JeJeJJ

Condo Mix-05:30 Pm

Senja sedang memperlihatkan warnanya sebelum malam menggesernya menjadi gelap dan sunyi.

Di dalam kamar ini ada Winata yang selalu terjaga, dengan sabar mengganti kompres pada dahi Mix sahabatnya itu, meski terkadang ia mendengar suara Mix yang merengek dan mengigau, Winata tetap sabar menunggunya di tepi ranjang bahkan tak jarang ia ketiduran di sebelah Mix.

Namun sore ini berbeda, setelah Winata mandi dan membuat secangkir teh hangat, ia kembali ke kamar Mix untuk melihatnya.

Ia melihat Mix yang sudah terbangun dan hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya diatas ranjang.

“udah enakan?”

Mix yang mendengar suara karibnya itu langsung menolehkan wajahnya ke arah pintu, ia tersenyum cerah melihat Winata yang berdiri di ambang pintu dengan segelas teh hangat di tangan, hal ini persis dengan apa yang ia lalukan ketika ia berada di kamar Winata dan mendapati Winata tengah bersedih, saat itu ia membawakan Winata segelas teh hangat juga.

“udah lumayan, tapi masih sakit..... Ughhh”

“jangan... Jangan dibuat duduk dulu kalau gak bisa, its okay”

Win mendekat dan duduk di tepi ranjang.

“ayo aku seka dulu, belum mandi kan dari tadi pagi?”

Mix mengangguk lemah tak berdaya, badannya terasa remuk, mengingat apa yang terjadi semalam benar-benar membuatnya gila, dengan badan besar dan kekar Earth menindih Mix dan menguncinya di bawah, bagaimana tidak serasa remuk?

Win menuju kamar mandi dan kembali membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil.

Ia mulai memeras handuk itu setelah di rendam dalam air hangat.

“harusnya kamu gak perlu lakuin ini....”

Win menyeka tangan Mix, kanan dan kiri secara bergantian.

“kalau kamu terpaksa, lalu buat apa? Itu kan point nya?”

“enggak.... Gak kok Win, aku gak terpaksa..... Hehehe”

Win menatap mata Mix, agak lama untuk menemukan jawaban.

“its okay, aku gak mau mencampuri urusanmu terlalu banyak, kamu punya privasi disini, aku menghargainya, yang aku mau kamu tahu.......sama seperti kamu nguatin aku saat down dulu, aku akan ada disini buat kamu”

“pak Bright beruntung ya....”

Ujar Siwi tiba-tiba.

“hah?”

“iya, pak Bright beruntung dapetin kamu Win, kamu care, kamu baik, kamu pandai juga, makasih banyak ya win... Maaf kalau lagi-lagi aku ngerepotin kamu”

“hussshhh, no... Gak ada dalam kamusku kata ngerepotin, oke? Mungkin besok kak Earth akan berkunjung kesini setelah dinas, aku menyuruhnya pulang tadi... Is it okay? Karena jujur saja aku gak bisa bebas jagain kamu kalau dia ada disini”

Win menyeka kaki hingga ke paha Mix dengan telaten.

“its okay gapapa, dia pasti berterimakasih banyak ke kamu ya win?”

“yaaa..... Begitulah.. Abis ini makan ya? Lalu minum obat lagi, kalau mau ke kamar mandi bilang aja, aku bantuin oke?”

Mix tersenyum mendengarnya, fakta bahwa Winata bukan siapa siapa dan tak memiliki pertalian darah membuatnya melankolis, bagaimana orang lain bisa se peduli ini dengan dirinya.

“sekali lagi makasih Win, tetap gini ya....”

“sampai nanti.... Sampai sepuluh atau dua puluh tahun ke depan” tuntas Mix yang mengubah suasana menjadi emosional.

“bahkan mungkin sampai gigimu udah ompong dan anak cucu kita jadi karib dekat, iyakan? Aahhahahaha”

Mereka berdua terkekeh kecil dengan cahaya senja yang semakin meredup membawa malam yang gelap dan sunyi untuk mereka berdua lewati bersama.

Apotek Tembalang-10:00 Am

Winata langsung menuju Apotek setelah berpamitan pada Bright dan membaca pesan singkat ada di panel notifikasinya, tak mau repot-repot untuk membalas pesan dari Earth.

“dasar..... Maunya enaknya doang, abis enaknya kok gak tau harus apa sih..... Kesel banget ihhh”

Omelnya sendiri ketika mobilnya sampai di persimpangan lampu merah.

“mas Bright kaya gitu gak ya? Awas aja kalau kaya gitu..... Aku kunyah tuh.... Ahahahahhahhaa”

Candanya sendiri.

Tak butuh waktu lama, ketika warna lampu sudah berubah menjadi warna hijau, Winata langsung menancap gas menuju sebuah apotek di daerah tembalang, tak terlalu jauh dari tempatnya tinggal.

Tak begitu ramai, ia disini juga hanya membeli paracetamol, hanya ada 3 orang didalam sana, 2 perempuan dan satu lelaki yang sedang memgantri untuk dilayani.

Winata langsung memgantri di belakang lelaki yang ada di depannya, ia seperti kenal dengan punggung lelaki di depannya, namun ia tak ingat siapa orangnya, niatnya ingin pura-pura tak peduli, namun yang dilakukannya sangat berkembalikan dengan niat di hatinya.

“permisi, apa aku mengenalmu? Sepertinya kamu familiar..... Seka......... Li”

Perkataannya terputus di akhir ketika lelaki itu membalikkan badannya, dan senyum lebar diberikan lelaki itu.

“hai, kita ketemu lagi”

Ujar Luke dengan perasaan yang luar biasa senang, disaat ia kembali ke toko baju yang sama namun nihil, siapa sangka takdir mempertemukan mereka lagi di sebuah apotek.

“kamu..... Kamu kan yang aku mintai bantuan buat nyoba kemeja kan?”

Winata berkata dengan gelagat sepeti mengingat-ingat.

“yup betul, kita belum berkenalan btw, aku Luke, kamu?”

Luke langsung memberikan tangannya untuk segera disambut oleh tengan Winata dan saling bersalaman.

“aku Winata, panggil Win aja gapapa”

Ujarnya seraya menyambut tangan luke dan menyalaminya.

“salam kenal ya, tinggal dimana memangnya?”

Ucap Luke yang masih menggenggam balik tangan Winata dan meremasnya pelan, entah apa yang ia cari dari sana.

“ahhh... Dekat sini kok, ummmm maaf b-boleh aku ambil lagi tanganku? Ahahahaha”

“ehhh maaf Win, ahahaha kelupaan nih, btw aku boleh minta tolong gak?”

Seorang wanita keluar dari apotek setelah membayar tagihan di kasa, menandakan tinggal 1 wanita lagi di depan antrean.

“apa? Kalau aku bisa bantu pasti aku bantu kok”

“boleh pinjam ponselnya bentar? Aku lupa obat apa yang harus aku beli disini”

“hah? Masa bisa lupa sih?.....”

Winata merogoh ponsel di kantung celananya dan menyerahkannya pada Luke.

“nih... searching sendiri deh di google”

Dan Luke menerima ponsel itu dengan perasaan senang.

“maaf, ini siapa dulu? Ayo cepat jangan menumpuk antrean” ujar pegawai apotek ketika sudah selesai melayani orang terakhir dalam antrean tadi.

“Win, kamu dulu gih, aku mau cari dulu”

Winata mengangguk.

“oke, thanks ya”

Dan Winata sudah melangkah terlebih dahulu untuk membeli paracetamol.

Yang dilakukan Luke bukanlah membuka google, namun mengetikkan nomornya di menu panggilan dan ketika getar itu terasa di celananya yang menandakan panggilan nomor Winata sudah masuk dalam ponselnya, ia kembali kematikan panggilan dan segera menyerahkannya pada Winata.

“Win, nih... Makasih ya”

“udah inget apa yang mau di beli? Masa bisa sampai lupa sih ahahahhaha”

“iya udah kok”

“mas ini obatnya dan ini kembaliannya ya” ucap karyawan apotek ketika selesai melayani pesanan Winata.

“Luke....ummmm maaf ya aku duluan, aku di tungguin orang soalnya, so.... Bye”

Ia melambaikan tangannya pelan.

“iya hati-hati di jalan ya, semoga bisa bertemu lagi di lain kesempatan”

Luke membalas lambaian tangan Winata.

Setelah Winata keluar dari apotek dan memastikan Winata tak bisa mendengar suaranya, ia berujar lirih.

“kalau jodoh pasti jumpa lagi” sambil tersenyum senang karena mendapatkan nomor Winata.

“hah? Apaan mas? Jodoh apaan?”

Itu suara karyawan Apotek yang membuyarkan moment Luke dan langsung berbalik dan memesan beberapa obat yang ia butuhkan.

“bukan... Bukan apa apa kok”

Ujarnya seraya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Ruang tengah Rumah Bright 01:10 Am

Jam 1 pagi, semua yang direncanakan sudah selesai dilakukan, dari acara bbq, netflix and chill, hingga ditutup dengan minum anggur dan beberapa kaleng beer.

Hal tersebut membuat kesadaran Winata mulai meninggalkannya detik itu juga, ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri ketika di dekat Bright.

Seperti yang terjadi sekarang, ketika Bright yang masih sadar sepenuhnya membawanya ke ranjang untuk menidurkan kekasihnya itu, Winata tak pernah berhenti merengek dan bermanja pada Bright.

“maaaassssssss”

Panggilnya dengan nada yang manja, seperti anak kecil yang tak mau ditinggal.

“kenapa hmm? Udah bobo aja ya”

Ucap Bright bersiap-siap bangkit dari ranjang untuk kembali ke ruang tengah.

“disini ajaaa, temenin bobo.... Ummmmm.... Hoammmss”

Winata menarik satu lengan Bright untuk ia genggam dengan kedua tangannya, mencegah Bright untuk pergi dari jangkauannya.

“manjanya kamu taa kalau lagi mabuk gini”

Bright membelai rambut Winata, mata mereka bertemu, namun Bright tahu kalau kesadaran Winata tak sepenuhnya berada disana, mata sayu dan pipi merah itu menjadi bukti kuat kalau Winata tengah berada dalam pengaruh alkohol.

“enggakkkk.....”

Winata menggelengkan kepala, sedangkan Bright hanya mengernyitkan alisnya saja ketika mendengarnya.

“aku gak mau kok mas.... Gak mabuk hahahaha.... Mas yang mabuk kann”

Ia menyanggah apa yang dikatakan Bright tentang dirinya yang tengah mabuk, namun Bright tahu dan faham dengan situasi seperti ini.

“iya-iya, mas temenin bobo disini ya, tapi kamu beneran bobo kan?”

Winata mengangguk dengan wajah yang sangat manis, jika Bright mau ia bisa saja melakukannya sekarang, namun ia tak mau melakukannya ketika Winata dalam keadaan setengah sadar seperti ini.

Akhirnya ia mengalah dan ikut membaringkan dirinya diatas ranjang, tepat disebelah Winata. Setelahnya ia menarik Winata mendekat untuk menempatkan kepala kekasihnya itu di otot bisepnya dan membelai rambut hitamnya.

“ayo tidur, mas udah temenin disini kan”

“ummmm.... Mau di puk-puk”

Ujarnya bermanja-manja pada Bright. Tanpa ada kata lagi, Bright langsung mengerahkan tangan kanannya untuk menepuk-nepuk punggung dan terus kebawah menuju tulang ekor Winata, berharap si manis agar segera terlelap bersama mimpi.

Namun ternyata Bright salah, semakin tangannya bergerak di bagian pantat Winata untuk menepuk-nepuknya, justru Winata malah semakin terjaga dan mempelihatkan gelagat-gelagat aneh.

Nafas Winata memburu hanya karena sentuhan tangan kanan Bright yang berusaha membuatnya tertidur, justru yang terjadi malah berkebalikan, Winata semakin bergerak gerak aneh.

“kamu kenapa hmm? Gerak-gerak terus dari tadi, katanya mau bobo kalau mas puk-puk gini”

Winata tak menjawab, yang dilakukannya adalah menggerakkan tangannya dibadan Bright, seperti sedang menggerayanginya.

“taa? Kenapa gini? are you in a mood?”

Winata mengangguk di pelukannya, tangannya terus menyentuh bagian-bagian privasi Bright hingga ia harus menahan nafasnya sendiri.

don`t be like this taa, mas gak mau kamu nyesel nantinya”

Bright mencoba meraih tangan Winata yang sudah menggenggam privasinya.

“jangan ya? Udah yuk tidur.....”

Namun terlihat dan terdengar Winata merengek.

“jangan merengek gini, udah ya nakalnya..... Mas gak mau lakuin ini disaat kamu mabuk gini sayang”

“ummmhhhhh... Mashhhh”

“no... No taa, udah ayo tidur”

but can i touch it?”

Ujarnya dengan mata sayu yang sudah akan terlelap.

Bright mengangguk menanggapinya meski ia tahu kalau itu berarti ia harus menahan hasrat semalaman suntuk.

“udah ya pegang aja, abis ini bobo”

Ucap Bright seraya membelai kepala kekasihnya itu dan mengecup puncak kepalanya.

“selamat tidur taa, have a nice dream babe

Tak lama hingga keduanya sama-sama terbuai oleh mimpi dengan tangan mereka yang saling berada di area privasi satu sama lain.

Rumah Bright 12:10 Pm

Mobil Winata sampai di sebuah rumah, rumah yang terakhir kali ia kunjungi namun menemukan fakta yang pahit bahwa dunia Bright mungkin tak akan sama lagi setelahnya.

Namun bagaiamanapun Winata mencoba menerima semuanya, mencoba mengulangi semuanya dari awal lagi.

Didalam mobil ia mencoba menyingkirkan semua keraguan dan semua dinding ego yang ia punya.

“okay Win, u can do it

Ucapnya pada dirinya sendiri, setelahnya ia mengambil kado yang sudah ia beli dan ia pilihkan untuk Bright di dashboard.

Dengan langkah yang mantab karena telah menguatkan hatinya, ia berjalan menuju ambang pintu, sesampainya di sana Winata tak langsung mengetuk pintu ataupun menekan bel yang ada di pintu, ia mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya.

“hufftttt”

TING TONG

Tidak ada jawaban

TING TONG

TING TONG

“iyaa sebentar”

Samar-samar, Winata bisa mendengar suara Bright dari dalam sana, rasa gugupnya semakin besar, ia akan bertemu dengan Bright sebentar lagi, hanya pintu ini yang menjadi pembatas mereka.

Ditengah Winata yang mencoba meyakinkan dirinya untuk terus berdiri disini atau berlari menuju mobi, Bright lebih dulu membukakan pintu itu untuknya.

CEKLEKK

Mereka berdua sama-sama mematung ketika mata mereka saling memandang satu sama lain.

Ada bahasa hati yang tidak bisa mereka artikan sendiri.

“h-hai mas” ucap Win terbata.

Bright pun sama, ia terkejut mendapati Winata yang sudah ada di depan pintu rumahnya. Ia memaksakan sebuah senyuman pada orang di depannya itu.

“hai Win, long time no see, kemana aja?”

Win menundukkan kepalanya dan memainkan kukunya, ia gugup dan malu di saat yang sama, Bright semakin tampan dan menawan dimatanya sejak terakhir kali ia merawatnya di rumah sakit tanggal 26 desember lalu.

can we talk 'bout it di dalam aja mas?”

Bright tersenyum lagi menanggapinya, bisa melihat Winata lagi saja ia sudah bersyukur dalam hatinya.

sure, come in

Ujarnya seraya membentangkan pintu rumahnya lebar-lebar, seakan sebagai pertanda kalau Winata akan selalu di terima disino.


Ruang Tengah

Mereka berdua duduk berhadap-hadapan di sofa, Winata yang menundukkan kepalanya kebawah tak berani menatap mata Bright.

“jadi.....apa yang membawamu kemari win?”

Suara Bright samar-samar terdengar dari dapur, ia membawa dua gelas air minum disana dan menyerahkan satu gelas itu pada Winata.

“makasih mas” ia tersenyum sembari menerima segelas minuman itu.

Setelahnya Winata meminum beberapa tegukan untuk menghargai apa yang dilakukan Bright untuknya.

glek

glek

glek

Selama ia minum, mata Bright tak pernah lepas untuk memandangnya dan itu disadari oleh Winata.

“m-mas...”

Sadar kalau Winata baru saja menegurnya, Bright langsung mengedarkan pandangannya ke arah lain.

“eh.... Maaf Win”

“mas.... i-ini ada kado dari Win buat mas...”

Ia menyerahkan kado itu ke tangan Bright sambil tersenyum canggung.

“ah....kamu tak perlu melakukan ini Win, tapi...”

Bright menatap mata Winata dalam, mencari jawaban dan harapan yang masih ia harapkan.

“terimakasih”

Winata hanya tersenyum sebagai respon perkataan Bright, lalu diam itu menyambangi mereka berdua, tak tahu apa yang akan mereka bicarakan hingga keduanya memilih diam dan menjadi canggung beberapa saat.

“selamat ulang tahun yang ke 28 ya mas, semoga semua hal yang mau dicapai bisa terwujud”

Ucapnya tiba-tiba karena tak memiliki topik apa yang akan ia bahas.

“dan jika kalau aku mau meraihmu? Apakah bisa?”

Balas Bright menatap Winata dengan tatapan serius, pun Winata yang sadar kalau Bright tak sedang bermain-main memutuskan untuk mengatakannya sekarang juga.

“tapi ada satu hal yang harus mas tahu, mas harus jujur sama aku, can you?”

Mendengar jawaban Winata memberikan sepercik harapan di hati Bright, bahwa semuanya masih mungkin diulang lagi, masih bisa diputar ulang lagi.

Ia mengangguk menanggapi pertanyaan Winata.

Yang lebih muda mengambil nafas sebanyak mungkin ia bisa hirup, lalu ia hembuskan semuanya bersama keraguan dan kegundahan yang merajai hati dan pikirannya beberapa hari terakhir.

“sudah berapa lama?”

“apanya?”

“dory syndrom”

Jawab Winata pelan, namun matanya masih tak lepas dari tatapan mata Bright.

