terus ngakak gitu, emang demen banget dia ngimporin orang.

'Diem apaan? Lu bikin jantung gua gak sehat Ricky.' batin Bella tertekan. 'Ih seharusnya kan gua ekskul, bukannya ngumpul ama lu pada di sini.'

“Bel, kita bolos ekskul aja kuy.” Ajak Ricky sesat.

“Eh jangan, nanti kita dihukum.“ Tolak Bella.

“Gak apa-apa, kan yang dihukum kita berdua, bisa sekalian bikin video tiktok.” Mulai ngawur kan bocahnya.

“Mana bisa begitu, lu tau sendiri mereka kalo ngasih hukuman gimana.” Iya, anak dance itu kalo ngasih hukuman berasa ngasih tantangan.

“Tau, paling suruh dance di depan publik.”

“Tuh kan, gak mau ah, abis ini kita harus ke ruangan dance.”

Bukannya setuju, Ricky malah membuka ponselnya dan mencoba menelpon seseorang.

Bella kesal karena Ricky mengabaikannya begitu saja, percayalah gadis itu tengah panik sekarang, bayang-bayang hukuman untuk dirinya itu membuatnya pusing.

“Halo, kak Zidan, hari ini gua sama Bella gak masuk ekskul dulu ya.”

“Eh Ricky!” Apa-apaan coba dia main asal ngomong kek gitu.

“Ssttt...”

'Emang kenapa Ricky?'

“Bella sakit, tadi dia pingsan di koridor, sekarang lagi di UKS.”

“Ih Ricky gua kan cuma mi—”

“Udah lu diem aja.”

'Terus lu kenapa ikut gak masuk? Kan yang sakit Bella bukan lu.'

“Nah justru itu kak, gua disuruh nyokapnya buat nemenin sama nganterin dia pulang.” Kan ngarang banget.

“Ihh apa-apaan...” Bella kesel tapi pasrah juga.

'Oh ya udah, titip salam ya buat Bella, gws.”

“Oke kak, makasih ya.”

Ricky mematikan telponnya.

“Dah kan, kelar masalah.” Ujar Ricky merasa bangga.

“Dasar tukang boong.” Juan datang membawa teh hasil racikannya. “Nih Bel tehnya, awas masih panas.”

Bella ngambil teh itu. “Makasih banyak Juan.”

“Buat Bella doang? Gua mana?” Protes Ricky.

“Bikin lah sendiri, gak usah manja lu.” Juan mukul kepalanya Ricky.

“Kalian pulang aja duluan, aku udah gak apa-apa kok.” Ujar Bella, dia masih ngerasa gak enak sam mereka.

“Gak!” Pekik Mereka.

“Gua anterin lu pulang ya?” Tawar Ricky.

“Sama gua aja Bel, dijamin selamat sampe tujuan.” Juan gak mau kalah.

“Emang lu pikir kalo pulang sama gua gak selamat gitu?” Ricky merasa tersolimi.

“Iya sampenya malah ke akhirat.” Juan savage.

“Anjing!”

“Eh gak perlu, aku bisa pesen ojol kok.” Bella mencoba melerai pertengkaran mereka.

“Nanti lu diculik abang ojol, mau?” Juan nyoba nakutin Bella.

“Iya, kemaren gua denger gosip katanya tetangga gua dihamilin abang ojol.” Sahut Ricky.

“Siapa anjir? Kok gua gak pernah denger?” Juan merasa ketinggalan info.

“Ada dah, namanya Ica.” Ricky ngarang aja sebenernya.

'Ih kok mereka malah ngegibah sih.' Bella makin tertekan, pengen pulang aja rasanya.

“Eh btw lu udah beli kado buat bang Reyhan?” Tanya Juan mengalihkan topik.

“Astagfirullah belom!” Ricky menepuk dahinya.

“Makanya jangan ngetiktok mulu.” Sindir Juan.

Bella seketika inget sama misinya, kenapa dia bisa lupa sih, dia kan harus minta bantuan mereka supaya diundang ke pestanya Reyhan.

“Uhm, besok kak Reyhan ultah ya?” Tanya Bella pura-pura gak tau.

“Iya, Bella mau ikut gak?” Ajak Juan.

“Emang boleh?”

“Boleh lah, nanti gua bilangin bang Reyhan.” Ucap Ricky.

“Harus ngasih kado ya?”

“Gak usah, gua aja gak ngasih kado.” Ujar Juan santai.

“Lah, terus tadi lu ngapa nanyain gua tentang kado, lu sendiri gak ngado anjir.” Ricky merasa dihianati oleh temannya itu. Bukannya ngajak, kan dia juga males ngasih kado.

“Bang Reyhan udah gede, gak perlu kado-kadoan, emang bocah apa.” Jelas Juan. Menurutnya Reyhan itu udah dewasa dan kaya raya, jadi buat apa ngasih kado? Seharusnya mereka lah yang dikasih kado.

“Oke, gua ngikut lu Juan.” Ricky akhirnya mengikuti ajaran sesat Juan.

“Tapi kak Reyhan kan gak kenal aku, emang beneran gak apa-apa?” Bella takut aja pas dateng ke pestanya Reyhan malah diusir.

“Chill aja, Bang Reyhan mah gak pilih kasih, mau kenal atau gak, mau miskin atau kaya pasti bakal diundang sama dia.” Jelas Ricky.

“Serius?”

“Iya Bella, percaya sama kita.” Juan meyakinkan.

“Undang temen-temen aku juga boleh?“ Tanya Bella lagi.

“Boleh banget, mau ngundang satu kampung juga boleh.” Celetuk Ricky.

“Yeh, lu kira mau kondangan.” Juan mukul punggungnya Ricky.

“Hehe...”

“Ya udah ayo, kita pulang!” Ajak Juan.

Baru aja Bella mau jalan eh dia malah oleng, untung aja jatohnya ke pelukan Juan, asoy.

“Lu kenapa?” Tanya Juan panik.

“Gak tau, pusing Juan.” Bella gak boong kok, dia tiba-tiba ngerasa pusing gitu, mungkin efek karna mimisan tadi.

“Lu hamil Bel?” Ricky ngadi banget emang.

“Sembarang lu.” Juan nampol kepala Ricky gak nyelo. “Lu bisa jalan gak Bel? Apa mau digendong?”

“Bisa kok bisa.” Bella ngelepasin pelukan Juan terus nyoba jalan, tapi sumpah kepalanya pusing banget terus pandangannya juga berbayang.

“Bella.” Juan megang kedua bahu Bella. “Digendong aja ya?”

Bella akhirnya pasrah aja deh nurut, daripada nanti pingsan kan lebih bahaya.

“Ric, gendong gih.” Suruh Juan tanpa dosa.

Bella rada kecewa sih, kirain dia bakal Juan yang gendong eh malah nyuruh Ricky.

“Kok gua anjir!?” Protes Ricky.

“Udah gece, keburu anak orang pingsan.”

“Iya sabar.” Ricky jongkok didepan Bella. “Naik Bel buruan.”

“Eh ini gak apa-apa?” Bella ragu.

“Chill aja, ayo!”

Dengan gak enak hati, Bella pun naik ke pundak Ricky.

“Berat ya?” Tanya Bella gak tega.

“Kaga, enteng kok.” Untung Ricky sering olahraga bareng abang-abangnya jadinya ngangkat gini doang mah gak seberapa.

“Udah ayo kita pulang bareng.” Ajak Juan yang berjalan lebih dulu.

Ricky terus menggendong Bella di sepanjang koridor, jujur Bella agak malu karena sebagian murid lain ngeliatin mereka, dia sampe nutupin mukanya diceruk leher Ricky.

Jelas itu bikin si Ricky geli. “Kenapa Bel? Malu ya diliatin orang?”

Bella cuma ngangguk aja. “Emang Ricky gak malu?”

“Gak, udah biasa jadi pusat perhatian.” Ricky tertawa kecil.

“Makasih ya Ricky.”

“Kan udah dibilang, itu tugas gua buat ngelindungi princess Bella.”

Bella jadi salting gitu terus nutupin mukanya bahu Ricky.

Gadis itu baru sadar akan aroma tubuh Ricky yang terkesan fresh, wangi lemon, bikin Bella nyaman berlama-lama digendong sama dia.

Setelah kejadian itu Bella mulai mikir, boleh gak sih menyukai dua orang dalam satu hati?


Sekarang jam menunjukkan pukul 3 sore, dimana anak-anak ekskul akhirnya bisa pulang.

Seperti ekskul musik saat ini.

Shucy merapikan segala alat tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas.

“Kamu pulang sama siapa?” Tanya Satya.

“Aku pulang naik ojol sih.” Balas Shucy. “Kenapa kak?“ 

“Pulang bareng kakak yuk.” Ajak Satya.

“Gak ngerepotin emangnya?” Shucy sih mau aja sebenernya, cuman dia takut nimbul gosip abis ini.

“Ya gak lah, sekalian cari makan, mau gak?” Tawar Satya.

“Cari makan dimana?” Kebetulan Shucy juga mulai laper abis nyanyi.

“Udah kamu ikut aja sama kakak, gak bakal nyesel deh.”

“Oh oke.” Shucy mengangguk.

Satya meraih tangan Shucy lalu menggandengnya, pede banget emang Satya berasa pacar sendiri.

“Cie elah bang Sat, bisa aja modusnya.” Goda Sean dari arah pintu masuk.

“Bacot lu, pulang sono!” Suruh Satya, ganggu bener bocahnya.

“Dih, santai dong, ati-ati Shucy nanti diteror sama gebetannya dia—ups!” Sengaja Sean mah.

“Gebetan?” Shucy bingung.

Ya, dia tau sih kalo gebetannya Satya banyak, tapi yang dimaksud Sean itu siapa? Eh kok dia jadi kepo.

“Heh, sok tau lu!” Satya geplak kepalanya Sean. “Jangan percaya sama dia dek, udah kelamaan jomblo jadi iri.”

“Eh sorry ya gua sih gak iri, meskipun gua jombs tapi gua gak pernah tuh ngeghosting cewe—ups!” Kompor banget si Sean.

“Gua steples ya congor lu, jadi cowo mulutnya lemes banget heran.” Ancam Satya gak main-main.

“Hehe ampun bang, gua pulang duluan ya, bye bye anak pungut.” Sean ngasih mereka flying kiss sebagai salam perpisahan.

Satya jijik terus ngasih jari tengah ke Sean.

“Kak Satya jangan gitu ah sama Sean.” Tegur Shucy mengingatkan.

“Itu bocah kudu dikasih azab biar sadar.” Satya kesel.

“Jangan kayak gitu, nanti malah kak Satya loh yang kena azab, mau?”

“Loh kok gitu? Jangan dong.”

“Ya makanya jangan ngomong yang aneh-aneh kak.” Shucy tertawa.

“Iya maaf.” Satya kembali mengaitkan tangan mereka. “Kuy lah pulang.”

Mereka pergi menuju gerbang sekolah. Selama perjalanan mereka di koridor, semua murid menatap mereka dengan aneh, bahkan banyak yang berbisik tak suka.

“Gak usah didengerin.” Bisik Satya.

Shucy menganggukkan kepalanya.

Dan sampailah mereka di depan gerbang sekolah yang cukup ramai itu.

“Kamu tunggu sini dulu ya, kakak mau ambil motor ke parkiran.” Ucap Satya.

“Oh oke kak.”

Setelah Satya pergi, tiba-tiba saja ada seorang siswi yang menghampiri Shucy, siswi itu tampak penasaran dan mulai mewawancarainya.

“Eum, permisi...” Sapa siswi itu.

“Iya ada apa kak?” Perasaan Shucy mulai tidak enak, pasti dia akan ditanya macam-macam tentang Satya.

“Begini, kenalin nama gue Anna, gue anak mading.” Siswi itu memperkenalkan diri.

'Go away Anna.' batin Shucy iseng.

“Oh anaknya bu Mading?” Tanya Shucy polos.

“B-bukan, gue anak.. eh maksudnya gue member mading.” Jelas Anna agak detail.

“Girl band?”

“Anggota dari ekskul mading.” Anna mulai tertekan. “Mading itu majalah dinding.”

“Ah ekskul mading.” Shucy baru paham. “Kenapa emangnya?”

“Lo pacaran ya sama Satya?” Kan bener pasti nanya gituan.

“Ngga kok, cuma temen doang.” Ucap Shucy dengan jujur.

“Masa sih?” Anna merasa janggal. “Setau gue dia itu gak pernah mau nganterin cewek pulang pake motornya, cuma temen cowoknya doang yang pernah.”

“Emang kenapa?” Shucy penasaran.

“Ya karna dia bilang itu aset pribadinya, dia itu sayang banget sama motornya.” Anna udah kek lambe turah aja. “Lo tau kan dia sering balapan liar?”

“Balapan? Kak Satya pembalap?” Jujur, Shucy baru tau fakta ini.

“Lah lo gak tau?” Anna makin mengheran.

“Kak Satya gak pernah cerita tuh.” Shucy menggelengkan kepalanya.

“Ya gue sih gak tau ya, tapi lo ati-ati aja sama dia, yang sering gue denger sih dia suka ngebaperin ciwi-ciwi gitu terus dighosting deh sama dia.” Anna mengangkat bahunya.

“Ghosting? Kak Satya hantu?” Biasalah, Shucy emang gak ngerti istilah kek gitu.

“Ih bukan gitu.” Anna pengen marah aja rasanya.

'Sabar Anna kamu pasti bisa.' batin Anna sabar banget.

“Ya pokoknya abis ngebaperin cewek dia langsung ngilang gitu aja, itu cewek ditinggalin lah intinya.” Jelas Anna, semoga aja Shucy ngerti.

“Ohh gitu, aku tau sih, kak Satya buaya kan?” Celetuk Shucy.

“Nah itu lo tau, terus kenapa lo masih deketin dia?” Anna gak habis pikir, kenapa cewek polos macem Shucy ini bisa ada di dunia.

“Ya karna—”

“Shucy, ayo naik!” Seru Satya.

Lelaki itu baru saja datang mengendarai motor ninjanya.

“Eh kak Satya udah dateng, duluan ya kak Anna.” Pamit Shucy.

“Oh iya hehe...” Anna melirik ke arah Satya yang langsung diberi tatapan membunuh dari lelaki itu.

Karena takut, Anna segera pergi dari sana.

'Anjir, pokoknya gue harus pantau mereka, ini bisa jadi gosip hits sekolah.' batin Anna sok asik.

“Bisa gak naiknya?” Tanya Satya khawatir.

“Bisa kok kak.” Shucy hendak naik tapi dia baru teringat sesuatu. “Oh iya aku kan gak bawa helm kak, gak apa-apa emang?”

“Sebentar.”

Satya menstandarkan motornya lalu mengambil helm cadangan yang biasa dipakai teman asramanya saat menumpang.

Lelaki itu langsung memasangkan helm tersebut dikepala Shucy.

Shucy hanya bisa diam menikmati perlakuan manis Satya.

“Ih gemes banget sih kamu.” Ucap Satya sambil tersenyum.

Shucy ikut tersenyum sekaligus tersipu malu. “Makasih kak Satya.”

Akhirnya mereka pun melanjutkan perjalanan ke sebuah restoran ternama yaitu Mekdi.

Shucy turun dari motor dan berniat masuk lebih dulu.

“Shucy tunggu dulu.” Panggil Satya.

“Kenapa kak?” Shucy menghampiri Satya.

“Itu helmnya lepas dulu.” Satya menunjuk kepala Shucy.

Shucy megang kepalanya, sumpah dia baru inget belom lepas helm, malu banget. “Eh iya lupa, ini gimana bukanya? Susah.”

“Sini kakak bantu.” Satya ngebantu Shucy buat lepasin helmnya, dia juga ngerapihin rambut Shucy yang berantakan. “Nah udah.”

Entah udah berapa kali Satya bantuin dia hari ini, baik banget deh pokoknya.

“Makasih kak, ayo masuknya bareng aja.” Ajak Shucy, iyalah masa abis dibantuin malah ditinggal.

“Iya Shucy.” Satya gemes terus ngubit pipinya Shucy.

“Ih jangan dicubit, sakit.” Keluh Shucy.

Satya tertawa lalu mengelus pelan pipi gadis itu. “Maaf ya cantik.”

Mendengar kata cantik jelas membuat Shucy salah tingkah, bahkan wajahnya memerah karena malu.

“Ih udah ah ayuk masuk!” Shucy narik tangan Satya.

“Hahaha iya, gemes banget sih calon pacar.” Satya meraih tangan Shucy untuk dia genggam, daripada narik-narik mending pegangan tangan kan?

Shucy nunduk, gak berani liat muka Satya, nanti malah diledekin lagi soalnya muka dia udah merah banget.

Setelah kejadian tadi, mereka kini sudah berada di depan kasir Mekdi untuk memesan makanan.

“Kamu mau pesen apa?” Tanya Satya.

“Kakak pesen apa?” Shucy bingung, dia malah balik nanya.

“Apa ya? Mungkin burger, kentang goreng sama cola.” Balas Satya.

“Aku juga mau itu, tambah es krim juga.” Ucap Shucy.

“Oke.”

Shucy mengambil dompet dari tasnya dan memberikan uangnya pada Satya. “Nih kak uang aku.”

“Eh gak perlu, nanti kakak aja yang bayarin.” Tolak Satya.

“Eh jangan ka—”

“Gak apa-apa, kan kakak yang ngajak kamu kesini.” Satya mengelus rambut Shucy.

“Kakak kenapa baik banget sama aku?” Shucy mulai mengintrogasi Satya.

“Kamu lupa? Kan kakak pernah bilang kalo kakak suka kamu, itu jawabannya.” Ujar Satya penuh percaya diri.

Shucy menghela nafas, menurutnya ucapan Satya barusan hanyalah sebuah gombalan yang terkesan basi dan kekanakan.

“Bohong.” Shucy menatap Satya dengan serius. “Itu cuma alasan kakak doang kan?”

Satya memegang kedua bahu Shucy. “Dimana letak kebohongan yang kakak bilang?”

“Kakak suka sama aku, padahal gak sama sekali, kita kan baru kenal kemarin, gak mungkin rasa suka sama seseorang secepat itu.” Shucy menepis tangan Satya.

“Kakak juga awalnya gak yakin sama perasaan kakak, tapi setelah kakak ketemu kamu, kakak baru percaya kalo yang namanya first sight love itu beneran ada.” Satya tulus mengatakannya.

“Pembohong.” Shucy masih belum percaya.

Satya tersenyum miris, tembok yang berhasil dibangun oleh Shucy terlalu sulit untuk dihancurkan.

“Kalo kamu masih gak percaya gak apa-apa, kakak bakal buktiin sama kamu seberapa tulusnya perasaan kakak.” Ujar Satya tak main-main.

Shucy sedikit goyah akan kalimat itu, haruskah dia mencoba membuka hatinya untuk Satya? Tapi dia belum siap patah hati.

Ah iya, misi itu, Shucy harus tetap mendapatkannya, satu-satunya cara yaitu dekat dengan Satya.

“Aku tunggu.” Ucap Shucy.

“Hah?” Satya ngebug.

“Kakak gak budeg kan?” Sindir Shucy.

“Ng-ngga kok tapi... oke, mulai sekarang kakak bakal buktiin.” Satya memberanikan diri untuk merangkul gadis itu.

Ketika makanan sudah disajikan, mereka pergi ke lantai atas untuk menikmati makanan khas mekdi tersebut.

“Oh iya kamu besok mau ikut kakak ke pestanya Reyhan gak?” Tawar Satya.

“Jam berapa kak?” Shucy menghentikan aktivitas makannya.

“Malem sih.” Balas Satya. “Nanti kakak jemput ke rumah kamu.”

“Eh gak ngerepotin kak?” Shucy merasa Satya ini berlebihan, dia kan bisa bareng temen-temennya nanti.

“Gak, sekalian kakak mau minta restu sama orang tua kamu.” Goda Satya.

“Aku masih sekolah kak, belum mau nikah.” Shucy terkejut, Satya ini suka aneh-aneh deh ngomongnya.

“Kalo itu belum saatnya.” Satya tertawa. “Kakak mau minta restu buat ngajak jalan anaknya selama satu malam penuh.”

“Oh satu malam aja?” Celetuk Shucy, dia mancing Satya aja.

“Emang kamu mau berapa malam?” Satya mengangkat satu alisnya.

“Ya katanya—gak jadi deh.” Shucy lanjut makan.

“Iya-iya, nanti sampe malam pertama deh.” Canda Satya.

“Ih kak Satya ngomongnya.” Shucy mukul pelan bahu Satya.

“Loh kamu kalo itu ngerti?” Satya agak terkejut, kirain Shucy gak ngerti gituan.

“N-ngga kok, dah cepetan abisin makannya keburu ujan tuh udah mendung.” Shucy jadi salah tingkah, Satya emang jago banget bikin dia skakmat.

“Iya cantik.”

Shucy menatap tajam Satya dikala mulutnya penuh dengan makanan.

“Telen dulu itu makanan, baru marah.” Satya yang gemas langsung mencubit pipi Shucy.

“Kak Satya sakitt..” Keluh Shucy terus mukul tangan Satya.

“Gemes banget sih kamu ini.” Satya mengacak lembut rambut Shucy.


Mari kita lihat sisi orang berikutnya.

Adya sedang asik menonton film dari laptopnya, dia baru ingat kalau hari ini adalah hari pertamanya datang bulan.

Saat di ingin mengganti pembalutnya ternyata barang itu sudah habis.

“Anjir, pake abis segala.” Adya menutup kasar lemari bajunya.

Tau lah ya kalo cewek lagi dapet tuh bawaannya mager, pengen kemana-mana aja males.

Tapi demi keperluan pribadinya, Adya rela deh pergi ke Indoapril naik motor, padahal mah jalan kaki juga bisa.

Sesampainya Adya di sana, dia langsung pergi ke bagian rak khusus wanita.

“Mantap ada diskon.” Gumamnya senang.

Adya ngambil roti jepang yang biasa dia pakai kemudian pergi menuju kulkas untuk membeli minuman.

Dia ngambil sebotol fanta, nyarinya yang paling belakang biar dingin.

“Mbak, ada kopi BTS gak?” Tanya seseorang dari belakangnya.

“Hah? Apaan?” Adya nengok, dia kaget banget ternyata itu Sean.

Itu cowok styles nya beda banget kalo di luar sekolah, pake topi sama jaket item, oh iya tasnya juga cuma disangkutin sebelah bahu.

“Lah lu? Ketemu lagi kita.” Sean merasa bangga bisa nemuin Adya, fix keknya sih jodoh.

“Kok lu bisa di sini dah?” Adya masih gak nyangka gitu bakal ketemu Sean, kan jadi inget kejadian tadi di sekolah.

“Ya bisa lah, ini kan tempat umum, siapa aja bisa kesini.” Jelas Sean. “Lu liat kopi BTS gak?”

“Gak tau, gak pernah liat.” Adya mikir, emang ada ya kopi BTS?

“Lu bukan kpopers ya?” Sean asal nebak aja.

“Sotoy anjir, gua tau BTS ya, cuman gak tau kopinya.” Adya mulai kesal.

“Itu loh yang kopi di botol gitu, terus ada cap BTS nya.” Sean ngejelasin detailnya.

“Ih gak tau!” Adya jadi sewot.

“Ya udah sih santai, lu beli apaan?” Sean penasaran sama barang yang Adya bawa.

“Kepo.” Adya ngumpetin roti jepang sama fanta dibelakang badannya. Malu lah kalo Sean liat, bisa diledekin dia.

“Ya udah minggir, gua mau liat kulkas disamping lu.” Usir Sean.

Adya berjalan miring agar Sean tidak bisa melihat barang belanjaannya.

“Lu ngapa jalan kek kepiting gitu dah? Ambeyen lu?” Ejek Sean.

“Apa sih gak!” Adya kini berjalan mundur, menjauh dari Sean.

“Beli apaan lu? Lu beli anuan ya hayo.” Goda Sean, biasalah iseng dia.

“Apa anuan?” Adya sedikit panik. Jangan-jangan Sean udah tau, malu banget dah.

“Cemilan kan?” Tebak Sean.

“Oh iya.” Adya lega. “Gua duluan ya.”

Adya pergi ke arah kasir.

Sebelum Adya pergi, Sean sempat melihat ada noda merah dibagian belakang celana Adya. Itu celana kena cat atau kenapa? Oh lagi dapet kah?

“Bocor dia?” Gumam Sean terus buru-buru ngemperin Adya.

Pengunjung Indoapril saat itu cukup ramai, kasirnya saja sampai antri, untungnya belum ada yang berdiri dibelakang Adya, jadi Sean segera berbaris dibelakang gadis itu.

“Lu beli roti jepang ya?” Bisik Sean.

Adya merinding, kok Sean bisa tau padahal kan udah dia tutupin dari depan.

“Iya elah.” Adya ngaku juga akhirnya.

“Lu lagi dapet?” Tanyanya lagi.

“Hm.. kenapa sih?” Perasaan Adya mulai gak enak.

“Lu bocor bego.” Ucap Sean secara terang-terangan, tapi tenang dia pelan kok ngomongnya.

“Eh d-demi apa sih!?” Adya ngecek celananya dan bener aja ada noda darah disana.

“Iya, lu tenang aja gua tutupin dari belakang.” Ujar Sean.

“O-oke..” Adya barusan tenang, tapi gak bisa.

Bertepatan pada saat itu hujan mulai turun, mana deres banget lagi, fix ini mah mereka kudu neduh dulu disini.

“Anjir pake segala ujan lagi.” Gumam Sean.

'aduh gimana dong?' batin Adya makin panik.

“Nanti lu numpang ganti aja di toilet.” Usul Sean.

“Dih, emang boleh?” Setau Adya toilet Indoapril itu cuma khusus karyawan sini.

“Boleh lah kalo mendesak gini.”

“Ya tapi kan celana gua nutupinnya gimana?”

Sean ngelepas jaketnya terus masang ke pinggang Adya dari belakang.

“Tuh pake jaket gua dulu.”

“Eh apaan nih? Kok—” Adya nengok ke belakang, jujur dia sebenernya gak enak, tapi... “M-makasih Sean.”

“Iya udah sono maju, giliran lu tuh.“ 

Adya langsung maju dan bayar semua barang yang dia beli, abis itu dia minta izin sama mbak kasir Indoapril buat numpang ke toilet, untungnya aja dibolehin.

Saat Adya masuk ke toilet tersebut, dia kaget ternyata toiletnya bagus juga, bersih banget, berasa toilet di mall dah.

Adya ngebuka jaket Sean, ngecek itu jaket kena noda darahnya atau gak, karena jaketnya Sean warna item jadi gak keliatan sih tapi Adya sempet nyium, wangi juga, aromanya kaya apel karamel.

“Enak banget dah, baru tau gua ada wangi kek gini.” Gumam Adya lalu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi.

Setelah selesai, Adya keluar dari dalam toilet dan menghampiri Sean yang sedang berdiri di depan pintu masuk.

“Wey, udah?” Tanya Sean saat menyadari keberadaan Adya.

Adya mengangguk lalu berdiri disamping Sean, tidak ada pembicaraan diantara mereka, hening menyapa.

Pandangan mereka hanya fokus pada derasnya hujan di luar sana, hawa dingin pun mulai mereka rasakan.

Jika kalian mengira disana banyak orang maka kalian salah, nyatanya para pengunjung Indoapril lebih memilih menerjang hujan deras, karena mereka pikir mungkin saja hujan ini akan bertahan lama hingga malam tiba.

Sean menghela nafas, ia mengusap-usap kedua telapak tangannya untuk meredakan hawa dingin yang menerpa tubuhnya.

“Lu kedinginan gak?” Tanya Sean membuka pembicaraan.

“Hah?” Adya yang sedang melamun pun terkejut.

“Mau ikut gua bikin kopi gak? Biar gak dingin.” Tawar Sean, dia baru ingat kalau tadi membeli kopi.

“Gak usah, makasih.” Tolak Adya.

“Oke, gua bikin kopi dulu ya.” Sean pergi ke mesin pembuat kopi yang telah disediakan di sana.

“Hm.” Balas singkat Adya.

Adya sebenarnya ingin cepat-cepat pulang tapi hujan di luar malah semakin deras, tubuhnya juga mulai menggigil.

“Beneran gak mau nih?” Sean menunjukkan kopi buatannya.

“Gak, beneran.” Adya mengambil ponselnya, mengirim pesan kepada temannya.

Sean melirik Adya yang tersenyum melihat layar ponselnya. Entah kenapa hal itu membuatnya ikut tersenyum.

“Chatan sama pacar ya?” Celetuk Sean sambil meneguk kopinya.