Sedangkan Bright yang terkejut hanya bisa terdiam, ia tak menyangka kalau Winata tahu hal ini sebelum ia memberitahunya sendiri.

“itu.... Ummm.... S-sebenarnya”

“kenapa mas gak bilang sama Win? Kenapa mas?”

Mata Winata mulai berair, ia bisa saja menangis detik ini juga.

“aku cuma mau mas bilang, bukan di sembunyikan kayak gini mas.... Hiks.... A-aku takut mas...”

Jatuh sudah air matanya, ia tak bisa menahannya lagi, sesuatu yang ia tahan selama beberapa hari nyatanya meledak detik ini juga.

“aku takut kalau suatu hari mas lupa..... win takut mas... Hiks”

ia menundukkan kepalanya di dada Bright, dan yang lebih tua langsung memeluknya erat, ada rasa bersalah dan rasa bahagia yang ia rasakan.

Bersalah karena tak memberitahu Winata tentang hal ini, dan senang mendapati kenyataan bahwa Winata masih mencintainya hingga takut kehilangan dirinya.

“ssshhhh....iya Win iya.... Jangan nangis ya, mas nanti sedih juga”

Ia membelai rambut Winata, menenangkannya agar tangis yang lebih muda mereda.

“mas minta maaf Win, tapi sejujurnya walaupun mas mau memberitahumu, mas sendiri gak yakin waktunya tepat, ingat kan?”

Winata mengangguk, ia ingat betul bahwa dirinyalah yang menolak Bright saat itu di lantai 7, ia ingat sekali.

“jadi ini alasanmu gak datang ke rumah sakit? Kamu baca surat yang ada di nakas?”

Winata mengangguk lagi, terlihat seperti sedang bermanja di dada yang lebih tua, sedangkan Bright dengan sabar menenangkan dan membelai rambutnya.

“mas juga mau bilang terimakasih, kamu kan yang rapiin kamar mas waktu itu?”

“i-iya..... Mas”

Panggil Winata lirih.

“iya? Kenapa hmm?”

Dalam keadaan sedekat ini, Winata bisa merasakan suara Bright yang terdengar lebih keras melalui telinga yang menempel di dada yang lebih tua.

“cincinnya masih ada?”

DEGGGGG

Jantung Bright berdetak cepat setelah mendengar apa yang dikatakan Winata.

“masih kok, kenapa?”

“mas masih ingat? Hari itu Win bilang kalau mas tak bosan menunggu maka Win akan kembali lagi?”

Winata memegang tangan Bright dan menggenggamnya erat.

“dan jika mas masih menunggu....”

Ia menjeda beberapa saat dan merasakan detak jantung Bright semakin cepat, ia bisa mendengarnya dan Winata hanya bisa tersenyum karenanya, debaran itu masih ada ternayata, tak pernah benar-benar pergi.

“maka penantian itu sudah selesai mas”

“hah? Maksudnya Win?”

Ia langsung memegang kedua pundak Winata dan membuat yang lebih muda duduk berhadapan dengannya, ia menatap mata Winata lekat-lekat.

Winata memberikan senyuman manisnya, dan berkata.

“mana cincinnya?”

Rasa senang itu membuat Bright melalukan sesuatu diluar kendalinya, ia langsung membawa Winata dalam gendongannya dan ia bawa menuju kamarnya.

“m-mas ma... Mau ngapain?”

Win tak bisa tenang, apa yang akan dilakukan Bright padanya.

Sesampainya di atas ranjang, Bright menurunkan Winata diatasnya dan mengambil cincin diatas nakasnya.

“ini win, ini cincinnya”

Ia meraih jari manis Winata dan memasangkan cincin yang terukir namanya sendiri, Bright Vachirawit terukir di cincin itu dan melingkar manis di tangan Winata. Sangat pas seakan memang ditakdirkan untuk melingkar dijari manis Winata.

“terimakasih Win, terimakasih udah ngasih mas kesempatan lagi”

Ia tersenyum lebar, hatinya luar biasa bahagia, pun itu yang dirasakan oleh Winata.

“maaf Winata gak bisa ngasih apa – apa mas”

Ujarnya seraya menatap wajah Bright yang tepat ada didepannya.

“tapi kamu bisa ngasih mas sebuah ciuman bukan? Dan kali ini sudah resmi kan?”

Jawab Bright dengan antusias.

“tunggu apa lagi? Kemarilah mas”

Dan Bright semakin mendekat, namun Winata semakin mundur hingga Bright terus bergerak seakan sedang mengungkungnya.

CUPPP

ciuman itu terjadi, kali ini penuh cinta dan perasaan.


Hari demi hari terlewati, selama itu juga Winata tak pernah lagi terlihat menjenguk Bright ke Rumah Sakit, bukan karena ia tak mau, namun ia tak bisa, ia tak siap menerima semua kenyataan pahit itu.

Semuanya tentang waktu, bukankah begitu? Manusia selalu membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan yang mungkin sulit dan mengoyak dunianya, bahkan saat Bright sudah diperbolehkan pulang pun Winata tak datang untuk mengantar.


Kamar Winata 10:10 Am

Sudah beberapa hari ini sejak hari itu Winata selalu begini, duduk ditepi jendela melihat dan mengajak bicara anggreknya, semua hal yang ia ingin sampaikan pada Bright ia sampaikan semua pada anggrek itu, tentang semua rasa rindu, rasa marah rasa kecewa dan rasa takut kehilangan yang merajai pikirannya.

Namun bedanya, hari ini ia sudah membulatkan tekad untuk menjenguk Bright dirumahnya, dan mungkin memberikan kado ultah untuk sang dosen.

“bahkan aku tak tahu dan ragu apa yang aku mau, lucu ya? Manusia sangat mudah berubah, apalagi tentang rasa…..dan orang itu adalah aku sendiri, kemarin mungkin aku marah, aku kesal padanya namun kenapa hari ini aku menyesal pernah meninggalkannya? Bisa begitu ya?”

Winata masih asik berdialog dengan anggrek yang sudah tak lagi berbunga itu.

“kira-kira kalau aku muncul dihadapanmu hari ini, apa yang akan kamu katakan padaku? Akankah kamu jujur tentang semuanya? Apakah kamu masih akan tetap menyembunyikannya?”

Ia menyentuh daun anggrek bulan itu dengan lembut, daunnya sehat dan jika begini terus maka tak lama lagi bunga ini akan semi kembali.

“kamun pernah bilang kan? Untuk tak mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang kita mau, dan sekarang…..biarkan aku yang berusaha memperbaiki semuanya, maukah?”

Matanya menatap keluar jendela, menerawang apa yang akan terjadi nanti.

“sebaiknya kita cari tahu sendiri kan? Baiklah, mari kita cari tahu”

Winata beranjak dan segera mengenakan jaketnya dan menyambar kunci mobil di atas nakas, ia terus melangkah keluar dan masuk kedalam mobilnya.

Mobil itu meninggalkan Graha Estetika dengan cepat menuju sebuah mall, Winata berencana mencari sesuatu untuk kado yang akan ia berikan pada Bright, meski terlambat dan meski sudah berlalu, bukankah masih lebih baik daripada tidak sama sekali?

Langkahnya terhenti di bagian yang menampilkan banyak kemeja-kemeja branded, ia berencana membelikan Bright kemeja itu dengan uang saku yang ia punya, kalaupun masih kurang, Winata berencana menggunakan tabungan hasil ua bekerja sebagai asdos untuk membelinya, ia tahu kalau kemeja itu tak murah, dan ia tak mau membelikan Bright kemeja dengan harga diskon yang harganya jauh lebih murah, karena menurutnya tak etis memberikan kado ke orang terkasih dengan harga yang sedang di obral, meski orang itu tak mengetahuinya sekalipun, namun bagi Winata itu sudah menjadi sebuah aturan yang tak pernah ia langgar.

Tangan dan matanya sudah mulai bekerja memilih dan memilah kemeja mana yang akan ia bawa ke kasir, berkat hari itu ia melihat koleksi yang Bright punya, ia bisa menentukan kemeja mana saja yang Bright suka.

Ditangan Winata sudah ada 6 kemeja, 3 kemeja dengan warna polos dan 3 kemeja lain dengan warna yang kalem namun terlihat elegan, dan sialnya Winata tak mengetahui ukuran kemeja Bright sedangkan disini ada banyak sekali ukuran yang disediakan.

Ia ingin menebak namun takut salah ukuran, tak mungkin ia kembali kesini hanya untuk menukarkan ukuran kemeja bukan?

Ditengah kebingungannya, mata Winata melihat seseorang didepan sana, tak jauh dari ruang ganti, orang itu sedang mencari kaos olah raga disana, sesegera mungkin ia melangkah mungkin saja orang itu bisa membantunya.

“m-maaf boleh minta bantuannya sebentar?” Ujar Winata canggung.

“iya? Ada apa?” orang itu menatap Winata dengan tatapan Bingung.

“ummm…..aku boleh minta bantuanmu sebentar?”

“bantuan? Apa yang bisa aku bantu?” Orang itu menaruh kembali koleksi kaos olah raga yang sudah ia pilih kedalam keranjang belanjaannya.

“ummm….jadi….aku ingin membelikan seseorang kemeja, aku sudah memilihkan beberapa warna yang mungkin aja akan dia suka….”

Winata menentang enam kemeja di tangan kanan kirinya, dan oran itu juga memperhatikan dan ikut mengangguk.

“tapi aku tidak tahu ukuran kemejanya”

“lalu?”

“bisakah kamu membantuku untuk mencoba kemeja ini? Aku lihat proporsi badanmu sama dengannya…jadi bisakah kamu mencoba beberapa kemeja ini untukku?…please…aku minta tolong”

Ucapnya dengan wajah memelas agar orang itu mau membantunya.

“ummmmm….” Lelaki itu nampak sedang berfikir, apakah ia akan membantu orang asing yang memintanya mencoba banyak kemeja sekaligus hanya karena tak tahu ukuran yang akan ia beli?

“baiklah”

Lelaki itu menerima beberapa kemeja dari tangan Winata itu, setelahnya ia masuk kedalam ruang ganti sempit itu sedangkan Winata menunggu diluar dan bersiap-siap jika saja kemeja yang ia pilihkan ukurannya terlaku kecil atau terlalu bersar.

ceklek

“ummm….maaf mau yang mana dulu ya yang di coba?” Ujar lelaki itu yang kepalanya keluar dari pintu.

“umm…bolehkah kalau warna anggur dulu?”

“baiklah”

Setelahnya lelaki itu masuk lagi kedalam.

Satu persatu dari kemeja itu ia kenakan dan ia perlihatkan pada Winata, tak ada ukuran yang kekecilan dan kebesaran, namun untungnya dari hal ini adalah Winata bisa mengira warna yang mana yang akan ia pilih kali ini.

Ia memutuskan untuk membelikan Bright 2 kemeja sekaligus, warna abu-abu dan juga warna burgundy. Menurutnya Bright belum memiliki warna burgundy, jadi….membeli dua kemeja sekaligus bukanlah keputusan yang buruk.

Mereka berdua berjalan menuju kasir, Winata dengan dua kemeja di tangannya dan lelaki tadi dengan sepotong pakaian olah raganya.

“jadi kamu membelikan kemeja untuk pacarmu?” tanyanya pada Winata.

“ummm…..bisa dibilang begitu” Winata tersenyum canggung.

“ahhh….baiklah”

“ummm…sini sekalain punyamu….aku yang bayar, karena kamu udah bantu aku tadi” Winata mencoba mengambil kaos olah raga itu dari tangan lelaki yang membantunya tadi.

“no, no need to. Gapapa aku bisa bayar sendiri….dan aku yakin kalau pacarmu suka dengan pemberianmu…dan aku lihat-lihat kamu masih mahasiswa, apa benar?”

Winata tersenyum dan mengangguk.

“iya….ummm….kamu duluan gapapa”

Jadilah lelaki itu yang duluan untuk membayar ke kasir dan Winata ada dibelakangnya menunggu giliran. Setelah lelaki itu selesai, ia tak berlangsung pergi, ia menunggu Winata di sebelahnya untuk menyelesaikan pembayaran dua kemeja tadi, juga memakan waktu agak lama karena Winata meminta kasir untuk membungkuskan dua kemeja itu menjadi sebuah kado.

“jadi…apakah sudah selesai?”

“s-sudah” Mereka berdua berjalan keluar dari toko baju ini.

“terimakasih ya udah bantuin aku, apa kamu yakin tak mau minta imbalan? Makan siang?”

“ahahhhahahha thanks tapi sepertinya tidak, aku tak punya banyak waktu disini, aku sedang menyelesaikan surat rekomendasi pindah tugasku kemari”

Masih berjalan beriringan menuju luar mall, lebih tepatnya menuju parkiran.

“kamu kerja apa disini? ummm,….maaf kalau pertanyaannya kurang sopan ya” ucap Winata agak berhati-hati, bagi sebagian orang profesi adalah hal sensitif.

“aku polisi…..ya seperinya semarang akan jadi rumah baru untukku”

“benarkah? Woahhh selamat datang di Kota Semarang kalau begitu”

“ahahhahaa terimakasih, dan kamu adalah orang pertama di Semarang yang mengajakku berbincang-bincang seperti ini” Mereka sudah sampai di parkiran, dan sepertinya mereka akan berpisah.

“baiklah..sepertinya sampai disini, sekali lagi aku berterimakasih untuk bantuanmu tadi”

Lelaki itu tersenyum dan mengangguk.

“pacarmu pasti akan suka dengan kado itu dan dia adalah orang yang paling beruntung karena mendapatkanmu”

Winata hanya tersenyum menanggapinya, senyum indahnya memang selalu bisa menyihir orang lain, tak terkecuali lelaki itu, rasanya seperti mendapat sambutan hangat mengingat ini adalah hari pertamanya di Semarang.

“sampai jumpa lagi”

Ucap Winata sebelum masuk kedalam mobil dan berlalu pergi, di dalam mobil ia masih memperthatikan lelaki itu dari kaca spion hingga mobilnya benar-benar menyentuh aspal jalan dan berjalan menjauh darinya.

sedangkan lelaki itu terus tersenyum dan menatap mobil itu yang semakin menjauh darinya hingga menjadi sebuah titik kecil yang tak bisa ditangkap oleh mata.

stella

Matahari sudah muncul dari ufuk timur, menandakan hari baru bagi seluruh makhluk di muka bumi, Meta terbangun dalam keadaan kacau, ketika ia melirik kanan kiri ranjang sudah tak ada manusia yang ia kenali, tak ada Bright disini, tinggal dia sendiri yang ada di kamar hotel mewah ini. Mungkin saja Bright sudah pergi terlebih dahulu ketika ia masih asik terlelap dalam tidur. “huffffttt” Meta menghembuskan nafasnya, setidaknya Bright benar-benar melakukan kesepakatan itu, dan setidaknya Bright tak menyakitinya ketika ia sedang asik tertidur, namun benarkah Meta akan lupa dengan semua yang terjadi semalam? Dengan permainan hebat yang terjadi berkali-kali apakah mudah untuk dilupakan? Terlebih lagi malam itu menjadi malam yang memoriable untuknya karena Meta pertama kalinya dalam hidup merasakan menjadi seorang submisive, apakah Bright juga merasakan hal yang sama? Bahkan Meta ragu kalau Bright dapat melupakan kejadian semalam. Tubuhnya seperti remuk rasanya, lelah dan perih datang bersamaan ketika Meta bangkit dari ranjang, segera ia memunguti pakaiannya yang sudah berserakan dilantai dan segera menuju bathub untuk menyelesaikan urusan paginya, setelahnya ia kembali menuju mansion dengan berlagak seperti tak pernah terjadi apa-apa, berakting seolah semalam ia tak bertemu Bright sang rival dan juga menyimpan rapat kisah kotornya semalam bersamanya.


Florida Intelegent Police Office 10:20 Am Suasana dalam gedung ini sangat tegang, semuanya sedang mempersiapkan pembekukan white dragon, semua itu adalah rencana Drake. Ia tak mau kotanya di kotori oleh gang mavia seperti white dragon, untuk itulah ia merencakan persiapan pembekukan secara tiba-tiba ini, ia sudah siap mempertaruhkan segalanya nanti malam. “jadi semuanya sudah siap, kita tak boleh kalah kali ini, kita hancurkan semuanya” ujar Drake pada seluruh anak buah intelnya. Malam nanti adalah malam penentuan, siapa yang berkuasa dan siapa yang akan pergi, ataukah Drake ataukah Meta? Semuanya maasih menjadi rahasia hingga kalian membaca lembar-lembar berikutnya.