“Mana ada, gua aja gak punya pacar.” Balas Adya.

Sean mengangguk. “Eh, besok sibuk gak?”

Adya seketika menghentikan aktivitasnya dan menengok ke arah Sean. Kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal seperti itu? Mencurigakan.

“Gak sih, kenapa emang?” Tanya Adya penasaran.

“Mau gak jadi pasangan gua ke pesta ultahnya Bang Reyhan?”

Adya menelan ludahnya kasar. Dia tidak salah dengar kan? Ah tunggu, hanya jadi pasangan ke pesta Reyhan saja kan? Lagipula itu memang tujuannya dari awal.

“B-boleh aja sih.” Adya mengangguk.

“Oke, besok gua jemput ke rumah lu.”

“Emang lu tau rumah gua?” Adya menatap Sean curiga, mereka saja baru kenal kemarin bagaimana bisa lelaki itu tahu alamatnya.

“Ya makanya kasih tau.”

“Yeh, kirain tau.”

Sean tertawa lalu merangkul Adya.

“Eh apa nih? Lepas bego!” Adya mencoba mendorong Sean tetapi tidak bisa, tenaga Sean terlalu kuat.

“Udah diem aja, biar gak dingin.” Bisik Sean.

“Ya tapi gak gini, ntar diliatin orang anjeng!” Adya memukul perut Sean cukup kencang.

“Anjir sakit woy!” Sean melepaskan rangkulannya.

“Mampus!” Ejek Adya.

“Ah gua tau biar lu gak kedinginan gimana.“ Sean mulai mengeluarkan idenya.

“Gimana?” Tanya Adya.

Sean menggosokkan telapak tangannya hingga terasa hangat, kemudian menempelkan pada pipi Adya.

Adya terdiam mematung, menatap mata Sean dari dekat.

Merasa tidak ada penolakan, Sean mulai mendekatkan wajahnya dan...

“Fiuh...” Sean meniup wajah Adya.

“IH GOBLOK BANGET AH, KENA JIGONG LU SETAN!” Adya nampol mukanya Sean.

“AHAHAHAHHA.” Malah ngakak si Sean.


Terakhir kita beralih ke sosok Aletta yang masih berada di sekolah, dia terjebak hujan dan memilih untuk menetap terlebih dahulu sambil menunggu hujan reda.

“Kapan nih ujan berenti ya? Lama banget anjir dari tadi kaga kelar-kelar.” Keluhnya.

“Ehem... sendirian aja disini.” Tegur seseorang.

Aletta menoleh ke arah sumber suara, ternyata itu Azka yang baru saja selesai ekskul, penampilannya cukup berbeda karena lelaki itu memakai kacamata.

“Kak Azka ya?” Tanya Aletta meyakinkan.

“Iya ini gua.” Azka membenarkan letak kacamatanya. “Kenapa? Beda ya kalo pake kacamata?”

“Gak sih, rada culun aja.” Canda Aletta.

“Emang?” Azka langsung membuka kacamatanya.

Aletta tertawa melihat tingkah Azka. “Kok langsung dibuka?”

“Biar ganteng dong.” Azka menyibakkan rambutnya ke belakang.

Ya, itu agak cringe sebenarnya, bahkan kalau Aletta lupa dirinya sedang berakting kalem, ia akan menatap jijik pada Azka.

Walaupun perkataan Azka tidak sepenuhnya berbohong bagi Aletta.

“Kak Azka gak pulang? Bukannya bawa mobil ya?” Tanya Aletta mengubah topik.

“Iya ini mau pulang sih, sekalian beli kado buat Reyhan.” Ujar Azka.

Aletta seketika menatap Azka, dia baru teringat dengan misinya. “Kak Reyhan ultah?”

“Iya besok.” Azka mengeluarkan jaket dari tasnya untuk digunakan sebagai payung. “Eh iya mau temenin gua cari kado buat Reyhan gak?”

“Kemana?” Aletta jelas tertarik.

“Ke mall, gua gak tertalu jago milihin kado, bantuin gua ya.” Pinta Azka.

“Oh, oke.” Aletta mengangguk.

“Ayo ikut gua ke parkiran.” Ajak Azka.

“Lu bawa payung kak?”

Aletta bingung, perasaan Azka gak bawa payung deh, masa mereka mau terobos ujan gitu aja, kan gak mungkin.

“Pake jaket gua aja ayok!”

Azka melebarkan jaketnya dan mengangkatnya hingga menutupi bagian atas kepala mereka.

“Udah siap belum?” Tanya Azka.

Aletta menengok ke sebelah kirinya, ia tidak sadar bahwa wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.

Gadis itu mulai merasakan debaran jantung yang tidak normal.

'Azka sialan.' batin Aletta.

“Hey, kok malah bengong?” Tegur Azka.

“Ah iya kak, udah siap kok.” Ucap Aletta.

Dan mereka berdua pun berlari menerjang derasnya hujan hingga menuju parkiran sekolah.

Azka membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Aletta untuk masuk lebih dulu, kemudian ia berlari memutar untuk masuk ke kursi kemudi.

“Dingin gak?” Tanya Azka.

“Lumayan kak.” Aletta mengelap kedua tangannya yang basah dengan roknya.

“AC nya arahin ke gua aja ya.” Ucap Azka.

“Lu gak kedinginan emang?” Aletta merasa tak enak.

“Udah biasa gua mah.”

Azka melajukan mobilnya pada sebuah Mall yang tidak terlalu jauh dari sekolah mereka, Mall tersebut juga cukup besar dan lengkap.

Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Azka keluar lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Aletta.

“Ayo!”

Aletta mencoba melepaskan sabuk pengamannya namun tidak bisa. “Uhm.. kak..”

“Kenapa Al?” Azka bingung.

“Gak bisa kebuka sabuk pengamannya.” Aletta panik.

“Masa sih?” Azka memajukan badannya dan mencoba menekan tombol merah didalam mobilnya itu untuk melepas sabuk pengaman Aletta.

Aletta sampai menahan nafas karena lagi-lagi wajah mereka kembali berdekatan, meskipun pandangan Azka fokus pada tombol pengunci sabuk pengaman tapi Aletta berasa dihimpit oleh lelaki itu.

“Dah bisa.”

Saat Azka menoleh ke arah Aletta, hidung mereka langsung bersentuhan, Aletta memejamkan matanya tak berani menatap Azka.

“Eh maaf gak sengaja.” Azka segera keluar hingga kepalanya terbentur bagian langit-langit mobil. “Shit!”

“Eh lu kenapa?” Aletta membuka matanya karena terkejut dengan teriakan Azka.

“Gak, kejedot doang.” Azka memegangi kepalanya yang sakit. “Ayo kita masuk ke Mall.”

Azka mengajak Aletta pergi ke toko pakaian ternama, Aletta cukup takjub dengan Azka, bisa-bisanya lelaki itu belanja di tempat seperti ini, pasti keluarganya sangat kaya raya.

“Coba lu pilih baju mana yang menurut lu paling bagus.” Suruh Azka. “Kalo lu mau beli juga gak apa-apa, gua yang bayarin.”

“Eh jangan, gua bantu pilihin aja ya.”

Aletta tidak berani mengambil pakaian disini untuk dirinya, harga paling murah saja 1 juta, dia tidak mau berhutang pada Azka.

“Beneran? Gak apa-apa santai aja.”

Azka tidak keberatan bila harus mengeluarkan uang berapa pun, toh uangnya tidak akan habis.

“Gak kak, makasih banyak.”

Aletta mulai pergi ke bagian pakaian khusus pria, ia tercengang saat melihat harga yang tertera disana.

“Anjir duit segini bisa buat beli laptop baru.”

Aletta pergi ke sisi lain, mungkin saja dia bisa menemukan harga yang lebih murah.

“Lah kaos oblong begini aja 2 juta, gila kali ya yang punya toko.” Gumam Aletta.

“Udah dapet belom?” Azka menghampirinya.

“Belom, bingung hehe...” Aletta menggaruk tengkuknya.

“Hmm... gimana ya?” Azka ikutan bingung.

Aletta berpikir, style apa yang menurutnya cocok untuk Reyhan, pakaian yang terkesan gentle dan elegan.

“Gua tau kak!” Aletta menepuk bahu Azka.

“Apaan?” Azka penasaran.

“Blazer.” Aletta menunjuk barisan jas disamping Azka.

“Ah bener.” Azka ngambil blezer hitam didekatnya. “Terus apalagi?”

“Kaos yang ada garis item putihnya.” Lanjut Aletta.

“Kek burunan dong?” Celetuk Azka.

“Kaga, percaya sama gua.“ 

Azka mengambil kaos bergaris hitam putih lalu mencocokannya dengan Blazer hitam tadi, bagus juga.

“Sama ini kak, celana warna warna coklat.” Usul Aletta.

“Yakin?” Azka agak ragu.

“100% yakin, ini mirip stylenya Jay Enhypen.” Aletta merasa bangga bisa memilih pakaian tersebut.

“Ah iya, gua baru inget.” Azka mengangguk paham. “Oke kita beli ini semua.”

Azka membawa semua barang belanjaannya itu menuju kasir.

“Total keseluruhannya jadi 20 juta, kak.” Ucap mbak kasir dengan ramah.

Aletta menelan ludahnya kasar, gila baju kek gitu aja abis 20 juta, kalo dia beli baju di pasar bisa dapet 1 toko kali.

“Itu gak kemahalan kak?” Bisik Aletta.

“Kaga.” Azka memberikan kartu hitamnya pada Mbak kasir.

“Mohon ditunggu sebentar ya kak.” Mbak kasir menggesekkan kartu tersebut pada mesin debit.

'Wanjir, ternyata dia punya black card.' batin Aletta kagum.

Setelah selesai dengan keperluan kado, mereka pun pergi ke salah satu restoran untuk mengisi perut.

Azka dan Aletta menempati meja dekat jendela, restoran itu juga cukup mewah, meja mereka dihiasi vas bunga bening dengan mawar didalamnya.

“Nih pilih aja mau makan apa?” Azka memberikan buku menu kepada Aletta.

Aletta mengambil buku itu dan melihat-lihat ada makanan apa saja disini.

Lagi-lagi Aletta dikejutkan dengan harga makanan yang terbilang cukup mahal ini.

“Kak, ini kita serius makan disini?” Aletta merasa kenyang duluan ngeliat harganya.

“Iya serius, lu tenang aja gua yang bayarin.” Ucap Azka santai.

“Yakin kak?”

“100% yakin.”

Aletta sebenernya gak ngerti sama nama makanan yang ada disini, bahasa aneh gitu, meski Aletta gak bisa bahasa Inggris tapi dia tau tulisannya itu gimana, ini jelas-jelas bukan bahasa Inggris, kek bahasa latin menurut dia.

“Gua ngikut lu aja deh, gak ngerti bahasanya.” Aletta ngasih buku menunya ke Azka.

“Itu bahasa Italia.” Jelas Azka.

“Tetep gak ngerti.”

“Ya udah gua yang pesenin ya.” Azka mengangkat sebelah tangannya untuk memanggil waiter.

“Yes sir, what would you like to order?” Tanya sang waiter.

“I wanted to order Bistecca alla Fiorentina, grape juice and gelato chocolate flavored.” Ucap Azka tanpa salah pengucapan sama sekali.

Aletta hanya diam memperhatikan Azka memesan makanan mereka, sumpah dia gak tau bakal dikasih makan apa.

“Ok, is there anything else you'd like to order? Tanya sang waiter sebelum pergi.

“No, that's enough, thank you.” Balas Azka.

“Lu mesen apaan dah?” Aletta penasaran, gak ngerti dia Azka tadi ngomong apa.

“Nanti lu juga tau kok.”

Beberapa menit telah terlewatkan dan makanan mereka akhirnya tiba.

“Ah ginian.” Aletta mengangguk paham.

“Lu suka kan?” Tanya Azka.

“Iya suka kok.”

Aletta tau banget ini makanan apa, menurutnya sih itu steak, jus anggur sama es krim rasa coklat.

Padahal itu berbeda, bentuknya aja yang sama.

“Ini halal kan ya?” Aletta baru inget, makanan kek gini kan kebanyakan non halal.

“Halal kok, tenang aja.” Azka gak mungkin lah mesenin makanan non halal, dia juga gak bisa makan itu.

Aletta nyoba motong daging steaknya, agak susah sih tapi dia terus berusaha sampe...

“Mampus!”

Ya, dagingnya mental kena kepala orang yang duduk didepan meja mereka, untung aja orang itu gak sadar.

“Ahahahah.. mantep.” Azka ketawa pelan.

“Sssttt...” Aletta menaruh jari telunjuknya dibibir. “Eh gimana sih cara motongnya?”

“Sini gua ajarin.” Azka meraih tangan Aletta lalu memberikan contoh cara memotong daging yang baik dan benar. “Ngerti kan?”

“Oh I know.. I know.. thank you kak Azka.”

Azka tertawa mendengarnya. “Makasih ya udah bantuin gua milihin baju buat Reyhan.”

“Iya sama-sama, makasih juga makanannya.” Balas Aletta.

“Besok ikut gua ke pestanya Reyhan ya.” Ajak Azka.

“Emang gak apa-apa?”

“Gak apa-apa lah, lu kan udah bantuin gua masa lu gak ikut sih, ini kado dari kita berdua.”

“Iyalah gua yang milihin.” Ucap Aletta sedikit sombong.

“Tos dulu dong.” Azka mengulurkan tangannya pada Aletta, yang langsung dibalas oleh gadis itu.

Dan mereka pun menghabiskan makanan mereka dengan bahagia.

. . .


#SweetBetrayal

Part 7 : Approach?


Masih ingat kan, kalau hari ini kelima gadis kita sedang dalam mood yang tidak baik sehabis ulangan?

Tapi jangan berkecil hati, disetiap masalah pasti akan ada penghibur yang membuat harimu lebih berwarna.


Aletta tengah terduduk pada suatu kursi panjang dekat lapangan basket.

Dia melihat kertas ujian bahasa Inggrisnya tadi, hasilnya gak bagus-bagus amat sih tapi dia gak peduli karena itu udah biasa.

“Oy, lu ngapain sendirian disini?” Tanya seseorang padanya. 

Aletta menoleh ke arah sumber suara. “Kak Azka?“ 

Azka duduk disamping Aletta. “Lu gak ekskul?”

“Ini lagi nunggu masuk, paling bentar lagi.” Aletta menggeser tubuhnya, menjaga jarak dari Azka.

“Ikut ekskul apa?” Azka mencoba mencari topik.

“PMR.” Balas Aletta.

“Wah enak dong, berarti kalo gua kenapa-napa bisa diobatin sama lu.” Gombal Azka.

Azka pikir dirinya akan dimarahi atau dihujat setelah ini, nyatanya Aletta malah tertawa mendengarnya.

Dan saat itulah Azka menyadari, Aletta ternyata sangat manis bila sedang tertawa.

“Kak Azka jangan gombal terus ah, gak baik.” Aletta memukul pelan bahu Azka.

“Gak gombal itu serius.” Azka memegang tangan Aletta dengan perlahan, ia bahkan menatap dalam mata Aletta.

Aletta sebenarnya geli dengan perilaku Azka tersebut, terlebih lagi ia hanya akting menjadi gadis yang sopan dan pendiam agar Azka luluh.

Tapi kalau begini jadinya, lama-lama Aletta bisa masuk ke dalam perangkapnya sendiri, visual Azka yang ia lihat dari dekat ini membuatnya goyah, jantungnya saja sudah berdetak tak karuan.

Aletta mencoba melepaskan genggaman tangan Azka dan mengalihkan pandangannya ke lapangan.

“Lu gak ekskul kak?” Tanya Aletta mengubah topik.

“Ada sih, English Club.” Balas Azka dengan senyuman khasnya.

“Bukannya lu ekskul futsal kak?”

“Kok lu tau? Cie sering liatin gua main futsal ya?” Azka menunjuk wajah Aletta, membuat Aletta makin kelabakan.

“G-gak kok, gak sengaja liat.” Dusta Aletta, padahal dirinya memang sering melihat Azka bermain futsal di social media.

“Keren gak waktu gua main futsal?” Azka menaik-turunkan alisnya.

“Oh itu, k-keren kok.” Aletta gak bohong, itu tulus dari lubuk hatinya.

“Gua emang ngikutin 2 ekskul, futsal sama English Club.” Jelas Azka.

“O-oh...” Aletta menganggukkan kepalanya.

“Btw tadi gua sempet liat lu megang ulangan bahasa Inggris ya?” Azka gak sengaja liat kertas ulangan yang dipegang Aletta tadi, jadinya dia penasaran.

“Iya, kenapa?”

“Coba liat dong.”

“Jangan, nilai gua jelek.”

“Gak apa-apa elah santai aja, gak bakal gua ketawain tenang, coba sini gua koreksi.” Pinta Azka dengan lembut.

Tanpa pikir panjang Aletta segera menyerahkan kertas ulangan itu pada Azka.

Azka awalnya terkejut melihat nilai yang didapat oleh Aletta, bagaimana bisa ada orang mendapatkan nilai seburuk ini? Ia pikir Aletta sengaja menjawab dengan salah agar berbeda dari siswa lain.

“Kenapa? Jelek kan?”

“Lu kurang teliti ini, sini gua jelasin.”

Aletta sebenarnya ingin menolak, apalagi itu adalah pelajaran yang paling ia benci, tapi demi dekat dengan Azka serta mendapat kartu undangan pesta Jay, ia pun rela.

Beberapa menit hanya ia habiskan dengan memandangi visual Azka yang sayang untuk dilewatkan, ia bahkan tidak memedulikan penjelasan Azka sudah sampai mana.

Satu hal yang paling membekas di pikirannya ialah suara Azka dengan aksen Aussienya, Aletta suka itu, ia tidak berhenti tersenyum saat mendengarnya.

“Udah ngerti belum?” Tanya Azka.

Aletta terkejut dan menggeleng reflek. “Belum.”

Azka menepuk dahinya. “Gimana kalo gua jadi guru les bahasa Inggris lu?”

“Hah?” Aletta makin terkejut bukan main, ia jelas tidak mau itu terjadi, yang ada ia makin tidak waras. “Gak usah kak, gua bisa belajar sendiri kok, ngerepotin lu.”

“Gak ngerepotin, okey?” Azka mencolek batang hidung Aletta.

Aletta memejamkan matanya, mungkin kalau Aletta tidak dalam mode berakting, ia sudah memaki-maki Azka.

“Eh iya, keknya bentar lagi ekskul gua mulai deh, gua duluan ya.” Azka tersenyum seraya mengusak gemas rambut Aletta.

Dan setelahnya ia pergi meninggalkan Aletta yang tengah malamun.

Aletta terdiam atas perlakuan Azka barusan, apa yang baru saja terjadi?

“ARGH! AZKA BRENGSEK, BISA-BISANYA GUA BAPER!“ 


Sekarang kita beralih ke Adya, gadis itu sebenarnya tidak mengikuti ekskul apapun sih, alasan kenapa ia masih di sekolah karena hari ini adalah jadwal piketnya.

“Adya, nih gua udah selesai ngepel ya.” Ucap teman sekelasnya.

“Iya, gua juga udah nih.” Sahut Adya memperlihatkan pekerjaannya.

“Gua pulang duluan ya.” Sapa temannya itu.

“Iya hati-hati ya.” Balas Adya.

Setelah membereskan semua peralatan piket, ia pun bergegas untuk pulang.

Namun saat keluar kelas, tiba-tiba saja ia terpeleset karena lantainya licin.

“Aduh.” Keluhnya.

Adya terkejut melihat seseorang menjulurkan tangannya di depan wajahnya, saat ia mendongak ke atas ternyata...

“Sean?”

“Lu tuh bego apa gimana sih? Udah tau abis di pel gak selow jalannya.” Ejek Sean.

“Asal lu tau ye, gua udah selow banget tadi, emang lantainya aja yang licin.” Adya membela diri.

“Ya udah bangun, betah banget lu.”

Adya dengan terpaksa meraih tangan Sean untuk berdiri.

“Bilang apa lu sama gua?”

“Iya makasih, ngapain sih lu lewat sini? Bukannya kelas lu di ujung tangga ya, kenapa gak langsung turun aja sih.” Adya menatap Sean sinis.

“Suka-suka gua dong, mau turun kek, mau muter kek atau mau terbang sekalian, bukan urusan lu.” Sean membalas tatapan sinis Adya.

“Yeh, ya udah sih santai, gak usah julid gitu muka lu, jelek.”

Sean mendekatkan wajahnya pada Adya, tak lupa ia juga menyibakkan rambutnya ke belakang sambil tersenyum miring.

“Gini lu bilang jelek?” Sean mengangkat satu alisnya.

Adya sebenernya pengen muntah aja liatnya, tapi hatinya gak bisa boong kalo Sean itu emang ganteng sih.

“Iya lu jelek, mundur lu.” Adya mendorong paksa Sean.

“Halah, bilang aja lu salting kan gua deketin begitu.” Sean mencolek dagu Adya.

“Dih, gila ya.” Adya nabok tangan Sean.

Adya baru saja ingin pergi tapi karena tali sepatunya lepas, dia pun keserimpet dan hampir terjatuh, untungnya semua itu ditahan sama Sean.

Jadi posisi mereka sekarang, Sean megang pinggangnya Adya, sedangkan Adya megang bahunya Sean, itu reflek sih, kek di drama aja.

“Kan salting, gua tau.” Goda Sean.

“T-tali sepatu gua lepas ya, jangan kepedean lu.” Bantah Adya.

“Masa?” Sean kembali mencolek dagu Adya.

“Apaan sih lu, gak usah sok ganteng deh, lepasin gua!” Suruh Adya, risih juga dia diposisi kaya gini.

Bukannya dilepasin, Sean malah gendong Adya ala bridal style, emang dasar anak setan.

“HEH, TURUNIN GUA, DASAR PECEL LELE!” Adya berontak.

Gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba digendong, malu lah diliatin banyak orang, ntar jadi bahan gibah satu sekolah lagi.

“Udah lu diem aja, daripada jatoh mulu kek tadi.” Sahut Sean dengan santai.

“SEAN TURUNIN GUA GAK LU!? GUA BILANGIN BAPAK LU YA!” Adya mukulin dada Sean secara brutal.

Pukulannya lumayan sakit sih, tapi Sean jadi gemes gitu sama Adya, muka Adya udah merah banget, entah karena malu atau karena marah.

“Mau ngapain bilang-bilang bapak gua? Mau minta restu?” Canda Sean.

“APAAN SIH GILA YA!” Adya sebenernya malu denger ucapan itu.

Gak tau aja Sean kalo jantungnya Adya lagi kungkang-kungkang.

“Eh denger suara gak?” Tanya Sean random.

“Suara apaan?” Adya udah gak teriak lagi, serek juga lama-lama.

“Kek suara degdegan gitu, jantung lu ya?” Sean iseng doang, padahal mah dia gak denger apa-apa wkwk.

'Aduhh pake ketauan segala lagi kan makin malu, pengen kabur aja rasanya.' batin Adya.

“HESTAMA SEAN TURUNIN GUA!” Teriak Adya tepat dikuping Sean.

“Ia-iya gua turunin, gak usah teriak dikuping gua juga dong.” Sean dengan terpaksa nurunin Adya.

“ANAK BABI YA LU!” Abis itu kakinya Sean diinjek sama Adya. 

“Aduh, sakit anjir!” Sean memegangi kakinya.

“Sukurin!” Merasa aman, Adya pun langsung lari ninggalin Sean.

Kesalahan keknya Adya ketemu sama Sean.


Lanjut kita ke Shucy, dia lagi jalan sendiri menuju ruang Musik di lantai 3, sampingan sama ruang Dance sih, tadinya dia mau bareng Bella tapi itu bocah udah ngilang duluan.

Pas Shucy mau buka pintu ruang Musik tiba-tiba tangannya gak sengaja sentuhan sama tangan orang lain, Shucy langsung nengok ke arah sampingnya.

“Hai, kita ketemu lagi.” Sapa orang itu.

“Kak Satya ikut ekskul musik?” Tanya Shucy, setau dia Satya itu kan anak futsal, ngapain coba dia kesini.

“Oh iya, baru masuk kok hari ini.” Balas Satya.

“Oh gitu.” Shucy ngangguk aja.

“Ya udah yuk masuk.” Ajak Satya, gak sadar sampe gandeng tangan Shucy.

“Woy bang Sat!” Teriak seseorang dari belakang mereka.

“Apaan sih?” Satya kesel, ini orang ganggu dia aja mau pdkt.

“Lu ngapain anjir disini?” Tanya orang itu, tumben banget Satya kesini, biasanya juga ogah.

“Gua mau masuk ekskul musik ngapa?” Satya sewot bener.

“Dih, kek bisa aja.” Orang itu beralih menatap Shucy. “Eh lu temennya Adya ya?”

“Iya.” Balas Shucy.

“Kenalin gua Sean.” Sean menjulurkan tangannya.

Shucy menjabat tangannya. “Iya udah tau kok.”

“Pfft...” Satya nahan bengek.

“Yeh, ngapa lu ketawa-tawa?” Sean merasa gak terima diketawain sama abangnya itu.

“Gak, udah yuk Shucy kita masuk aja.” Satya bawa Shucy ke dalem ruang Musik.

Shucy dan Satya pun menduduki kursi paling belakang, itu sarannya Satya sih, mumpung masih sepi, biar modusnya gak diganggu sama orang.

“Kak Satya kenapa ambil ekskul musik? Bukannya udah masuk ekskul futsal ya?” Shucy masih penasaran.

“Hmm.. karena apa ya?” Satya sok mikir gitu. “Karena kamu...”

“Emang kenapa?” Bukannya luluh, Shucy malah makin penasaran, abisan Satya ini gak jelas jawabannya.

“Kepo ya?” Kan malah dibercandain.

“Gak sih, cuman aneh aja, kak Satya itu kaya sasaengnya Shucy tau.” Shucy langsung jaga jarak dari Satya.

Satya ngebug, ini dia gak salah denger? Masa muka ganteng macem pangeran gini disamain kaya sasaeng.

“Ya gak mungkin lah, kakak masuk ekskul Musik karena kagum sama kamu.” Jelasnya dengan tulus.

“Kagumnya?” Shucy memiringkan kepalanya lucu.

“Menurut kakak, orang kaya kamu itu langka banget. Kepribadiannya baik, sopan, santun, gak aneh-aneh apalagi barbar. Sama satu lagi...” Satya mengaitkan tangannya dengan tangan Shucy. 

“Kamu itu udah berhasil bikin kakak jatuh cinta sama kamu.” Ia tersenyum setelah mengucapkan hal itu.

Shucy pengen ngakak sebenernya, Satya gak tau aja aslinya Shucy gimana, emangnya Shucy gak tau apa kalo semua ucapannya Satya itu basi, semua buaya pasti ngomongnya gitu.

Tapi karena Shucy kasian sama Satya jadi dia pura-pura baper. “Kakak bisa aja, aku juga suka kok sama kak Satya.”

Satya makin ngebug, ini beneran? Fix abis ini dia kudu tumpengan.

“Hah? Beneran kamu suka kakak?” Satya memastikan, kali aja dia salah denger.

“Iya suka kok, kak Satya baik banget sama aku, makasih ya.” Shucy tersenyum manis, bikin lawan bicaranya itu gemes.

Satya ngerangkul Shucy. “Kamu tau gak kenapa suara Ariana Grande itu bagus banget?”

Shucy ngangkat sebelah alisnya, menurut dia, Satya ini anaknya random banget tiba-tiba bahas Ariana Grande.

“Karena dia rajin latihan mungkin.” Balas Shucy dengan logis, ya dia juga gak tau jawaban aslinya, bawaan dari lahir kali.

“Salah, jawabannya karena kamu jodohku, kuy gas nguenggg~” Kan random banget, gak nyambung pisan.

Shucy agak geli dengernya, tapi iyain ajalah biar cepet.

Satya nyenderin kepalanya dibahu Shucy karena ngantuk.

“Shucy mau gak jadi pacar kakak?” Tanya Satya sambil mainin tangan Shucy, udah kek bocah aja dia.

Shucy nengok ke Satya, gak terasa muka mereka jadi sedeket ini. Mereka sama-sama senyum, Shucy juga gak ada niatan buat ngebales pertanyaan Satya, pikirannya tiba-tiba kosong waktu liat visual Satya dari deket.

Kalo boleh jujur, Shucy memang suka sama Satya, tapi dia gak mau masuk ke dalem perangkap buaya jantan itu, enak aja mau nyakitin hati orang.

“HEH, MOHON YANG BELAKANG SOCIAL DISTANCING YA!” Teriak Sean dari depan.