Masion de L’Amitie Florida – 5 Pm Meta sedang berendam di bathub , membuat dirinya se-relax mungkin, ia menghadapi hari yang panjang karena setibanya dirumah ia harus merapatkan sekali lagi semua anggota white dragon. Busa sabun dan lilin aromaterapi menjadi temannya saat ini, ia asik menonton serial di Netflix di dalam bathub nya, air hangat yang menyentuh kulitnya membuat kantuk itu menyambangi dirinya, sungguh sangat menenangkan berendam air hangat penuh busa dengan kombinasi harum aromaterapi. Suasana disekitar mansion juga tenang, tak ada tanda-tanda apapun yang mencurigakan membuat Siwi, Khao dan semua anggota yang lain bersantai dengan berpesta minum beer di lantai dasar. Sebagaimana kesenangan itu dimulai, hal itu membuat mereka lengah dan tak memperhatikan keadaan sekitar, tanpa mereka sadari bahwa beberapa orang diluar sedang mengintai mereka, masuk secara diam-diam melewati tembok demi tembok tinggi yang mengelilingi mansion ini, mereka masih tak menyadarinya juga, yang mereka lakukan adalah bersenang-senang dan minum minuman seperti yang Meta lakukan semalam. BRUAKKKKKK Suara pintu utama di dobrak paksa oleh beberapa orang bersenjata tajam, mereka masuk dan dengan mudah semua anggota white dragon ditaklukan dengan kondisi setengah mabuk. “cari anggota yang lain, tadi aku lihat ada yang lari keatas, pasti masih ada yang lain disini, dan target kita juga belum tertangkap” Ujar seseorang dari mereka yang memakai bandana untuk menutupi muka, seperti para perompak ketika menjalankan aksinya. Dan seorang yang lari keatas tersebut adalah Siwi, ia lari menuju kamar Meta untuk menyelamatkan tuannya, ia berlari tergopoh-gopoh menaiki tangga menuju lantai 3 dimana kamar Meta berada. Degub jantungnya tak beraturan, ia cemas kalau Meta adalah target dari penangkapan ini, maka dari itu dengan langkah secepat mungkin Siwi berlari di kamar dengan pintu paling ujung. CEKLEKKK Ia masuk ke kamar sang tuannya tanpa izin, jika saja keadaan mendesak mungkin Meta tak akan mengampuninya karena mengganggu privasinya, namun keadaan sekarang berbeda, antara hidup dan mati sedang dipertaruhkan. Disana Siwi melihat Meta yang menggunakan kimono warna abu-abu, sepertinya Meta baru selesai berendam. “t-tuan” panggil Siwi dengan nada bergetar, ia takut pada Meta dan pada orang-orang yang menangkap temannya dibawah. “Siwi? how dare yo….. ” Meta barusaja akan murka namun Siwi langsung menutup mulutnya, tak sopan memang, namun harus bagaimana lagi. “tuan…dibawah kita sedang diserang, semua anggota sudah tertangkap, saya kemari untuk menyelamatkan tuan, jadi tolong bersembunyilah tuan…white dragon tak akan kehilangan kekuatan jika hanya kehilanganku dan anggota yang lain, namun jika kehilangan tuan? Maka white dragon tak akan ada artinya lagi” Ujar siwi menjelaskan. “benarkah? Bagaimana mereka bisa masuk?” BRAKKKKKKK Suara pintu yang didobrak, mereka telah mendobrak satu persatu pintu di lantai 3 ini, beruntung mereka sedang berada di kamar paling ujung, dengan begitu masih ada waktu untuk menyelamatkan Meta. “tuan…saya mohon tuan untuk sembunyi” Siwi sampai memohon hingga berlutut dihadapan Meta. “berdirilah, kita akan sembunyi berdua. Aku tak mau lari sendiri seperti pengecut” “tidak tuan, sekarang bukan begitu keadaannya, jadi saya mohon biarkan saya berkorban pada tuan untuk yang terakhir kalinya” BRUAKKKKKK Satu pintu lagi, mereka semakin dekat. “cepatlah tuan, mereka semakin dekat” Siwi semakin memohon di kaki Meta. “aku punya satu senapan di dalam lemari, angkat kepalamu kita akan bertempur disini” “tidak tuan, kita akan kalah telak, jumlah mereka terlalu banyak” Waktu mereka tak banyak lagi, kini pintu terakhir yang belum di dobrak adalah pintu kamar Meta. BRUAKKKKK Pintu kamar Meta sudah hancur. “itu dia, tangkap sekalian” ujar seseorang yang menggunakan bandana. Dalam sekejab Siwi langsung dibekuk, tangannya di borgol agar tak bisa melawan. “aku dengar kau bicara dengan seseorang, pasti masih ada orang lain disini” ujar salah satu dari mereka pada Siwi. “tidak, tidak ada tuan, saya sendirian disini” Sedangkan Meta? Ia melihat kaki-kaki mereka dari bawah ranjang, ia bersembunyi di kolong bawah ranjang yang sempit dan menyesakkan. “cari kesemua sudut! Meta masih belum ketemu dan waktu kita tak banyak lagi” ujar orang itu. Bahkan Siwi terkejut bahwa target utama mereka adalah Meta. Dan mereka yang diperintah seperti itu langsung menyisir kesemua sudut bahkan mencari kedalam kamar mandi, menggeledah lemari dan mencari semua celah dikamar ini, namun nihi, Meta tak mereka temukan. “gak ada semua nih Gun, udah gue cari-cari semua” Jadi lelaki yang menggunakan bandana bernama Gun. Mereka semua berkumpul di tengah kamar, pun Siwi yang terlihat ketakutan dalam diam. “Cuma ada satu celah yang belom kita cari Mike….” Ujar Gun pada seseorang yang didepannya. “dimana?” “sini bantu gue” Gun menggenggam salah satu kaki ranjang, pun diikuti Mike. Degub jantung Meta bertambah cepat, ia tahu kalau ia pasti akan ketahuan, maka semua usaha Siwi akan sia-sia kalau ua ketahuan disini. “satu dua….angkat” Mike dan Gun mengangkat kaki ranjang itu keatas dan terlihatlah Meta yang sedang telungkup dibawah sana. “HAHAHA…ketangkap juga kau bangsat kecil” Gun langsung menangkap Meta, pun ia langsung memakaikan borgol pada kedua tangannya agar Meta tak berontak. “LEPASIN BANGSAT!!!” Meta terlihat marah dengan keadaan menggebu-gebu. “pantes aja….marah aja cakep gini, siapa yang gak mau sih hmm?” ujar gun memegang dagu Meta. “pakein ini, jangan sampe lupa” Mike menyerahkan sebuah kain hitam panjang yang akan mereka gunakan untuk menutup mata sang kepala gang white dragon “lepasin gakk…bajingan kalian semua pengecut” BRUKKKK “ANJINGGGGG NGILU BANGSATTTTT” Meta baru saja menendang selangkangan Gun, membuat Gun tak berdaya karena ngilu yang luar biasa ia rasakan. “nih selesaikan tugas kita disini, bangsat banget kalo aja gak ada perintah buat bawa lo hidup-hidup udah gue bunuh lo anjing!” Gun mengumpat didepan wajah Meta, terlihat raut pucat ada diwajah Gun karena sakit dan ngilu yang masih ia rasa. Setelahnya mata Meta ditutup dengan kain tadi dan mereka berdua dibawa ke bawah. Dibawah sana sudah ada berapa truk yang digunakan untuk membawa semua anggota white dragon yang telah dilumpuhkan, namun untuk Meta? Sepertinya ia dispesialkan, ia dibawa kedalam sebuah mobil bersama Gun dan Mike, lalu bagaimana dengan Siwi? Ia bergabung dengan Khao dan anggota lainnya didalam truk. Mobil dan truk itu melaju kencang meninggalkan mansion yang telah kosong ini, mereka seperti diburu oleh waktu, sepanjang perjalanan kecepatan mereka tak pernah berkurang dari 100km/jam. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke tujuan, yang ternyata mereka mengarah kesebuah pelabuhan di ujung Florida, matahari yang sudah akan tenggelam di peraduannya menandakan kalau waktu mereka tak banyak lagi. Mobil dan truk itu masuk kedalam sebuah kapal, tak terlalu mewah seperti kapal pesiar karena itulah tujuan mereka agar tak terlihat mencolok, setelahnya Meta dibawa kesebuah kamar di dalam lambung kapal, borgolnya dilepas dan ikat matanya dibuka namun sebelum ia berhasil menyadari ada dimana ia sekarang, pintu kamar itu sudah terlebih dahulu dikunci dari luar.


Masion de L’Amitie Florida – 7 Pm Mereka semua sampai, dengan puluhan mobil kepolisan dan ratusan cadangan peluru, mereka siap meluluh lantahkan mansion ini, namun Drake menyadari ada yang aneh dengan mansion ini, sepertinya mansion ini telah ditinggalkan atau telah dikosongkan, namun pagar yang rusak dan beberapa pecahan kaca sepertinya membantah spekulasinya. “cari semua orang yang ada disini, cari disetiap sudut disetiap celah, jangan ada yang terlewat!” perintah Drake pada seluruh anak buah kepolisiannya. 30 menit mereka mencari kesetiap sudut mansion ini namun tak ada yang bisa mereka temukan, bahkan kunci mobil dan kendaraan white dragon masih tersimpan rapin di garasi, ada sesuatu yang aneh disini, begitulah pikir Drake, jika white dragon diserang, lalu siapa? Dan begitulah badan intelegent Florida tak mendapatkan apa-apa selain mansion kosong yang telah di tinggalkan.


The Greatest Ship Deck 7-08:00 Pm Dikamar yang seluruhnya tertutup ini ada Meta yang terjebak didalamnya, ia cemas, namun bukan mencemaskan dirinya, ia mencemaskan anggota gangnya, pasti mereka dijadikan budak bahkan akan di eksekusi satu-persatu, Meta tak bisa menanggung dosa ini sendiri, ia terlalu jahat jika itu terjadi. Dari cahaya yang masuk di celah-celah pintu ia bisa tahu kalau kamar ini adalah kamar yang paling dalam dikapal ini, tak ada aktivitas manusia yang mondar-mandir diluar, suasananya sepi dan sangat tenang. Samar-samar Meta mendengar percakapan seseorang dan ada suara orang tertawa terbahak-bahak, Meta mengenal suara itu. “ahahahaha kan udah gue kasih tau buat hati-hati sama dia, dia itu ganas dan…..manis disaat yang sama” “alah tai, selangkangan gue masih ngilu nih bangsat” Lagi-lagi suara pria itu tertawa, semakin lama suara itu semakin mendekat bersamaan dengan suara langkahnya hingga berada didepan pintu. Meta yang berada diatas ranjang dan hanya mengenakan kimono sudah siap-siap untuk menghajar orang itu jika ia masuk ke dalam. CEKLEKKKK Pupil matanya melebar begitu ia mengenali lelaki yang masuk kedalam kamar ini. Tak ia sangka kalau ia adalah dalang dari hal yang terjadi sore hari tadi. “Bright?” “hai taa, rindukah kau padaku?” Bright membentangkan kedua tangannya. Begitu Meta mendengarnya ia langsung berlari seolah ia ingin memeluk Bright, namun…. PLAKKKKKK Ia menampar Bright keras sekali, bahkan sampai meninggalkan bekas kemerahan disana. “apa-apaan huh?” Bright yang terkejut langsung menggenggam kedua tangan Meta dan ia bawa dan ia tindih diatas ranjang, ia mengunci badan Meta agar tak bisa bergerak. “kau….kenapa kau lakukan ini? Bukannya kita sudah sepakat untuk saling melupakan kejadian semalam?” “ I did ” “ no u didn’t lalu kenapa kamu lakuin ini?” “diam lah taa, kau akan berterimakasih padaku nanti” “tak akan! Bajiangan kau Bright” Bright hanya diam saja, lalu ia bangkit dari semula mengungkung Meta kini ia duduk di tepi ranjang, matanya melihat Meta dengan detail dari ujung kepala hingga ujung kaki. “kau…berniat menggodaku hanya dengan memakai kimono sepeti ini?” “menggodamu darimana? Dasar mesum, ini semua ulah anak buahmu” “kau masih saja galak seperti terakhir kali kita bertemu……” Bright menyentuh dagu Meta, mata mereka saling memandang satu sama lain. “padahal kita sudah bercinta bukan?” BRUKKKK PLAKKKK BAMMMM BAMMMM Meta menghajar Bright tanpa ampun, ia menampar, meninju wajah Bright hingga darah keluar dari hidung dan mulut sang rival. BRUKKKK Bright membalikkan keadaan, ia dengan berguling dan menubruk Meta. “apa yang kau lakukan huh? Kau akan menyesalinya” Bright berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Meta yang terlihat tersenyum bengis karena bisa menghajar leader of black dragon itu. “kupastikan kau akan menyesal berlaku seperti itu, mungkin satu persatu anak buahmu akan menjadi santapan lezat ikan dibawah perairan ini”| DEGGGGG Jantung Meta rasanya mau mencelos mendengarnya, tidak, ia tidak mau itu terjadi, sudah cukup ia saja yang menjadi tawanan jangan sampai anggotanya dikorbankan karena kecerobohan dirinya. Ia langsung berlari dan menubruk badan Bright, ia memeluknya erat-erat untuk mengucap maaf. “bright….aku…aku mohon maafkan aku….tapi jangan lakukan itu pada anggotaku yang lain ya? Aku mohon Bright” Ujarnya seraya memeluk Bright erat-erat, namun Bright tak membalas pelukan itu sama sekali, ia diam. “mungkin hanya dengan itu kau bisa merenungi perbuatanmu yang tadi” Bright melepaskan pelukan Meta, ia mendorong Meta hingga jatuh tersungkur dilantai, namun itu tak sepadan dengan luka di hidung dan di mulut Bright yang mengeluarkan darah. BRAKKKKK Bright membanting pintu keras sekali, menguncinya dari luar dan membiarkan Meta memikirkan perbuatannya yang malah membuat semuanya semakin rumit.


Semalaman Meta tak bisa tidur, ia memikirkan siapa yang dieksekusi oleh Bright akibat perbuatannya semalam, ia menangis dan cemas, ia takut, ia kalut. Hingga tak terasa matahari sudah kembali menyinari bumi, cahayanya pertanda hari baru yang siap diisi dan dijalani. Dalam sepinya suasana ia bisa mendengar ada langkah kaki yang mendekat, ia tahu kalau itu pasti Bright. CEKLEKKK Namun lagi-lagi ia dibuat terkejut oleh seseorang yang masuk kedalam kamar ini membawa nampan penuh dengan makanan untuknya sarapan. “tuan….mari sarapan dengan saya” itu Siwi yang membawakannya menu sarapan pagi ini. Meta langsung berlari memeluk Siwi dan menangis disana, ia bersyukur sekali kalau Siwi masih hidup. Mengabaikan nampan yang penuh makanan itu bisa saja jatuh dan tumpah di lantai. “siwi…kamu gapapa? Mana yang luka? Apa mereka memperlakukanmu seperti budak? Lalu siapa yang di eksekusi semalam? Maafkan aku, maafkan aku” “t-tuan kenapa? Ayo duduk dulu” Mereka berdua duduk diranjang dan Siwi menyerahkan semangkok bubur pada Meta untuk menu sarapan. Siwi sibuk meracikkan bumbu untuk Meta. “tak ada yang diperlakukan seperti budak disini tuan…” Meta mendengarnya mamun ia tak percaya. “pun tak ada yang di eksekusi semalam, mengapa tuan meminta maaf” Siwi menuangkan bumbu dan kuah itu dalam mangkok tuannya. “kau berbohong? Apa kau diancam oleh mereka untuk tak mengatakannya padaku?” Siwi tersenyum dan menggeleng. “tidak tuan, bahkan semalam kami makan satu meja dengan mereka semua, juga dengan tuan Bright, ia orang yang hangat dibalik sikapnya yang dingin” Meta masih tak percaya apa yang Siwi katakan, Bright bilang akan ada yang di eksekusi karena sikapnya semalam. 15 menit lebih mereka berbincang, Siwi menceritakan semuanya bahwa yang Meta sangka semuanya adalah salah, black dragon tak sejahat itu untuk membunuh dan memperbudak mereka semua. “waktumu sudah habis” Ujar seseorang diluar, Meta mengenalinya, itu adalah Gun yang tempo hari ia tendang selangkangannya, sekarang Meta merasa bersalah sendiri. “tuan, waktuku disini sudah habis, kalau tuan Bright berbaik hati lagi mungkin kita bisa berjumpa lagi diwaktu makan malam” Ia merapikan kembali mangkok-mangkok dan piring itu kedalam nampan untuk ia bawa keluar. “tuan sebaiknya setelah ini mandi, tuan nampak….kurang tidur” Bagaimana Meta bisa tidur kalau semalaman ia memikirkan nasib anggotanya yang lain, ditambah ancaman Bright semalam yang terdengar sungguh-sungguh dan meyakinkan. Setelahnya Siwi keluar dan pintu kembali dikunci dari luar.


The Greathest Ship Deck 7-05:30 Pm Bright masuk lagi dalam kamar itu, sebenarnya kamar yang dipakai oleh Meta adalah kamarnya, namun ia mengalah mungkin saja Meta tak nyaman. “apa kau bosan seharian didalam kamar?” Tanya Bright yang duduk di tepi ranjang. “apa yang dikatakan Siwi itu benar adanya?” Meta tak menjawab pertanyaaan Bright namun malah mengembalikannya dengan pertanyaan lain. Bright hanya tersenyum mendengarnya. “kau masih manis saja, dan….” Bright memperhatikan pakaian yang dikenakan Meta, ia sudah tak lagi mengenakan kimono abu-abu seperti semalam. “kau mengenakan pakaianku? Terlihat lebih manis dari biasanya” “apa maksudmu kalau ini pakaianmu?” “bukankah sudah jelas? Kamar yang kau tempati ini kamarku?” Meta terdiam, kalau ini kamarnya kenapa semalam ia tak tidur disini, apa ia takut kalau Meta akan marah lagi? “kalau ini kamarmu mengapa semalam kau tak tidur disini?” “apa kau merindukanku hingga kau ingin aku menidurimu sekali lagi?” Agaknya pertanyaan Meta ditanggapi secara berbeda oleh Bright. “dasar mesum! Aku tak bermaksud seperti itu, maksudku semalam kau tidur dimana?” Bright terkekeh mendengar jawaban Meta. “taa….biar kau kasih tahu kau sesuatu kalau saja kau lupa….” “kau bilang aku mesum? Bukankah kemarin-kemarin kau yang mengajakku untuk bercinta?” Emosi Meta mulai tersulut lagi tiap kali Bright membahas hal itu. “dan semalam? Aku bisa tidur dimana saja, bisa di deck bisa di lantai malah, asalakan kau nyaman saja tidur disini” lanjutnya, dan hal itu membuat Meta melunak. Ia terdiam setelah mendengar penjelasan Bright. “apa kau mau keluar? Ayo…semuanya sedang pesta BBQ diluar” ajak Bright memberikan tangannya pada Meta. “aku tahu kamu licik, apa kamu kira aku percaya? Bahkan aku meragukan perkataan Siwi, kau pasti mengancam untuk membunuhnya kan kalau dia memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku?” “hahahahahaha…..sampai kapan kau menganggapku jahat taa? bahkan aku masih memberimu sarapan bukan? bahkan kau tidur di kamar termewah dikapal ini” Meta terdiam mendengarnya, ia benci mengakui bahwa semua perkataan Bright adalah benar, pun Siwi yang masih terlihat sehat tanpa luka sedikitpun, sekarang ia sangsi sendiri. “ayo aku ajak kau keluar, mungkin sekalian makan malam bersama yang lainnya” Bright memeberikan tangannya lagi pada Meta, berharap uluran tangannya akan disambut olehnya, namun… “tak perlu, aku bisa berjalan sendiri” Meta mengabaikan uluran tangan Bright dan berjalan dibelakangnya untuk menuju luar kamar.