Shucy dan Satya langsung menjauh dan merenungi pikiran masing-masing. Sebenernya mah mereka udah baper satu sama lain.


Bella sedang menuju ruang Dance, ngapain? Ya ekskul lah.

Jangan kaget, meskipun Bella sering ternistakan oleh teman-temannya yang minus akhlak, ternyata dia ini jago ngedance loh.

Ruang Dance itu ada di lantai 3. Baru aja Bella jalan ngelewatin koridor di lantai 2 udah ada keributan aja disana, keknya sih lagi ribut masalah piket gitu.

“HEH, ENAK AJA LU KABUR-KABURAN, PIKET DULU GOBLOK!” Teriak seorang siswi pada temannya yang keluar dari kelas.

Bella tidak mengenal mereka, ia hanya ingin melewati kelas itu dengan tenang.

“Gak bisa, gua harus ekskul, udah telat ini.” Sahut temannya itu.

Bella sebenernya takut mau lewat, masa dia gak jadi ekskul sih kan gak mungkin, pengen muter tapi nanggung, akhirnya dia bilang permisi sama mereka.

“Permisi...”

“AWAS LU MINGGIR!” Siswi tadi mau ngelempar sapu ke temennya itu, tapi sapunya malah meleset ke arah Bella.

Bella udah pasrah aja sambil merem, berharap itu sapu gak kena dia.

TAK!

Bella gak ngerasain sakit sama sekali, apa dia udah di surga?

“Bella gak apa-apa?” Tanya seseorang.

Bella buka mata, dia kaget banget ngeliat Juan ada didepan mata dia, mana deket banget kan Bella jadi salting.

“Astagfirullah Juan, ini sapu kelasan jadi kebelah dua gini, siapa yang mau ganti!?” Siswi tadi jadi kesal.

“Nanti gua ganti.” Balas Juan santai.

“Juan tadi—”

“Oh itu, sapunya gua tendang, kirain gua bakal ngejauh gitu eh malah patah.” Juan tertawa canggung.

Biasalah anak taekwondo.

“Tapi lu gak apa-apa kan?” Tanya Juan memastikan, dia sampe ngerapihin seragamnya Bella.

Bella geleng-geleng terus senyum baper, iya lah abis ditolongin doi masa gak meleyot. “Makasih ya Juan.”

“Iya sama-sama.” Juan tersenyum. “Lu mau kemana?“ 

“Mau ke ruang Dance.” Bella membalas senyuman Juan.

“Gua anterin ya?” Tawar Juan.

“Boleh.” Bella mengangguk, dia seneng banget bisa ngobrol sama Juan mode akhlak begini.

Bella gak tau aja kalo Juan lagi akting, kasian deh.

“Juan wait!” Teriak seseorang dari dalam kelas.

“Apaan sih?” Sahut Juan tak suka.

“Tungguin, gua juga mau kesana.” Ujar orang itu. “Eh Bella, apa kabar?”

“Alhamdulillah baik.” Balas Bella agak canggung. “Ricky apa kabar?“ 

“Alhamdulillah baik juga, lu ikut ekskul dance ya?” Tebak Ricky.

“I-iya, lu juga?” Bella menggaruk tengkuknya.

“Iya dong, asek kita satu ekskul kiw.” Ricky mencolek dagu Bella dengan santainya, sedangkan Bellanya sendiri malah ngebug.

Juan nabok tangan Ricky. “Yang sopan lu sama cewek.”

“Hilih, bilang aja lu cemburu kan karena gak satu ekskul sama kita?” Goda Ricky. Menurutnya memperebutkan Bella adalah permainan baru baginya.

“Udah yuk Bella, tinggalin dia aja.” Juan narik tangan Bella, ninggalin Ricky.

“Wehh asu, jangan tinggalin gua.” Ricky ngejar mereka.

“Juan ikut ekskul apa?” Tanya Bella membuka pembicaraan.

“Taekwondo.” Juan terus menggandeng tangan Bella tanpa menatap gadis itu sama sekali.

“Kenapa milih taekwondo?” Bella penasaran.

“Biar bisa bela diri sekaligus lindungin kamu.” Juan berhenti kemudian menatap Bella.

Bella nunduk abis denger itu. Juan makin hari makin gak bener nih omongannya, bisa-bisa Bella mimisan lagi, kan malu.

“Kenapa nunduk?” Juan ngangkat dagunya Bella secara perlahan.

Dah lah, Bella mau pingsan aja kalo Juan segentle ini.

“Hih, malah modus lagi lu.” Ricky dateng terus narik tangan Bella.

“Apaan sih lu dateng-dateng sotoy.” Juan narik Bella lagi.

Bella cuma bisa mesem-mesem aja direbutin dua cogan, mana pipinya udah merah banget.

“Pokoknya Bella punya gua.”

“Gak lah, dia punya gua.”

Gitu aja terus sampe tangannya Bella putus.

“Lu ngalah aja sama gua kenapa si!?” Ricky makin gencer narik Bella.

“Lu yang harusnya ngalah sama gua.” Juan gak mau kalah.

“Gak ma—”

Chuu~

Hayo kenapa tuh?

Ricky barusan narik Bella pake tenaga dalem, akhirnya Bella gak sengaja nyium pipinya dia, seneng banget dah Ricky berasa menang dari Juan.

“Eh maaf Ricky, gak sengaja.” Bella nutup mulut saking kagetnya, sumpah itu beneran gak sengaja, gimana dong ini.

Ricky langsung ngerangkul Bella posesif. “Tuh kan gua yang menang.”

Juan ngepalin tangan dia, pengen banget ngehajar Ricky. Tapi, masa cuma gegara cewek aja mereka berantem, kan gak banget.

Juan narik lagi tangan Bella untuk terakhir kalinya. “Dicium dipipi doang kan?”

Chuu~

Juan nyium pipinya Bella. “Gua juga bisa.“ 

Bella akhirnya mimisan.

Bayangin aja, dia gak sengaja nyium pipinya Ricky terus sekarang pipinya dia dicium sama Juan, nikmat mana lagi yang kau dustakan Bella.

“Eh Bella kok mimisan? Kita ke UKS ya?” Tawar Juan, dia panik banget.

“Iya kita anter ke UKS ya? Gak tarik-tarikan kaya tadi lagi deh.” Ricky ikutan panik.

Bella ngebug, ini dia lagi mimpi apa gimana sih?


“Eh Raina, kamu belum pulang?” Tanya Bu Ririn selaku guru bahasa Indonesia yang sedang membawa buku paket.

Raina lagi jalan sendirian di koridor, temen-temennya pada ekskul sedangkan dia gak, karena dia ikut ekskul Pramuka di hari Rabu.

Terus Adya? Dia lagi piket. Raina pengen nungguin sih tapi mendadak laper, jadinya dia pamit pulang duluan.

“Kenapa bu?” Tanya Raina.

“Ini tolong bawa ke perpus ya, ibu mau ke toilet dulu sebentar.” Bu Ririn ngasih buku paketnya terus ngacir ke arah toilet.

“Waduh banyak bener nih buku, dah lah chill aja.” Raina bawa buku itu dengan hati-hati.

“Mau saya bantu?” Tawar seseorang dibelakangnya.

Raina kaget sambil nengok ke belakang. “Hah? Apaan?”

“Mau saya bantu gak? keliatannya kamu kesusahan.” Ucap orang itu.

“Gak usah gua bisa sendiri.” Tolak Raina. “Lu ngapain di sini?”

“Saya sekolah di sini, kalo kamu lupa saya juga menjabat jadi ketua osis di sini, satu lagi dimana sopan santun kamu sebagai adik kelas?” Ya, orang itu Mahesa.

Raina muter matanya males. “Idih formal amat sih lu, gak capek apa?”

“Capek kalo ngadepin adek kelas kek lu.” Mahesa mendekat ke arah Raina.

“Gak usah deket-deket, gua teriak ya.” Raina berusaha menjauh dari Mahesa.

“Gak usah lebay.” Kini Mahesa menepuk pelan kepala Raina.

“Eh apaan sih pegang-pegang rambut gua.” Raina menepis tangan Mahesa.

“Ayo gua anterin lu ke perpus.” Ajak Mahesa.

“Kok lu tau? Lu pasti ngikutin gua terus iya kan?” Tuduh Raina.

“Emang kalo bukan ke perpus mau ditaro kemana ini buku?” Mahesa mengambil semua buku paket dari tangan Raina.

“Oh iya, maaf.” Raina tertawa canggung.

Sesampainya mereka di perpustakaan, mereka langsung disambut oleh bu Ririn yang terlihat kesal.

“Raina kamu dari mana aja kok lama? Malah ibu yang sampai duluan.” Tanya bu Ririn.

“Gak kemana-mana bu, ini dibantu—”

“Eh ada Mahesa.” Seketika kesalnya bu Ririn ilang waktu liat murid kesayangannya itu.

“Iya bu, ini mau ditaruh dimana ya?” Tanya Mahesa ramah.

“Oh itu kalian taruh aja di rak nomor 9.” Perintah bu Ririn.

“Baik bu.” Mahesa mengangguk paham.

Raina natep julid mereka berdua. Gilian Raina yang ngomong aja diomelin tapi pas Mahesa yang ngomong malah alus bener.

“Aduh bu, tapi saya laper banget ini, mau pulang.” Tolak Raina secara halus, iya lah kalo mau dia udah sampe rumah ini.

“Nanti ibu traktir di kantin.” Ujar bu Ririn, padahal mah ngibul doang biar nurut.

Mendengar hal itu Raina langsung tergiur, biasalah. “Bener ya bu?”

“Iya bener.”

“Okey saya aja yang ngerapihin, dia gak usah.” Raina nunjuk Mahesa.

“Loh, emang kuat?” Sindir Mahesa.

“Kuat lah.” Raina langsung ngambil buku itu dan pergi ke rak nomor 9.

Saat tiba di rak tersebut Raina seketika menyesal. Ternyata Rak itu berada diurutan atas, mana sampe lah dia.

“Mau gua bantuin gak?” Raina apal betul suara itu, siapa lagi kalo bukan Mahesa.

“Gak usah gua bisa sendiri.” Balas Raina tanpa menoleh sedikitpun.

Gadis itu mengambil salah satu buku paket lalu berjinjit untuk meletakkannya pada rak tersebut.

“Pftt...“ 

“Heh, gak usah ngetawain gua!” Omel Raina, kesel banget dia, ini sama aja pembulyan secara tidak langsung. 

Raina kembali mencoba meletakkannya, tapi karena terlalu bersemangat berjinjit ia pun terpeleset dan jatuh ke lantai, parahnya lagi sebagian buku di rak ikut terjatuh menimpa kepalanya.

Raina hanya bisa memejamkan matanya pasrah, sakit sih kena buku begitu.

Mahesa yang ngeliat itu semua akhirnya ngakak bukannya nolongin, biarin aja sekali-kali kena karma si Raina.

“Eh dek gak apa-apa kan? Hahaha...” Tanya Mahesa gak bisa berenti ketawa.

Raina natep tajem Mahesa. “Ih, lu mah bukannya bantuin malah diketawain!” Dipukul lah Mahesa abis itu.

“Aduh iya maaf-maaf.” Mahesa langsung reflek meluk Raina. “Mana yang sakit hm?”

“Kepala gua lah, buta ya mata lo?” Raina masih kesel, tapi dia malah nyenderin kepalanya ke dada Mahesa.

“Makanya kalo butuh bantuan tuh jangan gengsi.” Mahesa usap-usap kepalanya Raina biar rasa sakitnya berkurang.

“Bodo.” Kalo boleh jujur, Raina malu banget, harga dirinya berasa dijatuhkan.

“Ya udah gua aja yang beresin, lu diem aja daripada kaya tadi lagi.” Mahesa membantu Raina untuk berdiri.

“Ih, mau beresin juga, nanti gua gak dapet makan lagi.” Protes Raina.

“Nanti gua beliin.” Mahesa mengelus lembut pipi Raina.

Raina tersenyum, Mahesa ini baik banget sih jadi orang, padahal udah berapa kali dipalakin sama dia tetep aja mau bayarin.

Apa karena—

“Udah selesai belum? Kok malah pacaran.”

Mereka kaget karena bu Ririn tiba-tiba muncul, berasa kegep aja.

“Belum lah bu, baru juga beres-beres.” Ucap Raina.

“Ya udah kalian pulang aja gih biar petugas perpus aja yang lanjutin nanti, kasian juga kalian.” Ucap bu Ririn.

“Oke bu, mana traktirannya?” Raina emang gadir banget jadi murid.

Bu Ririn menepuk dahinya. “Aduh ibu lupa bawa uang cash.“ 

“Yah bu, terus saya makan gimana?” Tau gitu dia mending pulang.

“Minta lah sama pacarmu.” Celetuk bu Ririn.

“Saya gak punya pacar bu.” Raina bingung, bu Ririn tau darimana anjir.

“Itu Mahesa.” Bu Ririn nunjuk Mahesa.

Raina menghela nafas, apa-apaan coba mereka disangka pacaran.

“He, bagi duit.” Pinta Raina seraya menjulurkan tangannya.

“Manggil nama gua yang bener dulu, enak aja lu manggil gua Ha He Ha He.” Mahesa melipat kedua tangannya didepan dada.

“Ck, kak Mahesa, bagi duit dong.” Ucap Raina dengan lembut.

Mahesa ngeluarin dompetnya. Raina ngintip ke dalem dompet Mahesa, lumayan banyak tuh duit.

“Mau yang merah dong.”

“Makan bareng gua tapi.”

“Bu, masa dia gak mau nga—” Raina nengok ke belakang ternyata bu Ririn udah gak ada. “Lah kok ilang? Bu Ririn gaib anjir.”

“Jadi gak? Kalo gak jadi sih gak apa-apa.”

“Ya udah sini.”

“Ya udah apa?”

“Ya udah itu, apa tadi? Makan ya? Iya.”

Mahesa agak ragu sebenernya, tapi karena dirinya emang baik ya udah dia kasih aja itu duit 100 ribu ke Raina.

Abis nerima Raina langsung cabut. “Makasih Mahesa!”

“Sabar-sabar.” Mahesa cuma bisa menghela nafas.


[Kucing Jelek Besar Yang Berani]
Motto » Jangan Sampe Baper Sama Buaya🐊

Bella : HUWAAA GUA BAPERR!

Aletta : ARGHH COWOK BRENGSEK!

Adya : EMANG ANAK ANJING!

Shucy : SKSKSKSJDKSKSK.

Raina : Lu pada kenapa dah?

. . .


#SweetBetrayal

Part 6 : What Happened?


[7 Pemuda Tampan]
Motto » Teruslah Berjuang Untuk Meraih Kesuksesan😎

Reyhan : Tumben mottonya gak ngaco.

Mahesa : Iyalah, gua yang ganti.

Ricky : Lah, kok diganti sih bang? Sekarang adminnya bang He doang lagi, curang😒

Mahesa : Biar lu semua gak aneh-aneh.

Sean : Bang He mau nanya dah.

Mahesa : Apaan?

Sean : Bang He masa akhir jabatannya kapan?

Mahesa : Oh, seminggu lagi, emang kenapa?

Sean : Asik, udah gak ambis lagi dong.

Mahesa : Ya gak lah, mau osis atau bukan, harus tetep ambis. Kalian juga, jangan males-malesan.

Juan : Kita mah ambis bang, yang males-malesan tuh ini @Satya @Ricky

Satya : Apa-apaan lu ngetag gua?

Ricky : Apa itu ambis?😃

Juan : Tuh kan, dari gaya ketikannya aja udah mencerminkan kalau mereka gak patut dicontoh.

Azka : Betul, gua setuju sama Juan.

Satya : Loh sayang, kok gitu?

Azka : Sayang-sayang pala lu peyang, sadar umur lu gak lama lagi.

Satya : Oasu.

Reyhan : Sat, balik bego lu, malah asik balapan.

Satya : Sapa yang balapan? Gua aja kalo balapan tiap malem minggu, fitnah lu.

Reyhan : Lu pikir gua gak liat base sekolah? Ada yang menfess lu lagi balapan, mana sambil gombalin cewek-cewek disono.

Satya : Wah bangsat, sapa yang menfess? Pasti fans gua ya? Gak kaget sih gua.

Juan : Tuh kan emang gak patut dicontoh.

Ricky : Kok bang Sat gak ngajak gua sih? Kan mau ikut balapan juga.

Satya : Bocil epep gak boleh balapan, nanti malah kecelakaan beruntun, berabe.

Ricky : Gak lah, gua kan pro.

Satya : Heleh, kalah main epep aja langsung ngambek, kabur dari asrama.

Sean : BHAHAHAHA IYA ANJIR, NGAKAK BANGET.

Ricky : Tega lu bang🥺

Satya : Jijik anjing.

Azka : Satya balik lu, gua kunciin pintu asrama dah biarin aja.

Satya : Jangan gitu lah beb, nanti gua balik bawa duit segepok mau gak?

Azka : G, gua udah kaya.

Sean : Kasih gua aja bang Sat, buat beli skincare.

Juan : ^2

Satya : G, mending buat gua beli mobil.

Mahesa : Udah jangan ribut, mending lu semua ke dapur dah. Gua abis beli sate, pada mau gak?

Sean : MAUUU!!

Juan : Juan mau juga bang He.

Reyhan : ^2

Ricky : ^3

Azka : ^4

Satya : Eh sisain buat gua dong, bentar lagi balik nih gua.

Mahesa : Lu katanya dapet duit segepok, beli sendiri lah.

Sean : AHAHAHAHA MAMPUS LU.

Reyhan : Makanya jangan balapan mulu, masuk rumah sakit baru tau rasa lu.

Satya : Dih, jelek banget doa lu.

Reyhan : Bodo.

Satya : Eh lu semua jangan gitu lah sama gua, gini-gini gua kan artis, kalian kalo ada apa-apa gua bantuin juga.

Juan : ^Pembohongan publik.

Satya : Mana ada pembohongan publik begitu.

Sean : Udah abang-abang, kita abisin aja, biarin bang Sat udah gede bisa beli sendiri.

Azka : Setuju gua.

Ricky : Selamat berjuang bang Sat.

Satya : Selama ini gua baru ngeh, lu pada manggil bang Sat berasa ngatain gua anjir.

Sean : Kan emang ngatain hehe.

Satya : Emang kurang ajar.

Juan : Breaking news, satenya udah sold out bang.

Satya : Gak apa-apa udah biasa.

Ricky : EH MAIN PUBEG YUK!

Reyhan : Besok kan lu ulangan.

Ricky : Ulangan mah chill, bisa nyontek.

Mahesa : Heh siapa yang ngajarin nyontek?

Ricky : @Sean @Juan

Sean : Dih, fitnah bang.

Juan : Gua gak pernah nyontek ya. Tapi nyalin dari buku😎

Sean : Juan....

Juan : Eh kepencet kirim😭

Mahesa : Lain kali gak boleh nyontek, harus belajar.

Sean : Maaf bang.

Juan : Iya maaf.

Azka : Emang pelajaran apa sih sampe nyontek segala?

Ricky : Matematika bang, biasa.

Azka : Ya elah matematika doang mah gampang, gua merem juga bisa.

Sean : Biarin aja orang sombong kena azab.

Azka : Heh, ketikannya dijaga, tuh bang marahin adek lu.

Reyhan : Adek lu juga tolol.

Azka : Maaf saya tidak mempunyai adik seperti dia.

Ricky : Udah ayo daripada ribut mending kita main PUBEG!

Satya : Nanti kalo kalah lu kabur dari asrama lagi gak?

Ricky : Kaga lah, gua udah pro. Lagian kalo misalkan kita kalah itu tandanya belum beruntung.

Reyhan : Lu kira hadiah undian begitu.

Ricky : Kaga bang, ayo lah main.

Mahesa : Ya udah lu undang kita semua.

Ricky : Asek bang He ikutan juga.

Mahesa : Tapi jangan lama-lama, besok kalian ulangan.

Ricky : Iya bang.

Satya : Eh gua ikutan juga dong, sebentar.

Azka : Mending lu pulang dulu Sat, baru main game.

Satya : Ya udah tungguin tapi, jangan tinggalin gua.

Ricky : Kaga bang cepetan, ngebut aja katanya pembalap.

Satya : Gini-gini gua masih sayang nyawa ye.

Ricky : Abang-abang yang ku sayangi tapi ku nistain, kita pake nama Enhypen ya, biar seru😃

Reyhan : Lah apaan nih?

Sean : Dasar fanboy.

Azka : Gua setuju sih, soalnya gua mirip Jake gitu anjayy.

Juan : Dih, pede banget, mirip darimananya coba?

Azka : Anak kecil gak boleh iri.

Juan : Juan juga mirip Jungwon bang, apa lo? Gua leader, hormat sama gua.

Azka : Gak mau, lu jelek.

Juan : Bang He, liat tuh bang Azka body swimming.

Mahesa : Si Azka berenang?

Juan : Ih bukan😭

Azka : Tau, gak jelas banget bocil epep.

Sean : Apa sih gini aja gua receh.

Reyhan : Body shamming kali maksudnya.

Juan : Iya itu, emang cuma bang Rey yang ngerti Juan, makasihh bang😁

Reyhan : Yeh, tumben lu bilang makasih.

Azka : Makanya dek, kalo pelajaran bahasa Inggris jangan gosip.

Juan : Gosip itu kewajiban bang.

Sean : Betull sekaliii.

Mahesa : Oh, body shamming toh. Azka minta maaf sama Juan.

Azka : Lah bang, kok lu percaya dia sih? Mana ada gua body shamming🙃

Mahesa : Minta maaf aja, buruan.

Juan : Tuh, bang Azka baca dan resapi.

Azka : Y, maaf ye.

Juan : Gak mau, lu jelek.

Azka : Tuh bang dia body shamming juga.

Mahesa : Gak apa-apa, dia gak 100% salah kok.

Azka : 🙂

Ricky : Bang, Ricky udah bikin roomnya nih join kuy.

Satya : Kebetulan gua udah sampe asrama. Bukain pintunya dong, kok dikunci sih? (Read by 6)

Satya : Emang kurang ajar lu semua.


[Kucing Jelek Besar Yang Berani]
Motto » Daripada Berdiam Diri, Mending Kita Menjamet 😎🤙

Shucy : Eh, kita jadi mabar gak?

Adya : Jadilah, mana yang lain?

Raina : Hadir, inget matiin auto matchnya biar orang asing gak ikut.

Adya : Iya udah.

Bella : Eh maaf, keknya gua gak bisa ikut mabar deh, soalnya gua disuruh ngerjain pr adek gua.

Raina : Lah, kok lu yang ngerjain dah?

Bella : Biasalah.

Aletta : Eh sorry gua juga gak bisa ikut keknya, memori gua penuh terus hp gua ngeleg banget.

Adya : Lu janjian ya berdua gak mabar?

Bella : Kaga sumpah.

Aletta : Asli gak boong ini gua ngeleg banget kek otaknya Bella.

Bella : Anjir lu wkwkwk.

Shucy : Yah, masa bertiga doang gak seru ah.

Aletta : Ajak Dinda gih wkwk.

Adya : Dih, gak mau, riweh.

Raina : Tau malah nambah beban tim.

Shucy : Shucy no komen.

Adya : Eh gibahin Dinda aja yuk wkwk.

Raina : Lah. Kuy lah wkwk.

Bella : Apa nih pada “wkwk”

Raina : Diam kau Bella.

Aletta : Eh iya deh, jujur kalian curiga gak sih sama dia?

Adya : Curiga banget lah, masa tiba-tiba dia minta bantuan sama kita, aneh banget.

Raina : Hm, gua pernah denger, kalo gak salah Dinda itu di skors selama seminggu.

Shucy : Tau darimana? Bukannya Dinda itu sakit?

Raina : Tau dari orang pokoknya, banyak juga yang bilang gitu.

Aletta : Berarti dia boongin kita dong?

Adya : Berarti dia gak sakit, wah parah sih.

Shucy : Jangan-jangan dia juga bohong tentang kak Reyhan.

Aletta : Boongnya?

Shucy : Ya siapa tau aja ternyata Reyhan emang gak bersalah.

Adya : Gua setuju sih, menurut feeling gua, Dinda ini agaknya halu deh.

Raina : Ges, gua dapet info lagi, katanya Dinda itu kang bully.

Shucy : Tau darimana lagi?

Raina : Dari orang pokoknya, terus gua check ada di base sekolah, di tiktok juga ada.

Shucy : Kok gak pernah lewat fyp Shucy sih.

Adya : Oh iya gua baru liat, di akunnya Ricky ya?

Raina : Betull.

Aletta : Terus kita ngapain bantu dia anjirr? Buang-buang tenaga aja.

Raina : Lu gak mau duit lur??

Aletta : Ya mau, tapi kalo kaya gini sama aja kita jatuhin harga diri kita sendiri.

Adya : Iya betul, mana udah ngelabrak kakel, malu banget anjing kalo diinget-inget.

Raina : Eh iya juga sih, eh tapi lumayan anjir 500 ribu bisa beli album next cb.

Adya : Lu pacaran aja sama Mahesa, kemaren aja lu dikasih 100 ribu kan? Nah lu mintain setiap hari.

Aletta : Anjir anak orang bangkrut gila.

Raina : Boljug tuh, besok gua minta duit lagi ah.

Shucy : Astagfirullah Raina kamu berdosa banget.

Raina : Gpp, dia anaknya baik kok.

Adya : Terus sekarang kita kudu gimana?

Aletta : Gak mungkin lah kita nolak dia gitu aja, mending kita kerjain balik.

Raina : Ngerjain orang mulu lu.

Aletta : Lu juga demen kan?

Raina : Iya lah, siapa yang gak suka ngerjain orang.

Bella : Hai, aku kembali.

Adya : Jadiin Bella tumbal aja kali ya?

Aletta : Boleh banget.

Bella : Loh apa nih tiba-tiba?

Shucy : Jangan ngerjain orang ah, gak baik, mending kita nasehatin Dinda aja biar jadi orang yang lebih baik.

Raina : Anjayy, kerenn bahasamu, ku beri 100 point.

Adya : Emang dia mau ngedengerin kita?

Aletta : Mau sih, tapi gak seru, masa nasehatin doang.

Bella : Iya gpp kita nasehatin aja, lagian kalo ngerjain juga gimana? Dia kan lagi di skors.

Adya : Lah iya juga ya.

Aletta : Gini, kita pura-pura masih percaya aja sama dia, abis itu kita tusuk dari belakang.

Raina : Astagfirullah, mau bunuh anak orang kau?

Aletta : Maksudnya ngehianatin dia, pe'a.

Raina : Ohh...

Adya : Caranya gimana anjir?

Aletta : Inget pesta ulang tahunnya Reyhan? Kita gak usah ngerusuh disana, kita have fun aja.

Shucy : Iya setuju, daripada buat onar mending kita party.

Bella : Kita beneran mau ke pestanya Reyhan?

Aletta : Menurut ngana?

Adya : Tapi kan pesta dia kudu pake undangan.

Raina : Nah makanya kemaren Dinda bilang kita suruh ngedeketin temen Reyhan, kali aja kita langsung diundang.

Aletta : Sebenernya sih gak perlu ngedeketin juga.

Raina : Terus?

Aletta : Lu aja minta sama Mahesa, pasti dikasih.

Raina : Dih, ogah anjir, curang lu semua gak kerja.

Adya : Aduh, gua males banget ngedeketin Sean, anaknya kek setan.

Bella : Gua mau kok deketin Juan, sampe pacaran juga mau.

Aletta : Yeh, itu mah maunya elu.

Shucy : Shucy juga mau deketin kak Satya, rela banget malah kalo ketemu setiap hari.

Raina : Tuh liat, mereka pada mau pdkt, kalian harus mendukung sebagai teman.

Aletta : Ya udah iya, nanti gua ngedeketin Azka.

Shucy : Aletta sekali-kali jadi cewek kalem dong, jangan barbar, kasian kak Azka kena mental.

Raina : Tau lu, gitu-gitu kan Azka anak baik.

Aletta : Lah apa urusannya? Mampus aja dia kena mental.

Bella : Eyy, gak boleh gitu, nanti suka beneran loh.

Aletta : Ya udah iya nanti gua baik-baikin, gak barbar.

Raina : AHAHAHAHA NGAKAK.

Aletta : Bct lu.

Adya : Kalo gua gak usah ye, soalnya kalo gua kalem ke Sean nanti malah dihujat, kan babi.

Shucy : Iya deh.

Aletta : Lah curang anjir, masa gua doang.

Bella : Gpp, harus terbiasa.

Shucy : Ya udah kuy, sekarang kita mabar.

Adya : Mabar apaan?

Raina : Katanya Aletta gak bisa mabar PUBEG.

Aletta : Emang gak ada permainan lain gitu? Yang lebih ringan.