Meta tak percaya dengan apa yang ia lihat, seluruh anggota white dragon sedang asik bersenda gurau bahkan mereka semua sedang minum-minum dengan anggota black dragon ia terlalu bingung dengan apa yang terjadi, lalu tujuan Bright melakukan penyergapan kemarin untuk apa? Mungkin ia akan bertanya nanti. Begitu kakinya melangkah keluar kamar, ia langsung berlari menuju Siwi dan Khao juga ke seluruh anggota white dragon lainnya, ia menghitung satu persatu apakah ada yang berkurang dari jumlah mereka, Meta juga memeriksa anggotanya satu-satu apakah mereka terluka, dan hal yang tak ingin Meta percaya adalah benar, kalau Bright tak melakukan perbudakan apalagi eksekusi pada anggotanya, bahkan mereka semua dalam keadaan sehat dan baik-baik saja. Bright membiarkan Meta berkumpul dan berbincang-bincang dengan kawan-kawannya, ia tahu sebagai leader yang baik pasti Meta mengkhawatirkan mereka semua Hampir 1 jam lebih Meta berkumpul bersama anggota lainnya, ia juga berbincang-bincang dengan Mike dan Gun, ia juga menyampaikan perminaaan maafnya pada mereka atas kelakuannya tempo hari, dan dari penuturan anggotanya kini Meta tahu bahwa Bright mencoba menyelamatkan white dragon dari penangkapan yang akan dilakukan oleh Drake, kini rasa sesal dan bersalah ada dibenak Meta, kemarin ia menghajar Bright hingga berdarah-darah padahal kalau mau Bright bisa saja membalikkan keadaan namun Bright tak melakukanya. Hari sudah berganti malam, cahaya senja sudah digantikan oleh rembulan. Cuaca juga semakin dingin diluar, angina laut memberi tahu mereka bahwa esok mereka akan sampai pada tujuan, meski Meta tak tahu kemana arah kapal ini berlayar. “bawalah daging panggang ini padanya dan ajaklah bicara” ucap Gun menyerahkan sepiring daging panggang dengan beberapa sosis diatasnya. Meta menerimanya dan mencari kemana Bright berada, namun matanya tak bisa menemukannya, hingga ia berjalan menuju ujung kapal, Brigt ada disana melihat air laut yang terbelah karena ulah baling-baling kapal ini. Ia berjalalan pelan menghampiri Bright yang sedang dimandikan cahaya purnama, hanya melihat punggungnya saja aura pemimpin dan tampan sangat terpancar darinya, dan hal itu Meta akui. “Bright…” ia memanggilnya. Nampaknya angina laut mengaburkan suaranya, panggilannya pada Bright sepertinya tak tersampaikan, maka dari itu ia semakin berjalan mendekat lalu menepuk pundaknya. “Bright” “ahh..taa? kamu kesini? Mau makan disini?” Meta menggeleng. “kamu kan yang belum makan? Ini makanlah” Ia menyerahkan sepiring daging panggang dan sosis itu pada Bright. “kenapa kamu mendadak baik huh? Pasti Gun yang menyuruhmu kemari kan?” Meta mengangguk. “Gun memang menyuruhku kemari, tapi kau harus tahu kalau aku juga memiliki niat yang sama” Alis Bright mengernyit. “niat untuk bercinta denganku malam ini?” bukkk Meta meninju dada Bright pelan. Sedangkan Bright tertawa lepas karena berhasil menggoda Meta. “kenapa kamu mesum sekali? Moodku untuk meminta maaf jadi hilang” “ahahahaha….jadi? kau mau minta maaf tentang apa?” Meta diam, lalu ia mengambil nafas juga mengeluarkannya bersama semua ego dan gengsi yang ia rasa. “semuanya Bright…aku salah menilaimu, aku sudah tahu semuanya dan juga aku sudah tahu alasan kalian melakukan ini pada white dragon, aku mengucapkan terimakasih dan juga maaf untuk lukamu” Meta melihat hidung dan ujung bibir Bright yang memerah. “apa kau sudah mengobatinya?” Bright diam dan menggeleng. “besok juga lukanya akan sembuh kok” Meta memutar matanya ketika mendengar itu. “lalu apa gunanya kotak emergency di kapal ini kalau tak digunakan…bodoh!” Umpatnya pada Bright yang malah asik tertawa lebar, seperti tak merasakan perih dari bekas luka akibat tonjokan yang Meta berikan padanya. “tunggulah disini sebentar, aku akan mengamnbil kotak obat untukmu, jadi sebaiknya ketika aku kembali kemari kamu sudah mengosongkan piringmu” kata Meta sambil melangkah menjauh. Bright tersenyum melihat tingkah Meta yang berubah drastis, dari yang awalnya memberikan penolakan yang luar biasa untuknya sampai saat ini Meta rela mengantarkan makan dan akan mengobati lukanya. “ternyata benar…ia perhatian dan posesif persis apa yang ayahnya katakan” Gumam Bright pada dirinya sendiri seraya mencoba mengosongkan sepotong demi sepotong daging panggang diatas piring.


“arghh pelan-pelan taa….sakit tau” Bright asik mengaduh tiap kali kapas putih dengan alkohol itu menyentuh hidungnya, tidak patah memang, namun tetap saja hajaran meta semalam menyakitkan baginya. “i-iya aku pelan-pelan….maaf…just hold a second” Meta sesegera mungkin mengobati luka Bright yang mungkin sudah terlambat, namun bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali? “aaarghhhh perih taa” “ishh gemes banget sih gini doang aja kayak apa tau sakitnya, lama-lama aku pencet nih hidungmu biar tau rasa” Meta gemas sendiri, tiap kali tangannya bergerak Bright asik mengaduh terus-terusan. Bright malah tertawa melihat mimik wajah Meta yang menahan gemas, sungguh sangat manis. Saat ini mereka berdua diatas deck kapal dibawah cahaya rembulan yang tengah purnama dan rambut mereka sedang diterbangkan oleh angina laut yang semain larut semakin kencang. “nih udah” Meta menyimpan kembali obat-obat itu kedalam kotak emergency “kemarilah” “apa?” “sini….” Bright menepuk pahanya. Alis Meta mengernyit, ia tak paham apa yang sedang diinginkan Bright sekarang. “duduklah disini” “jangan harappp” “ahahahhahha” Bright tertawa lebar karena asik menggoda Meta, sedangkan diujung sana ada Mike, Gun, Siwi dan juga Khao yang melihat Bright dan Meta seperti dua remaja yang tengah dimabuk cinta. “aku tak yakin itu Bright, apa kau melihatnya Mike? Dia tertawa sekencang itu? Sungguh moment yang langka bukan” Mike mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Gun, selama ini Mereka tak pernah melihat Bright tertawa dan sebahagia ini sebelumnya, sebelum ia bertemu Meta. “akupun sama, tak pernah melihat tuan Meta sepeduli itu pada orang asing, iyakan Khao” kata Siwi Dan Khao mengangguk seraya tersenyum senang melihat mereka berdua saling tertawa dan bersenda gurau, Bright dan Meta yang sekarang bagaikan dua bagian yang sudah lama terpisahkan, begitu ditemukan kembali maka mereka saling melengkapi apa yang kurang dari pihak satu sama lain. Setelahnya mereka bubar, tak mau mengganggu agenda Bright dan Meta yang sedang asik menikmati cahaya purnama saat ini.