Raina : Ada sih, among us, tapi mainnya kudu diem-dieman. Pas diskusi baru ngomong.

Adya : Elah kita mah gak usah diem-dieman, chill aja.

Raina : Curang anjir.

Adya : Gpp.

Shucy : Ya udah lah main itu aja, biar bisa semua.

Aletta : Iya coba itu aja, gua uninstall PUBEG ya.

Bella : Oke gua download dulu, tungguin.

Adya : Yah, padahal kan mau menang di PUBEG sama kalian.

Raina : Gak usah kek bocah, kita menang di among us aja. PUBEG jelek.

Shucy : Setuju.

Aletta : Udah gua install nih gamenya.

Bella : ^2

Adya : Ya udah kuy main.

Raina : Yamet, bikinin roomnya dong.

Adya : Y.

Mereka akhirnya memutuskan untuk menghapus PUBEG dan lebih memilih Among Us. Mungkin jika mereka tetap bermain PUBEG, mereka akan bertemu dengan Reyhan and the gang.


Keesokan Harinya...

[Pembela Kebenaran]
Motto » Jangan Mudah Percaya Dengan Orang Disekitarmu🌚

Adya : Gua tau lu yang ganti mottonya kan? @Raina

Raina : Demi Allah bukan gua woy.

Shucy : Shucy yang ganti hehe...😁

Adya : Kenapa diganti heh?

Shucy : Gegara main among us semalem, Shucy jadi gak percaya siapa-siapa, apalagi Adya sama Raina huh😤

Raina : Ya mangap, kita kan harus menjalankan tugas sebagai impostor.

Adya : ^2

Aletta : Eh, lu pada udah berangkat sekolah belom?

Bella : Lagi otw.

Dinda : Morning girls.

Shucy : Morning 🌅

Dinda : Tau tugas kalian hari ini?

Raina : Matematika.

Adya : Goblok, bukan itu.

Raina : Bercanda hehe...✌🏻

Aletta : Iya tau kok, kita ngedeketin temennya Reyhan kan?

Dinda : Bener banget, inget cuma ngedeketin aja ya, jangan sampe baper.

Raina : Tuh baca @Bella

Bella : Ih gak baper.

Raina : Hilih.

Shucy : Tenang aja Dinda, kamu bisa percaya sama kita kok.

Adya : ^2

Aletta : ^3

Bella : ^4

Raina : Latah lu semua, jelek.

Bella : Eh tapi kan kita ada ulangan nanti.

Aletta : Deketinnya pas pulang sekolah aja ya.

Raina : Demi ala sih nanti ulangan? Gua gak belajar anjir. Eh tapi chill sih, nyontek aja HAHA.

Shucy : Gak boleh nyontek ke Shucy pokoknya.

Raina : Astagfirullah kamu jangan pelit-pelit lah sama kawanmu.

Shucy : Alay.

Adya : AHAHAHAHA MAMPUS.

Dinda : Kalo soal deketinnya kapan, itu up to you guys, yang penting kalian bisa dapetin undangan pestanya Reyhan. Kalian harus bikin pestanya dia itu hancur, sehancur-hancurnya. Sama kaya dia hancurin hati aku.

Shucy : Jahat banget[delete] Iya Dinda pasti kok.

Aletta : Gila kali ya nih orang[delete] Woke sip, dijamin itu pesta bakal kacau deh.

Adya : Kasian dah masih muda halu terus[delete] Chill aja, kita pasti berhasil.

Raina : Terbukti dakjal, untung pacar gua ngasih tau sifat busuknya[delete] Asek bakalan seru nih pasti.

Bella : Gua jangan maju paling depan lagi ya, gantian.

Aletta : Gak lah, harus tetep elu.

Adya : Lu udah cocok banget jadi tumbal, jadi gpp.

Bella : Jangan woy astagfirullah😭

Shucy : Semangat Bella.

Raina : Ingat motto ini, “janganlah takut untuk melawan karena Bella akan maju paling depan😃”

Bella : Gua jual lu Ra, beneran dah.

Raina : Avv takutt.

Bella : Wkwkwk🤣

Adya : Dih apa-apaan, masa abis ngancem langsung “wkwk.”

Aletta : Emang aneh dia.

Dinda : Aku cuma bilang, terima kasih sekali lagi, kalian keren banget deh bisa ngelawan Reyhan walaupun sampe dihukum guru BK. Tapi jujur, kalian malaikat penolongku.

Shucy : Sama-sama Dinda, makasih juga.

Aletta : Iya sama-sama Dinda.

Raina : ^2

Adya : Tumben lu ngikut, btw ^3

Bella : Ciee Raina ikutan.

Raina : Sshhh...


Setelah sampai sekolah, mereka cuma bisa menghabiskan waktu seharian penuh di dalam kelas.

Kenapa begitu? Ya, karena mereka sedang melaksanakan ulangan harian, mulai dari Bahasa Indonesia, Matematika serta Bahasa Inggris. Walaupun sebagian dari mereka tidak belajar sih.

Bahkan setelah ulangan, mereka harus mengoreksi jawabannya pada setiap siswa, dan yang mendapat nilai dibawah KKM harus mengikuti remedial minggu depan.

Hasil ulangan itu juga dibagikan saat pulang sekolah, mau tau apakah mereka remedial? Jelas saja iya, ulangan dadakan serta waktu belajar yang sedikit membuat mereka kesal.

Untungnya hanya satu pelajaran saja yang remedial, dan anehnya nilai mereka itu berbeda-beda sehingga mereka akan mengikuti remedial yang berbeda pula, padahal mereka saling berkerja sama saat mengerjakannya.

Adya, remedial Bahasa Inggris. Aletta, remedial Bahasa Inggris. Raina, remedial Matematika. Shucy, remedial Matematika. Bella, remedial Bahasa Indonesia.

Kasian Bella remedial Bahasa Indonesia sendiri.

Dan yang paling melelahkannya lagi, sebagian dari mereka ada yang ekskul dan piket hari ini.

Ternyata hari ini tidak berjalan dengan mulus sesuai yang mereka kira.

. . .


#SweetBetrayal

Part 5 : Forced?


“Eh masa kita ke kelas kaya gini? Kan ga mungkin.” Ucap Aletta.

Kini mereka sedang berada di kamar mandi, niatnya sih mau membersihkan diri sekalian ganti baju, tapi mereka baru inget kalo gak bawa baju ganti.

“Bisa diketawain kita.” Sahut Bella.

“Kalian gak bawa baju ganti emang?” Tanya Raina, yang sebenarnya udah tau jawabannya.

“Ya gak lah, hari ini gak ada pelajaran olahraga juga.” Balas Adya.

Shucy ngelirik Raina, entah kenapa dia malah khawatir sama temennya itu. Sebenernya dia setuju sama opini Raina yang bilang kalo sekolahnya ini gak adil, kasian banget temen-temennya jadi gembel gini sampe pulang.

Raina lagi mikir gimana caranya biar bisa dapetin seragam ganti buat temen-temennya, masa iya dia bilang ke bu Mawar? Yang ada malah diceramahin lagi.

Meskipun Raina paling akhlakless diantara mereka, tapi dia ini peduli, biar gimanapun mereka itu sahabat sehati sejiwa.

“Itu lu megang baju siapa dah?” Tanya Adya penasaran.

“Oh, bajunya Mahesa.” Bales Raina.

“Kok lu bawa?”

“Gua disuruh nyuciin masa, nih gegara lu semua anjir, ngapain sih pake perang cat segala?” Raina malah nyalain temen-temennya.

“Ya maaf, kita kan gak tau kalo bakal sekacau itu.” Ucap Aletta sebagai tersangka utama.

“Terus itu dia kenapa senyum-senyum kek orang kesurupan?” Raina nunjuk Bella yang dari tadi cengengesan gak jelas.

“Mana tau!” Aletta mengangkat bahunya.

“Astagfirullahaladzim... La ilaha illallah... KELUARLAH KAU SYAITON YANG TERKUTUK!” Adya megang kepalanya Bella, mau di ruqyah.

“Astagfirullah.” Shucy beristighfar sebanyak-banyaknya, kali aja temennya sadar.

“Ih gua gak kesurupan.” Bella ngelepas tangannya Adya.

“Terus ngapain lu senyum-senyum?” Tanya Adya setengah emosi.

Kan malah senyum lagi si Bella, bikin mereka semua merinding.

Bella tuh lagi mikirin perlakuan manis Juan yang masih kebayang-bayang di otaknya. Ginilah nasib jomblo, miris banget.

“Eh terus ini kita gimana?” Adya bingung, masa iya dia pulang kayak gini, dimarahin bunda nanti.

Raina ngeliat seragam yang lagi dia pegang, Affandra Mahesa, kayaknya ketua osis itu bisa bantu mereka.

“Kalian tunggu disini, gua mau ngomong sama bu Mawar.” Ujar Raina. Padahal mah mau ketemu Mahesa.

“Mau Shucy temenin gak?” Tanya Shucy, dia agak gak yakin sama Raina.

“Gak, lu disini aja.” Raina nepuk bahunya Shucy. “Nitip seragamnya Mahesa.”

Raina pun keluar dari kamar mandi.

“Raina mau ngapain ngomong sama bu Mawar?” Tanya Bella yang baru sadar.

“Mau ngambilin segaram ganti buat kalian lah.” Balas Shucy setengah kesal.

“Makanya jangan ngebug terus.” Aletta ngegeplak kepala Bella penuh rasa sayang.

“Ouhhh gitu.” Bella lanjut ngehalu lagi.

Stres gila lama-lama tuh orang.


Raina narik napas dalam-dalam, nyiapin mental buat ngobrol sama Mahesa. Padahal sih tinggal ngomong santai aja apalagi Mahesa punya utang sama dia, ngapain takut?

Ya dia cuma takut Mahesa gak bisa bantu, kan malu.

“Kenapa lagi Raina?” Mahesa tiba-tiba keluar dari kelas mau buang sampah.

“Kak! Tolong bujuk bu Mawar dong biar ngasih seragam ganti buat temen gua, 3 doang kak.” Raina senyum manis gitu biar Mahesa luluh tapi jatohnya malah cringe.

'EH DEG-DEGAN ANJING, MALU BANGET!' Batinnya setengah mampus.

“Saya gak bisa Raina, kamu kan tau saya cuma jalanin tugas saya aja.” Jelas Mahesa.

“Justru itu kan tugas kakak, masa kakak gak mau bantuin sesama siswa disini?” Bujuk Raina sekali lagi.

“Iya saya ngerti maksud kamu, tapi kamu sendiri tau kan alasannya kenapa teman-teman saya dapat seragam ganti?” Mahesa sebenernya gak tega sama adik kelasnya itu, tapi ya mau gimana lagi.

“Karena kak Azka anak yang punya sekolah gitu? Terus kak Reyhan donatur di sekolah ini, iya?” Raina males banget kalo udah bahas ginian.

“Itu kamu sudah tau, jadi saya gak ada sangkut-pautnya sama masalah kalian, kalo kamu mau minta bantuan ya sama Azka dong.” Mahesa nunjuk ke dalam kelas.

“Ya makanya gua minta bantuan ke lu, karna lu temennya Azka, kalo gua yang minta langsung ke Azka mana bisa apalagi lu tau mereka abis ngapain, walaupun kita ga ikutan.” Raina jadi serius gitu ngomongnya.

“Tetap aja Raina saya gak bisa bantu, kita bahkan gak kenal, saya harus ngomong gimana sama Azka? Ujung-ujungnya juga pasti dia gak mau bantu.” Ujar Mahesa.

“Coba lu pikir deh. Sekolah ini tuh gak adil, yang punya kuasa di sekolah ini cuma anak-anak orang kaya, sedangkan gua sama temen gua aja udah bersyukur bisa sekolah disini.” Raina ngeluarin semua unek-uneknya.

“Sekolah ini tuh pilih kasih, seharusnya temen lu juga gak dapet dong apalagi mereka 5 orang loh, temen gua cuma 3 ya.” Lanjut Raina.

“Sekarang saya tanya sama kamu, apa untungnya kamu cerita semua keluh kesah kamu ke saya? Saya juga sama kaya kamu, jadi mau gimana pun saya ga bisa bantu kamu, permisi.” Mahesa udah mau pergi aja, untung ditahan sama Raina.

“Gua mohon banget kak, gua... Gua bakal lakuin apa aja deh asalkan temen gua bisa dapet seragam ganti, pliss, maafin gua juga udah bikin kekacauan kaya tadi, gua bener-bener minta maaf, kak.” Raina minta dengan sungguh-sungguh.

'Peduli setan dah sama harga diri, yang penting ini harus berhasil.' batin Raina.

“Sebenarnya ada satu cara sih...”


“Nih, seragam ganti buat kalian!” Raina akhirnya balik membawa 3 seragam ganti buat mereka. Gak cuma seragam aja, ada rok, dasi sama gesper juga.

Mau tau kenapa Raina bisa dapetin semua itu? Kalian kepo. Intinya halal kok gak macem-macem.

“Wah beneran dapet kita?” Aletta menatap kagum seragam pemberian Raina.

“Iya, perjuangan nih.” Ujar Raina setengah ngibul.

“HUWAA makasih Raina.” Bella terharu banget akhirnya dia pulang gak kaya gembel.

“Makasih ya Raina, gua gak nyangka lu sebaik ini.” Adya ngambil seragam itu terus masuk ke bilik toilet buat ganti.

“Lu beneran dapet dari bu Mawar?” Shucy natep Raina curiga.

“Iyalah, emang dari mana?” Tanya Raina balik.

“Lu boong ya, bu Mawar kan ga—”

“Masa boong sih? Gak lah, lu tenang aja.” Raina ngedipin mata sebelahnya pada Shucy.

“Gua tau lu nyamperin kak mahesa kan tadi?” Shucy asal tebak aja, pengen tau eskpresi Raina kayak gimana.

Raina panik sih, tapi dia berusaha tenang dan mulai berakting.

“Ngapain gua nyamperin Mahesa? Kurang kerjaan amat, kalo bisa langsung ke bu Mawar kenapa ga?” Kata Raina percaya diri.

“Oh okey.” Shucy percaya aja, walau sebenernya masih gak yakin.

“Weh gila, bahannya bagus banget, pas lagi sama gua, makasih ya Ra!” Teriak Aletta dari dalam bilik toilet.

“Iya anjir, baju koperasi emang gak ada lawan.” Sambung Bella.

Raina lega, akhirnya temen-temennya bisa ganti baju dengan senang, gak murung kayak tadi. Ya semua berkat Mahesa sih, tapi dia jadi dendam gitu sama tuh orang, mana masih ada utang.


“Eh gua ke toilet dulu ya.” Ucap Reyhan pada teman-temannya yang abis ganti baju.

Berhubung Reyhan sudah pergi, Ricky pun segera menyampaikan teori gila yang telah ia kumpulkan sejak tadi.

“Eh bang-bang.” Panggil Ricky, membuat semua kakak kelasnya itu menghampirinya.

“Ngapa-ngapa?” Tanya Sean, demen banget dah dia kalo udah diajak gibah.

“Keknya gua tau deh temennya mereka.” Bisik Ricky.

“Siapa?” Tanya mereka kompak.

“Ciee kepoo...” Kan sifat songongnya keluar lagi.

“Serius asu!” Umpat Sunghoon.

“Hehe, santai, keknya mereka itu suruhannya Dinda deh.” Ujar Ricky. “Gua rasa Dinda mau bales dendam sama kita.”

Seketika mereka langsung mikir. Bisa jadi tuh, apalagi Dinda kan lagi di skors selama seminggu, kalo bukan dia yang bertindak pasti antek-anteknya yang bakal maju.

“Tapi lu yakin?” Tanya Mahesa.

“Yakin banget bang!” Balas Ricky. “Emangnya bang Reyhan pernah bikin cewek sakit hati? Gak pernah kan? Yang ada malah dia yang disakitin.”

“Iya juga sih.” Azka menyetujui.

“Terus lu mau ngapain emang?” Juan yakin banget pasti Ricky lagi ngehasut mereka buat ngelakuin hal gila.

“Kita bikin mereka jadi penghianat aja.” Ujar Ricky bangga.

“Hah? Gimana?” Mereka ngebug semua.

“Jadi, kita bikin mereka ngehianatin Dinda, dengan cara ngebuat mereka semua jatuh cinta sama kita.” Jelas Ricky setengah ngawur. “Kan kalo mereka suka sama kita otomatis mereka lebih percaya sama kita dong ketimbang sama Dinda.”

“Hih, ribet banget lu, kenapa kita gak langsung aja bilang sama mereka?” Menurut Azka caranya Ricky ini ngadi-ngadi, bilang aja dia mau cari pacar, kebanyakan alasan.

“Iya gua lebih setuju sama bang Azka.” Ujar Sean.

“Gua juga ah, aneh banget lu Ricky, bilang aja lu mau pdkt sama mereka.” Juan curiga.

“Eh kaga, beneran dah.” Ricky melambaikan tangannya, tanda tidak. “Emang kalo mereka kita kasih tau bakal percaya? Kaga bakalan.”

“Iya sih, mereka batu banget, apalagi Aletta beh gila.” Ucap Azka.

“Adya juga anjeng!” Lanjut Sean.

“Untung Bella gampang dikibulin.” Gumam Juan.

“Gimana? Bang He sama bang Sat setuju kan?” Ricky nunjuk Mahesa dan Satya yang lagi bengong.

Mahesa dan Satya saling memandang. Mereka mah setuju aja sih, apalagi kalo buat bantuin temen mereka si Reyhan, buat bantuin Reyhan apa buat pdkt hayo?

“Eh tapi kita kan gak kenal mereka.” Ujar Mahesa.

“Iya, sotoy banget maen deket-deketin anak orang.” Satya ngeles aja, padahal dalem hatinya skuy gas.

“Ayolah, Ini demi sobat kita Reyhan, ga usah bener-bener suka kali, lagian lumayan kan kita dapet benefitnya?” Makin ngadi kan si Ricky, gak mikir nanti kalo anak perawan baper gimana.

“Ya udah gua setuju deh, demi Reyhan ye.” Sahut Sean.

“Iya gua juga ngikut deh kalo Sean mau.” Asalkan bersama Sean maka Juan ikut. Dasar Upin-Ipin.

“Iya dah gua mau juga.” Ucap Azka. “Tapi kalo suka beneran gimana?”

“Ya gak apa-apa lah, berarti lu dapet pacar bang.” Kan emang rencananya udah jelek dari awal.

“Asekk!” Azka seneng banget,  akhirnya dia bakal ngelepas gelar jomblonya.

“Gua sih setuju aja asalkan gua sama Shucy.” Ujar Satya. Enak aja usaha dia udah setengah jalan terus diganti orang lain.

“Ciee... Mau dijadiin pacar ke berapa tuh bang?” Goda Ricky.

“Berisik lu!” Satya ngegeplak kepalanya Ricky.

“Iya dah gua juga setuju, tapi sama Raina.” Mahesa udah ngetag duluan.

“Yeh, lu mah pacaran bang bukan pdkt!” Fitnah Ricky.

“Sok tau bocil epep!” Mahesa ngejewer kupingnya Ricky.

“Eh iya ampun bang, bercanda.” Ricky kesakitan, salah sendiri.

“Berarti gua kudu sama Adya gitu? Ya elah males banget, bisa berbusa mulut gua tiap hari ketemu dia.” Sean udah ngebayangin aja saban hari bergelud bareng Adya.

“Yeyy, gua sama anjing peliharaannya Xiaojun!” Juan bahagia bisa ngibulin Bella setiap hari.

“Ya Allah, gua sama Aletta gitu? Berasa nikah tua anjir kalo sama dia, salah dikit kena omel.” Azka meratapi nasibnya bakal kaya apa.

“Yey Ricky tinggal rebahan aja!” Seru Ricky bangga, ternyata abang-abangnya ini mudah dihasut ke perangkapnya.

“YEH, ENAK AJA LU!” Protes kelima abangnya.

“Lah emang gua ama siapa? Kan udah diambil lu semua?” Tanya Ricky.

“Lu bantuin gua kibulin Bella aja.” Saran Juan penuh dosa.

“Wokee Juan.” Ricky setuju.

Setelahnya Reyhan balik dari kamar mandi.

“Ngapain aja kalian? Ngomongin gua ya?” Tanya Reyhan pede banget.

“Dihh, bubar-bubar!” Mereka semua langsung menjauh.

“Oasu!” Umpat Reyhan.


[Pembela Kebenaran]
Motto » Bella Kesurupan Dari Tadi Senyum Sendiri🗿

Raina : Udah gua ganti noh mottonya. @Bella

Bella : Anjir wkwk. Jangan nama gua lagi.

Adya : Iya dah Bella hari ini aneh banget Fix dia kena santet keknya.

Aletta : Alhamdulillah. Eh astagfirullah Bella.

Shucy : Gws ya Bella😀

Bella : ^gws yang mana nih?

Shucy : Ga wafat sekalian.

Raina : AHAHAHAHA NGAKAK.

Adya : Receh lu.

Aletta : Bella ada kata-kata terakhir?

Bella : Aku cantik :)

Raina mengeluarkan Bella.

Raina : Bye bye🗿

Adya : WOI HAHAHAHA.

Aletta : Eh parah lu, tapi gpp sih🤣

Shucy : Loh Bella udah wafat aja, cepet banget.

Raina menambahkan Bella.

Raina : Bercanda Bella😃

Bella : Anjir lu Raina, gua jual di syopi beneran dah.

Dinda : Eh ada apa nih rame-rame? Oiya, gimana girls, kalian berhasil?

Raina : Tadi bisa dibilang berhasil gak sih?🙃

Bella : Berhasil dong!

Aletta : Berhasil sih tapi...

Adya : Aduhh males dah gua kalo inget itu😒

Shucy : Emang kita ngapain?

Raina : Berak.

Adya : Shucy enak gak kotor😭

Aletta : Iya, kita berasa kena musibah😢

Bella : Ih gak apa-apa, kita kan party tadi, seru banget.

Raina : Yeh, lu mah demen ketemu Juan. Ups🤭

Bella : Heh, ssttt...

Aletta : Untung kita dapet baju ganti, coba kalo kaga, bisa diketawain satu sekolah kita.

Adya : Kalo gengnya Reyhan gak dapet baju ganti sih santai, orang-orang tetep demen, lah coba kalo kita?

Raina : Auto dihujat. Apalagi Bella, berasa kospley jadi tai kuning-kuning🗿

Bella : Ih semua gegara Juan itu😭

Shucy : Tapi ternyata mereka asik juga ya anaknya, kak Satya aja baik banget sama Shucy.

Aletta : Apaan, Satya aja kang modus, dasar lelaki kardus.

Raina : Itu yang liriknya gini gak sih? Lelaki kardus Lelaki karpet Lelaki kencrot Lelaki bangkrut Lelaki mencret Lelaki karbet Lelaki bangsat

Adya : Anjir tau aja lagi lu😭

Bella : Wkwkwk🤣

Shucy : Itu apaan? Kok liriknya jelek banget🗿👎

Dinda : Emang kalian tadi ngapain aja?

Shucy : Color run.

Aletta : Perang cat.

Raina : Loh kalian perang sama kucing?

Adya : Cat air, cat tembok. Bukan kucing😌

Raina : Ouhh macam tuu budak.

Adya : Y.

Bella : Wkwkwk.

Aletta : Keyboard lu rusak ya Bel, dari tadi “wkwkwk” mulu.

Adya : Fix kesantet juga keyboard lu, mampus.

Bella : Astagfirullah.

Dinda : Jadi kalian perang cat sama mereka? Kok bisa?

Aletta : Panjang ceritanya, intinya itu gak sengaja.

Adya : Iya gak sengaja kok :)

Bella : Emang gak sengaja? Bukannya kita nyerang duluan?

Aletta : HEH! KITA GAK NYERANG DULUAN YA, DIA DULUAN!

Bella : Emang?

Adya : Hmm... Iya...

Raina : Gua gak tau apa-apa, gua di luar.

Shucy : Shucy juga gak ikutan😃

Aletta : Salahin Raina, dia gak becus nahan Mahesa, jadi dihukum kita sama guru BK.

Adya : Iya anjir padahal udah bagus-bagus gak ketauan.

Raina : Ya mohon maaf ye pacar gua emang batu orangnya.

Aletta : Dih pacar, halu aja lu.

Adya : Idihhh... Hoeekk...

Raina : Kan, iri tanda sayang gua.

Adya : G.

Aletta : G.

Shucy : Loh, Raina jadian sama kak Mahesa?

Raina : Kaga anjing.

Bella : Raina boong ya🌚

Raina : Bacot Juanda.

Dinda : Kalian dihukum sama guru BK? Terus kalian gimana? Gpp?

Raina : Ya gak kenapa-napa.

Adya : Yeh, pala lu gak kenapa-napa, kita suruh bersiin kelas ya nyet.

Raina : Santai dong babi.

Aletta : Hih berantem terus nih bocah bedua. Pokoknya kita suruh bersiin kelas sampe bersih Din.

Dinda : Bareng sama mereka juga?

Adya : Iya, untungnya mereka mau disuruh-suruh.

Shucy : Kita dikasih makan juga sama kak Mahesa.

Raina : Gua dapet 100 ribu dong sama Mahesa😎

Aletta : Kasian banget anak orang diporotin.

Bella : Gua tadi kelilipan terus ditiupin sama Juan.

Raina : Cieee... Belaaa... Cintaku bersemi di kelas 11 MIPA 2🌚

Adya : Oh pantesan lu senyum-senyum kek orang stres tadi.

Aletta : Bella mantep juga nih.

Bella : Ihh nggaa...

Raina : Dih, gak usah malu-malu babi lu.

Shucy : Tadi Shucy juga ditolongin sama kak Satya pas mau jatoh, mana senyumnya ganteng banget😭

Raina : Lu jangan mau terpesona sama Satya, dia buaya.

Adya : Aduhh Shucy jangan sampe demen sama Satya dah, bahaya😭

Aletta : Satya gak baik buat Shucy, nanti gua cariin cowok yang bener aja.

Bella : Lu aja jomblo.

Aletta : Diam kau Bella anjingnya Xiaojun.

Bella : Oke...

Shucy : Ta-tapii kak Satya...🥺

Adya : Gak, gak boleh, Satya jelek.

Dinda : Girls fokus, kalian jangan sampai suka sama mereka ya, inget mereka itu gak sebaik yang kalian kira.

Raina : Tuh dengerin gess.

Aletta : Gua gak suka ya, mohon maaf.

Adya : ^2

Shucy : Ih, Shucy juga gak suka, tapi kak Satya tuh baik banget🥺

Raina : Boong dia, didepan lu doang baik, gak tau kalo dibelakang gimana.

Dinda : Bener kata Raina.

Raina : Asek gua bener.

Adya : Dihh cags.

Dinda : Tapi serius, dua hari lagi Reyhan bakal ulang tahun, jadi aku mau kalian diem-diem pergi ke pestanya dia, bisa?

Aletta : Kita ngerusuh disana gitu?

Raina : Asik seruu nih.

Adya : Tapi emang bisa kita diem-diem kesana?

Shucy : Reyhan ulang tahun ke berapa tahun?

Bella : 18 tahun.

Shucy : Kok Bella tau?

Bella : Nebak aja sih.

Dinda : Hmm.. sebenernya gak harus diem-diem juga sih. Kalian deketin aja temen-temennya Reyhan, siapa tau kalian malah diundang.

Raina : Nah iya bener, gampang mah kalo deketin mereka.

Adya : Yeh, gampang gimana?

Raina : Kaya tadi lah.

Aletta : Iya gampang dah kalo deketin mereka.

Shucy : Yey, Shucy bakal ketemu kak Satya lagi.

Aletta : Gak boleh.

Shucy : 😢

Adya : Terus gua deketin Sean gitu? Dih males banget mending gua deketin Mahesa.

Raina : Lohh lu oleng?

Adya : Kaga, gak mau ketemu Sean lagi😭

Raina : Gak apa-apa biar akrab wkwk.

Adya : Akrab apee? Gelud iya.

Bella : Gua boleh kan ketemu Juan?

Aletta : Gak, lu ketemu Ricky aja.

Bella : Ketemu Ricky = ketemu Juan juga.

Aletta : Yeh apa-apaan, gak ada. Nanti lu malah modus.

Bella : Kaga astagfirullah.

Dinda : Girls, udah jangan ribut, kalian bebas deketin siapa aja, asal kalian harus inget kalo kalian gak boleh suka sama mereka.

Raina : Iya kaga kok, gak tau deh kalo Shucy sama Bella. Ups🌚

Bella : Gak suka kok.