“apa kau akan tidur disini?” Tanyanya ketika Bright duduk diatas ranjang. “eummm…jika kau tak keberatan? Aku akan tidur disini…” Setelahnya Bright berdiri dan siap melangkah keluar. “namun jika kau keberatan aku bisa tidur dilu…” “tidurlah denganku malam ini” tukas Meta cepat, ia tak mau membiarkan yang empunya kamar harus terusir karena keberadaannya disini, bukankah harusnya ia yang tidur diluar bukannya Bright, namun Bright malah berbaik hati memberikan kamarnya untuk ia tiduri. Bright tersenyum lalu melangkah menuju pintu, Meta tak paham, padahal ia sudah memberinya izin pada Bright untuk tidur diatas ranjang bersamana. “ i said you can stay with me tonight Bright ” Ulangnya ketika Bright sudah sampai diambang pintu. “ i know aku hanya ingin mengunci pintu dari dalam saja” CEKLEKKK Setelahnya Bright berbalik dan melihat Meta yang sudah berbaring diatas ranjang, mata mereka lagi-lagi saling beradu. DEGGGG Sepertinya Meta tahu apa yang akan terjadi di detik-detik selanjutnya, kuncian pintu dari dalam adalah isyarat yang sangat jelas dari Bright untuk mengajak Meta bercinta malam ini. “mengapa kau tak sabaran sekali? Apa kau begitu merindukanku?...” Bright semakin mendekat diatas ranjang. “atau kau rindu penisku menyumpal mulutmu taa?....” Bright sudah duduk diatas ranjang kali ini, Meta semakin membeku dibuatnya, jujur saja saat ini Bright sungguh sangat menggoda dengan kemeja yang legannya digulung sampai siku memamerkan otot tricep dan bicepnya, lalu kemeja yang 2 kancing atasnya sengaja tak dikancingnya mengekspose dada bidangnya, sungguh Meta diam-diam juga mau melakukannya sekali lagi. “apa kau rindu aku bergerak liar diatasmu?” tuntas Bright, kini ia menyentuh dagu Meta, membawa mata mereka semakin beradu dalam. Meta tersenyum tipis, namun sangat manis sekali dimata Bright. “jika iya, apa kau mau bercinta denganku malam ini?” Bright terkekeh mendengarnya. “aku tak menyangka kalau kau yang akan mengajakku bercinta duluan kemarin dan saat ini” CUPPPP Satu kecupan singkat Bright berikan pada Meta, cukup membuat nafsu mereka mulai membuncah. “jika begitu maumu…baiklah taa, aku bersedia….” CUPPP Kecupan singkat kedua. “namun disini akulah satu-satunya dominan, kau mengerti?” Meta mengangguk, ia tak akan mendebatnya saat ini karena menjadi submisive tak seburuk itu rasanya, justru sangat nikmat ia rasakan. CUPPP Kali ini bukanlah kecupan singkat yang bright berikan, namun ciuman dan cumbuan dalam penuh perasaan, mereka saling menyesapi bibir satu sama lain, semakin lama semakin dalam sampai-sampai Meta tanpa sengaja menggigit pelan bibir Bright yang luka. “aarrhhhhhh….” “eh….m-maaf Bright…aku…..aku tak sengaja melakukannya” “tak apa, mungkin kau yang harus lebih aktif dengan kegiatan yang berkenaan dengan mulut taa” Meta tersenyum “aku tak keberatan, rebahkan dirimu dan akan aku tunjukkan sehebat apa permainan mulutku” Bright terkekeh mendengarnya “terdengar menantang hahahaha” Sang dominan baru saja akan melepas celananya namun dicegah oleh Meta. “jangan dilepas Bright….aku…..aku ingin bercinta denganmu menggunakan pakaian ini” “kau suka aku menyetubuhimu ketika memakai pakaian?” “i-iya….aku….aku suka” ucap Meta malu-malu. “baiklah taa” Bright merebahkan dirinya diatas ranjang dan membuat kedua tangannya menjadi tumpuan dibelakang kepalanya, membuat otot tricep dan bicepnya seperti sengaja dipamerkan, juga kemeja yang ketat membuat dada bidangnya mengintip dibalik kancing kemeja yang tak dikancingkan. “sekarang bisakah kau mulai tugasmu sayang?” Untuk pertama kalinya Meta mendengar dirinya dipanggil ‘sayang’ oleh Bright dan itu rasanya seperti kau tak membutuhkan apa-apa lagi, hal tersebut membuat Meta tersenyum tulus dan liar disaat yang sama. “tentu” Meta langsung naik diatas tubuh Bright, ia langsung memberi kecupan pada dada bidang Bright yang tersaji di depannya, meta menjilat dan menghisap nipple Bright, kanan kiri secara bergantian, jika mulutnya sedang sibuk di nipple bagian kanan maka tangan kirinya sibuk memilin nipple sebelah kiri, begitu terus ia lakukan secara bergantian memberikan Bright lingkaran kenikmatan yang tak terputus. “ahhhhh…yeahh taa lick it…taste my nipple…ahmenjilat dan menghisap nipple Bright, kanan kiri secara bergantian, jika mulutnya sedang sibuk di nipple bagian kanan maka tangan kirinya sibuk memilin nipple sebelah kiri, begitu terus ia lakukan secara bergantian memberikan Bright lingkaran kenikmatan yang tak terputus. “ahhhhh…yeahh taa lick it…taste my nipple…ahhhh yes baby” SLURPPHHH SLURPPHHH SLURPPHHH “aaahhhhhh…..enak taa… terushhh…hisap terus sayang” Bright merasakannya, lidah basah Meta sedang asik menghisap salah satu bagian sensitifnya, dihisap, dijilat dan terkadang lidah itu bermain dan berputar-putar di nipplenya. PWAHHHHHHgimme some kiss ” ujar sang submisive dengan liur yang berjatuhan karena asik menikmati nipple dominannya. CUPPP Bright memberikan kecupan dan ciuman dalam, juga ia melumat habis bibir indah Meta, ia hisap dan kadang ia gigit sesekali, tangannya masih menjadi tumpuan dibelakang kepala, dalam keadaan sedekat ini Meta bebas menggerayangi setiap otot yang terpahat sempurna di tubuh Bright. SLURPPPHHH Mereka saling bertukar liur, juga lidah mereka yang saling menyebrang dan menyesapi satu sama lain, panasnya cumbuan itu hanya mereka yang tahu, hanya mereka yang merasakan. PWAHHHHH “ahhh…hahhh…yang tadi itu…panas sekali taa” Bright memuji submisivenya, ia tahu kalau Meta suka dipuji demikian dari menyimpulkan permainan panas mereka 2 hari lalu dihotel itu. Meta tersenyum mendengarnya, ia senang dipuji oleh Bright. “itu hanya permulaan Bright, jadi….sebaiknya kau menikmati permainan yang aku kendalikan disini, aku boleh kan jadi nahkoda disini?” “tentu sayang, aku akan sangat menikmatinya….do what you wanna do ” Setelahnya Meta menarik dirinya dari Bright, ia memposisikan kepalanya tepat di selangkangan Bright, ia menjilat penis Bright yang tercetak jelas ke samping kanan dengan keras. Bright meleguh ketika lidah Meta menjilat penisnya dari luar celana, meta melakukannya dengan intens dan terus menerus hingga celana Bright basah oleh liurnya. “taa…sepong sekarang sayanghh” KREKKK Meta membuka pengait celana yang dikenakan Bright, ia juga menurunkan resleting namun Meta tak mencampakan celana itu, ia ingin bercinta ketika Bright mengenakan pakaian lengkap, jadilah yang ia lakukan sekarang adalah menjilati celana dalam yang dikenakan Bright. Celana dalam warna abu-abu itu terlihat sangat sesak karena penis besar Bright sedang berada di puncak ereksinya, juga penis Bright yang tercetak jelas disana, hanya kain celana dalam tipis inilah pemisah antara hangatnya rongga mulut Meta dengan kerasnya penis sang dominan. “ayo taa….jangan lama-lama, sepong kontolku ahhhh” Bright sudah berkeringat karena pemanasan yang diberikan Meta padanya, pun tangan Bright yang sudah lagi tak ia gunakan sebagai tumpuan, saat ini tangan kanannya memegang penisnya dari luar celana dalam, sedangkan tangan kanannya memegang tengkuk Meta untuk ia belai. Sedangkan celana dalam abu-abu itu kini sudah basah dengan liur Meta yang asik menjilat penis Bright dari luar CD, Bright tak sabar sendiri kali ini ia mencoba mengeluarkan penisnya dari balik celana dalam yang menyesakkan itu namun Meta mencegahnya. “no Bright, biar gue aja, katanya gue yang mimpin kan?” “tapi aku tak sabar taa, jangan suka main-main denganku sayang” Meta tersenyum mendengarnya. “sabarlah, dan kamu akan dapat bagian ternikmat sebentar lagi Bright” “baiklah….sebaiknya kau benar-benar membuktikannya padaku taa” Meta mengangguk “relax saja Bright, aku milikmu seutuhnya malam ini” Tangan Meta mulai aktif membuka dan mengeluarkan penis Bright, begitu ia buka penis itu langsung menyembul keluar menampar wajahnya, terasa hangat dan berdenyut. Tanpa menunggu lama, Meta langsung menggenggam penis sang dominan dan menjilatnya dari ujung kepala penis menuju pangkalnya, hanya ia jilat saja namun mampu membuat Bright merasakan nikmat yang luar biasa menyetrum tubuhnya. “taa…..enak sayanghhh…iya…jilat semuanya.....ahhhh” SLUURPPHHH SLUURPPHHH SLUURPPHHH “ahhhhh shithhh….enak banget taa” “suka disepong gini?” Tanya Meta seraya mengocok penis Bright agar semakin tegang dan semakin keras, ia berusaha mengeluarkan cairan precum yang ia suka. “suka taa…ahhh….gila enak banget…ayo masukin ke mulutmu taa” HAPPP Meta memasukkan kepala penis Bright kedalam rongga mulutnya, hanya kepalanya saja untuk ia kulum dan ia hisap, terkadang dihisap secara lembut dan pelan, terkadang Meta menghisapnya kuat-kuat dan hal itu membuat Bright menggelinjang karena ngilu dan nikmat datang bersamaan. “TAA….FUCKKK…..AARRGHHHH” “ummmhhh…ummmm” Meta menggumam ditengah sibuknya ia mengulum kepala penis Bright. “shhhh….masukin taa…sepong batangnya juga arghhh enak taa…pinter kamu” Tangan kanan Bright mencoba menekan kepala Meta agar memasukkan penisnya lebih dalam, agar batang penisnya juga masuk kedalam mulut sang submisive. “engghhhh…ummmm” Meta menuruti pinta sang dominan, ia memasukkan batang penis Bright dalam mulutnya, ia hisap dan ia kulum kuat-kuat. “ANJIGHHHHH…..FUCKKKK…ARGGHHHH..ENAK BANGETHHHHH” SLUURPPPHHH SLUURPPPHHH PWAHHHHH “ahhhh….hahhhh….” Meta melepaskan kulumannya, terlihat benang liur yang bercampur dengan precum berwarna bening bercampur di kepala penis Bright hingga di bibir sang submisive, yang dilakukan Meta selanjutnya adalan mengulum kepala penis Bright dan menelan cairan bening precum itu. “luar biasa kamu taa…..aku suka banget sayang” Bright membelai rambut Meta untuk memberi pujian dan semangat. “kamu suka kontolku taa?” “yes sir” jawab Meta, sungguh kurang ajar sekali, ia masih ingat kalau Bright memiliki Sir!kink, dan hal itu membuat nafsu Bright seperti di ledakkan menggunakan bubuk mesiu, senyuman Bright terlihat mesum dan ganas sekaligus, matanya melihat Meta tajam. “kamu suka kontol gede huh?” Tangan kiri Bright langsung memegang penisnya, lalu ia menamparkan pensinya tepat di wajah Meta. pukkkk pukkkk pukkkk “AAAAAAA” Meta malah semakin menantang dominannya, yang ia lakukan adalah membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidahnya, berharap sang dominan memasukkan penisnya kedalam rongga mulutnya. “kenapa hmmm? Mau kontol?” “iya…Meta mau kontol….masukin…aaaa” “HAHAHAHAHA…mau kontol gede kan kamu taa? enak kemarin di entot kontolku hmmm?” Bright asik tertawa dan menggoda Meta saat ini, seperti ada kepuasan tersendiri melakukannya. “e-enak Bright….mana mau lagi…..ghokkk” Bright langsung mendorong tengkuk Meta menuju kepala penisnya, juga ia langsung menghentakkan penisnya menuju rongga lembah nan hangat didalam sana. “aarrghhhhh…..shit..kenapa enak bangethhh” Ia terus mencoba menghujamkan seluruh penisnya hingga menyentuh tenggorokan Meta dan juga Bright menahan kepala Meta agar tak menjauh dan mengeluarkan penisnya dari hangatnya rongga tenggorokan Meta. “FUCKKK…..ARRGHHH…ANJINGHHHHH” “enggghhh…ghokkk…enghhh” Meta sampai memukul pelan paha Bright sebagai tanda kalau ia sudah kehabisan nafas, juga wajah Meta yang semakin memerah karena kehabisan pasokan oksigen di paru-parunya. Sadar kalau submisivenya sudah sampai batas limit, Bright langsung melepaskan pegangannya pada kepala Meta, ia juga melepaskan sumpalan penisnya dalam tenggorokan si manis yang terlihat terengah-engah begitu Bright mencabut penisnya. “B-bright…ahh…..aku….aku hampir kehabisan nafas….ahhhh...” Bright bangkit dan mengecup bibir Meta, melumat sisa-sisa precum yang ada disana untuk dibagi berdua. PWAHHHHH “ahhhh…Bright…..” “aku mau ngentotin kamu sekarang taa, can I take it off? “no, jangan di lepas….kamu rebahan aja Bright…aku mau diatas” Alis Bright mengernyit mendengarnya. “uke on top huh? Kau suka?” “idk, but let’s try it” Bright kembali merebakan dirinya, membiarkan kesempatan pada Meta untuk melakukan sesuatu yang ia suka. Yang Meta lakukan selanjutnya adalah kembali mengancingkan pengait celana yang dikenakan oleh Bright, hanya penisnya saja yang keluar menantang langit. Setelahnya Meta mulai melucuti satu persatu pakaiannya didepan sang dominan, melepasnya perlahan-lahan dari baju kaos dalam celana hingga celana dalam Bright sampai meneguk ludahnya sendiri melihat Meta yang membuat dirinya tanpa busana di depannya dengan gerakan sedemikian rupa, gerakan sederhana namun sensual dimata Bright. “indah sekali taa…..aku tak akan pernah bosan untuk terus memandangmu seperti ini” “seperti ini huh?....” Meta memperhatikan dirinya yang sudah telanjang didepan Bright. “kamu suka aku yang seperti jalang ini di depanmu?” senyum nakal itu terukir di bibir Meta. Ia bergerak naik dan duduk di perut berotot Bright, matanya tak pernah lepas dari mata Bright yang kelaparan melihat setiap inchi dari tubuh submisivenya yang telah polos didepannya. PLAKKKK PLAKKKK “eengghhhhh….b-bright” Bright menampar pantat Meta kanan kiri denan kedua tangannya, setelahnya ia meremas bulatan sintal itu, ia gemas sendiri dengan tekstur kenyal dan padat disaat yang sama, sungguh jika saja Meta tak memintanya untuk tetap dalam posisi seperti ini mungkim Bright sudah memeberikan rimming pada Meta, ia ingin membuat Meta menggila dengan lidah dan mungkin dengan beberapa jarinya. “kamu nakal sekali taa….membuatku menunggu selama itu..” “apa mau aku masukkan sekarang?” tanyanya pada Meta yang sepertinya sudah siap melakukan percintaan ini ketahap selanjutnya. “aku yang memasukkannya sendiri Bright, boleh kan?” PLAKKKKK Bright tersenyum sambil menampar dan meremas pantat Meta gemas. “tentu sayang….boleh” Mendengar persetujuan dari Bright langsung membuat Meta memposisikan dirinya, ia berdiri terlebih dahulu lalu ia mencari posisi yang pas dengan penis Bright yang menantang menjulang keatas, setelahnya Meta mulai turun secara perlaham, membawa pinggulnya terus merendah. Bright membantu submisivenya dengan memegang penisnya dan mengarahkannya pada lubang anal Meta, perlahan ia penisnya mulai masuk, sensasi ketat dan dicengkram kuat di rasakan oleh Bright. “bright….ahhhh” “sshhit….taa….too tight sayanghhh” “eemmmpphhhh….ahhhh…..hahhh” Meta terus turun perlahan, memasukkan batang penis Bright kedalam dirinya, centi demi centi ia rasakan penis Bright mengisi dirinya, rasanyan masih sama yaitu penuh dan menyesakkan dirinya dari dalam. “ahhhh….w-wait Bright…ahhh….jangan di paksain….enghhhh….a-aku bisa sendiri….ahhh….ahhh” Meta menahan tangan Bright ketika akan memegang pinggangnya, ia tahu kalau Bright bisa saja menghujamkan penisnya keatas untuk memasukkan semua batang kejantanan itu kedalam dirinya. “ easy taa…pelan-pelan aja eemmhhh….shit….sempit bangethhh” Perlahan, sangat pelan Meta bergerak untuk terus turun kebawah memasukkan semua kejantanan dominannya, sampai-sampai ia memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya sendiri, ditambah sekarang kedua tangan Bright asik bermain di dadanya, memainkan putting submisivenya untuk ia remas dan ia pilin agar Meta tak terlalu merasakan sakit dibawah sana. “yeshhh….ahhh…enak Bright…terushh….remes terushhh” Meta terus meracau nikmat karena nipple nya di mainkan oleh sang dominan, sedikit banyak bisa mengurangi rasa perih yang baru saja ia rasakan, Meta juga memegang perut Bright dengan kedua tangannya untuk tumpuan dirinya agar tak jatuh kebelakang, sungguh penyatuan saat ini adalah penyatuan ternikmat yang pernah mereka berdua lakukan, saling memberi dan berbagi kenikmatan. “enak taa?....ughhhh” Bright menggeram sendiri ketika otot anal Meta meremas penisnya, rasanya hangat dan ketat. “enak….ahh…s-suka…Meta sukahhh” “suka diremes gini apa suka sama kontolku huh?” Ujar Bright gemas, tangan kirinya meremas nipple merah muda Meta, sedangkan tangan kanannya memegang pinggang Meta untuk ia tuntun terus kebawah hingga kepangkal penisnya masuk semua. “ both….s-suka semuanya…..ahhhh..yeshhh” CLOKKK “NGAHHHHHH” Bright mendorong pinggang Meta kebawah dengan cepat bersamaan dengan ia menghujamkan penisnya keatas, membuat penyatuan mereka menjadi sempurna, seluruh penis sang dominan dari atas hingga kepangkalnya sudah masuk semua kedalam anal sang submisive. “shitttt……aargghhh” Bright mengumpat dan menggeram sendiri ketika penisnya sudah masuk selutuhnya didalam Meta, sensasi hangat dan diremas-remas itu membuat dirinya untuk terus mendesah, meracau bahkan mengumpat saking nikmatnya. Lutut Meta sampai lemas dan gemetar merasakan sepenuhnya milik Bright mengisi dirinya, terasa sangat penuh mengisi dirinya dari dalam. “Bright….stop…j-jangan gerak dulu…ahhh…aku aja yang gerak” “iya taa….buat dirimu nyaman dulu karena dari tadi kamu terus-terusan meremasku dari dalam” jawab Bright meringis merasakan remasan pada penisnya semakin menguat dan mengetat. “ that’s b-because of you eengghhhhh…..hufffttttt” Meta mengatur nafasnya yang terengah-engah, mencoba menata dan menormalkan nafasnya sebelum ia bergerak naik dan turun degan penis yang menancap di analnya. Mereka diam selama beberapa saat, merasakan penyatuan mereka yang sempurna dibawah sana, ada Bright yang tak henti-hentinya meremas dada dan memilin nipple submisivenya, dan ada Meta yang terkadang mendesah dan meleguh menyebut nama Bright berkali kali seraya memejamkan mata. “huffttt….bright….ahhh….a-aku gerak ya” Bright tersenyum dan mengangguk. “pelan-pelan aja dulu taa….ughhhh…” Ia meleguh ketika Meta mulai menggerakkan pinggulnya naik perlahan, remasan dan cengkraman pada penisnya semakin kuat dan mengetat. “n-nanti…ahhh…aku bantuin…shitthhhh….seret banget lubangmu taa” Sedangkan Meta? Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat agar leguhannya tak keluar, entah bagi Meta leguhan dan desahan yang tertahan memiliki tingkat nikmat yang lebih. “eemmmmhhh…ahh…..enghhhh” ketika pinggulnya sudah terangkat menyisakan kepala penis Bright saja, Meta mulai turun perlahan, merasakan dirinya perlahan mulai diisi dan merasakan penuh kembali disumpal kejantanan sang dominan. “ngahhhh….bright…e-enak bangethhh” “ keep moving taa…..ugghhhh keep my dick inside ur ass ” “ahhh…fuckk….ur dick is so fuckin’ good..arghhh” Meta mulai menaikkan temponya, ia mulai naik turun dengan lancar, ia seperti menunggangi penis Bright, tak jarang ia harus berhenti sejenak ketika rasa nikmat itu terlalu banyak untuk ia terima sampai-sampai lututnya gemetar dan kakinya lemas, namun tetap saja ia tak mau berhenti, ini terlalu nikmat untuk diakhiri begitu saja. “yeahh.,…fuck yeah taa…. enak banget lubangmu sayangh…gerak terus..enakin kontolku taa” “ughh…ahhh….ahhh…..ahhhh” Badan Meta terlonjak-lonjak seiring gerakannya naik turun yang semakin lama semakin cepat dan semakin kencang, ketika ia menghujamkan pinggulnya kebawah dengan keras, penis Bright langsung menyentuh prostatnya dan sensasinya bisa membuat akal sehat Meta hilang begitu saja, yang ia tahu dan ia mau sekarang adalah merasakan penis Bright dalam lubang analnya secara lebih, lebih dan lebih lagi. CLOKKK CLOKKK CLOKKK CLOKKK “ahhh….ahhhh….enak…enak banget…..ahhh” Meta terus mendesah dan meracau karena saking nikmatnya penis Bright menyentuh prostatnya terus menerus secara intens. “terus taa…ughh…suka disumpel kontol kan kamu huh?” “yeahh..s-suka …aku suka Bright….please…help me…NGAHHH” Bright menuruti pinta submisivenya, ia menghujamkan penisnya keatas saat Meta membawa pinggulnya kebawah, memberikan sensasi nikmat bagi keduanya. “arrghhhhh…fuckso tight enak bangethhh” “ughh…..bright….” Panggil Meta pada Bright yang asik menyodokkan penisnya kedalam dirinya saat ini hingga membuat dirinya terlonjak-lonjak diatas ranjang. “hmm? Mau di kencengin lagi ngetotnya ya sayang? Iya?” “e-engak…ahhhh…w-wait Bright….ughhh” PLOPHHHH Meta mengangkat pinggulnya hingga ia berdiri dari posisinya yang berjongkok di selangkangan Bright. “kenapa dilepas hmmm?” “mau dibawah..ahh…aku pengen dibawah…kamu yang ngentotin aku dari atas” Ucapnya dengan beberapa bulir keringat diwajahnya yang semakin membuat Bright bernafsu melihatnya. “dikabulkan…” Bright bangkit dari posisinya yang sedang rebahan diranjang dan langsung memposisikan Meta dibawahnya dan mengungkungnya, tak lupa ia membuka kaki Meta lebar-lebar untuk memberinya ruang untuk masuk kembali dalam anal sang submisive. “kamu mau aku ngentotin kamu pakai pakaian lengkap lagi atau… I can take it off ?” “lepas aja Bright…aku mau lihat ototmu dari sini” jawab Meta dengan senum nakal itu lagi, sungguh Meta adalah pusat perhatian Bright saat ini.

Yuh

¬PASS (TITLE ONESHOT)

¬MNA (MMN) ¬EDR (BN) ¬SESRD (3) ¬1100 (BA) ¬RAAC (H) ¬NOW (FM) ¬OOOUTRD (M) ¬002418 (P) ¬TEFIDG (G) ¬ASEL (Y) ¬LEGA (M)

https://write.as/jejejj/bad-bunny


Tags: Model!Bright, Painter!Win, Blowjob, Deepthroat, Rough Sex, Rimming, Unprotected, Nipple Play, Rimming, Multiple Orgasm, a Lot Position, Using a Lot of Local Porn Words, London, Winter, Missionary.


Seni, ia tak memiliki batasan untuk setiap orang ekspresikan, ada musik, foto, gambar, bahkan seni diatas kanvas.

Diantara jutaan orang diluar sana, pasti ada yang merasa tak akan pernah cukup dan tak akan pernah puas akan seni, ia haus untuk terus ditingkatkan ke level selanjutnya.

Namun ada hal yang harus kau ketahui, bahwa ketika kau melangkah masuk kedalam dunia seni, ia kejam, ia memiliki sisi gelap dari gemerlapnya warna, dan saat kau sudah melangkah masuk, kau tak akan bisa kembali.

Sekali lagi, seni tak memiliki batasan untuk setiap orang ekspresikan, termasuk seni melukis yang dilakukan oleh Meta.


Cornelia Street, 07:30 Pm

Asap-asap itu mengepul dari mug kopi yang ada diatas meja, musim yang sudah memasuki winter membuat siapapun harus menghangatkan diri dari dingin yang menusuk kulit, tak terkecuali Mix dan Meta yang memilih duduk sejenak di Cornelia Café.

“jadi gimana? Udah ada bahan yang mau lo ikutin ke pameran?”

Tanya Mix seraya menyeruput kopi panasnya, rasanya kopi panas tak akan melepuhkan lidahmu di musim dingin seperti ini.

“belom nih, gila gue buntu ide banget buat ngelukis lagi, lagipula gue bosen itu-itu aja yang gue lukis, gak menantang sama sekali , kayak…jenuh aja sih mix”

Meta menjawabnya dan melihat salju yang mulai turun dari langit kota London, suhu kota ini akan terus turun mendekati 0 tiap malamnya.

“ya…gimana, ide gila lo saat itu belom lo realisasikan kan?”

“yang mana?”

“itu loh, nudist art”

“hah? Gila lo, gue bahkan udah lupa punya ide itu”

“yahhhh, padahal itu unik banget gak sih? Kesempatan lo buat menang di pameran itu terbuka lebar banget kalau lo pake ide itu, lihat deh dari beberapa tahun belakangan, gak ada kan yang pake tema itu? Kesempatan lo nih”

Meta diam sejenak, merenungi apa yang dikatakan Mix barusan, benar juga begitulah di benak Meta, ia bisa memanfaatkan ide ini untuk pameran terbesar di United Kingdom ini.

“tapi Mix, gue ga punya banyak waktu, pameran itu 3 hari lagi, dan gue belom submit karya apapun kan? Gue sendiri gak yakin kalau ini akan berhasil”

“alahhhhh, basi lo, gue tau ya lo siapa, lo Meta, lo pelukis yang dikenal banyak orang, kalau masalah lukis melukis juga paling beberapa jam udah selesai” Mix meyakinkan rekannya itu.

“selain itu juga….gue gak tahu siapa yang mau gue lukis”

“astaga brooo, ini zaman modern, pakai google, cari model yang lagi naik daun, pasti kalau karyanya lo publis bakal BOOM banget kan?”

“i-iya juga” jawab Meta singkat.

“sini, ayo kita cari calon model yang mau lo lukis”

Mix mengeluarkan ponselnya dan mulai memencet layarnya.

“nih nih…ada Luke” Mix memperlihatkan foto model yang bernama Luke itu pada Meta.

“lainnya?” Mix kembali meng-scroll layar ponselnya.

“nih…joss” Kembali Meta memperhatikannya.

“ihhh gue takut Mix, badannya gede gitu otot semua , ini gue kesenggol aja kayanya jatoh ke lantai hahhaha”

“HAHAHHAHA” Mix tertawa lebar mendengar lawakan Meta yang terdengar berlebihan itu.

“wait gue carikan lagi…”

Hening, 10 menit Mix sibuk mencari-cari model mana yang beruntung untuk Meta lukis tubuhnya diatas kanvas.