Shucy : Raina juga suka sama Mahesa kan, tadi aja disuruh nyuciin bajunya mau aja.

Raina : Kaga ya, dia bayar 50 ribu makanya gua mau, kalo kaga dibayar juga ogah.

Shucy : Hilihh.

Raina : Yah gak percaya.

Adya : Udah-udah, kamu percaya aja sama kita Dinda, kita gak bakal suka sama mereka kok.

Aletta : Iya bener, kita gak akan pernah jadi penghianat.

Dinda : Janji?

Adya : Janji.

Aletta : Iya Janji.

Shucy : ^2

Bella : ^3

Raina : Ikut-ikutan mulu lu berdua. Janji ya gua. Gak tau kalo nanti AWOAKWOKWK

Adya : Raina kick nih.

Raina : Iya ampun, bercanda doang.

Dinda : Okey, makasih banyak teman-temanku. Btw, kalian masih di sekolah?

Aletta : Iya, belum pulang, sebentar lagi keknya.

Shucy : Eh itu baru bel. Yuk pulang.

Adya : Kita pulang dulu ya Dinda.

Dinda : Okey hati-hati dijalan🥰


“Eh nanti malem kita mabar lagi gak?” Tanya Raina pada teman-temannya itu.

Mereka semua telah keluar dari kelas dan berjalan menyusuri koridor lantai satu. Jika tidak ada ekstrakurikuler mereka akan pulang bersama seperti hari ini.

“Mabar lah, masa gak!” Balas Adya.

“Mabar apa?” Tanya Aletta.

“PUBEG lagi lah!” Adya rupanya masih penasaran dengan game itu.

“Ih gak mau ah PUBEG jelek.” Tolak Shucy.

“Iya, mana gua mati mulu kalo main.” Bella sudah lelah.

“Tapi kita belum pernah menang, sekali lagi deh, kalo kita masih kalah fix besok ganti game.” Bujuk Adya.

“Ya udah, tapi kita jangan ajak Dinda ya.” Saran Raina.

“Iya ah jangan ajak dia, gua jadi gak fokus anjing!” Mulai gibah kan si Adya.

“Nih jujur aja ya, kita berasa jadi babunya dia gak sih?” Aletta kamu kemana saja nak.

“Iya anjir, kalo bukan karena 500 ribu gua males kali bantuin dia, mending rebahan aja.” Adya agak menyesal karena harus berurusan sama cowok populer di sekolahnya itu, untung aja penggemarnya gak nyerbu mereka.

“Shucy aja masih bingung, Dinda itu yang mana sih?” Shucy mencoba mengingat, tapi emang dasarnya gak pernah liat ya gitu.

“Kita ini terlalu baik gak sih?” Bella ikut mikir, keknya mereka ini diguna-guna deh sampe mau ngelakuin perintah Dinda.

“Iya, gua rada curiga juga sih sebenernya.” Ujar Raina.

“Nah iya kan? Apalagi kita baru kenal sama Dinda, gua rasa dia udah boongin kita deh.” Entah kenapa feeling Adya mengatakan bahwa mereka telah ditipu.

“Mending kita cari tau aja yang sebenernya terjadi, siapa tau yang antagonis itu malah Dinda, dia ngefitnah gengnya Reyhan.” Aletta mulai berteori.

“Gua setuju, takutnya Dinda ini punya penyakit ngadi-ngadi.” Celetuk Raina.

“Penyakit ngadi-ngadi tuh apa?” Tanya Shucy.

“Yah ngehalu aja gitu, takutnya Dinda yang sebenernya nyakitin Reyhan, tapi dia gak mau tersalahkan, anjay bahasa guaa lurr.” Raina langsung digeplak sama Adya.

“Hih goblok!” Adya emosi. “Tapi gua juga mikir gitu sih.”

“Ya udah, mending kita cari tau aja sekalian deketin temennya Reyhan juga.” Ucap Aletta.

'Gua diem aja dah, yang penting bisa deket sama Juan, ihiyy...' batin Bella.

Ya, pada dasarnya mereka berlima memang pandai dalam memahami situasi dan kondisi, mereka juga tidak sebodoh yang Dinda kira.

Sebenarnya mereka tidak menyukai Dinda sejak awal, bagi mereka Dinda hanyalah gadis manja yang mengganggu waktu bermain mereka.

Mereka tidak pernah menganggap Dinda sebagai teman ataupun musuh.

Mereka bahkan tidak peduli dengan masalah Dinda, mereka hanya menginginkan uang yang dijanjikan gadis itu.

Itu saja, tidak lebih.

. . .


#SweetBetrayal

Part 4 : Peace?


“KALIAN INI SEBENARNYA NGAPAIN BISA KAYA GINI!?” Tanya bu Mawar selaku guru BK. Gak abis pikir dia tuh masa anak unggulan macem mereka malah bikin rusuh.

Jadi, mereka sekarang lagi diceramahin di kelas 11 MIPA 1, kenapa gak di ruang BK langsung? Ya karena mereka ini kotor kena cat, yang ada ruang BK ikutan kotor nanti.

Awalnya bu Mawar gak percaya waktu Mahesa bilang kelas ini abis bikin masalah, karena hari ini bu Mawar lagi ulang tahun makanya dia kira bakal disurprisin gitu sama mereka, eh pas kesana malah dibikin serangan jantung.

Semua properti kelas mulai dari lantai, jendela, papan tulis, meja, kursi bahkan semua tas murid kena cairan cat.

Reyhan, Azka, Sean, Juan dan Ricky berdiri disebelah kiri. Sedangkan Aletta, Adya dan Bella berdiri disebelah kanan. Sisanya ngintip dari luar karena mereka bersih dari cat, yang artinya mereka bukan tersangka, melainkan saksi mata.

“Kok bisa sampe kaya gitu sih? Lu pada ngapain aja dah?” Tanya Raina ke Shucy.

“Mereka main siram-siraman cat gitu, gua gak mau ikutan lah kotor, apalagi sekarang masih istirahat belom masuk kelas lagi.” Jawab Shucy.

Kalo kalian nanya kenapa Shucy gak bilang aku-kamu sama Raina, itu karena mereka yang paling deket jadi ya gitu. Intinya Shucy emang dasarnya gak polos-polos amat.

“Ih si pea, malah berantem kek bocah.” Raina pusing, semua temennya aneh banget. “Untung lu gak ikutan Cay.”

“Gua masih waras Ra.” Shucy prihatin ngeliat temen-temennya.

“Terus tadi lu ngapain aja?” Raina curiga kok bisa dia doang yang bersih.

“Main dandan-dandanan sama kak Satya.” Shucy nunjuk Satya yang lagi ngobrol sama Mahesa.

“Eh?” Makin syok si Raina.

Oke balik lagi sama anak-anak yang lagi kicep di dalem kelas. Selagi bu Mawar bersabda, mereka cuma diem aja sambil nunduk, padahal dalem hatinya udah misuh-misuh ga jelas.

“Ada yang bisa jelasin?” Tanya bu Mawar sekali lagi, emosi dia lama-lama berasa ngomong sama batu.

“Main color run bu.” Akhirnya Ricky buka suara.

“Color run?” Bu Mawar bingung. Color run apaan sih? Warna lari? Masa iya warna bisa lari-lari.

“Itu bu, ajang lari sepanjang lima kilometer. Di setiap kilometernya, pelari bakal disiram dari kepala sampai kaki pake bubuk warna yang berbeda.” Jelas Reyhan si anak Wikipedia.

“Tapi kalian ini kan lagi di kelas!” Bu Mawar makin naik darah, kelakuan anak muridnya ternyata diluar nalar manusia.

“Maaf bu.” Balas mereka semua kompak.

“Itu salah dia duluan bu.” Azka tiba-tiba nunjuk Aletta.

“Lah apaan kok lu malah nyalahin gua?” Aletta kaget dong. Ya walaupun emang dia duluan sih, tapi kan mereka juga ikutan, berarti semua harus salah.

“Lah emang bener kan?” Azka masih gak mau kalah.

“Tapi lu juga ikutan ye.” Aletta udah ngelangkah maju aja mau nantangin Azka, sampe lupa kalo ada guru.

“Ya tapi kan lu—” Azka pengen banget ngeladenin Aletta tapi nyalinya langsung ciut gegara bu Mawar melototin dia.

“Udah-udah, sekarang kalian bersiin kelas itu sampe bersih!” Bu Mawar ngasih mereka pel, ember, sapu, pengki, kemoceng dan peralatan babu lainnya.

“Tapi bu—” Protes mereka tapi ga jadi.

“APA TAPI-TAPI!?” Kan kena sembur lagi mereka tuh, mana ludahnya kena muka si Bella, asem banget dah.

'Astagfirullah hujan lokal.' batin Bella mengsabar.

“Ya ampun Azka gimana kalo orang tua kamu tau? Kamu juga Reyhan.” Kalo bukan anak yang punya sekolah sama anak ceo, udah di rukiyah kali mereka ini.

“Sekali ini aja bu, gak lagi deh.” Reyhan menyesal, gak lagi deh ngajak war bocil epep, mending ngejamet aja.

“Ya udah sekarang bersiin kelasnya, ingat sampai bersih!” Perintah bu Mawar dengan tegas.

“Baik bu!” Mereka semua pun langsung ngejalanin tugas bersih-bersih dari bu Mawar.

Ingat, jangan pikir mereka sudah berdamai.

“INI SEMUA GEGARA BANG REYHAN! GUA GAK JADI MAKAN SEBLAK!” Ricky mulai mengadu domba Reyhan.

“Apa sih gua aja korban disini ya.” Reyhan udah lemes, dia laper banget coy belum makan siang.

“Kita gak salah, semua salah mereka tuh!” Sean nunjuk Adya and the gang pake muka sinis.

“APA MAKSUD LO NUNJUK GUA SAMA TEMEN-TEMEN!?” Entah Adya ini lagi pms apa gimana, bawaannya pengen ngegas aja kalo liat Sean.

“YA MENURUT LO APA? MASA TIBA-TIBA DATENG KE KELAS ORANG GA JELAS, SINTING!” Sean kalo udah denger orang ngegas pasti latah aja ngikutin.

“BUKAN URUSAN LU YA BANCI!”

“APA LO LONTE!”

Adu mulut lagi dah mereka sampe pulang.

“Juan, kamu bersiin apa kaya gitu? Kok cuma di tap-tap?” Bella bingung ini Juan alergi kotor apa gimana sih, ga niat banget.

“IH BELLA JANGAN SOK TAU, INI TUH BERSIH-BERSIH ALA SISCA KOHL, GUA KAN ADEKNYA!” Juan kesel, bagi dia ini adalah bersih-bersih gaya estetik, Bella pasti iri.

“Al, bersiin meja gua kek, noh kolongnya sekalian, buangin semua sampah gua juga ya.” Azka enak banget nyuruh-nyuruh Aletta tanpa dosa.

“Kak Azka sini deh...” Panggil Aletta lembut biar Azkanya nurut.

“Kenapa?” Tanya Azka dengan polos.

TAK!

“ADUHH!” Azka kesakitan gegara palanya dipentung pake gagang pel sama Aletta, sakitnya gak maen-maen cuyy.

“ENAK AJA LU NYURUH-NYURUH GUA, EMANG GUA BINI LU APA!?” Aletta greget terus ngejambak rambut Azka.

“EH IYA MAAF, EH GA USAH JAMBAK RAMBUT GUA JUGA, ASTAGFIRULLAH.” Gak lagi-lagi deh Azka nyuruh Aletta.

Sedangkan di luar.

Bu Mawar nyamperin Mahesa. “Eh Mahesa.”

“Iya bu?” Tanya Mahesa.

“Tolong kamu bilang sama wali kelas 11 MIPA 1, belajarnya pindah dulu ke lab komputer buat sementara.” Perintahnya, gak mungkin juga kan mereka belajar di kelas bak kapal pecah begini.

“Baik bu.”

“Ah sama ini, nanti kamu ambil seragam ganti buat Azka sama temannya di koperasi ya, kamu juga ganti seragam tuh, berarti 6 seragam aja.” Ucap bu Mawar lalu pergi.

Raina yang gak sengaja nguping pun merasa gak adil, masa temen Mahesa dapet seragam ganti tapi temen Raina gak dapet, padahal temennya cuma tiga orang yang kena.

“Kenapa Ra?” Tanya Shucy sambil nepuk bahunya Raina.

“Kok Mahesa sama temennya dapet seragam ganti sih? Giliran temen kita gak dapet, curang.” Raina rasanya mau pindah sekolah aja.

“Ya kan lu tau sendiri Azka anaknya yang punya sekolah, terus ayahnya Reyhan donatur di sekolah kita.” Shucy mengingatkan, kali aja Raina lupa karena udah bertambah umur.

“Tapi tetep aja gak adil, Cay.” Raina masih gak terima, ini namanya pilih kasih.

“Udah ayo gak apa-apa, mending kita bantuin mereka bersih-bersih biar cepet kelar.” Ajak Shucy. “Kak Satya, ikut bantuin mereka yuk!”

“Wokeee beb.” Belum pacaran aja udah manggil beb lu Satya.

Setelah beberapa menit mereka bersih-bersih, akhirnya mereka lelah juga, mana kelasnya masih kotor, mereka sampe heran sendiri kok bisa ya mereka perang cat sampe kaya gini.

Abis itu Mahesa dateng bawa 2 kantong kresek, yang satu isi seragam ganti, yang satu lagi isi makanan sama minuman.

Tenang, walaupun Mahesa masih marah gegara ulah mereka, dia gak pilih kasih kok. Sebagai yang paling tua disini dia tau banget kalo adek-adeknya ini udah mau sekarat, jadi dia beliin aja buat mereka semuanya, dia juga belom makan lagian.

“Udah, istirahat dulu lu pada, nih gua bawain makan sama minum, bisa pingsan nanti lu semua.” Mahesa sambil bagiin sembako itu ke 11 tuyul di depannya.

“Wehh, emang cuma Bang He penyelamat ku.” Ucap Ricky dramatis.

“Kita juga kak?” Tanya Bella malu-malu, padahal dia udah pengen banget ngeraup itu makanan.

“Iya ini buat kalian semua.” Jawab Mahesa sambil senyum.

Mereka pun langsung rebutan gak nyelo ngambil makanan sama minumannya, biasalah ini gambaran ikan kalo baru dikasih makan, auto rusuh.

Raina males banget nerima, apalagi dia ngeliat seragam ganti punya temennya Mahesa, makin gak mood lah dia. Gimana nasib temen-temennya nanti?

“Raina!” Tegor Shucy. “Jangan ngebug kek Bella, itu ambil makanannya, laper kan tadi?”

“Eh iya, ini mau ngambil.” Pas Raina mau ngambil makanannya malah di jauhin sama Mahesa, ngajak berantem emang bocahnya.

“Ih kak, kalo ngasih tuh yang ikhlas, gua laper nih.” Raina udah melas banget saking lapernya.

“Kamu makannya nanti aja, suapin saya dulu.” Mahesa masih dendam sama Raina gegara di prank, tapi ini mah kesempatan dalam kesempitan namanya.

“Hah?” Raina salah denger apa gimana nih, kupingnya ngadi-ngadi banget dah kalo laper.

“Suapin saya, sini duduk, gak ada penolakan.” Mahesa nepuk lantai disampingnya buat Raina duduk.

“Ah babi.” Tambah bad mood lah Raina.

“Ngatain sama dengan gak dapet makan.” Ancem Mahesa.

“Dih, baperan.” Dengan terpaksa Raina nyuapin Mahesa sambil ngatain dalem hati.

“Raina sama Mahesa beneran pacaran ya?” Gibah Aletta.

“Kaga bego, paling dikerjain dia tuh, mampus aja.” Ucap Adya sambil menyantap nasi goreng pemberian Mahesa.

“Hmm... Shucy, suapin aku juga dong!” Pinta Satya. Iri dia tuh ngeliat Mahesa yang jomblo dari lahir aja bisa suap-suapan.

“Ya udah sini makanannya, Shucy suapin.” Shucy kok mau aja sih🙃

Satu suapan masuk ke mulut Satya. “Enak gak kak Satya?”

“Iya enak, mau minum juga dong.” Emang si Satya ini ngelunjak.

Shucy ngambil akua gelas terus ditusuk pake sedotan. “Nih kak minum, pelan-pelan.” Berasa ngurusin bayi gede aja dia.

“Makasih beb.” Kan tuman banget bocahnya.

“Bella makannya jangan belepotan gitu.” Bella kaget tiba-tiba Juan nyodorin tisu ke dia, kan jadi baper.

“Makasih Juan.” Bella senyum-senyum salting.

“Sama-sama, lain kali kalo makan jangan kaya babi ya, ingat Bella itu anjing peliharaannya Xiaojun.” Yah, ga jadi baper dah Bella, kirain akhlaknya Juan udah balik ternyata makin melebur jadi butiran debu.

“Eh masa gua gak dapet telor sih? Curang anjir!” Protes Azka kek bocah.

“Nih elah makan tuh punya gua!” Aletta ngasih telor dadarnya ke Azka biar ga berisik.

“Tapi maunya telor ceplok kek punya Ricky.” Banyak mau si Azka.

“Ya udah sini balikin kalo gak mau.” Aletta ngambil balik telornya.

“Eh jangan gak apa-apa telor dadar aja.” Azka panik, tau gitu dia diem aja dari pada makan gak pake telor hambar banget. “Al, jangan pelit-pelit lah sama gua, nanti kalo kita nikah gimana?”

“MINTA AJA SAMA RICKY!” Aletta udah capek banget sama Azka.

“Apa kalian manggil-manggil gua? HAHA GA DAPET TELORR YA GEMBELL!” Songong bener si Ricky, gak tau aja telor dia udah dicuri sama Reyhan. “LOH KOK TELOR GUA ILANG ANJENGG!”

“Bwerisyik luw, mewndwing abwisin nasyi gworewng luw.” Reyhan ngomong mulutnya penuh.

“Hah? Ricky gak ngerti bahasa monyet bang.” Ricky langsung ditabok Reyhan, sembarang banget kalo ngomong.

“Kok timunnya dipisahin gitu dah?” Sean kepo aja ngeliat Adya gak makan timun.

“Gak suka timun ah pait.” Jelas Adya.

“Sini dah gua makan.” Sean langsung ngambil semua timun punya Adya. “Jangan dibuang nanti mubazir.”

“Dih emang enak apa?” Adya bingung, kok ada ya orang suka timun?

“Enak lah, mau gua suapin?” Tawar Sean sambil naik-turunin alisnya.

“Dih, ogah.” Adya pusing, ternyata semua cowok disini buaya darat.

“Kak, gua juga laper, masa lu doang yang makan.” Raina misuh-misuh terus dari tadi. Ngiler dia udah lama gak makan nasi goreng.

“Ya udah makan tinggal makan.” Bales Mahesa santai. “Saya aja cuma beli 11 bungkus.”

“Ih anjir boong banget.” Bener-bener dah Mahesa kalo sampe gak beliin buat dia.

“Ya udah kalo gak percaya.” Mahesa emang sengaja gak beliin Raina, siapa suruh ngeprank dia barusan.

“Terus gua makan gimana?” Sumpah bisa mati kelaperan dia nih.

“Makan berdua lah.” Kata Mahesa ngawur banget.

“Ih gak mau, gak kenyang!” Iyalah makan berdua mana kenyang, apalagi ini makanan favoritnya, pokoknya harus satu porsi.

“Ya udah itu kamu abisin, saya udah kenyang.” Ujar Mahesa terus ngambil minum.

Raina malah ngebug, ini seriusan? Kalo beneran langsung dia makan nih, mana lumayan masih banyak, urusan sendok bekas Mahesa mah gampang bisa dia elap pake tisu.

“Udah makan, mau saya suapin?” Raina langsung geleng-geleng, abis itu makan. Lupa kan dia buat ngelap sendok dulu, ya udah lah yang penting perut terisi.

“Kalian kalo udah selesai makan langsung lanjut lagi ya.” Perintah Mahesa.

“Iya kak!” Seru mereka semua.

Sehabis makan mereka lanjut kerja bakti lagi, kali ini udah lumayan bersih lah gak kaya tadi, tinggal ngepel sekali lagi langsung beres.

“Kak Reyhan sama Ricky ganti air pel nya dong, udah kotor tuh.” Suruh Aletta pada 2 tuyul yang asik main air pel di luar.

“Siap ibu Negara!” Reyhan sama Ricky nurut aja, takut digetok gagang pel mereka.

“AZKA JANGAN BENGONG! ITU NGEPELNYA YANG BENER DONG MASIH KOTOR GITU!” Aletta pusing liat kelakuan tuan muda Azka.

“Ya Allah, ini udah bersih Aletta istriku, mas udah capek, istirahat dulu ya?” Alesan aja si Azka.

“GAK! ULANG DARI BELAKANG!” Aletta ngelempar pelnya ke arah Azka.

“Iya ini ngulang dari belakang elah!” Azka dengan ogah-ogahan nurut, dia kan gak pernah ngepel selama hidupnya.

“Sean, coba ke sebelah kanan dikit.” Adya sama Sean lagi ngatur posisi meja dan bangku yang berantakan.

“Gini, bener gak?” Tanya Sean.

“Eh coba ke kiri dikit.” Adya masih gak srek ngeliatnya.

“Ini udah?”

“Coba mundur deh.”

“Aduh ini udah setengah jam kaga beres-beres taii.” Mulai emosi si Sean.

“YA MAKANYA YANG BENER GESERNYA!” Adya jadi sensi.

“INI UDAH BENER WOY!”

Mereka mah apa aja di ributin.

“Nyampe gak?” Satya ngeliat Shucy kesusahan bersiin ventilasi pake kemoceng. “Mau dibantuin?”

“Gak kok ini bisa.” Baru aja ngomong gitu eh Shucy langsung kepleset, untung jatohnya ditangkep sama Satya.

“Kaya gini bisa?” Satya geleng-geleng sambil senyum ganteng. “Gak apa-apa kan?”

Muka Shucy seketika merah kaya tomat, ini jarak mereka deket banget woy, gak tau aja jantungnya Shucy udah disko gegara senyuman Satya.

“HEH! MAU LU APAAIN ANAK PERAWAN GUA!?” Aletta yang liat itu langsung getok kepalanya Satya pake gagang pel.

“Aduh iya, maaf, tadi nolongin doang.” Satya panik, orang dia mau modus malah kegep.

“Eh iya, kak Satya gak salah kok, dia nolongin Shucy tadi.” Jelas Shucy, gak enak sama Satya.

“Tuh denger.”

“Hilih, boong aja lu buaya.” Aletta getok Satya lagi.

Raina yang duduk di depan kelas ngakak banget ngeliat kelakuan mereka.

“Ngapain ketawa-ketawa?” Tanya Mahesa.

“Kepo aja.” Sebel Raina denger suaranya Mahesa.

“Enak aja kamu diem dari tadi, sini pijetin saya.” Mahesa duduk di depan Raina sambil nepuk-nepuk bahunya yang pegel.

“Dih, gak mau!” Tolak Raina.

“Nanti saya kasih 50 ribu.” Sogok Mahesa.

“Oke, mau!” Apapun yang berbau duit  harus gas, rejeki gak boleh ditolak.

Bella ngebug ngeliatin temennya pada uwu-uwuan. Juan mana mau diajak begituan, yang ada dia malah dihujat, miris banget.

“Aduh!” Saking bengongnya dia sampe kelilipan debu.

“Eh Bella diem deh.” Juan ngedeketin Bella terus niup matanya pelan-pelan.

Jujur Bella pengen baper tapi takut dihujat lagi, jadinya dia diem aja sekarang sambil ngeliatin Juan dari deket, lumayan lah.

“Udah mendingan?” Tanya Juan lembut pake banget.

Eh ini serius Juan? Gak dihujat nih dia? Ya Allah Bella mau nangis aja rasanya.

“I-iya gak apa-apa Juan.” Bella makin kesemsem aja diperhatiin Juan.

“Makanya jangan lupa kedip, kemasukan debu kan tuh.” Juan ngacak-ngacak rambutnya Bella gemas.

QWERTYASDFGHJKLZXCVBNM

Bella mimisan abis itu.

“Loh kok Bella mimisan?” Juan panik terus nyari tisu.

“Eh, gak apa-apa Juan.”

Juan ngelapin darah yang keluar dari hidung Bella dengan perlahan.

'HUWA MAMA, BELLA DAPET CALON MANTU!' Batin Bella girang.

Akhirnya akhlak Juan udah balik, tapi gak baik buat jantungnya Bella.

“EHH KITA DANGDUTAN YUK!” Seru Ricky yang baru aja dateng dari kamar mandi.

“YUK AH! SEKALIAN NGEJAMET!” Reyhan ikut-ikutan tuh, udah gak sabar mau ngejamet bareng.

“YUK!” Anehnya mereka semua hayuk, emang dangdutan mengalahkan segalanya.

Ricky langsung ngidupin speaker yang sengaja dia bawa dari rumah.

“EYYOO PARTY TIME CHECK!” Seru Jake berasa artis titid eh typo, tiktok maksudnya.

“PARTY TIMEE YOOO! HOK A HOK E!” Ricky naek ke atas meja guru.

“SPERTI MATI LAMPU YA SAYANG~” Reyhan dengan lincahnya goyang sana goyang sini, mana lidahnya melet-melet kek ular kadut.

“SPERTI MATI LAMPU~” Mereka semua nyanyi dengan ceria.

Mahesa yang ngeliat itu bikin jiwa jametnya menggebu, akhirnya dia maju gak kalah heboh. “EYYO PANTURAA MANA SUARANYAA EYYY!”

“CINTAKU TANPAMU YA SAYANG, BAGAI MALAM TIADA BERLALU~” Mahesa nyanyi merdu banget.

“AAAA NASARR OPPWA NOTIS ME PWISS!” Sorak Jake dengan heboh.

Mahesa ngasih flying kissnya, gak lupa sambil ngedipin sebelah matanya. “Muach! For you adek Maniez!”

Raina syok, kirain dia Mahesa pendiem ternyata jamet bener.

“PANTURA MANA GOYANGNYA!” Ricky joget asik banget di atas meja guru.

“HOK A HOK E!” Seru mereka semua.

Ya beginilah kalo dua grup jamet bersatu.

“GOYANG TERUS!” Reyhan teriak, badannya digoyang-goyangin udah macem biduan dangdut sambil buang-buang duitnya, biasalah anak sultan.

Sedangkan Sean sama Juan lagi goyang gaya cacing di lantai.

Satya dengan muka lempengnya joget sambil nyawer si Ricky. Dia nyawer pake duit Reyhan yang dibuang tadi terus dia selipan di dada Ricky biar mantep katanya

“EYY SATYA NGEBUG DIKIT...”

“JOS!”

“Anjing!” Umpat Satya, dia malah dinistain.

“GAK MAU PULANG, MAUNYA DIGOYANG~”

“ASYIK! ACIKIWIR!”

Ya, biarkanlah mereka berdamai untuk saat ini.


“Udah-udah, sekarang kalian ganti baju!” Perintah Mahesa, capek juga dia, udah lama gak joget kaya tadi.

“Siap!” Jawab mereka semua macem anak paskibra.

Yang cewek langsung pergi ke kamar mandi, sedangkan yang cowok ganti baju di kelas.

Raina mulai kepikiran lagi, temen-temennya kan gak bawa baju ganti, terus mereka ganti pake apa?

“Raina, kenapa gak ikut ke kamar mandi?” Tanya Mahesa.

“Eh iya ini mau kesana.” Baru aja Raina mau pergi eh malah ditahan Mahesa.

“Tunggu!” Mahesa ngebuka seragam gitu aja, bikin Raina panik.

“Eh mau ngapain?” Raina udah nutup mata aja, walaupun kepo juga.

“Nih, cuciin seragam saya.” Mahesa ngasih seragamnya ke Raina.

“Oh, Hah?” Raina ngebug dulu, ini dia disuruh jadi babu gitu?

“Cieee...” Sorak temen-temennya Mahesa.

“Sssttt...” Mahesa melototin mereka satu-satu ampe kicep.

“Dih, gak mauu! Bayar dulu!” Emang matre bener si Raina.

“Cuciin dulu baru saya bayar.”

“Beneran ya? 50 ribu lagi.” Mahesa ngangguk terus ngedorong Raina keluar kelas.

“Pacar lu ya bang?” Celutuk Ricky.

“Kepo!”

“Terus baju kita siapa yang nyuciin?” Tanya Sean.

“Buang aja lah, udah ada yang baru ini.” Sahut Reyhan, anak sultan emang beda.

. . .


#SweetBetrayal

Part 3 : The Chaos


[Pembela Kebenaran]
Motto » Janganlah Takut Untuk Melawan Karena Bella Akan Maju Paling Depan😃

Raina : Keren kan motto grup ini?😎

Bella : Anjirr wkwkwk. Ganti woy ah.

Aletta : Gpp bagus, tandanya Bella itu tumbal able.

Bella : Astaghfirullah.

Shucy : Makasih ya Bella karena udah setia jadi tumbal.

Dinda : Hai, udah pada bangun kan?

Shucy : Udah dong!

Aletta : Ini lagi mau otw ke sekolah.

Raina : Demi apa sih? Gua aja baru bangun🙃

Bella : Gua udah sampe sekolah nih sama Adya, tapi dia lagi tidur.

Raina : Kebisaan, sampe sekolah langsung molor.

Dinda : Hayo, jangan sampe telat, bukannya kalian upacara ya hari ini?

Raina : Iya ini otw ke kamar mandi.

Aletta : Dinda udah sampe sekolah kah?

Dinda : Oh, aku hari ini ga masuk, lagi sakit.

Shucy : Dinda sakit apa?

Dinda : Kayaknya kena demam deh, mungkin minggu depan baru bisa masuk.

Aletta : Cepet sembuh ya Dinda, biar kita bisa ketemu di sekolah.

Bella : Iya GWS Dinda.

Raina : Jangan percaya, GWS itu artinya Ga Wafat Sekalian. Parah sih Bella🗿

Bella : Wkwkwk. Astagfirullah kaga.

Shucy : Bella parah banget🗿 Dinda cepet sembuh ya, get well soon🥰

Dinda : Iya makasih banyak ya🥺 Btw, kalian inget kan sama misi kalian?

Aletta : Inget banget ini mah. Bella siap kan maju paling depan?

Bella : Eh, ini beneran gua yang paling depan? JANGAN WOY😭

Raina : Chill aja kita temenin dari belakang, temenin doang AWOKAWOKWK😃

Bella : Anjir wkwk. Gua jual beneran lu Ra.

Raina : Semangat Bemet, nanti aku cipok😘

Bella : Ih gamauu maju paling depan, takutt😭

Dinda : Jangan takut sama mereka, kalian harus kerja sama, aku yakin kaian pasti bisa.

Aletta : Kelasnya Reyhan dimana?

Dinda : 11 MIPA 1.

Raina : Mereka anak MIPA? Gua kira anak IPS🙂

Shucy : Emang kenapa kalo anak MIPA?

Bella : Huwaa anak MIPA, makin ga berani😭

Aletta : Mereka pinter-pinter dong berarti? Serius nih mau ngelawan mereka?

Dinda : Iya, bahkan kalian harus ngelawan ketos andalan sekolah.

Aletta : Itu mah urusan Raina, kita ga ikut campur.

Raina : Kok jadi gua?🙃

Aletta : Bener, lu nanti yang cegat Mahesa biar dia ga lapor ke guru.

Raina : Dih, Mahesa cepu banget najong😒

Bella : Terus ini jadinya gimana?😭

Dinda : Tenang Bella, nanti kamu lawan Ricky aja, dia anaknya santai kok.

Shucy : Ricky yang waktu itu nyanyi just like the day di tiktok ya? Shucy pernah liat, ngakak banget🤣

Raina : Shucy ngeliat tiktok terus ya.

Bella : Seriusan dia orangnya santai? Gua deg degan.

Adya : Deg degan tanda jatuh cinta eaaa...

Raina : Dih, bocah ngablu bangun bangun.

Adya : Gua mah chill aja sih, selagi ada yang maju paling depan gua bakal ngikut dari belakang.

Aletta : Bella maju paling depan tenang aja.

Dinda : Kenapa kalian ga bagi-bagi tugas aja? Kayak misalnya Raina cegat Mahesa atau gimana gitu?

Raina : Harus banget apa gua sama Mahesa? Ga bisa ganti orang gitu? Gua sama Satya misalnya🙂

Shucy : Jangan, biar Shucy aja yang lawan kak Satya, Shucy mau nanya-nanya juga.

Raina : Mau nanya apaan anjir?

Shucy : Kemaren Shucy liat di twitter kak Satya main ice skipping.

Raina : Ice skating kali ah.

Bella : Wkwkwk ice skipping.

Adya : Ice skipping tuh gimana?😢

Aletta : Emang ada ya ice skipping?

Shucy : Bener ice skipping nih...

Bella : Wkwkwk🤣

Aletta : Wanjir ngakak🤣

Adya : AHAHAHAHAH ADA AJA😭

Raina : Lah anjir itu darimana?😭

Bella : Dibilangin liat di twitter🗿

Dinda : Ya ampun itu kan editan🤦🏻‍♀️

Aletta : Eh kita kan mau ngelabrak mereka bukan mau wawancara.

Shucy : Tapi kepo.

Adya : Gini aja, Raina vs Mahesa. Aletta vs Azka. Shucy vs Satya. Gua vs Sean. Bella vs Ricky, Juan, Reyhan.

Aletta : Nah gua juga sepemikiran sama lu.

Raina : Anjir vs vs berasa duel apaan.

Bella : Kok gua lawannya banyak bangett sihh😭

Shucy : HAHAHAHA ngakak banget Bella🤣

Adya : Karena Bella maju paling depan jadi dia ngelawan 3 orang😃

Bella : Anjirr jangan gitu lah, makin deg degan.

Dinda : Tenang girls, ingat jangan panik.

Bella : Gimana ga panik gua lawan 3 orang? Mana ada Juan lagi😭

Raina : Oiya Bella kan🌚

Bella : Sstt diam.

Shucy : Wehh Bella nyuruh kita diam, ini harus diabadikan😱

Bella : Wkwkwk.

Adya : Masih aja sempet “wkwkwk”

Aletta : Santay Bel, ada kita dibelakang lu, paling juga ujung-ujungnya gua yang maju paling depan.

Bella : Serius lu? Jangan tinggalin gua ntar.

Aletta : Kaga elah.

Dinda : Santai girls, gua yakin banget kalian bisa, mereka ga ada apa-apa nya dibandingin kalian.

Shucy : Iya kita semua kan kucing jelek besar yang berani😃

Adya : Yoi bener banget.

Dinda : Hwaiting cantik-cantikku, good luck😘

Aletta : Oke sip Dinda.

Adya : ^2

Shucy : ^3

Bella : ^3

Raina : Ikut-ikutan aja lu semua. Makasih Dinda.


“Hayulu Bella, kamu ngelawan 3 orang.” Ucap Raina yang baru saja memasuki kelas.

Mereka berlima sudah tiba di sekolah sekarang. Meski berada di kelas yang sama, mereka tidak menjadi teman sebangku karena setiap minggunya akan diacak.

Kini mereka sedang berdiskusi di meja Adya karena gadis itu malas untuk berpindah tempat, jadi lebih baik mereka disana saja.

“Ih masa harus gua sih? Kenapa ga Aletta aja? Dia kan yang paling berani.” Tawar Bella.

Ia benar-benar takut jika harus berhadapan dengan 3 orang sekaligus, ditambah lagi ada seseorang yang ia sukai.

“Ga bisa lah, udah paling bagus lu yang paling depan, mereka ga bakal curiga.” Sahut Adya.

“Ga bakal curiga apa? Kita kan mau ngelabrak bukan mau maling.” Raina jadi bingung.

“Maksudnya biar ga curiga kalo kita mau ngerjain mereka.” Sebenarnya Adya juga tidak mengerti maksud dari ucapannya.

“Kita mau ngerjain apa mau ngelabrak?” Tanya Shucy semakin bingung.

“Dua duanya lah, tapi pertama kita harus ngelabrak dulu yang diketuai oleh Bella, nah pas ngerjain baru diketuai oleh Raina.” Saran Adya.

“Okehh setuju.” Raina mau sungkem sama Adya tapi malah di tabok tangannya.

“Don't touch me.” Adya mengusap tangannya dengan gaya swag.

“Dih najong.” Raina kesal.

“Kita mau ngalabrak kapan emang?” Tanya Aletta. “Pulang sekolah apa pas istirahat?”

“Pas istirahat aja, biar sekalian rame.” Saran Raina.

“Ah jangan pas rame anjir, malu sumpah.” Ujar Bella.

Jujur, ia lebih milih bolos sekolah daripada ketemu Juan dan teman-temannya.

“Tapi bener juga, biar orang-orang tuh tau seberapa brengseknya mereka.” Shucy yakin mereka akan menang jika banyak orang yang mendukung timnya.

“Iya pas istirahat aja.” Ucap Adya mutlak.

“Andwaeee!” Bella frustasi.

“Santai Bemet, kita selalu ada disisimu.” Aletta merangkul Bella.

Setelah itu bel upacara berbunyi. Mereka pun pergi ke lapangan dengan perasaan yang campur aduk.


[Saat Istirahat]

Aletta menghampiri meja Bella lalu menepuk-nepuk bahunya dengan antusias. “Ayo gece katanya mau ke kelas Reyhan.”

“Sabar ini beresin buku dulu.” Balas Bella, perasaannya sangat tidak enak, ia merasa akan terjadi bencana besar bila mereka semua kesana.

“Bella, udah siap kan?” Tanya Raina.

“Ah anjir deg-degan.” Bella memegangi dadanya yang terus saja berdegup kencang.

“Udah elah santai ada kita, kuy!” Ajak Adya yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu.

“Yey, kita mau ngelabrak kakak kelas!” Seru Shucy memeluk Bella dari belakang.

“Eh iya.” Bella semakin panik saat teman-temannya ini mulai mendorongnya tanpa sebab, emang ga ada akhlak semuanya.

Mereka pergi menuju kelas 11 MIPA 1 yang berada di lantai 2. Satu hal yang membuat Bella semakin malu, beberapa siswa terus menatap mereka dengan heran karena mereka saling dorong-mendorong. Maklum lah.

Sesampainya di depan kelas Reyhan, mereka semua menjadi diam bak patung, seketika mereka lupa akan rencana yang telah mereka persiapkan sebelum datang ke sini, bahkan kaki mereka pun terasa lemas.

“Sono Bel masuk duluan!” Suruh Aletta.

“Ih ntar dulu masih rame, tunggu agak sepian.” Bella mengintip dari balik pintu kelas.

Kelasnya terlihat sedikit kotor, ada noda cat di mana-mana, terutama di lantai, sepertinya mereka baru saja selesai belajar Seni Budaya.

“Yeh kelamaan itu mah keburu mereka pergi ke kantin.” Adya udah greget banget pengen dorong Bella masuk.

“Tapi keknya mereka ga bakal ke kantin deh.” Ujar Bella.

“Tau darimana?” Tanya Shucy, dia penasaran mau ikutan ngintip.

“Tuh liat aja, ada Reyhan, Azka, Satya, Sean, Juan sama Ricky, kurang Mahesa doang, keknya sih mereka bakal makan bareng disini.” Jelas Bella masih setia mengintip ke dalam.

“Nah kebetulan, Raina lu jaga di luar jangan sampe Mahesa masuk.” Suruh Aletta pada Raina.

“Iye gampang itu mah.” Raina mengacungkan jempolnya.

“Ya udah cepetan masuk Bella.” Adya mendorong Bella sampai membuat gadis itu hampir terjatuh.

“Eh tunggu, ada satu orang lagi.” Bella melangkah mundur saat siswa yang ia maksud tadi berjalan keluar.

“Mau cari siapa?” Tanya siswa itu.

“Eh anu, mau cari Reyhan.” Balas Bella dengan santainya.

“Heh ssstt...” Adya menutup mulut Bella, emang dodol banget si Bella malah ngasih tau.

“Oh mau ketemu Reyhan? Mau gua panggilin?” Siswa itu ingin masuk kembali namun ditahan oleh mereka.

“Eh ga perlu kak, nanti kita panggil sendiri aja.” Sahut Aletta setengah panik.

“Oh oke.”

“Itu kelas kakak abis ngapain ya kok banyak cat gitu?” Tanya Bella.

“Oh, tadi abis belajar Senbud, kita gambar di kanvas gitu jadinya pada bawa cat deh, malah ada yang bawa cat tembok.” Jelas siswa itu.

“Buseh cat tembok ga tuh?” Raina tertawa mendengarnya.

“Kelasnya kotor sih dek soalnya tadi ada cat tumpah, kalo mau ketemu Reyhan masuk aja.” Saran siswa itu.

“Oh iya kak makasih ya.” Balas mereka serentak.

“Iya sama-sama.” Siswa itu pun pergi meninggalkan mereka.

“Tuh sono cepetan Bella!” Adya kembali mendorong Bella.

“Eh anjir jangan gua lah, Aletta aja.” Bella mundur lalu menarik Aletta.

“Lu masuk dulu bilang assalamualaikum, baru gua ikutan masuk.” Ujar Aletta.

“Anjir kudu salam dulu gitu? Ngakak.”

“Udeh cepetan bele.” Shucy jadi ikutan greget.

“Tau nih panas anjir di luar.” Raina mengode teman-temannya, sedikit sombong juga karena ia tidak ikut masuk ke dalam.

“Yeh lu mah enak Ra, kaga ngelabrak.” Bella semakin emosi.

“Iyalah enak, udah sono cepetan keburu ketauan guru ntar bingung.”

“Ya udah bismillah.”

Mari membaca dengan bahasa jamet.

Bella akhirnya masuk ke kelas Reyhan, baru aja satu langkah dia udah gemeteran, kakinya lemes banget apalagi semua orang disini langsung natep ke arah dia, makin salah tingkah lah Bella.

Mata Bella berhenti waktu liat Juan lagi asik ngaduk-ngaduk cat air di gelas plastik, abis itu Juan natep balik ke arah dia sampe heran. Bella mau nangis aja rasanya ditatep doi kaya gitu.

“Assalammualaikum.” Bella memberi salam.

“Wa'alaikumsalam.” Balas mereka berenam, aduh adem banget dengernya.

Berasa ceramah kan tuh.

BRAK!

Aletta dengan tenaga kuproy nya itu nendang pintu kelas ga nyelo, kaget lah satu kelas gegara aksinya dia, untung aja pintu kelasnya ga rusak.

“Astagfirullah.” Bella mengkaget.

“MANA YANG NAMANYA REYHAN!?” Teriak Aletta sambil mukul meja.

“Ada apa nih?” Reyhan yang merasa terpanggil langsung maju ke depan.

“Weh, mau perang kah ini?” Ricky udah siap-siap mau ngerekam video, kali aja videonya bakal viral lagi.

“Lu kenal dia bang Reyhan?” Tanya Juan dari belakang.

“Kaga.” Reyhan bingung, ini bocil epep darimana? Perasaan dia ga pernah berurusan sama mereka dah, aneh banget sumpah, mungkin karena dia ganteng kali ya jadi banyak haters.

“Lu Reyhan kan? Lu yang udah bikin temen kita sakit hati iya kan?” Aletta pede aja ngomong gitu, ga peduli ke-enam bujang didepannya ini pada cengo.

“Temen lu? Siapa namanya?” Reyhan mikir siapa aja mantan dia, tapi keknya kebalik deh, Reyhan tuh ga pernah nyakitin anak gadis yang ada malah dia yang disakitin, fix dia di fitnah.

“Lu ga perlu tau, intinya gua mau buat perhitungan sama lu!” Aletta makin maju aja, sebenernya dia agak malu karena Reyhan tuh tinggi banget, dia jadi keliatan mini.

“Wowww, berani juga dia, gua demen banget nih.” Azka yang tadinya gabut nyoret-nyoret buku Satya jadi sange.

“Perhitungan gimana nih? Mau lelang barang kah?” Reyhan masih ga ngerti, ini sebenernya ada apa sih.

“Pftt.. anjir Reyhan bego.” Satya malah ngakak dibelakang.

“Heh, lu pikir lu lucu apa? Ganteng doang tapi ga punya sopan santun.” Sekarang Adya ikut maju, ga suka dia temennya diremehin kaya gini.

“Sopan santun? Lebih sopan mana sama orang yang tiba-tiba dateng ga jelas terus bikin rusuh di kelas orang? Lu adek kelas gua kan? Dimana sopan santun lu?” Reyhan kesel dong, dia kan cuma nanya masa malah dibilang ga punya sopan santun, aneh banget.

“Oh baru kelas 10 ternyata, sok keren banget lu.” Sean yang dari tadi nyimak akhirnya maju juga. Dia sengaja ngedorong Adya biar mundur, dorongnya sih pelan tapi Adyanya langsung sewot.

“Ga usah pegang-pegang gua dasar banci!” Adya mukul tangan Sean penuh jijik.

“APA LO BILANG?” Sean langsung tersinggung, orang dia ganteng plus kece gini masa dikatain banci, buta kali ya.

“B-A-N-C-I. BANCI!” Adya mengeja sekalian ngejulid.

“WAH CARI GARA-GARA LU SAMA GUA!” Makin emosi Sean tuh, biar gimanapun dia ini lelaki sejati.

“APA? GUA GA TAKUT SAMA LO!” Adya makin ninggiin suara dia.

“Eh Sean kok malah lu yang ribut sih!?” Reyhan jadi pusing ngeliat mereka berdua adu mulut.

“MAJU LU SINI!” Sean nantangin Adya.

“APA? LU SINI YANG MAJU.” Adya nantangin balik.

Jadi mereka ini saling maju mundur gitu, soalnya Sean ditahan sama Reyhan, sedangkan Adya ditahan sama Aletta.

Kan malah ga jelas, niatnya mau ngelabrak siapa, yang ribut malah siapa.

Sisanya ngapain? Ya pada ngebug semua ngeliatin Adya sama Sean berantem kek bocil, yang nangis duluan bakal kalah. Canda.

“HALAH BANYAK BACOT LU SEMUA!” Aletta ngambil cat nganggur di atas meja terus dia siram ke seragam Reyhan.

“ANJIR BERANI BANGET LO NYIRAM CAT KE GUA!” Reyhan marah, ga ada angin ga ada ujan tiba-tiba di siram cat, untung cuma cat air, tapi tetep aja harga dirinya merasa dipermainkan.

“KENAPA? CAT DOANG KAN? ALAY LO!” Aletta makin nantangin, keknya seru nih kalo perang cat air.

“WAH BENERAN MAU PERANG TERNYATA!” Ricky yang tadinya mau ngerekam video sampe ga jadi, dia udah megang cat air punya orang.

“AYO LAH SIAPA TAKUT!” Aletta ngambil cat air lagi buat jaga-jaga.

“AYO!” Seru mereka semangat 45.

“MINGGIR LU!” Reyhan mau ngambil cat air yang di tutupin sama Aletta, dia mau ngebales karena udah disiram tadi.

“ANJING, JANGAN KENA SERAGAM GUA!” Aletta kesel, seragamnya kena cat warna oren.

“HAHAHAH MAMPUS!” Reyhan puas banget.

“APA LO BANCI BERANI NYIRAM GUA!? GUA SIRAM BALIK!” Adya udah wanti-wanti aja kalo Sean mau nyiram dia.

“ASAL LO TAU YA GUA ITU LAKIK!” Teriak Sean pake suara deepnya.


Sedangkan diluar kelas, Raina lagi nungguin Mahesa kek orang papong.

“Kemana lagi nih orang datengnya lama banget, laper kan gua.” Dari tadi dia misuh-misuh sendiri karena laper.

Beberapa detik kemudian Mahesa dateng bawa kantong plastik isi makanan ditangannya.

“Stop!” Raina menghadang Mahesa. “He, eh Mahesa, eh maksudnya kak Mahesa.”

“Iya kenapa ya?” Mahesa kaget tiba-tiba diberhentiin orang di tengah koridor.

“Jadi gini, hmm... gua eh maksudnya saya, ada tugas bahasa Indonesia buat wawancara osis gitu, saya boleh wawancara kakak?” Untung Raina jago ngarang.

“Sekarang?”

“Iya sekarang banget!” Agak maksa emang.

“Tapi saya harus ke kelas 11 MIPA 1 dulu, mau nganter makanan buat adek saya.” Mampus panik kan dia, pokoknya Mahesa ga boleh kesana.

“Saya aja yang anter.” Tawar Raina.

“Ada yang mau saya omongin sama mereka sebentar aja, ga apa-apa ya?” Ini kenapa Mahesa malah minta izin ke dia.

“Eh jangan!” Raina mikir lagi buat ngarang. “Hmm.. tadi ada yang bilang katanya kelas itu lagi kotor banget, keknya mereka pindah deh ke kantin.”

“Masa sih?”


“LU PIKIR LU DOANG YANG BISA NAEK MEJA? GUA JUGA BISA! APA LO?” Adya ngejar Sean sampe ke atas meja.

“EH UDAH KEK, INI GUA BERASA KOSPLEY JADI ADUDU WOY IJO IJO BEGINI, ASTAGFIRULLAH.” Sean capek sebenernya, tapi demi harga diri seorang lelaki dia pun ga nyerah buat bales Adya.

“BODO AMAT, LU YANG MULAI DULUAN SEAN BANCI!” Kan dikatain lagi dia.

“ANJENG LO, GUA BUKAN BANCI YE, LU TUH LONTE!” Bales Sean ga kalah sadis.

“ANAK BABI!” Adya ga tinggal diem, dia lanjut nyiramin Sean pake cat ijo lumut.

“KAK REYHAN JANGAN PAKE WARNA ITEM ANJIR BERASA KOSPLEY JADI KEBO IRENG GUA, JELEK BANGET TAI!” Protes Ricky waktu Reyhan dengan santuy nya nyiram dia pake cat item pekat.

“KEBO IRENG SAPA ANJIR?” Maklum lah Reyhan tidur mulu kalo pelajaran sejarah.

“AZKA SINI LO, ENAK AJA MAEN SIRAM-SIRAM GUA PAKE KUNING TAI!” Aletta ngejar Azka penuh dendam.

“YEH SALAH SENDIRI NGAPAIN SIRAM GUA PAKE WARNA UNGU JANDA!” Bales Azka sambil nutupin muka dia pake tas temennya.

“WEII INI BERASA COLOR RUN DEH! AYO SIAPA YANG MAU RICKY SIRAM PAKE CAT MERAH DARAH BIAR KAYA MV ENHYPEN!?” Ricky naik ke meja guru terus nyipratin cat ke mereka pake kuas.

“IH RICKY BEGO JANGAN KENAIN KE GUA!” Juan yang merasa ga ikutan jadi emosi.

“Juan awas kena, Juan ga apa-apa?” Bella panik, takut Juannya kenapa-kenapa.

“Ga apa-apa.” Tiba-tiba Juan lumurin cat merah tadi ke muka Bella. “HAHAHAHAH MAMPUS KENA!”

“ANJIR JUAN, GUA BALES YA LU!” Bella kira Juan tuh beda dari temen-temennya, ternyata lebih akhlakless.

“Kamu ga ikutan main color run?” Tanya Satya sekalian modus.

“Mereka main color run?” Shucy dari tadi cuma ngeliatin temennya perang cat ga jelas.

“Iya tuh, yuk ikutan!” Ajak Satya.

“Ga ah, takut di omelin bu guru.” Shucy geleng-geleng lucu, bikin si Satya gemes pengen ngarungin.

“Oh nama kamu Shucy, itu temen-temen kamu kan?” Satya nunjuk Aletta, Adya sama Bella.

“Iya, jangan ikutan kak Satya, nanti kotor.” Larangnya sambil narik ujung seragam Satya.

“Ga apa-apa, anggep aja udah lulus.” Satya megang tangan Shucy terus di elus gitu, emang dasar buaya.

“Oh iya Shucy mau tanya, kak Satya bisa main ice skipping ya? Ajarin Shucy dong.” Pinta Shucy dengan antusias.

“Ice skipping?” Bingung kan tuh.


“Pokoknya jangan masuk ke sana He eh maksudnya Mahesa, eh salah mulu dah kak He!” Raina masih mencoba nahan Mahesa dengan susah payah.

“Sebentar aja, abis ini kita baru wawancara, kamu tenang aja saya ga sibuk kok hari ini, okey?” Mahesa ngomongnya lembut banget kan Raina jadi baper.

“Bukannya gitu, tapi—”

BRUK!

“Suara apaan tuh kok berisik banget? Ada orang teriak-teriak juga.” Mahesa bingung, ini kelas Reyhan kok kesannya rame banget kek ada konser.

“Ah itu, mereka lagi karaoke, iya karaoke!” Raina ngarang lagi.

“Karaoke? Di kelas?”


“ANJIRR DIMARAHIN EMAK GUA DAH ABIS INI, BAJU UDAH KAYA NYEBUR GOT ITEM-ITEM GINI, SEMUA GEGARA BANG REYHAN JAMET!” Ricky ngomel.

“APA LO NGATAIN GUA JAMET? LU LEBIH JAMET!” Reyhan merasa tersolimi.

“AYO TEMAN-TEMAN, KITA SERANG!”

“SERANG BALIK TEMAN-TEMAN!”

Emang mereka ini ga ada capeknya, dari tadi main siram-siraman cat, padahal mah itu cat bukan punya mereka.

Kasian banget dah yang punya cat auto kena mental abis ini.

“MAKAN TUH CAT KUNING TAI, ENAK KAN!” Ricky ngolesin cat ke muka Reyhan.

“KURANG AJAR, SINI LO GUA SIRAM CAT ITEM!” Reyhan ga terima.

“Jangan lari-lari Ricky!” Ucap Azka yang lagi lesehan, udah engap dia ngelawan Aletta.

“ANJENG!” Ricky kepleset jatoh nabrak lemari.

“Kan dibilang jangan lari, batu.”

“Kak Satya mau warna apa? Shucy pilihin.” Daripada perang, Shucy dan Satya lebih milih main dandan-dandanan.

“Apa aja.” Jawab Satya.

“Shucy bikinin kumis kucing ya?” Tanya Shucy.

“Boleh.”

“Kak Satya rahasianya bisa ganteng gimana?” Shucy mulai ngerias wajah Satya pake cat item.

“Ga tau, mungkin pas orang tua gua bikin di jampi-jampi dulu.” Satya ngawur banget balesnya.

“Oh gitu, Shucy baru tau.” Untung Shucy polos jadi ngangguk-ngangguk aja.

“Iya, makanya nanti nikah sama kak Satya biar anaknya cakep-cakep, mau ga?” Satya mulai mengeluarkan skill buayanya.

“Ga ah, kak Satya buaya.”

“Loh kok tau? Eh maksudnya ga kok, gua setia asli.”

“Hilih boong.”

Satya pun menjadi sad boy karena tertolak.

“HEH NGAPAIN LU PEGANG PENGAN  PERUT GUA? DASAR PECEL LELE! GUA BILANGIN BAPAK LO NIH!” Adya marahin Sean.

“GA SENGAJA ANJIR! LAGIAN LU NGAPAIN MEPET-MEPET KE GUA?” Sean merasa di fitnah.

“DIEM LO BANCI!”

“APA LO LONTE!”

Gitu aja terus sampe mereka berdua nikah.

“Juan berenti! Kamu udah kaya minion begitu kuning-kuning.” Bella pusing, Juan tuh aktif banget dari tadi lompat sana lompat sini kaya kelinci.

“GA BISA, KALO GUA KUNING LU JUGA HARUS KUNING BELLA ANJINGNYA XIAOJUN!” Nah kan, mulai lagi dia ngejar Bella.

“ANJIRR!”


“Kak He, jangan kesana plis!”

“Emang kenapa sih? Kamu kayaknya panik banget, jujur ada apa?”

“Ga ada apa-apa.”

“Kamu tunggu disini, biar saya kesana sebentar aja, ya?”

“Ih jangan!” Raina narik tangannya Mahesa. “Kak He gua suka sama Lu!”

“Apa?”

“Iya, g-gua suka sama lu.” Sebenernya Raina ngibul, asalkan Mahesa ga kesana dia rela dah ngorbanin dirinya, bodo amat kalo baper beneran.

“Sejak kapan?” Mahesa jadi serius gitu mukanya, panik lah Raina.

“Sejak lama, lama banget, pas waktu itu.” Ga jelas kan jawabannya.

“Kamu Raina kan ya?”

“Iya? Kenal gua?” Raina jadi deg-degan.

“Yang waktu itu jatoh di koridor.”

“Itu licin abis ujan.” Aduh, ternyata aibnya diinget sama ketos.


“INI HARUS DI VIRALKAN MELALUI TIKTOK, POKOKNYA HARUS!” Ricky ngebuka aplikasi tiktok.

“HEH JANGAN DIREKAM GOBLOK!” Teriak Reyhan yang baru selesai minum.

“BODO AMAT YE, BACOT AMAT YE, NYENYENYE!” Songong emang si Ricky.

“ANAK SETAN LU RICKY!”

“APUS WOYY ANJIR, MUKA GUA UDAH GA BERBENTUK INI WARNA WARNI KEK MISES!” Menurut Azka semua ini termasuk aib, apalagi wajah gantengnya kena cat semua.