“nih…Bright namanya, model muda yang lagi naik daun banget”

Ia menyerahkan ponselnya pada Meta, pun Meta yang memperhatikan secara seksama, melihat dari kacamata seninya apakah ia akan memilihnya atau tidak.

“lo mau liatin berapa lama?”

Mix berucap ketika sadar rekannya itu melihat model bernama Bright itu dengan tatapan tak biasa, berbeda dengan kedua model yang sudah ia tunjukkan fotonya sebelum Bright tadi.

“kayanya gue cocok nih, bisa lo bantu cariin kontaknya?” Mix tersenyum.

“tentu bisa, serahin aja sama gue”

“btw abis ini anterin gue ke stationary ya? Ada beberapa hal yang harus gue persiapkan sebelum kembali melukis lagi” Mix hanya mengangguk sebagai jawaban dari perkataan Meta.


Meta apartement, Cornelia Street 09:30 Pm

Setelah membeli beberapa alat dan kanvas baru untuk ia gunakan melukis, kini tahap selanjutnya adalah menghubungi Bright untuk memberinya tawaran kerja sama ini.

Meta melihat keluar jendela kamarnya, hujan salju semakin tebal menyelimuti kota London, pun cahaya purnama yang tak terlihat karena tertutup awan tebal nan dingin itu.

Ia gelisah antara akan menghubungi atau tidak, ia mondar mandir didepan jendela kamarnya, mengumpulkan nyali dan menepis keraguan untuk menghubungi Bright, hingga ia putuskan untuk menulis pesan saja.

Bibirnya melengkung seperti bulan sabit mendapati tawarannya dengan cepat disetujui oleh sang model, pun Bright yang setuju untuk secepatnya menuju apartemen Meta di keesokan harinya, hati Meta sangat senang kali ini, ia akan kembali melukis dengan level dan tema baru.

Ia langsung naik keatas ranjang dengan perasaan senang, mungkin ia akan mimpi indah malam ini, dan berharap besok semuanya akan berjalan dengan lancar.


Meta apartement, Cornelia Street, 08:20 Am

Setelah ia mandi dan membersihkan kamarnya, kini Meta ada didepan kaca lemarinya, melihat dirinya yang sedang tersenyum karena mungkin sekitar jam 9 atau jam 10 Bright akan datang kemari dan sesi melukisnya akan dimulai.

Baru saja ia akan kedapur untuk membuat sarapan namun suara bel dari luar pintunya sangat berisik karena ditekan berkali-kali oleh seseorang diluar sana.

Karena penasaran siapa yang datang keapartemennya sepagi ini, Meta memutuskan untuk mengintipnya dari lubang kecil di pintu yang memang digunakan untuk mengintip keadaan diluar. Matanya melebar ketika menyadari yang ada diluar adalah Bright, kenapa sepagi ini tanya Meta dalam hati, ia kira Bright akan datang sekitar jam 9 atau bahkan jam 10, tak ia sangka akan datang sepagi ini.

CEKLEKK

Meta membukakan pintunya.

Bright langsung tersenyum ketika menyadari ia dibukakan pintu oleh yang empunya apartemen.

“apa benar disini kamar milik Meta? Aku ada job dengannya pagi ini” Meta membalas senyuman itu, manis sekali hingga membuat Bright tak berkedip ketika melihatnya.

“benar kok, dan…perkenalkan aku Meta”

Ia memberikan tangannya untuk segera berkenalan dengan Bright, namun sepertinya Bright masih membeku disana.

“heyy…kau tak apa?” tanya Meta ketika menyadari Bright tak kunjung menyambut tangannya.

“ehh…i-iya, salam kenal aku Bright” Bright menyambut tangan Meta dan mengayunnya layaknya berkenalan.

“ayo masuk” ajak Meta membentangkan pintunya lebar-lebar. Bright pun masuk kedalam kamar Meta. Sesampainya didalam ia dibuat takjub oleh lukisan-lukisan didinding.

“apakah semua ini karya mu taa?”

“taa?”

“eh…um maaf, aku lebih nyaman memanggimu seperti itu karena aku kira kita sebaya”

Meta tersenyum dan senyum itu berubah menjadi tawa.

“ahahahahaha sebenarnya bahkan kau lebih tua dariku, tak apa panggil lah senyamanmu saja”

Bright tersenyum dan mengangguk, ia duduk di kursi dekat jendela melihat kota London yang berselimut salju dari ketinggian lantai apartemen ini.

“dan ya…. Ini semua karyaku” Ujar Meta menjawab pertanyaan Bright tadi.

Bright yang mendengarnya kembali mengedarkan pandangannya pada lukisan-lukisan di dinding apartemen ini, hanya dengan melihatnya saja ia bisa tahu kalau Meta memiliki selera seni yang tinggi, tak heran kali ini dirinya di sewa untuk dilukis.

“semua lukisan ini indah sekali taa, bahkan rasa-rasanya aku lah yang harus membayarmu untuk melukisku” ucap Bright sungguh-sungguh seraya masih mengagumi karya dari tangan Meta itu.

“ahahahah aku berlebihan dan terimakasih karena telah memuji karyaku…..”

Meta masih memperhatikan Bright yang terlihat masih asik mengagumi lukisannya itu.

“dulu sewaktu kecil aku ingin menjadi pelukis” ujar Bright tiba-tiba.

“tapi aku sadar, kalau aku memegang kuas aja masih tremor

ahahahha, bakatmu keren taa, tak semua orang memilikinya” pujinya lagi.

“ahh, terimakasih. Kau sudah memujiku berkali-kali pagi ini, jadi biar aku kembalikan pujianmu, kalau kau terlihat….fresh hari ini”

Meta mau saja menggunakan kata ‘tampan’ namun sepertinya itu terdengar tak sopan diucapkan oleh orang yang baru pertama kali bertemu.

“terimakasih taa, jadi….apa bisa dimulai sekarang?” Tanya Bright seraya membuka jaket tebalnya

“nanti dulu, aku berencana sarapan, apakah kau sudah sarapan dengan datang sepagi ini?” Bright tersenyum malu dan menggeleng

“ahahaha yaudah, tunggu disini sebentar dan aku akan membuatkan sarapan untuk kita berdua”

“terimakasih taa”

“ah bukan hal yang besar kok” setelahnya Meta berlalu menuju dapur untuk membuat sarapan.


Sepeninggal Meta, Bright masih asik mengagumi coretan cat minyak di atas kanvas itu, pun terkadang ia melihat kearah jendela melihat salju yang mulai tebal menghujani London di setiap harinya. Sepertinya cuaca hari ini tak bersahabat, terlihat mendung di langit dan hujan salju yang semakin tebal menandakan cuaca ektrem di sisa hari ini.

“kau lihat apa?”

Tanya Meta yang datang membawa dua piring pancake ditangannya lengkap denagn lelehan sirup dan coklat diatasnya.

“ah tidak taa, hanya lihat salju yang turun lebih tebal saja hari ini daripada hari kemarin” jawab Bright menerima jatah sarapannya dari tangan Meta.

“iyakah? Aku belum keluar kamar pagi ini jadi tak tahu keadaan diluar”

“begitulah taa”

Satu suap pancake masuk kedalam mulutnya, rasanya enak seperti buatan chef professional.

“enak taa, kenapa kau berbakat sekali? Dibidang seni dan dapur pun kau berbakat” puji nya lagi.

“terimakasih Bright, aku belajar dari mama” jawab Meta seraya menyendokkan pancake kedalam mulutnya.

“mamamu membesarkanmu dengan baik, aku bisa melihat itu” Meta hanya tersenyum menanggapi perkataan Bright.

“oh iya…” sesendok pancake masuk lagi kedalam mulut Bright, harus ia akui kalau rasa pancake ini adalah pancake ternikmat yang pernah ia makan.

“jadi….lukisan nudist ya?”

“uhukkk…uhukkkk” Meta terbatuk mendengar perkataan Bright, tak ia sangka Bright akan membahasnya sekarang saat mereka tengah sarapan pagi.

“ehh….maaf taa”

Bright berdiri dan berinisiatif mengambilkan minum ke dispenser.

“nih diminum dulu, maaf kalau aku lancang”

Ia menyerahkan segelas air putih pada Meta yang langsung diterima dan langsun di teguk habis.

glek

glek

glek

glek

“ahhhhhh…hahhhh” Meta ber ahh ria seperti bintang iklan coca cola.

“maafkan aku membuatmu tersedak”

“tak apa, aku hanya tak mengira kau akan menanyakannya ketika kita sedang sarapan” jawab Meta datar yang membuat Bright sangsi sendiri.

“maaf”

“betul”

“hah? Betul apanya” tanya Bright yang terlihat bingung.

“betul kalau nanti adalah nudist art, jadi…mohon kerjasamanya ya”

ucap Meta dengan senyum manis di akhir, membuat seua karaguan dan rasa sangsi di benak Bright hilang seketika.

“baiklah” jawab Bright juga dengan senyum yang tertular.


Sesi sarapan telah usai, sekarang ini Bright tengah asik melihat Meta yang mondar mandir menyiapkan semua peralatannya, semuanya dipersiapkan di kaki ranjang, ia jadi tahu kalau nanti dirirnya akan dilukis diatas ranjang dan Meta melukisnya dari kaki ranjang, perspektif yang perfect dan kreatif.

“hufttt okay udah selesai, silahkan Bright” ujar Meta mempersilahkan Bright untuk melakukan tugasnya.

“bolehkah kalau jendelanya di tutup saja? Dan memakai lampu utama kamar ini aku rasa cukup” tanya Bright dengan sopan.

“tentu boleh” Meta langsung berjalan menuju jendela dan menutup kordennya.

Pun ia langsung menghidupkan lampu utama kamar ini, agar terang benderang.

“okay sudah” Meta kembali duduk dikursinya dan menyiapkan cat minyaknya.

“baiklah”

Bright mulai naik keatas ranjang dan melucuti satu persatu pakaiannya, Meta pun sesekali mencuri pandang melihat bagaimana Bright melucuti pakaiannya sendiri dengan gerakan yang sensual, sedikit banyak itu menggodanya.

Hinga Bright benar-benar polos diatas ranjang dan hal itu membuat hati Meta bergemuruh, ini pertama kalinya dalam hidupnya menyaksikan lelaki telanjang didepannya secara langsung, apalagi untuk kebutuhan melukisnya.

“bisa kau atur bagaimana posisiku?” ujar Bright yang menyandarkan punggugnya di kepala ranjang.

“eummmm….”

Meta berpikir sejenak, meski tak konsen namun ia harus professional kali ini.

“begini…”

Ia ikut naik diatas ranjang, meski matanya tak fokus dengan benda yang menggantung diantara paha Bright yang semakin mengembang itu, namun ia harus menahannya.

“mana tanganmu” Meta meminta kedua tangan Bright

“untuk apa? Aku tak mau diikat apalagi di borgol”

“kau kira aku sesadis itu huh? Tentu tidak”

Ia menyahut kedua tangan Bright dan ia posisikan telapak tangannya untuk tumpuan kepala belakangnya, jadi posisi ini mengekspose otot tricep dan ketiak seksi sang model.

“dan posisi kakimu bisa dibuka agak lebar? Aku mau memberikan ruang untuk penisnmu” ujar Meta blak-blakan, ia akan totalitas mengerjakan karyanya.

Bright menurutinya dengan membuka pahanya lebar-lebar, dalam posisi ini penisnyalah yang menjadi center dan pusat perhatian.

“okay good, tetap di posisi seperti ini ketika aku melukismu”

Meta turun dari ranjang dan kembali duduk di kursinya. Ia mulai melukis dan menyoretkan cat minyak itu keatas kanvasnya, ia ahli dalam hal ini tentu saja.

Matanya melihat bergantian antara tubuh Bright dan kanvas didepannya, sebisa mungkin membuatnya dengan sentuhan tangan seninya.

“apakah kau sudah lama melukis seperti ini?” tanya Bright memecah suasana.

“tak juga, ini pertamakalinya untukku”

“iyakah?” bright terdengar terkejut tak percaya kalau ini adalah pertama kalinya untuk Meta melukis seperti ini.

Meta hanya mengangguk yang selanjutnya kembali fokus pada kegiatan melukisnya.


2 jam sudah Meta berkutat antara kanvas dan kuas, tak biasanya ia melukis selama ini, ada hal yang mengacaukan pikirannya dan mengganggu konsentrasinya saat ini, matanya pun masih melihat bergantian antara Bright dan kanvas yang ia lukis.

“apakah sudah selesai? Lama sekali taa”

Bright merubah posisinya dari yang awalnya diatur oleh Meta, dan itu membuat Meta semakin kesusahan melukisnya.

“bisakah kau diam sebentar? Aku sedang melukis bagian terakhir”

Bright terkekeh melihat ekspresi marah Meta yang terlihat lucu dimatanya. Meta sendiri kesusahan menggambar bagian privasi Bright yang semakin besar menuju ereksi maksimalnya.

Apa namanya? morning glory ? begitulah istilahnnya.

“kau kesusahan melukis bagian yang mana hmm?”

Bright malah bangkit dari ranjang dan menghampiri Meta, ia melihat dirinya di atas kanvas yang memang terlihat artsy sekali dengan sentuhan tangan Meta yang bekerja diatasnya.

“kau kesulitan melukis bagian ‘itu’ ya?”

tanya Bright tenang, ia sudah tahu kalau Meta sedari tadi tengah menahan dirinya agar tak melewati batas, namun kali ini Bright akan mengajak Meta untuk bersama-sama melewati batas itu.

“kalau kau kesulitan melukisnya, kau boleh mencari tahu dengan menggenggamnya”

kata Bright yang langsung memegang pergelangan tangan Meta dan menggenggamkan penisnya di tangan seorang seniman itu.

Terasa hangat, berdenyut dan sangat mantab untuk Meta pegang, harus ia akui kalau ia juga menginginkannya namun ia masih ragu-ragu.

“dan kalau kau masih penasaran taa….”

Kini tangan Bright yang satunya memegang tengkuk Meta dan membuat sang seniman meremang saat itu juga.

“kau boleh mencari tahu rasanya dengan mulut dan lidahmu”

Tak ada jawaban dari Meta, yang ia lakukan adalah semakin memajukan wajahnya untuk segera memasukkan kepala penis itu kedalam mulutnya, ia sudah tak sanggup menahannya, ia mau dan ia ingin melakukannya dengan Bright saat ini.

“ahh taa, hangat banget mulutmu”

Puji Bright pada Meta yang berhasil memasukkan kepala penisnya ke dalam mulut hangat sang seniman. Meta yang sudah lepas kendali kini menjatuhkan kuasnya, tangan kanannya langsung memegang batang penis Bright yang terasa semakin membesar.

“iya pegang taa, kocok sekalian ahhh”

Bright memegang kepala Meta, mencoba untuk lebih memasukkan penisnya ke rongga hangat nan lembab itu semakin dalam.

Diperintah seperti itu tentu Meta menurutinya, ia mengocok bagian batang penis keras Bright dan menghisap kepalanya kuat-kuat, memberikan kenikmatan yang membuat lutut Bright gemetaran ketika merasakannya.

“shitttt….e-enak banget taa….ahhhhh….kamu berbakat ginian juga ternyata…emhhhh shittt”

Bright asik mengumpat ketika dirasa nikmat yang diterima tubuhnya terlalu banyak, nikmat ini tak pernah ia rasakan sebelumnya, hanya bersama Meta lah ia bisa merasakan nikmat yang menenggelamkannya hingga kedasar lautah nafsu dan tak bisa kembali ke permukaan, sudah terlalu jauh untuk berhenti, biarlah pergumulan ini terjadi semakin panas di tengah dinginnya kota London.

“ummmmhhh….ummmhhh”

Meta menggumam ditengah dirinya sibuk menghisap penis Bright, liur itu jatuh menetes bersama dengan cairan precum yang keluar dari penis Bright, terasa asin namun Meta suka, ia mencoba menelan semuanya namun tak mampu, selalu ada yang jatuh meleleh keluar bersama dengan liurnya.

“kamu suka taa? Suka kontol model huh? Anjinggg kok blowjob lo manteb gini sih shittt, lidah lo juara banget taa”

Dipuji demikian membuat Meta semakin liar, ia semakin lihai memainkan lidahnya untuk menggelitik kepala penis Bright dan ia juga bermain di bagian antara kepala penis dan batangnya yang mana itu adalah titik terlemah seorang lelaki, karena rasa nikmatnya akan naik berkali-kali lipat apabila daerah itu di rangsang dengan intens oleh Meta.

“AHHHHH…..FUCKKK….TAA”

Bright sampai meleguh keras ketika Meta melakukan hal itu, pun Bright yang memegang kepala Meta kuat-kuat untuk ia lepaskan dari penisnya namun sepertinya Meta tak mau melepaskan kulumannya pada penis besar Bright.

“lepasin….ahhh taa…ngilu”

SLURPPHHH

SLURPPHHH

SLURPPHHH

Meta menelan semua cairan precum yang keluar dari penis Bright, cairan semen itu pertanda kalau Bright tengah terangsang dan libidonya sedang berada dalam puncaknya, juga sebagai tanda kalau Bright telah siap untuk melakukan percintaan.

PLOPHH

“ahhhhhhh”

Ia mengeluarkan penis Bright dari mulutnya, namun tangan kanannya masih mengocok batang penis Bright yang terasa hangat dan semakin keras karena hisapan mulutnya tadi.

“gila kamu taa…ahh tadi blowjob paling enak yang pernah gue rasain taa”

Meta tersenyum nakal mendengarnya, terdengar sebagai pujian di telinganya.

“iyakah? Pernah mendapat deepthroat sebelumnya?”

Bright terkejut mendengarnya, ia tak percaya kata-kata itu keluar dari seorang seniman berwajah manis ini, sungguh tak terlihat seperti pintar dalam permainan ranjang, kini Bright harus menilai Meta 100 karena keahliannya dalam menggunakan mulut, lidah bahkan tangan si manis yang masih mengocok penisnya yang semakin terasa nikmat di tiap gerakannya.