“GA APA-APA JUSTRU ITU BAGUS!” Ricky mulai ngerekam.

“Jadi guys hari ini kita lagi ngadain party color run di sekolah! Pertama, ada bang Azka yang udah kaya mises gagal produksi! Kedua, ada bang Reyhan yang udah kaynderuwo item-item! Ketiga, ada Juan yang kospley jadi minion. Keempat, ada Sean juga, lu jadi apaan sih? lumut apa Adudu nih?”

“BACOT!” Sean nyiram hp Ricky pake cat ijo.

“WAH ANJING HAPE GUA INI, BENER BENER LU CARI GARA GARA SAMA SELEB TIKTOK!”

“APA? GUA SELEBGRAM!”

“FOLLOWER GUA LEBIH BANYAK DARI LU!”

“GA PERCAYA!”

“HALAH BERISIK, AYO PERANG LAGI!” Aletta yang abis istirahat kembali bangkit.

“AYO LAH SIAPA TAKUT, MUMPUNG BELOM MASUK!” Ajak Ricky.

“ADYA, JANGAN SIRAM KE GUA, MENDING BANTUAN GUA SIRAM KE RICKY SEKALIAN APUS VIDEONYA!” Sean mengajak Adya untuk bekerja sama melawan Ricky.

“YEH OGAH AMAT, TAPI BENER JUGA SIH KUY LAH!”

Akhirnya akur juga tuh bocah berdua.

“AZKA LU MAU NYIRAM KEMANA SEH? DARI TADI NGARAHINNYA KEK ORANG MABOK LINGLUNG!” Aletta kesel ngeliat Azka jadi oneng begitu.

“YA LU LIAT AJA INI MUKA GUA PENUH CAT SEMUA KAGA KELIATAN HOY! Protes Azka, lagian ini semua kan gegara Aletta sendiri.

“Sini catnya.” Aletta minta dengan lembut biar si Azka nurut.

“Nih—” Tanpa babibu Aletta langsung nyiram itu cat ke rambut Azka, mandi dah dia sekalian. “ANJING KENAPA MALAH NYIRAM KE GUA LAGI? CAPEK DEH JADI ORANG GANTENG!”

“Juan udah stop! Jangan siram ke aku terus!” Bella udah engap kejar-kejaran sama Juan.

“BELLA HARUS KUAT MENTAL SEBAGAI ANJING PELIHARAAN XIAOJUN, INI ADALAH GAMBARAN DARI SIKSA KUBUR!” Ga tau deh Juan kerasukan apa sampe segitunya.

“JUAN JANGAN WARNA ITEM DONG!” Bella rasanya pen pulang aja, siapapun tolong selamatkan dia.

“Dah jadi kak Satya! Nih coba ngaca dulu!” Shucy ngasih hpnya ke Satya buat ngaca.

“Anjir, tadi katanya bikin kumis kucing, kenapa muka gua malah jadi badut ancol gini!?” Menyesal dia tuh.


“Tapi serius, saya harus banget ke kelas itu, perasaan saya ga enak.” Mahesa masih kekeuh pengen kesana.

“Perasaan gua juga ga enak.” Bisik Raina, ini temen-temennya udah kelar belom sih? Lama juga.

“Apa?”

“Oh ga, ini hawanya ga enak panas banget.” Raina boong.

“Tunggu sebentar ya, nanti kita bahas lagi.” Mahesa langsung jalan ke depan kelas.

“Anjir tunggu dulu ka—” Raina syok.

“Eh ada bang He!” Panggil Azka.

“Yey ayo bang He ikutan color run juga.” Ricky dengan sengaja nyiram cat warna biru ke arah Mahesa.

Raina kaget ngeliat ini kelas udah berasa kena bencana alam, mana warna warni kek apaan tau, terus temen-temennya juga udah ga berbentuk gitu, malu banget dah pokoknya.

Mahesa ga bisa berkata apa-apa, dia pengen marah tapi semuanya udah terjadi, akhirnya dia natep Raina buat minta penjelasan.

“Gua ga suka sama lu! Gua juga ga ada tugas wawancara bahasa Indonesia! Semuanya boong.” Jelas Raina sambil senyum bangga, walaupun dalem hatinya panik takut dilaporin ke guru.

“Hah?” Ini Mahesa di prank apa gimana sih.

“Ayo bang, mau cosplay jadi apa? masih ready stock semua nih warnanya.” Reyhan jadi sinting gegara main color run.

“Kalian semua saya laporin ke guru BK ya.” Ucap Mahesa ga main-main. “Kamu juga Raina.”

Mahesa langsung pergi aja abis ngomong kaya gitu.

“Eh He! Mahesa! Kak He!” Kan bener firasat dia.

'Huft, untung ada kak Mahesa.' Batin Bella. Capek banget dia ngelawan Juan.

. . .

Bersambung...


#SweetBetrayal

Prologue

Summary : Adya, Amel, Bella, Rahma, dan Shucy merupakan teman dekat yang sering bermain game online. Suatu hari, ada orang asing yang ikut bergabung dalam room game mereka, orang tersebut bercerita tentang masalahnya yang baru saja putus dengan seorang pria populer di sekolah.

Cast :

[Lee Heeseung] Affandra Mahesa

[Jay Park] Reyhan Danadyaksa

[Jake Shim] Azkara Naresh

[Park Sunghoon] Aryasatya Ragnala

[Kim Sunoo] Hestamma Sean

[Yang Jungwon] Nathanael Juan

[Nishimura Riki] Ricky Athariz


Plot :

Dinda sangat membenci Reyhan karena sudah mengakhiri hubungan mereka secara sepihak, mengapa Reyhan melakukan itu?

Jawabannya karena Dinda bukanlah gadis yang baik, Reyhan tahu hal itu berkat teman-temannya.

Mereka melihat Dinda yang berperilaku semena-mena pada gadis lain, ia bahkan mengancam semua gadis yang berani menyukai atau mendekati Reyhan selain dirinya.

Dinda tidak sendiri, dia memiliki 2 teman yang juga hanya ia manfaatkan demi melancarkan aksi jahatnya.

Lalu kemana teman-teman Dinda? Mereka menjauhi gadis itu karena lelah dengan tingkah lakunya yang selalu menyuruh mereka berbuat jahat hingga mereka lah yang selalu disalahkan atas masalah Dinda.

Dinda pun semakin kesal dan marah. Sampai akhirnya dia mengincar kelima gadis bernama Amel, Adya, Bella, Rahma dan Shucy untuk membalaskan dendamnya, karena dia tahu gadis seperti mereka akan mudah ditipu apalagi bila menyangkut soal uang.

Awalnya Dinda kira semua akan berjalan dengan baik-baik saja, tidak sampai ia tahu bahwa kelima gadis itu justru bersekongkol dengan teman-teman Reyhan.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?

Dimulai dari Ricky yang memberi ide untuk mendekati teman-teman Dinda, lalu menjerumus kelima gadis itu agar mengkhianatinya, ya dengan cara membuat kelima gadis itu jatuh cinta tentunya.

Jelas hal tersebut membuat Mahesa, Azka, Satya, Sean dan Juan menolak, kenal saja tidak bagaimana bisa?

Tapi sebuah kalimat yang Ricky ucapkan mampu membuat mereka setuju, “Ini demi sobat kita Reyhan, ga usah bener-bener suka kali, lagian lumayan kan kita dapet benefitnya?”

Emang otak anak muda yang satu ini sangat ajaib.

Berakhirlah Mahesa yang mulai mendekati Rahma dengan cara menawarkan bantuan setiap kali bertemu.

“Mau saya bantu ga? Kelihatannya kamu kesulitan.”

“Udah dibilangin ga usah, kak Mahesa ngapa ngikutin gua sampe toilet cewe anjir!?”

Iya nawarin bantuannya ga kenal waktu dan tempat.

Azka yang mulai mendekati Amel dengan cara menjadi guru les bahasa Inggrisnya karena Azka tahu nilai Amel sedang menurun.

Hey, listen to me, you know Jake from Enhypen? That’s my twins.”

“Apa sih gila ya? Ini udah bener belom jawabannya? Gua gampar lo ye, Kak Azka ternyata bego juga.”

Yang satu narsis yang satunya emosian.

Satya yang mulai mendekati Shucy dengan cara masuk ke ekskul yang sama serta gombalan-gombalan ajaib.

“Kamu tahu ga kenapa suara Ariana Grande bagus banget?”

“Karena dia rajin latihan nyanyi mungkin.”

“Salah, jawabannnya karena kamu jodohku, kuy gas nguenggg~”

Ga nyambung emang si Satyo, untung Shucy polos jadi iya-iya aja.

Sean yang sebenarnya malas pun mulai mendekati Adya dengan cara beradu mulut setiap harinya, no gelud no life.

“Lu ngapain sih lewat sini? Gua tuh males liat muka lu! Dimana-mana ketemu lu mulu!”

“Mohon maaf nih, ini jalanan umum ye, jadi ga salah dong gua lewat sini, lagian lu kali yang ngikutin gua.”

“APA LO BILANG!?”

“APA!”

Ya begitulah kehidupan pasangan gelud kita.

Ricky dan Juan yang mulai mendekati Bella, namun sayangnya gadis itu malah kebingungan.

“Eh Bellaaa, tolong pegangin hp gua dong, buat bikin video tiktok nih urgent.” Ricky manggil dari kejauhan.

“Jangan mau Bel, kita makan aja ke kantin.” Ajak Juan yang baru datang.

“T-tapi, Ricky—“ Tanpa babibu Juan langsung narik Bella pergi.

“Wah asu si Juan, malah dibawa kabur tongsis gua.”

Dan terakhir adalah pasangan cinta segitiga yang sebenarnya agak aneh dan bodoh ini.

Begitulah kira-kira kisah cinta mereka semua, sungguh indah bukan?


#SweetBetrayal

Part 2 : The Truth


[STAN ENHYPEN]
Motto » GA Engene Ga LAKIK💪

Reyhan : YANG GANTI NAMA GRUPNYA GUA CORET DARI DAFTAR PERTEMANAN INI!

Satya : Santai kali, paling juga si Azka yang ganti. Ya ga beb?

Juan : Jangan mau dipanggil beb itu artinya beban.

Azka : Eh bukan gua yang ganti, si Ricky itu. Bener bener lu.

Ricky : Kalo mau pinter kaya bang Azka kita harus stan Enhypen wahai abang-abangku yang jelek.

Azka : Mana ada begitu, kalo mau pinter ya belajar Ricky Harun.

Ricky : Nama gua Nishimahal Ricky bang.

Juan : Bukannya Nishimura?

Ricky : Gua kaya ya jadinya mahal bukan mura.

Satya : Bukannya emak lu ngasih nama Ricky Atharizz ya? Gua inget banget pas emak lu lahiran.

Ricky : Emang lu liat emak gua lahiran bang?

Reyhan : BODO AMAT MAU NAMA LU DUGONG JUGA GA PEDULI, GANTI NAMA GRUPNYA SEKARANG! KOK ADMINNYA LU DOANG SIH!?

Sean : Ricky ganti cepetan nama grupnya, gua keluarin ya lu dari grup.

Ricky : Wehh santai, iya ini gua ganti.


[STAN NISHIMAHAL RICKY]
Motto » Ricky Paling Ganteng Disini😎

Satya : Kebohongan macam apa ini?

Azka : Bukan temen gua.

Reyhan : Kok bisa ya gua bertemen sama lu.

Juan : Keluarin aja dia dari grup.

Sean : Ga bisa, dia doang yang admin.

Ricky : AHAHAHAH KAMU MAU NYINGKIRIN AKU? GA BISA SAY! AHAHAHAHA

Sean : Giveaway temen boleh ga sih?

Juan : Boleh banget Sean, gua juga capek.

Reyhan : Bikin grup baru aja yok!

Satya : Yok!

Azka : ^2

Sean : ^3

Juan : ^4

Ricky : EH JANGAN DONG!

Reyhan keluar
Azka keluar
Satya keluar
Sean keluar
Juan keluar

Mahesa : Eh ini kenapa pada keluar?

Ricky : Cie bang He baru bangun ya?

Mahesa : Gua udah sampe sekolah ya asal lu tau.

Ricky : Buseh cepet amat bang, gua aja belum mandi masih di kasur malah.

Mahesa : Cepet siap-siap lu, hari ini upacara.

Ricky : Hehe iya bang.

Mahesa : Dek, undang yang lain lagi gih terus ganti nama grupnya sekarang.

Ricky : Iya bang, siap!


[7 Pemuda Tampan😎]
Motto » Gpp Jomblo Yang Penting Buaya🐊
Ricky menambahkan Reyhan
Ricky menambahkan Azka
Ricky menambahkan Satya
Ricky menambahkan Sean
Ricky menambahkan Juan

Mahesa : Ricky, semuanya jadiin admin.

Ricky : Iya udah bang.

Mahesa : Sekarang lu mandi terus rapih-rapih buat sekolah.

Ricky : Oghkeyy.

Reyhan : Yehh, giliran sama bang He aja langsung nurut lu dugong.

Mahesa : Reyhan, lu udah berangkat belom? Dicariin pak Hasan tuh katanya tugas minggu lalu belom ngumpulin.

Reyhan : Lagi otw bang hehe.

Mahesa : Satya sama Azka, kalian piket kan hari ini? Kenapa belom sampe sekolah?

Satya : Ini lagi mau jemput Azka bang.

Azka : Apaan anjir, tadi katanya mau bareng gebetan lu.

Satya : Kan gebetanku kamu.

Azka : Najis.

Juan : BHAHAHAH MAMPUS TERTOLAK.

Sean : Makanya jangan sok iye lu bang Sat.

Satya : Oasu.

Mahesa : Juan sama Sean, ngapain malah jajan ke kantin bukannya ke kelas dulu?

Sean : Lah kok lu liat sih bang?

Juan : Gua nganterin Sean doang bang sumpah.

Satya : Parah sih Sean jajan mulu, gendut lu.

Sean : Bct bct.

Mahesa : Cepet ya kalian jangan sampe telat.

Reyhan : Siap pak ketos.

Satya : ^2

Azka : ^3

Sean : Bang He ngapa ambis banget sih tai. Eh kok kekirim sih😭 Gegara Juan pake nyenggol segala.

Satya : Wah parah sih bang digibahin.

Sean : Kompor aje lu bang Sat.

Mahesa : Sean sama Juan, sini bantuin gua siapin peralatan buat upacara, gua tunggu di lapangan.

Sean : Ih, gua kan bukan osas.

Juan : Oasis kali.

Mahesa : Gua itung nih. 1... 2...

Sean : Iya ini meluncur sama Juan.


Dan itulah sekilas percakapan dari ketujuh pemuda yang tinggal di satu asrama ini.

Mereka telah hidup bersama sejak satu tahun lalu, tak terasa hubungan mereka sudah layaknya sebuah keluarga.

Ingin mengenal mereka semua lebih dalam?

Mari kita mulai dari yang tertua, kita sebut saja Mahesa. Kini ia telah menginjak kelas 12, merupakan ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah atau OSIS yang masa jabatannya akan segera berakhir, ia akan berbicara secara formal ketika di sekolah kecuali dengan teman-temannya.

Mahesa sendiri terkenal karena kebaikan dan kesabarannya, ia bahkan bisa melakukan apa saja hanya dalam sekali coba, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai Ace.

Selanjutnya ada Reyhan, Azka dan Satya. Mereka bertiga ini seumuran yang kini telah menginjak kelas 11, mereka juga mengikuti ekstrakurikuler yang sama yaitu futsal. Mereka bertiga terkenal dengan sebutan Playboy cap buaya karena sering menggoda para siswi di sekolah.

Reyhan sendiri terkenal karena kekayaannya yang melimpah serta wajah tampannya yang rupawan. Meskipun ayahnya seorang CEO, Reyhan selalu rendah hati dan tidak sombong.

Azka pun sama kayanya dengan Reyhan, bahkan sekolahnya ini adalah milik orang tuanya, Azka juga mempunyai kecerdasan diatas rata-rata yang bisa menandingi Albert Einstein sekalipun.

Satya merupakan anak geng motor yang selalu balapan liar di malam minggu, iya malam minggu cari uang sekalian cari pacar. Tak hanya itu, ketika senggang Satya akan bermain Ice Skating di tempat favoritnya.

Kemudian para Maknae yang terdiri dari Sean, Juan dan Ricky. Mereka ini baru menginjak kelas 10, mereka juga mengikuti ekstrakurikuler yang berbeda.

Sean mengikuti ekstrakurikuler musik, ia terkenal sebagai selebgram karena visualnya yang terbilang unreal. Meski terlihat manis, Sean memiliki sisi gelap yang bisa membuat siapapun jatuh pingsan.

Juan mengikuti ekstrakurikuler taekwondo, tak heran bila banyak siswi yang menyukainya. Namun mereka semua mundur saat mendapat kata-kata mutiaranya yang menyayat hati.

Sedangkan Ricky mengikuti ekstrakurikuler futsal bersama ketiga abangnya, hanya saja ia tidak mengikuti jejak playboy mereka.

Ricky menjadi seleb tiktok karena mengcover lagu Heartbreak Anniversary yang videonya telah ditonton lebih dari 10 juta kali. Saat ditanya, panutannya adalah Ni-Ki Enhypen.

Ya, seperti itulah gambaran kehidupan mereka bertujuh.

Ngomong-ngomong, apakah kalian masih ingat dengan masalah Dinda dan Reyhan? Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka?

Kira-kira beginilah kejadiannya...


Flashback...

Pagi-pagi sekali di sebuah sekolah atau lebih tepatnya di toilet siswi, Terjadi kekacauan antara 3 gadis penguasa dan 1 gadis malang yang jatuh lemas karena serangan yang ia dapatkan.

“UDAH BERAPA KALI GUA BILANG SAMA LU, JANGAN BERANI BERANINYA LU DEKETIN REYHAN, NGERTI GA SIH!?” Amarahnya kini sedang memuncak, ia bahkan tak segan-segan menendang gadis malang dihadapannya ini.

“Ta-tapi Dinda—” Lirih gadis malang itu, ia sudah tidak kuat lagi, beberapa pukulan dan tendangan yang ia dapatkan di area perut sangat menyakitkan.

“Tapi apa? Masih berani ngejawab?” Gadis bernama Dinda itu menarik rambut si gadis malang dengan kencang.

“M-maaf Dinda, tapi kita saling mencintai.” Ucapnya menahan tangis.

“Bullshit! Lu pikir gua percaya? Ga!” Dinda melepaskan tangannya lalu berdiri. “Girls, kalian tau kan harus ngapain?”

“I-iya Dinda!” Mendengar perintah Dinda, kedua temannya pun kembali memukul dan menendang gadis malang itu tanpa ampun.

“J-jangan Dinda, a-aku AKH—”

Sungguh malang nasibnya, nama gadis itu adalah Luna. Ia terkenal cantik, ramah dan baik hati, sehingga membuat seorang Reyhan Danadyaksa tertarik. Mereka mulai menjalin hubungan sejak 2 hari yang lalu.

Hanya saja, Hubungan tersebut ditentang oleh Dinda yang selama ini mengklaim bahwa Reyhan adalah miliknya.

Jika kalian bertanya apakah Reyhan mengenal Dinda? Maka jawabannya adalah tidak.

Dinda sudah lama menyukai Reyhan, awalnya ia hanya penggemar rahasia, tapi lama kelamaan ia menjadi terobsesi.


“Kak Luna kenapa? Jalannya kok pincang gitu?” Tanya Sean yang baru saja dari toilet bersama sohibnya, Juan.

“Ga apa-apa kok, tadi cuma kepleset aja di toilet.” Balas Luna berbohong.

“Eh kok bisa? Ga luka kan? Mau kita anter ke UKS?” Juan menawari bantuan, ia merasa iba melihat pacar temannya itu terlihat kesakitan.

“Ga perlu, aku bisa sendiri kok.” Ujar Luna berusaha menahan sakit.

“Kita panggilin bang Reyhan ya?” Sean mengeluarkan ponselnya untuk menelpon temannya itu.

“Eh Jangan, nanti Reyhan malah khawatir lagi.” Luna menahan tangan Sean.

“Bang Reyhan harus tau dong biar gimanapun dia itu pacar kakak loh!” Juan kesal karena Luna keras kepala. “Kakak kayaknya kesakitan banget itu, mau kita bantu?”

“Ga beneran deh, bilang aja sama Reyhan aku tunggu dia di UKS, ada yang mau aku omongin.” Ujar Luna yang masih bisa tersenyum manis.

“Ya udah kak, hati-hati ya.” Ucap Sean dan Juan bersamaan.

“Iya.”

Akhirnya Luna pergi menuju UKS.

“Kayaknya ada yang ga beres deh.” Bisik Sean.

“Iya kayak abis di bully ga sih?” Tanya Juan tak yakin.

“Juan! Kita sepemikiran! Fix kita pasti adek kakak dimasa lalu!” Seru Sean sedikit ngawur.

“Iya kali ya?” Juan yang polos.

Setelah pemikiran random tersebut, mereka berdua pun kembali ke kelas dan memberi tahu perihal tadi melalui pesan grup.


[7 Pemuda Tampan]
Motto » Jangan Lupa Menjamet🤙

Sean : Bang Reyhan, pacar lu masuk UKS!

Juan : Iya bang, cepetan ke UKS sekarang!

Ricky : Yang boong lu?

Azka : Kok yang boong? Yang bener kali.

Ricky : Oh salah ya? Maap.

Reyhan : Seriusan nih? Lu berdua kan tukang ngibul.

Satya : Ngibul kali ah.

Juan : Serius lah kita, dia kaya—

Reyhan : Kaya? Gua juga kaya.

Juan : Ih bukan, coba aja lu tanyain dia langsung, katanya dia mau ngomong sesuatu sama lu bang.

Reyhan : Oke, makasih infonya jelek.

Juan : Dih, lu lebih jelek ya dari gua.

Sean mengeluarkan Reyhan

Sean : Eh eh bang, gua mau berteori deh.

Satya : Wehh, lu ngapa ngeluarin Reyhan anjir?

Azka : Harus banget ya sampe ngeluarin Reyhan?

Ricky : Gua ga ikut-ikutan ya.

Sean : Dengerin gua dulu.

Azka : Ada apa sih?

Satya : Tau lu, aneh banget.

Ricky : Lu naber ya Sean?

Sean : Sembarang lu, btw bang He kemana?

Mahesa : Eh dek, udah pada makan belum? Mau gua beliin seblak ga?

Sean : MAU!!😍

Juan : Juan mau juga bang He.

Satya : ^2

Azka : ^3

Ricky : Asikk, emang cuma bang He yang baik, sisanya pelit.

Azka : Yeh apa-apaan? Lu kemaren gua traktir ciki komo ya.

Ricky : Ciki komo doang mah mana kenyang bang.

Mahesa : Reyhan kenapa dikeluarin?

Ricky : Sean yang ngeluarin bang, parah sih.

Sean : Makanya dengerin dulu, gua mau berteori.

Ricky : Kita aja baca bukan dengerin, emang telponan apa?

Sean : Ya udah intinya gua mau cerita.

Mahesa : Emang ada apa?

Juan : Udah tau belom bang, pacarnya Reyhan masuk UKS.

Mahesa : Loh Luna kenapa?

Sean : Nah ini bang, gua ngerasa aneh deh, pas tadi gua sama Juan ketemu dia, dia tuh kayak kesakitan gitu...

Juan : Iya bang, dia sih bilangnya kepleset tapi malah kayak abis di bully.

Mahesa : Di bully? Sama siapa? Kok ga ada yang ngelapor?

Sean : Kita mana tau bang.

Satya : Lu yakin dia dibully?

Juan : Ga tau juga sih bang.

Sean : Tapi gua yakin banget, pasti abis ini mereka bakal putus.

Ricky : Sotoy lu.

Azka : Lu tau darimana?

Mahesa : Tapi bener juga sih kata Sean, kalian ngerasa aneh ga sih? Setiap kali Reyhan punya pacar pasti ga pernah bertahan sampe 3 hari.

Ricky : FIX PASTI BANG REYHAN DIKUTUK!

Azka : YEH BAPAK LU BOTAK!

Ricky : Eh kok lu tau bang?

Azka : Kemaren cukur rambut bareng sayy.

Ricky : Yang bener say?

Azka : Iya dong say.

Ricky : Unchh~

Juan : Eh goblok deh ini lagi serius.

Satya : Capek gua punya temen bentukan dugong semua.

Ricky : Emang lu pernah liat dugong bang?

Satya : Pernah lah, coba aja lu ngaca.

Ricky : Berarti dugong ganteng banget dong? Gua bangga mirip dugong!

Azka : Iya dek, lu mirip banget sama dugong wkwk.

Juan : Yeh gila.

Sean : IH DENGERIN GUA DULU! Gua yakin banget pasti ada dalang dibalik semua ini.

Azka : Dalang yang main wayang kah?

Ricky : Iya bener itu, emang lu mau main wayang?

Sean : Bang Azka sama Ricky gua siram oli ya.

Ricky : Nanti aku jadi oli london ga?

Juan : Bang He buang aja kek mereka.

Mahesa : Azka, Ricky bisa tolong diam sebentar? Sean mau menyampaikan pendapatnya, abis ini kalian bebas deh mau ngapain aja.

Sean : Iya, mau lompat dari lantai 3 juga ga apa-apa, lumayan kalo ga patah tulang ya meninggal paling. Mau gua bantuin juga bisa kok bilang aja, apa mau sekarang? Bisa banget yuk!

Azka : Eh ampun, iya ini diem.

Ricky : Jadi maksudnya itu ada yang sengaja bikin mereka mutusin Reyhan gitu?

Sean : Nah itu pinter banget Ricky.

Ricky : Weh gua dibilang pinter.

Azka : Dihh.

Mahesa : Tapi siapa?

Juan : Nah itu, kita ga tau.

Satya : Eh Reyhan dah balik ke kelas nih, cepet masukin ke grup lagi.

Sean : oke sebentar.

Sean menambahkan Reyhan

Mahesa : Reyhan gimana kabarnya Luna?

Reyhan : Dia bilang gpp.

Sean : Seriusan gpp?

Reyhan : Gua putus sama dia.


Saat waktu pulang tiba, Reyhan akhirnya didatangi oleh seorang gadis bernama Dinda.

Gadis itu menyebarkan berita buruk tentang Luna, ia mengatakan bahwa Luna tidak benar-benar menyukai Reyhan dan hanya mengincar hartanya.

Awalnya Reyhan tidak percaya, namun setelah ia bertanya langsung pada Luna, gadis itu justru mengatakan hal tak terduga.

Luna bilang ia sangat membenci Reyhan dan terpaksa menjalin hubungan dengannya, jelas hal tersebut membuat Reyhan sakit hati.

Beberapa hari ke depannya Reyhan mulai berubah, ia menjadi lebih pendiam dari biasanya dan hanya akan berbicara ketika membahas hal-hal penting.

Teman-teman Reyhan merasa iba melihat pemuda yang biasanya banyak tingkah serta emosian itu menjadi galau. Mereka berenam pun mencari cara agar Reyhan kembali pada sosoknya yang dulu.

Mereka telah melakukan berbagai cara tetapi Reyhan tetap tidak berubah, mungkin Reyhan masih mencintai Luna sehingga sulit untuk melupakannya.

Tak disangka Dinda kembali datang dan mencoba menghibur Reyhan, anehnya Reyhan merasa sedikit tenang setelah berbagi cerita dengan gadis itu.

Seiring berjalannya waktu, Reyhan dan Dinda semakin dekat hingga akhirnya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Sean mengira mungkin hubungan mereka berdua akan sama seperti kasus-kasus sebelumnya, tapi kali ini berbeda, hubungan mereka bisa bertahan sampai sebulan lebih.

Pada saat itu pula Sean mulai curiga terhadap Dinda.


[Gibahin R&D]
Motto » Reyhan Pasti Di Pelet🗿
Sean menambahkan Mahesa
Sean menambahkan Azka
Sean menambahkan Satya
Sean menambahkan Juan
Sean menambahkan Ricky
Sean : Oyy, kok gua malah curiga ya sama Dinda.

Satya : Kenapa lagi dek? Lu mah apa aja di suudzonin dah.

Sean : Ett kali ini serius, kalian masih inget kan gua pernah bilang kalo Reyhan pacaran itu ga pernah bertahan sampe 3 hari.

Ricky : Perasaan waktu itu yang bilang Bang He deh.

Sean : Ihh ya udah iya.

Azka : Lu curiga sama Dinda karena itu?

Juan : Iya bang, Juan setuju sama Sean, kayaknya Dinda deh penyebab semua mantannya Reyhan mundur.

Ricky : Yang boong lu?

Juan : Serius ini.

Sean : Gimana kalo kita ikutin Dinda?

Satya : Ikutin kemana?

Sean : Nanti pas pulang sekolah.

Azka : Hih ribet, mau jadi sasaeng lu pada? Kenapa ga kita tanyain langsung aja ke Luna? Biar infonya lebih valid.

Sean : Lah iya juga.

Satya : Makanya punya otak tuh digunain dek Sean.

Sean : Dih apa banget lu bang.

Mahesa : Udah udah jangan ribut, btw jangan lupa bayar uang kas asrama nanti.

Ricky : Sejak kapan ada uang kas di asrama?

Juan : Ada lah, buat kebutuhan asrama.

Ricky : Berapaan bang He?

Mahesa : Goceng per minggu.

Ricky : Goceng doang? Bang Azka bayarin Ricky dong unchh~

Azka : No! No ngutang ngutang.

Ricky : Yahh jelek!

Sean : Bang He, curiga juga ga sama Dinda?

Mahesa : Dinda? Pacar barunya Reyhan? Kenapa?

Juan : Ih masa lupa sih? Itu bang...

Mahesa : Oh, curiga sih ada, tapi kalo Reyhan bahagia ya biarin aja lah.

Ricky : Tuh dengerin.

Sean : Ih tapi tapi ituu... Pokoknya kita harus ngomong sama kak Luna, gua yakin pasti ada yang ga beres.

Mahesa : Ya udah nanti kita ketemuan sama Luna pulang sekolah.

Sean : Yeyy, sayang bang He, sisanya jelek! Kecuali Juan.

Juan : Sayang bang He juga!

Azka : Hilih.

Satya : Yang ganteng diam.

Ricky : Dugong diam.


Seperti yang sudah direncanakan, Keenam pemuda itu pergi ke kelas Luna untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.

Luna awalnya enggan untuk menjawab apalagi memberi tahu kebenaran dibalik semua ini.

Mereka membujuk Luna untuk mengatakan hal yang jujur, mereka juga akan melindungi Luna bila terjadi sesuatu.

Akhirnya Luna menceritakan kejadian yang dialaminya, dimana Dinda melakukan hal buruk padanya, ia bahkan menyebut beberapa korban Dinda sebelum dirinya.

Sontak hal ini mengejutkan ke-enam pemuda tersebut, mereka tak habis pikir bagaimana bisa gadis seperti Dinda melakukan hal yang sejahat itu.

Mereka pun membuat rencana untuk menjebak Dinda, tentunya dengan bantuan Luna agar Dinda tidak curiga.


Keesokan harinya, mereka mengikuti Dinda menuju toilet, ya hanya sampai depan toilet saja. Sisanya mereka serahkan kepada Luna untuk beraksi.

“Dinda.” Panggil Luna.

“Luna? Kenapa lu manggil manggil gua?” Tanya Dinda yang tengah memakai liptint nya.

“Gua bakal kasih tau semua kelakuan buruk lu sama Reyhan.” Ujar Luna tanpa takut.

Dinda tertawa, “hah? Apa? Lu pikir gua takut?”

Dinda mendekat ke arah Luna dan menjambak rambutnya dengan kencang.

“Wih gila, sadis juga tante Dinda.” Itu suara Ricky yang berbisik di depan pintu.

Jadi, mereka berenam sedang merekam momen tersebut menggunakan ponsel Mahesa yang akan diunggah ke tiktok. Oke, yang terakhir itu kemauan Ricky katanya biar viral.

“Bang He jangan tremor dong megang hpnya.” Sean membenarkan letak ponsel Mahesa yang terus bergoyang.

“Gimana ga tremor, itu anak orang dijambak woy.” Ucap Mahesa setengah panik.

“Ih Ricky jangan dorong-dorong dong, gua mau jatoh ini.” Juan yang merasa terdorong pun kesal.

“Udah belom sih rekamnya? Cepetan keburu ada guru yang lewat, ntar kita malah disangka ngintipin toilet cewe lagi.” Azka yang bertugas melihat sekeliling koridor.

“Jangan injek kaki gua Sean, mentang-mentang gua jongkok.” Satya yang bertugas menahan pintu agar tidak terbuka lebar.

“Ih geser dikit napa bang, Ricky mau liat.” Kan mulai rusuh mereka.

“Sstt, jangan berisik.” Bisik Mahesa.

Kembali pada Luna yang berhadapan langsung dengan Dinda.

“Lu takut kan kehilangan Reyhan? Asal lu tau aja, hubungan lu sama Reyhan ga bakal bertahan lama.” Ucap Luna sedikit bergetar, ia takut Dinda akan melakukan suatu hal yang mengerikan.

“Lu emang ga ada kapok kapoknya ya ngelawan gua!” Tanpa pikir panjang Dinda langsung menarik rambut Luna kemudian membenturkan kepalanya ke wastafel.

BRAK!

“JANGAN!”

Dinda mematung, ke-enam teman Reyhan baru saja memasuki toilet ini.

“Ka-kalian—”

“Luna kamu ga apa-apa?” Sean menghampiri Luna lalu membantunya untuk berdiri.

“S-sakit...” Akibat benturan itu, pelipis Luna terluka dan mengeluarkan darah.

“Sean sama Juan, bawa Luna ke UKS!” Perintah Mahesa.

“Kak Mahesa, ini ga kaya yang lu liat, gua sama Luna itu cuma main-main aja.” Jelas Dinda panik.

“Kaya gitu? Itu main-main apa mau ngebunuh anak orang?” Tanya Mahesa tanpa emosi, walaupun dalam hatinya pengen banget misuh-misuh.

Dinda diam tidak menjawab.

“Udah gua upload ke tiktok.” Pamer Ricky lalu pergi menyusul Sean dan Juan.

“Kamu harus saya laporin ke kepala sekolah.” Ujar Mahesa.

Dan mereka pun pergi meninggalkan Dinda seorang diri.


Berita tersebut menyebar dengan cepat ke seantero sekolah, bahkan video yang diunggah Ricky ke tiktok pun menjadi viral.

Tepat pada hari itu, Reyhan mengakhiri hubungannya dengan Dinda.

Teman-teman Dinda pun menjauh darinya karena scandal tersebut.

Alhasil Dinda diskors selama seminggu oleh sekolah mereka.

Flashback end...


Lalu bagaimana kelima gadis kita ini tidak mengetahui berita tersebut?

. . .

Bersambung...


#SweetBetrayal

Part 1 : The Stranger


[Kucing Jelek Besar Yang Berani]
Motto : Gak Jametz Gak Asik 🤙

Rahma : Si anuan udah masuk belom?

Adya : Anuan teh saha balegug?

Rahma : Ituan si Bella.

Bella : Belom, tunggu bentar lagi login.

Rahma : Ck, lama nih keburu nikah gw.

Shucy : Rahma mau nikah sama siapa?

Rahma : Kepo.

Amel : Eh ini gue udah masuk, kuy lah!

Shucy : Ayo tinggalin Bella!

Bella : Eyy jangan gitu, ini baru bisa login, sabar.

Adya : Cepetan Bel, tinggal beneran nih.

Bella : Eyy sabarr.

Rahma : Udah full Bel. Tapi boong, palpale palpale.

Bella : Anjir wkwk.

Amel : Ayo Bella cepetan malah wkwk lagi.

Bella : Iya ini udah masuk.


Itulah sekilas percakapan dari kelima gadis yang tengah bermain game online. Mereka selalu melakukan hal itu setiap hari tanpa absen sekalipun dan hal itu pula yang membuat pertemanan mereka semakin erat.

Kita panggil saja Adya, Amel, Bella, Rahma dan Shucy, mereka berlima awalnya hanya bertemu lewat game online saat mereka masih SMP, namun seiring berjalannya waktu mereka mulai bertemu satu sama lain dan berjanji untuk memasuki sekolah yang sama.

Benar saja, takdir mempertemukan mereka di sekolah yang sama yaitu di SMA Tunas Bangsa Jakarta. Dan satu hal paling membahagiakan lagi, mereka kembali bertemu dalam satu kelas yaitu di 10 IPS 2, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan teman.

Ketika semua dirasa cukup, Adya sang host pun segera memulai permainan, saat ini mereka sedang memainkan game tembak-tembakan bernama PUBEG. Dimana mereka berlima harus bertahan hidup sampai permainan selesai.

“Eh ini kita main berlima kan ya?” Tanya Shucy tiba-tiba.

“Iya, mang ngapa?” Sahut Adya.

“Eh kok ada 6 orang.” Kata Amel yang melihat display name disebelah kiri layar bertambah.

“Lu ngundang sape lagi anjir?” Tanya Rahma pada Adya si pemegang host.

“Kaga tau, gua kan cuma ngundang lu pada doang, setan kali tuh.” Balas Adya yang juga heran.

“Coba panggil Bel, kali aja dia kepincut.” Saran Rahma ngawur.

“Lah kok gua?” Bella yang merasa diam dari tadi pun terkejut.

“Iya coba Bel!” Seru mereka semua membuat Bella beristighfar dalam hati.

“Haloo, nomer 6 siapa ya? Kenal kita kah?” Tanya Bella dengan hati-hati.

“Hikss.. hikss..” Ya, itu suara tangisan dari microphone nomor 6.

Mendengar hal itu jelas membuat kelima gadis tersebut merinding dan sedikit panik.

“ANJIR ITU SETAN WOY KICK!” Teriak si ngawur dan dramatis ini, kita sebut saja Ramet alias Rahma Jamet.

“Ih goblok deh, dia orang lah ga mungkin setan.” Si pemikir positif dan cerdas disetiap waktu, Memet alias Amel Jamet.

“Kamu kenapa nangis?” Tanya si cantik yang lembut dan pengertian, Shumet alias Shucy Jamet.

“Iya kamu kenapa? Coba sini cerita.” Si ikut-ikutan yang selalu diam tapi sering ternistakan, Bemet alias Bella Jamet.

“WOYY KOK LU PADA BIASA AJA SIH? GUA MERINDING ANJENG.” Masih dengan drama Ramet.

“Heh anak babi, bisa diem dulu ga sih!?” Lalu ada si ngegas dan savage ini, Yamet alias Adya Jamet.

“Hiks... A-akuu...”

“Setan.” Rahma sok tau.

“Rahma anjeng!” Adya emosi.

“Hehe maap.”

“Kamu kenapa coba cerita, maaf ya temen aku yang tadi emang akhlaknya ilang, jadi agak sedeng.” Tanya Adya dengan halus.

Beda cerita kalo teman-temannya yang nangis pasti bakal di ngakakin sama dia kecuali kalo Shucy yang nangis sih.

Shucy itu bukan maknae, tapi dia yang paling disayang sama mereka berlima, soalnya masih polos banget kaya bayi.

Tapi boong palpale palpale. G.

“Oasu.” Rahma gak terima dikatain Adya walaupun itu 100% fakta, canda.

“K-kalian dari SMA Tunas Bangsa kan?”

“Loh kok tau? Kamu pasti cenayang.” Tiba-tiba Bella iseng menjawab.

“Si pea.” Amel ngatain Bella.

Bella pun kembali terdiam, menyesali perbuatannya, sabar ya Bella kamu pasti kuat.

“Kamu sekolah di sana juga kah?” Kini giliran Shucy yang bertanya.

“Iya, a-ku sekolah di sana, namaku Dinda.”

Sontak mereka semua langsung diam, mereka tahu pasti siapa sosok gadis itu, Dinda sang primadona dan kaya raya itu tengah bergabung bersama mereka.

“O-oh Dinda toh, kamu kenapa bisa nangis?” Tanya Adya sedikit gemetar.

“WOYY DINDA GUA MINTA MAAF TADI NGATAIN LU SETAN ASTAGFIRULLAH GAK TAUU!” Siapa lagi kalo bukan Rahma.

“Hih, si Rahma bacot banget sih ganggu momen aje.” Adya kembali emosi, pengen banget dia giveaway temannya itu.

“MINTA MAAP WOY!”

“Lu mau minta maap apa minta utang sih? Berisik anjir.” Amel ikutan emosi.

“Dinda, jangan dimaafin Rahma mah tuman.” Bella tak mau kalah.

“Gak apa-apa kok Rahma, lagian aku juga yang gak jelas tiba-tiba join ke room kalian terus nangis.” Sahut Dinda sambil terisak.

“Kok bisa masuk room kita?” Tanya Shucy penasaran.

“Aku juga gak tau, tadi pas klik start langsung masuk ke room kalian, apa karna random kali ya?” Jelas Dinda.

“Yeh, si Yamet pasti kaga matiin auto matchnya.” Rahma menyalahin Adya.

“Gak liat gua, dah lah gak apa-apa, chill aja Dinda kita semua anaknya baik kok, ya kecuali si Bella tuh.” Ucap Adya tanpa dosa.

“Gua lagi diem astagfirullah.” Bella kesal tapi mau gimana temen-temennya titisan dakjal semua.

“Aku mau cerita boleh?” Tanya Dinda perlahan.

“Boleh-boleh cerita aja.” Balas mereka semua.

Dan pada saat itu juga permainan pun dimulai. Sebenarnya selama permainan berlangsung, mereka jadi sedikit tidak fokus karena harus mendengarkan Dinda bercerita tentang masalahnya, mereka juga harus menenangkan Dinda yang hampir menangis.

Masalahnya si Dinda cerita doang dari tadi, yang nembakin lawan itu kebanyakan si Adya, Amel sama Rahma, sedangkan Shucy dan Bella yang melihat adanya musuh atau tidak.

“A-aku gak tau kalo dia bisa sejahat itu, padahal aku itu sayang banget sama dia, aku gak ngerti lagi deh kenapa di—“

“RAHMA, SEBELAH KANAN KAMU ADA MUSUH TUH!” Teriak Shucy dengan reflek.

“Itu di belakang lu juga ada, minggir kau Shumet.” Rahma yang merasa melihat musuh pun bertindak.

“Apa sih gak ada musuh juga, eh astagfirullah ketembak.” Ya begitulah kalau kau tidak percaya pada temanmu.

“Kan di bilangin batu.”

“Ish santai dong kan Shucy gak liat elah, kesel.” Shucy ngambek.

“Ramet, lu apaain anak perawan gua heh!? Minta maaf!” Adya marahin Rahma karena adik kesayangannya ngambek.

“Iya maafkan aku kawan.” Ucap Rahma setengah gak ikhlas.

“Ramet jelek!” Kan malah dikatain dia.

“Eh tolong cover gua dong, gua mau maju ke depan nih keknya ada yang nembakin kita dari atas bukit deh.” Ujar Adya yang sudah maju lebih dulu.

Cover adalah seorang pelindung atau support. Keberadaannya sangat penting sebagai pelindung untuk para pemain lain yang sedang melakukan serangan agar tidak terkena tembakan dari lawannya.

“Iya tenang gue cover lo dari belakang.” Sahut Amel mengikutinya.

“Eh mampus peluru gua abis anjir.” Bella panik.

“ISH! KOK KALIAN GAK DENGERIN AKU NGOMONG SIH!? JAHAT BANGET HUWAA...” Dan Dinda nangis lagi.

“Eh jangan nangis, elu sih Bellaa.” Rahma emang demen banget nyalahin orang.

“Apa sih peluru gua abis nih gimana dong?” Bella masih panik, terlebih lagi amunisi di setiap rumah telah habis.

“Gak apa-apa kan lu udah biasa jadi tumbal.” Ucap Adya santai.

“Anying.” Akhirnya Bella bisa mengeluarkan unek-uneknya.

“Wetss Bellaa ngomong kasar, AYO KITA TUMPENGAN!” Shucy heboh sendiri.

“Et si dodol, ini Dinda nangis woyy, tenangin dulu napa, eh BANGSAT SAPA YANG NEMBAK GUE!” Teriak Amel karena ada musuh yang menyerangnya.

“Eh ini kenapa kok aku gak bisa berdiri?” Tanya Dinda bingung, maklum dia masih awam.

“Ehh tolongin Dinda tuh, dia knock.” Suruh Bella pada keempat temannya.

Knock adalah istilah untuk menandakan pemain yang sedang terluka imbas terkena tembakan dari musuh.

“Tunggu aku kesanaa, ehh kok banyak musuh!?” Shucy yang tadinya mau maju pun tidak jadi.

“KITA DI KEPUNG MUSUH WOY!” Teriak Amel memberi tahu.

“APA LO DEKET-DEKET GUA? EH ANJIR SAKIT JUGA SENJATA LU, AMPUN MAS JANGAN SAKITI AKU! Astagfirullah meningsoy! Anak anjing!” Tanpa disangka, Rahma kalah lebih dulu.

“EHH TOLONG DONG GUA KNOCK, TOLONGIN DULU NAPA SIH!” Pinta Bella dari kejauhan, iya jauh banget dia di dalam rumah sendiri, niatnya mau nyari peluru eh malah knock.

“SABAR WOYY INI LAGI KESANA, EH PARAH SIH MAEN BELAKANG, YAH KAN MENINGGAL GUA!” Adya pun kalah dalam permainan.

“Sini Shucy heal, eh anjir di headshot babinye.” Kesal Shucy.

Dan mereka semua kalah dalam permainan, ya setidaknya mereka hampir menang dan mendapat peringkat ke 2.

“AH PUBEG GAK SERU, UNINSTALL AH!” Rahma kesal karena tim mereka tuh ga pernah menang di game ini.

“IYA NIH JELEK!” Adya menyetujui.

“Fix yang bikin gak beda jauh sama Bella.” Shucy ikut-ikutan.

“Gua lagi anjir.” Bella bingung mau gimana lagi, diam salah ngomong salah, untung Bella sabar, siapa tau dapet anak tunggal kaya raya.

“Kalian kok pada kesel gitu sih? Ini kan cuma game?” Tanya Dinda menengahi.

“Tau tuh Rahma.” Adya ngalahin Rahma.

“Eh tadi lu ikut-ikutan juga ye.” Rahma gak mau kalah.

“Dinda maafin kita ya, kita rusuh banget kalo main.” Amel meminta maaf dengan tulus.

“Iya maaf banget kalo berisik.” Bella merasa malu.

“Eh iya maaf juga ya tadi kita gak fokus dengerin kamu cerita.” Shucy jadi tak enak.

“Ah gak apa-apa kok, justru seru banget main sama kalian, lucu lagi, aku jadi merasa mendingan abis putus.” Ujar Dinda senang.

“Btw, kamu tuh putus sama siapa sih?” Tanya Adya penasaran.

“Ku kira kalian tau dari tadi aku ngomongin siapa.”

“Sumpah gak tau, kita gak terlalu ngikutin gosip sekolah juga sih, maaf ya.” Jelas Rahma.

“Tapi kalian kenal gengnya Reyhan kan?”

“Oh kenal, si Rahma kan suka sama Mahesa.” Adya ngasal aja ngomong gitu, biar gak serius-serius amat.

“Hah apaan? Boong anjir! Lu kali yang suka sama Sean.” Balas Rahma yang merasa tersolimi.

“No pict = hoax.”

“Ya berarti gua hoax juga lah.”

“Gak lah.”

“Lah.”

“Tau sih, si Azka anak futsal kan ya?” Ucap Amel.

“Oh tau, yang cakep-cakep itu ya, kalo Juan manis sih.” Sebenarnya Bella tidak terlalu ingat wajah mereka, ia hanya tau Juan.

“Yang jadi seleb tiktok itu ya? Shucy sempet liat di fyp sih, ada Satya, Azka sama Reyhan.” Ujar Shucy sembari mengetuk-ngetuk jarinya di dagu.

“Anjir itu video muncul mulu di fyp gua capee, mana ganteng-ganteng semua!” Seru Rahma.

“Hei, kalian jangan sampe terpancing sama visual mereka, sifat asli mereka gak sebaik yang kalian kira, mentang-mentang ganteng mereka jadi seenaknya sama cewe, ga banget deh.” Kata Dinda dengan serius.

“Tuh dengerin Rah.” Adya menggoda Rahma lagi.

“Gua gak suka Mahesa anjir, dapet ide darimana lagi lu?” Rahma mulai kesal dengan berita hoax yang disebar Adya ini.

“Awas ntar beneran suka lu.”

“Lu yang suka duluan ama Sean gua ketawain.”

“Ini apa sih dua orang ribut gak jelas, lu berdua jadian kita prasmanan ye.” Ucap Bella semakin ngawur.

“Asekk skuyy mang.” Anehnya Rahma malah ayo-ayo aja.

“Si goblok kan.” Amel ngatain Rahma.

“Girls fokus, kalian harus dengerin kata-kataku, kalian semua itu gak boleh sampe suka sama mereka, mereka itu bad attitude banget, percaya deh.” Dinda kembali mengingatkan.

“Iya Dinda.” Sahut mereka semua dengan wajah masam, hmm.. kok mereka kecewa ya? 🌚

“Tapi girls, aku punya rencana buat bikin mereka nyesel dan tobat.” Ujar Dinda.

Mereka seketika bingung, apa yang dimaksud Dinda? Memangnya Reyhan dan teman-temannya habis berbuat maksiat kah?

“Hah? Ngapain?” Tanya Bella keong.

“Aku mau balas dendam ke mereka.” Lanjut Dinda.

“Eh seriusan? Gak takut mereka bakal ngelawan balik?” Tanya Rahma sedikit ragu.

“Jangan ah, kita kan sesama manusia gak boleh dendam, dosa.” Ucap Shucy tak mau ikut campur.

“Iya tuh, gak mau maafin aja? Cowo yang baik masih banyak loh di luar sana.” Saran Adya.

“Gak gitu, aku mau bikin mereka kapok aja, kalo kita biarin kaya gini bakal banyak korban yang kena dong, kalian gak mau kan itu terjadi?”

Mereka berlima kembali berpikir. Memang ada benarnya, tapi yang mereka hadapi ini seorang pria loh, nanti malah mereka lagi yang kena batunya, kan gak banget.

Terlebih lagi, mereka juga tidak mengenal Reyhan dan teman-temannya secara dekat.

“Ya tapi—“

“Kalian gak mau bantuin aku?” Suara Dinda terdengar sedih.

“Ya mau tapi gak gi—“

“Gimana kalo gini...” Dinda berpikir agar kelima gadis ini tergiur. “Aku bakal kasih kalian imbalan 100 ribu per orang kalo kalian setuju, ini demi kebaikan semua siswi di sekolah kita loh.”

“100 ribu doang? Eh astagfirullah.” Rahma emang gak ada akhlak, udah mending dikasih imbalan malah nagih.

“Rahma ih tolol banget.” Alhasil dia mendapat umpatan dari Amel.

“Ya maaf reflek.”

“500 ribu per orang gimana?” Tawar Dinda kembali, ia yakin kali ini mereka akan setuju. “Lumayan kan buat beli album sama kertas ganteng idola kalian?”

“OKE DEAL!” Itu Rahma doang yang teriak.

“Heh! Bocah gila.” Adya gak habis pikir sama teman seperjuanganya itu.

“Skuy lah, gak ada salahnya juga kita bantuin temen baru kita ya gak? Sesama manusia harus saling membantu bukan?” Ujar Rahma meyakinkan.

Mereka semua akhirnya setuju dengan penawaran Dinda yang terkesan memaksa atau lebih seperti penyogokan.

Tapi yang namanya uang, siapa yang mau menolak?


[Kucing Jelek Besar Yang Berani]
Motto : Gak Boleh Jatuh Cinta Sama Buaya 🐊

Rahma : Siapa yang suka buaya? Kita semua suka orang kali.

Adya : Lu suka Mahesa kali.

Rahma : Lah lu suka Sean, apa lu?

Shucy : Maksudnya bukan buaya hewan tapi cowok brengsek.

Adya : Emang Shucy tau cowok brengsek itu gimana?

Shucy : Gak tau sih, mantan Shucy baik semua gak ada yang brengsek.

Amel : Jangan sampe ada yang nyakitin anak polos macem Shucy, gue potong ntar anu nya.

Shucy : Eh serem.

Rahma : Anak polos macem Shucy aja mantannya banyak, masa kalian jomblo terus?

Bella : Eyy, kamu juga jomblo wkwk.

Adya : Berisik banget anaconda.

Amel : Yang pacaran sih beda ya.

Rahma : Sapa pacaran?

Amel : Lo sama Mahesa.

Rahma : Anjir gegara Yamet gw kena terus. HOAX WOY! Dia yang suka Sean. Terus lu juga suka Azka kan Mel? Shucy suka sama Satya. Kalo Bella gak tau dah, suka sama monyet kali.

Bella : Anjir lu wkwk.

Amel : Bella doang tu yang bener.

Adya : Gua percaya sih kalo Bella.

Shucy : Bella beneran suka sama monyet?

Bella : Ih bukan. Gw tuh suka sama Juan.

Rahma : CIEEEE NGAKU 😏

Adya : ^2

Amel : ^3

Shucy : ^9999999999999999999

Rahma : Jadi selama ini Bella suka sama Juanda (janda) kampung sebelah ternyata.

Adya : AHAHAHAHA ANJIR JANDA 😭

Amel : Ohh yang anak 3 itu?

Shucy : Loh Bella kamu belok?

Bella : Et bukan itu wkwk. Juan temennya Reyhan.

Rahma : Oh bilang dong. Cieeee....

Bella : Dah lah aku diam.

Adya : Eh guys, ini Dinda pc gua katanya bikin grup berenam dong.

Rahma : Woke, bentar gua bikin.


[Anti Buaya Club]
Motto : Lupakan Sedihmu, Mari Kita Menjamet😎🤙
Ramet menambahkan Bemet
Ramet menambahkan Memet
Ramet menambahkan Shumet
Ramet menambahkan Yamet
Ramet menambahkan Dimet

Rahma : Hai kalian, welcome!!

Adya : Apa banget nama grupnya, jelek!

Dinda : Hai juga, udah siap sama rencana yang aku buat?

Amel : Emang mau kaya gimana Din?

Dinda : Dinda mengirimkan voice note. Ngerti kan?

Rahma : Oke ngerti, jadi kita cuma perlu ngerjain mereka aja kan? Gampang ini mah.

Adya : Yeh, sok ngerti lu, emang bisa apa?

Rahma : Bisa lah kalo ada niat.

Shucy : Loh Shucy baru tau mereka takut hantu.

Bella : Aku juga takut ketemu hantu.

Rahma : Nobody asked Bella.

Bella : Gua jual lu di syopi.

Amel : Jadi maksudnya kita itu harus nakut-nakutin mereka gitu? Kenapa gak langsung ngelabrak aja?

Rahma : Wah iya tuh setuju banget sama meme.

Amel : Enak aja lo manggil gue meme, lo kira gue memek?

Bella : Astaghfirullah

Shucy : Eh kok gitu?

Amel : Salahin temen lo noh.

Adya : AHAHAHAH MAMPUS LU RAH!

Rahma : Typo woy seharusnya memet 🫠

Dinda : Emang kalian berani ngelabrak mereka?

Rahma : Berani lah kan Bella maju paling depan, chill aja.

Bella : Loh apa nih? Wkwk.

Amel : Iya berani kok, gua gak takut sama manusia macem mereka.

Shucy : Shucy sih berani aja kalo ada temennya.

Adya : Ada temennya kita, apalagi pemimpinnya si Bella, beh mantep banget ini.

Bella : Eh, jangan gw dong, astagfirullah.

Rahma : Gak apa-apa, kamu harus berani, ingat kita itu kucing jelek besar yang berani.

Amel : Si goblok.

Dinda : Oke aku serahin semuanya sama kalian ya, semoga kalian berhasil ngadepin mereka, dan makasih banyak kalian udah mau bantu aku, sumpahh kalian baik banget 😭🙏

Shucy : Iya sama-sama Dinda.

Amel : Terima kasih kembali Dinda.

Adya : ^2

Bella : ^3

Rahma : Jangan lupa imbalannya juseyoo~

Yamet mengeluarkan Ramet

Adya : Anak babi emang.

Shucy : Loh kok Rahma di keluarin?

Amel : Alhamdulillah.

Bella : WKWKWK 🤣

Dinda : Ya ampun kalian ini🤦🏻‍♀️

Dimet menambahkan Ramet

Rahma : Memang asu kalian 🙃 Cuma Dinda yang baik.

Shucy : Shucy juga baik kan?

Rahma : Y, biar cepet.


Dinda tersenyum miring membaca pesan dari grup barunya, rencananya berjalan mulus, dengan bodohnya lima gadis polos itu setuju tanpa ragu.

Mereka tidak tahu saja bahwa ia hanya memanfaatkan mereka.

Karena pada dasarnya Dinda lah sosok antagonis yang harus mereka hindari.

. . .

To Be Continued...


#SweetBetrayal