Bright memggeleng sebagai jawabannya atas pertanyaan Meta, ia jujur tak pernah mendapatkan deepthroat sebelumnya, selain itu adalah teknik blowjob yang sulit, juga karena ukuran penis Bright yang tak bisa dibilang standart, panjangnya yang sampai 18 cm benar-benar menunjang dirinya untuk menjadi model majalah dewasa.

“kalau begitu apakah kau mau mencobanya?”

tanya Meta yang masih sibuk mengurut penis Bright dengan tangan kanannya agar tetap membuat penis besar dan mantab itu terus ereksi.

“kau bisa taa?”

“tentu, kau nilai sendiri betapa hebatnya aku di permainan mulut ini”

Jawab Meta singkat lalu kembali memasukkan penis Bright kedalam mulutnya, awalnya hanya kepala penisnya saja, ia kulum dan kembali ia sedot juga memainkan lidanya untuk menyelimuti kepala penis Bright yang terlihat mengkilat karena campuran air liur dan precum

“shhhh taa, kamu pinter banget….ahhhhh”

Bright mulai mendesah dan meremati rambut Meta untuk melampiaskan nikmatnya.

SLURPHH

SLURPHH

SLURPHH

Kini tak hanya kepala penisnya saja yang Meta masukkan kedalam mulutnya, namun juga batang penis Bright yang keras juga ia masukkan meski tak semuanya berhasil, hanya setengah jadi penis Bright yang bisa masuk kedalam mulut Meta, kepalanya bergerka kedepan dan kebelangan seiring tempo yang ia berikan pada penis Bright untuk terus ia kulum dan ia hisap.

Bright juga tak mau tinggal diam, ia juga aktif menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga saat ini ia seperti menggenjot mulut Meta.

“ahhhh….aku entot mulutmu taa….fuck enak banget mulutmu”

“ummm….ummm”

hanya gumaman yang bisa meta berikan pada Bright, berharap Bright lebih liar menggerakkan pinggulnya untuk menghujamkannya sampai ke pangkal tenggorokannya.

“shit..taa aku masukin semua ya taa…telan kontolku sayang”

Begitu Bright memberikan aba-aba, Meta langsung menarik nafasnya dan bersiap menerima hujaman penis Bright yang akan ia tenggelamkan menuju ujung tenggorokannya.

SLEPP

“ANJINGGGHHHHH….”

Lutut Bright gemetar hebat merasakan sensasinya, seumur hidupnya ia tak pernah merasakan deepthroat baru kali ini dan hanya Meta yang bisa, dan ternyata rasanya senikmat ini.

Penis itu melesak masuk langsung kedalam tenggorokan Meta rasanya lembab dan hangat, sungguh Bright tengah didera rasa nikmat sampai tubuhnya menggigil bukan karena dingin, ini gila sekali sensasinya.

“taa…ahhh belajar dari mana kamu nyepong kontol seenak ini…..ahhh”

PLOPHHHHH

Bright mengeluarkan penisnya dari dalam mulut Meta, penisnya basah oleh liur Meta bahkan benang liurnya belum terputus dari kepala penis ke mulut si seniman.

“ahhhhh…..hahhh aku suka kontolmu Bright…..gede”

Ujar Meta agak terengah karena mengatur nafasnya, juga tersungging senyum nakal disana.

Bright langsung memegang pangkal penisnya, lalu ia memegang kepala Meta, entah apa yang akan ia lakukan.

“mana lidahnya” ujar Bright dengan suara baritonnya, sangat sexy untuk didengar.

“hah?” Meta nampaknya masih belum mengerti.

“mana lidahnya, katanya suka kontol ku kan? Mana lidahnya?”

Begitu Meta mengerti maksud dari Bright ia langsung menjulurkan lidahnya seperti anjing yang kehausan.

“AAAAAA” Meta menunggu Bright menghujamkan lagi penisnya hingga ke pangkal tenggorokannya, namun bukan itu yang mau dilakukan oleh Bright.

Bright mendekatkan kepala penisnya dan menaruhnya tepat di lidah Meta yang sedang menjulur, ia hanya ingin menggoda Meta saja saat ini.

CLAK

CLAK

CLAK

CLAK

“ini yang katanya seniman hebat ternyata haus kontol ya? Uhum? Iya taa?”

“aaa…i-iya, Meta mau kontol gede Bright…masukin cepetan….aaaaa”

Tentu hal itu tak diberikan Bright begitu saja.

CLAK

CLAK

CLAK

Bright masih asik menggoda lidah Meta dengan penisnya, ia tempelkan lalu ia angkat lagi sehingga membuat Meta kehausan akan penisnya saat ini.

“mau kontolku taa? Mau minum pejuku hmm?”

“mau….Meta mau…mmmmhhhh”

Bright langsung memasukkan kepala penisnya ketika Meta masih berbicara, tak ia masukkan semua, ia ingin melakukan sesuatu di dalam mulut seniman manis ini.

Ia menyodokkan penisnya agak miring ke kanan untuk menyodok pipi Meta, dalam keadaan Begini pipi Meta terlihat tembem karena desakan kepala penis Bright yang menusuk mulutnya dari dalam.

PLAKKK

Bright menampar pipi Meta, pelan memang namun memberikan sensasi luar biasa pada kepala penisnya yang ada di dalam pipi Meta.

“AARFGHHH BAJINGANHHHH….ENAK BANGET TAA”

“enghhh…..emmmmm” tak ada kalimat yang keluar dari bibir Meta karena saat ini penis Bright menyumpal mulutnya, lebih tepatnya tengah asik menyodok pipinya dari dalam.

PLAKK

PLAKK

PLAKK

Bright terus menampar pipi Meta agar memberi penisnya kenikmatan, hinga pipi Meta menjadi agak kemerahan karena tamparan-tamparan nafsu Bright.

“baru ngentotin mulutmu aja udah enak banget gini taa… mau kan gue masukin?”

Tanya Bright di tengah asik mendesah dan meleguh nikmat, Meta mengangguk heboh sebagai jawabannya.

Hal itu membuat penis Bright semakin merasakan nikmat dan ngilu disaat yang sama.

“ahh…..taa, keluarin dulu kontolku kalau mau ngangguk sayanghh…..”

“n-ngilu taa”

SLUURPPHHH

glek

glek

“ahhhhhh” Meta menelan precum yang dikeluarkan penis Bright dan mengeluarkan penisnya.

“ahhh….hahhh….enak kan? Suka?” tanya Meta bangga karena bisa memberi Bright nikmat yang belum pernah ia rasa.

Bright tersenyum mesum dan mengangguk selanjutnya ia menggenggam batang penisnya dan mengangkatnya keatas, mensejajarkannya dengan pusarnya.

now lick my balls taa”

Perintah Bright yang menjadi perintah mutlak dan tak bisa di ganggu gugat.

Meta langsung mengulum kedua bola testis itu memasukkannya bergantian antara testis kanan dan kiri, menghisap dan menyedotnya seperti kehausan sperma. Sungguh terlihat jalang sekali dimata Bright.

“shittttt…..ngilu taa….u-udahhh..hahh keluarin taa”

Namun Meta tak peduli, ia tengah asik mengulum dan menghisap, bahkan saat ini tangan kanannnya mengambil alih penis Bright, ia mengocoknya dengan tempo pelan, dari ujung penis menuju ke kepala penis Bright yang terlihat mengkilat karena liur, lalu ia gerakkan agak cepat seraya mulutnya masih asik menyedot kedua bola testis sang model.

“anjingghhhjh…taa……g-gue bisa ngecrot kalau gini caranya….taa stop it…..fuckkkk..taa”

Bright terus meracau karena Meta terus membawanya menuju puncak orgasme, Meta mau sekarang, ia ingin menelan sperma Bright sekarang juga dan karena itulah ia tak berhenti memberi Bright rangsangan dari berbagai macam cara, bahkan saat ini tangan kiri Meta ikut andil menggerayangi otot perut Bright yang memiliki enam ceruk dan terus bergerak keatas mencari dada dan bagian puting Bright untuk ia remas dan ia cubit pelan.

Lengkap sudah, 3 rangsangan sekaligus dirasakan oleh Bright sekarang ini, dari penisnya, testisnya bahkan hingga nipplenya, Meta sungguh-sungguh untuk membawa Bright menuju puncaknya saat ini.

“taa….gue…..gue……”

Meta merasakannya, batang penis Bright terasa lebih keras dan lebih besar seketika, menandakan aliran sperma yang siap menyembur keluar.

Dengan sigap Meta melepaskan kulumannya pada kedua testis Bright dan berpindah langsung pada penisnya, Meta akan melakukan deepthropat kali ini dan membiarkan sperma Bright tertelan seluruhnya.

ghokkkk

Penis Bright langsung ditekan masuk kedalam tenggorokan Meta yang hangat dan lembab.

“FUCKKKK…TAA…AHHHH”

Bright langsung mencabut penisnya dari dalam tenggorokan Meta, ia tak berencana mengeluarkanya langsung kedalam tenggorokan sang seniman, begitu ia mengeluarkan penisnya, langsung ia kocok dengan tempo cepat.

“ahh…taa …open your mouth taa wide open

Ternyata Bright berencana mengeluarkan spermanya di mulut Meta, dan Meta menyetujuinya, ia langsung membuka mulutnya lebar-lebar.

“AAAAAAAA”

“ahh taaaa”

CROTTTTTT

CROTTTTTT

CROTTTTTT

Gila sekali, 8 semburan sperma panas dan kental masuk dan memenuhi rongga mulut Meta, tak ada sperma yang tercecer, semuanya masuk dan ditampung kedalam mulut Meta.

“ahhh….taa….enak banget….”

Bright masih menata nafasnya dan merasakan ngilu pada penisnnya setelah mendapatkan orgasme hebat. “sekarang telan taa, telan semua”

glek

glek

glek

Meta menelan semuanya tak bersisa, lalu ia tersenyum pada Bright seraya masih berlutut di lantai.

good boy , masih mau lanjut taa?”

Tanyanya seraya membelai rambut hitam Meta, ia akan memuaskan customernya kali ini. Meta mengangguk sebagai jawaban.

“ayo”

Bright langsung menggendong Meta dan melemparnya diatas ranjang yang empuk ini, lalu ia mematikan lampu utama kamar dan menggantinya dengan lampu tidur yang remang-remang, selanjutnya ia ikut naik dan langsung mengungkung Meta.

“masih mau kontol taa?”

Meta hanya diam dan mengangguk pelan.

“kenapa kamu manis sekali taa? Hmm?”

Bright langsung mendaratkan kecupan demi kecupan pada bibir indah Meta, ciuman dan kecupan pelan untuk berbagi perasaan yang sama, mereka akan menghangatkan ranjang ini di tengah kota London yang sedang di terjang badai salju.

“ummmhhh...”

Desah-desah kecil mulai terdengar, Bright mulai menggerayangi dada Meta, meremasnya pelan seraya mencari dimana nipple itu berada untuk ia mainkan selanjutnya, ciuman itu pun semakin dalam menjadi sebuah pagutan, Bright mulai berani menyebrangkan lidahnya untuk menyapa deretan gigi rapi milik Meta, dan Meta pun juga dengan senang hati menerimanya, menyambut lidah Bright dengan lidahnya.

Mereka semakin asik dengan permainan lidah mereka salung menyesapi dan bertukar lidah adalah hal yang menyenangkan untuk mereka lakukan bersama-sama, tangan Meta juga tak bisa diam, ia ingin menggenggam penis Bright yang sudah ereksi lagi, mencari-carinya diantara paha Bright untuk segera ia genggam dan ia remas, dan ketika ia menemukannya langsung ia genggam dengan mantab seolah tak mau melepaskannya.

“emmhhhhh…..”

PWAHHHHHH

Bright melerai cumbuan mereka, menyisakan Meta yang kacau dan terengah-engah, dan seulas senyum melengkung di bibir Bright.

“sebelum lebih jauh kita buka ini dulu ya taa”

Bright langsung menarik kaos yang Meta pakai keatas dan mencampakannya di kaki ranjang, jadilah saat ini Meta yang tengah bertelanjang dada ada dibawah kungkugan Bright.

“shit…kamu indah banget taa”

Tanpa membuang waktu, Bright kembali mengecup leher Meta, ia jilat dan kadang ia kecup perlahan, dari leher ia mulai naik menuju daun telinga Meta untuk ia gelitik dengan lidahnya.

“ahh geli Bright…emmpphhhh”

“ssttttt, nikmati saja taa, kau akan suka permainanku kali ini”

“i-iya Bright, puasin aku…hahhhh….ahh….pake aku semaumu ahhhh”

Bright terkekeh melihat Meta yang di rundung nafsu hingga bicara kotor dan ngelantur seperti ini, terdengar nakal dan hot disaat yang sama. Ia kembali menciumi dan mencumbu setiap jengkal kulit dada Meta, ia jilat, ia hisap hingga meninggalkan beberapa tanda kemerahan disana, ia tak peduli, Meta yang memintanya untuk terus bergerak.

“emhh yeshhhh…..buat cupang yang banyak….ahhhh….aku suka, sedot yang kuathhh”

Meta terus meracau di tengah Bright yang terus menjilat dan menghisap setiap jengkal kulit dadanya, tangannya kanannya meremas rambut Bright sedangkan tangan kirinya meremas sprei kuat-kuat, pun jari-jari kaki Win yang terus bergerak-gerak menandakan kalau yang dilakuakan Bright pada dadanya benar-benar nikmat.

Terlihat beberapa tanda kemerahan di dada Meta hasil karya Bright yang mungkin tak akan hilang beberapa hari kedepan, selanjutnya Bright mulai bermain-main dengan nipple sebelah kanan Meta, Bright mencubitnya pelan, gemas sekali.

“eempphhhhh…Brighttt….t-terusshhhh”

Meta yang mendesahkan namanya adalah hal yang terseksi di dunia saat ini, terdengar sangat bernafsu dan meminta disaat yang sama, untuk itu Bright terus mengulagi cubitan pelan pada nipple kanan dan kiri secara bergantian, membuat Meta kebingungan dengan rasa geli dan nikmat yang datang silih berganti.

“eennghhhh…b-brightt…i-ini enak….hisap…..emmpphh…hisap putingku Bri….AHHHH”

Bright mencubit agak keras mengakibatkan Meta meleguh keras, ia gemas sendiri dengan Meta yang sangat vokal sekarang ini.

“kau menginginkannya huh? Seniman jalang!”

“i-iya Bright….ahhh p-pleaseee”

don’t talk too much taa”

Bright langung memasukkan dua jarinya kedalam mulut Meta, membiarkan kedua jarinya dipermainkan, di jilat, dihisap dan dimainkan lidah oleh Meta, persis seperti cara Meta mengulum penisnya sesaat tadi.

“ummm….ummmm” Meta sibuk menghisap kedua jari Bright dimulutnya, setelah sadar kalau Meta tak akan berisik seperti tadi, Bright mulai menjilat nipple kanan Meta.

Meta yang merasakan basah dan hangat di nipplenya langsung mengejang, ia terkejut dengan terjangan nikmat yang datang menyengatnya seperti listrik statis.

“ummhh….” Meta mengerang tertahan.

Sedangkan Bright semakin asik menjilat dan menghisap nipple Meta kanan kiri secara bergantian, apabila ia sudah bosan dengan nipple sebelah kanan maka ia akan berpindah ke nipple sebelah kiri.

“engghhh…..ummmmm” Meta semakin vokal, ia sudah tak tahan, ia ingin segera ke permainan utama.

slurphh

slurphh

Bright asik menghisap dan menyedot nipple pink itu bergantian hinga terlihat kemerahan.

PWAHHHH

“ahhh…do you like it taa?”

Meta tersenyum dan mengangguk.

“cepet masukin Bright, aku udah gak tahan banget”

Bright terkekeh mendengarnya, beginilah ternyata kalau Meta sedang sangat ingin, ia tak segan-segan untuk segera meminta pada dominannya.

“bersabarlah sebentar lagi, promise I’ll bring u to heaven

Setelah berucap demikian, ia langsung bergerak agak turun dan mulai membuka kait celana yang dikenakan Meta.

ctakkk

Kait celana itu pun sudah terbuka, selanjutnya Bright membuka resleting celana itu dan menurunkannya.

“kau sudah keras sekali huh? Seingin itu?” ujar Bright dengan nada meledek.

Meta hanya diam sambil menggigit bibir bawahnya, seperti menahan nikmat, bright melucuti celana itu dan melemparnya entah kemana, tinggallah hanya celana dalam yang tersisa.

“mungkin teknik blowjob ku tak sehebat dirimu taa, tapi aku yakin kau akan menyukainya”

Setelah berucap demikian, Bright langsung melepas kain terakhir yang menempel di tubuh Meta langsung menggenggan penis Meta dengan tangannya, terasa hangat dan keras, meski tak sebesar miliknya namun tetap saja menggoda untuk diberikan blowjob Baru saja Bright akan mendekatkan mulutnya ke penis Meta, namun….

“b-bright” panggil Meta lirih.

“ya, kenapa?” ujar Bright santai.

“aku….aku…ummm” Meta gugup sendiri.

“kenapa hmm? Bicaralah taa” ucap Bright meyakinkan.

“aku tak pernah diberi blowjob sebelumnya” jawab Meta sambil menutup muka dengan kedua tangannya.

Alis Bright mengernyit heran.

“benarkah?”

Meta mengangguk malu-malu.

“lalu apa yang dilakukan kekasihmu hmm? Kau pantas mendapatkan nikmat yang sama taa….”

Meta mendengarnya, entah….apa namanya? Ia tersentuh? Meski Bright bukanlah kekasihnya namun ia memperlakukan Meta dengan baik bahkan mau memberikannya hal yang belum pernah ia rasa seumur hidupnya.

Tak ada jawaban, Bright langsung memasukkan penis Meta kedalam mulutnya, ia hisap dan mainkan dengan lidahnya, mencoba sebaik mungkin meniru teknik yang dipakai Meta dalam memberinya blowjob ternikmatnya tadi.

“AHH…bri……enngghhhhh”

Meta mulai mendesah dan mengerang, ia belum pernah merasakan hal yang seperti ini, ternyata seperti ini nikmatnya diberi blowjob , sampai membuat lututnya lemas sendiri dan tangannya meremas sprei kuat-kuat, rasanya hangat, lembab dan nikmat, hanya itu yang Meta tahu dan Meta rasa.

slurpphhh

Bright semakin kencang mengulum dan menghisap penis Meta, tak ia masukkan semuanya karena dirinya tak seahli Meta, namun ia masukkan kepala penis sang seniman itu lalu ia hisap kua-kuat, juga ia mengocok batang penis Meta yang sudah mengeras.

“eemmhhh….bright….u-udahh….ahh….hahh aku bisa keluar kalau gini caranya…engghhhhh”

Lutut Meta menekuk dan tangannya meremas sprei kuat-kuat, kepalanya mendongak keatas dan matanya hanya terlihat putih saja, nikmat itu benar-benar menenggelamkan Meta.

Dan ketika lutut Meta gemetaran dan mengejang, Bright tahu kalau Meta sudah hampir sampai limitnya, dengan cepat ia melepas kulumannya pada penis meta dan mengocoknya dengan tempo lebih cepat untuk membantu Meta mencapai pelepasannya.

“bright…aku…aku sam…pai..AHHHHHHH”

Meta mengerang keras ketika pelepasannya tiba, sungguh membuat lututnya lemas, sprei diatas spring bed ini pun sudah tak karuan bentuknya karena remasan tangan Meta untuk melampiaskan nikmatnya.

“ahahahaha lihat taa….”

“mucat kemana-mana” Bright terkekeh seraya mengambil selimut untuk membersihkannya.

“ahhhhh…e-enak banget bri….gila…seenak itu ahhh…hahh”

Meta masih terengah-engah diatas ranjang pasca orgasmenya.

“kau tahu taa? Aku belum mulai sama sekali, akan aku berikan hal yang ternikmat sebentar lagi”

“hah? A-apa maksudmu bri?”

Tak menjawab pertanyaan Meta, yang Bright lakukan adalah mengambil sebuah bantal dan memposisikannya di bawah pantat mulus Meta. Ia membuka kaki Meta lebar-lebar untuk memberinya akses melakukan kegilaan selanjutnya.

“a-apa yang mau kamu laku…emppphhhhh…..bri…g-geli…..ahhhh”

Bright memainkan lidahnya di lubang anal Meta, inilah kegilaan yang Bright katakan, ia akan melakukan rimming untuk mempersiapkan Meta sebelum ke permaianan utama, ia mainkan lidahnya untuk menggelitik lubang senggama sang seniman muda ini, pun tangan Meta yang mencoba meraih kepala Bright dan meremas rambutnya, seperti memberi semangat untuk terus melakukannya dan jangan berhenti.

“ahhhhh….enghhh Bright…pake lidah….ahh masukin lidahnya…..enak bangethhh….shitttt”

Meta sampai mengumpat karena saking nikmatnya diberikan service rimming sehebat ini.

Bright menurutinya, ia memasukkan lidahnya lebih dalam hingga kaki Meta gemetaran dan merasa menggigil, bukan karena badai salju yang terjadi diluar namun karena permainan lidah Bright pada lubang analnya sungguh membuatnya mabuk kepayang.

“AHHHHHH…..bright….shhh…..engghh…hahhh …ahhhh”

Nafas Meta sampai tersegal-segal merasakan nikmat yang terus menderanya tanpa jeda, ini melebihi ekspektasinya.

Mendengar Meta yang terus menjerit dan mengerang keenakan membuat Bright berfikir untuk mempersiapkan Meta sekarang juga, jadilah ia membasahi dua jari dengan ludahnya, lalu ia masukkan pelan-pelam di lubang anal Meta, perlahan sekali seolah takut menyakiti Meta.

“engghhhh…..”

Meta menggigit bibir bawahnya, ia merasakan kedua jari itu mencoba memasuki tubuhnya, perlahan sekali sampai rasanya butub seribu tahun untuk masuk semuanya, Meta tak tahan jika harus menunggu lama seperti ini, ia akan meminta pada Bright untuk segera memasukkannya.

“emmhhh..b-bright…ahhhh” panggilnya seraya tangan kirinya mencoba meraih Bright, sementara tangan kanannya meremas sprei lagi, hanya itu pelapiasan yang bisa Meta lakukan.

“ya?” jawab Bright ketika masih berusaha memasukkan kedua jarinya perlahan kedalam lubang anal Meta.

“aku…..aku udah ga tahan Bright, m-masukin sekarangghhh” Benar, Meta meminta pada sang dominan untuk segera menyetubuhinya.

“bersabarlah sebentar lagi”

Bright semakin memasukkan jarinya kedalam, lalu ia tarik lagi keluar begitu terus hingga ia berkali-kali menyentuh prostat Meta, Bright benar-benar menepati janjinya untuk membawa Meta ke surga dunia, saat ini lah Meta merasakannya.

tarik

masukkan

tarik perlahan

masukkan perlahan

tarik dengan keras

masukkan dengan keras

Sang dominan sangat pintar memainkan jarinya kedalam anal sang submisive, dan sekali lagi tubuh Meta mengejang dan mandapatkan pelepasan hanya dengan dua jari sang dominan.

“BRIGHTT AAHHHHHH……”

Sperma Meta memancar kemana-mana, membasahi tubuhnya dan sebagian sprei, pun ia yang terengah-engah mendapatkan orgasme keduanya bahkan disaat belum melakukan penyatuan dengan penis Bright, sungguh hebat.

“ahhhh…hahhh..b-bright…ahhh” ia mencoba meraih sang dominan. Sadar kalau sang Meta sedang membutuhkannya, Bright melepas kedua jarinya yang menyumpal lubang anal Meta dan ikut naik keatas untuk mencium Meta.

CUPP

Ia mengecup dahi Meta, seperti sepasang kekasih yang akan bercinta, ia sangat hati-hati dengan Meta karena ia tak mau menyakitinya. Dalam jarak sedekat ini Meta dapat merasakan nafas dominannya, pun hal yang sama dirasakan Bright, nafas Meta berhembus di kulit wajahnya.

“kau hebat Bright…tadi….nikmat sekali…ahhhh…hahhh bahkan kau belum memasukiku kan? Hahhh…ahhhh” ujar Meta yang masih terengah-engah karena orgasme keduanya.

“apa kau yakin mau aku masuki taa? Kalau kau lelah tak us…”

“aku mau….aku…aku mau Bright…aku menginginkannya, bercintalah denganku” tukas Meta cepat.

Bright tersenyum mendengarnya, lalu ia mengecup bibir Meta singkat sebelum bersiap melakukan penyatuan.

CUPPP

“apa kau punya lubricant taa?”

“umm…aku tak ingat, tapi sepertinya kita tak butuh” ucap Meta dengan senyum nakal.

rough sex huh?”

“mau kan?” ajak Meta sekali lagi.

“tentu taa, aku akan menikmatinya”

“aku pun sama” jawab Meta cepat.

“kalau begitu…..”

Bright naik keatas tubuh Meta, ia duduk di atas dada sang submisive, memposisikan penisnya tepat di wajah Meta, dari pangkal hingga ujung penisnya menyentuh dahi sang seniman.

“berikan aku deepthroat sekali lagi dan basahi kontolku taa, itukan yang kamu mau?”

Meta mengangguk senang, dengan cepat ia memasukkan penis Bright kedalam mulutnya, dalam posisi tiduran seperti ini ia kesusahan memberikan deepthroat dan Bright menyadari itu, ia membantu Meta dangan menyentakkan penisnya keras sekali langsung menuju tenggorokan di manis.

Bright menahan penisnya diposis itu beberapa detik, ia ingin merasakan hangat dan lembab bibir Meta sekali lagi, samar-samar ia merasakan lidah Meta juga mulai nakal dengan bermain di batang penisnya, rasanya sungguh nikmat.

Ketika dirasa sudah cukup basah, Bright mencabut penisnya dari mulut Meta.

PLOPHHH

“sudah cukup basah sepetinya”

“ahhhh..hahh i-iya, cepat masukkan Bright”

“ahahha kau tak sabaran sekali taa, baiklah sebaiknya kau bersiap”

Bright mulai turun dari atas badan Meta, ia melebarkan kaki si manis dan menempatkan penisnya di depan liang senggama, ia tak langsung memasukkkannya.

“kau mau missionary kan?”

Meta mengangguk cepat, ia suka posisi ini karena penis Bright akan sangat terasa menumbuk prostatnya dalam-dalam.

“sebaiknya kau menikmatinya”

Bright mulai memasukkan penisnya perlahan, ukuran penisnya yang besar sampai membuat Meta menahan nafasnya ketika dirasa kepala penis sang dominan menyeruak masuk kedalam dirinya.

“eengghhhh…” Meta mulai mendesah pelan, ia merasakannya, meski perlahan namun semakin lama semakin dalam.

Detik demi detik terlewati, kini setengah dari penis Bright sudah masuk kedalam Meta.

“apakah sakit taa? Bilang kalau sakit, jadi aku bisa berhenti” Meta dengan cepat menggeleng.

“m-masukkan saja…semuanyaa…please…ahhhhh”

Begitu mendengarnya Bright berinisiatif menghujamkan penisnya sekali hentak agar masuk semuanya, seluruhnya kedalam Meta.

“ahhhh…engghhh…b-bright”

tangannya mengepal dan kepalanya mendongak merasakan dirinya diisi penuh sekali oleh penis Bright. Bright hanya diam, tak menarik dan mendorong penisnya, ia mau Meta mulai terbiasa dan beradaptasi dengan ukurannya yang tertanam di dalam sana.

“udah masuk semua taa, bagaimana rasanya hmm?”

“enghhh…p-penih banget Bright..ahh kontolmu gede ba….bangethhh”

Bright gemas melihat kedua nipple berwarna merah muda milik Meta, maka dari itu ia mencubitnya gemas.

“ahh bright….”

“udah boleh gerak?” tanya Bright dengan sabar menunggu sampai Meta siap.

“udah…gerakin aja”

Perlahan Bright menarik penisnya, dan kekosongan yang maha kosong itu dirasakan Meta, seperti ada sesuatu yang direngut paksa dari dalam dirinya dan ketika Bright mendorong lagi penisnya, rasa penuh itu menyamabangi Meta lagi sampai kaki dan lututnya lemas serta gemetar.

TARIK

KELUARKAN

TARIK

KELUARKAN

Begitulah Bright memainkan temponya, membuat Meta menggelinjang dan menggelepar berkali-kali seperti ikan kehabisan air.

“ahh….bright…yeshh…ahhh….harderhhh….please”

CLOKK

CLOKK

CLOKK

Dituruti, Bright mulai meningkatkan temponya menjadi lebih cepat menumbuk Meta.

“ahh……ahhhh…too much….ahhh….b-bright…”

“huh? Faster huh? U want that?”

“n-no…ahh…..too much…I can’t take it….ahhh”

“no means yes baby”

CLOKKKKKKK

“AAARRGHHHHH…B-BRIGHT**

Keras sekali hujaman penis Bright, sampai menumbuk prostat Meta ke bagian terdalam.

“suka kan huh? Suka di entot kasar kamu taa? Huh…bilang ke gue” “ahhh…ahhh…hahhhhh..ahhh”

Tubuh Meta terlonjak-lonjak seiring gerakan Bright, semakin lama semakin cepat, semakin dalam dan semakin kencang.

“enak huh? Enak gakkk? tell me taa”

“y-yeshhh….enak banget Bright…ahh…ahhh….j-jangan berhenti”

CLOKKKK

“aaahhhhhhh”

“gini huh? Gini? Suka kamu taa?”

CLOKKKK

“ARRGHHH….bright…a-aku mau sampai…..ahhh..hahhhh”

“bareng taa….keluar bareng….ahh nambah ketat anjingghhhh”

CLOKK

CLOKK

CLOKK

“ahhh…ahhh..ahhh bright aku…aku…”

“TAHAN ….ahhhh dikit lagi taa”

Bright semakin cepat menghujamkan penisnya dalam-dalam, membuat Meta tak tahan juga untuk menahannya dan mendapat orgasme ternikmatnya bersama Bright.

“AAARGHHHHH BRIGHTTT”

“FUCKKK….AHH TAAAAA”

Mereka berdua meleguh bersamaan dengan orgasme yang datang seperti ombak tinggi yang berbondong-bondong menenggelamkan mereka.

Bright mencabut penisnya dan ia menubruk badan Meta, wajahnya langsung berhadapan dengan wajah sang seniman.

“yang tadi itu hebat sekali taa”

I know kau juga hebat sekali Bright….ahh…hahhh…”

“rasa-rasanya aku sudah bisa melukis bagian itu karena aku sudah merasakannya dengan tanganku, mulutku dan dengan…”

CUPPP

“kau nakal sekali taa, tapi aku suka hahaha”

Mereka berdua tertawa bersama dan berpelukan sebelum jatuh tertidur diatas ranjang ditengah badai salju yang melanda kota London diluar sana.


British Museum 10:10 Am

Mix berlari dengan cepat menghampiri Meta, terlihat banyak sekali lukisan yang dipamerkan disini dari para seniman berbagai belahan dunia.

“woyyy, mana lukisan lo?”

Tanya Mix pada Meta yang tengah asik mengagumi lukisan-lukisan yang tersaji dalam ruangan ini.

“aku? Sejujurnya aku datang kemari sebagai pengunjung bukan peserta”

“HAHHHH? Lah terus karya lo kemana?” Meta terdiam sejenak.

forget it ayo kita lihat kedalam, sepertinya masih banyak lukisan yang bagus, aku bisa tahun depan saja ikutannya”

“begitu? Baiklah”

Mereka berdua berjalan beriringan masuk kedalam museum di London ini, padahal yang sebenarnya terjadi adalah Meta tak rela tubuh Bright di lihat oleh dunia, maka dari itu setelah ia menyelesaikan bagian akhir dari lukisannya, ia memajang lukisan kanvas itu diatas ranjang kamarnya, untuk ia ingat bahwa ia pernah melukis sekaligus bercinta dengan seorang Bright.

Konten Kotor JeJe 2020

Halo, terima kasih karena telah mengapresiasi karyaku.

“Massage” adalah kata yang kamu butuhkan sebagai kata sandi.

Semoga kamu enjoy membacanya sebanyak aku enjoy ketika menulisnya.

Salam,

JeJe.

Hai, terima kasih sudah memberiku support. Silahkan klik eksternal content yang ada di bawah untuk membacanya.

Passwordnya adalah:

Semoga kalian menikmati membaca “” sebanyak aku menikmati ketika menulisnya.

With love.

JeJe


Apa yang bisa diharapkan dari hubungan cinta antara kedua lelaki? Tak ada, semuanya seperti bom waktu yang menunggu meledak dan menghancurkanmu hingga kau tak lagi percaya bahwa cinta yang berbeda itu nyata.

Hidup di Negara yang menjunjung tinggi norma dan etika di masyarakat, dimana hanya ada lelaki dan perempuan yang pantas mendapat persetujuan hingga jenjang pernikahan, tak ada negosiasi dan penolakan.

Memangnya apa yang bisa dilakukan? selain menyimpan hubungan rapat-rapat seperti sebuah aib. Menyembunyikannya pada dunia bahwa kau berbeda, bahwa kau tak akan bisa memberi tahu pada dunia betapa kau mencintai dan mendamba walau sesama lelaki, tidak, dunia tidak sebaik itu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang berbeda? Apakah mereka percaya pada secercah cahaya yang tak pasti itu? Apakah mereka mempercayai bahwa hubungan mereka akan berhasil layaknya sepasang kekasih yang akan menua bersama? Sepertinya mereka percaya pada cahaya fana itu, mereka pegang dan percayai untuk menghibur diri. Menghibur diri dari kepastian akhir, bahwa hubungan itu tak akan berhasil.

Lantas langkah mereka berhenti di ujung lorong yang gelap dan dingin, bahwa takdir membisikkan kalau perpisahan sudah ada didepan mata, bahwa mulai sekarang langkah mereka sekarang saling berlawanan tak lagi saling beriringan.

Bagaimana dengan semua kisah dan memori yang pernah tercipta? Semua kisah itu berhenti ditempat, ia tertinggal jauh dibelakang seperti polaroid usang, hingga akhirnya mereka saling melepaskan dan meninggalkan.


Meta POV

Tentang janji kita dan selamanya.

Tentang semua tawa dan duka yang pernah kita lalui bersama membuatku percaya bahwa abadi itu nyata.

Namun secara perlahan mereka berbisik kepadaku bahwa ketidakpastian itu benar adanya, meski sejak awal aku percaya bahwa kita tak akan pernah terpisahkan, namun karaguan itu mulai hinggap di benakku.

Dan aku mulai sadar dan melihat semuanya bahwa senyum dan tawa itu tak hanya untuk kita, bahwa duka itu tak lagi kita bagi bersama.

Lalu aku bertanya pada diriku sendiri “sampai kapan hubungan ini akan terus berlanjut? kemana hubungan ini akan berlabuh? Bukankah sejak awal harusnya aku tahu bahwa tak ada masa depan untuk hubungan seperti ini?”

Hingga kita sampai ke persimpangan jalan, dimana aku harus berbalik dan berjalan berlawanan darimu, dan dari situ aku belajar melepasmu, meski berat, meski aku tak pernah menginginkannya namun aku harus karena aku tak memiliki pilihan lain.

Dan aku teringat, sebelum aku melangkahkan kaki untuk pergi, aku berbisik padamu “bisakah kau terus mengingatku?” dalam perihnya hati aku terus berharap kalau suatu hari di kehidupanku selanjutnya mungkin cinta akan berpihak kepadaku.

Jika kalian berfikir mengapa aku melakukan ini, aku akan menjawab, memangnya apa yang bisa di harapkan? Tak ada kawan, aku melakukan ini untuk kebaikannya, bukankah ia harus menikah? Dan pastinya bukan denganku yang berlagak baik didepan keluarganya namun dibelakang aku mencintainya.

Mentari terbit dari timur menuju ufuk barat tiap harinya, dari pagi, siang dan malam, musim dan tahun berganti.

Sama dengan musim dan tahun yang terus berganti, kita tak lagi ada, janji kita sudah tertinggal dibelakang sana.