Cloudysun

Pesan dari Ten tadi membuat Ao langsung beranjak dari kamarnya menuju dapur, untuk mencari kotak p3k yang memang disediakan disana untuk anak kosan lainnya.

“Duh ternyata tuh orang nyebelin bisa sakit, sakit apasih dia tadi? Panas ya? Oke oke obat demam, aduh mane lagi obat demam.” Gumam dirinya sendiri sambil membongkar kotak p3k tersebut.

Setelah dia menemukan obat panas, dia pun kemudian berlari menuju kamar Ten. Dia mengetuk pintunya, namun nihil, tidak ada jawaban dari dalam kamarnya.

“Duh masa iya nih orang udah mati? ADUH AO APA BANGET SIH PIKIRAN LO.” decaknya sebal, bahkan dirinya sendiri pun sebal dengan sikapnya.

dia kemudian membuka knop pintu kamar Ten, dan beruntung pintu itu tidak dikunci. Dia pun masuk kedalam kamar Ten, saat pintu dibuka pun pandangannya langsung menuju ke satu orang yang sedang tertidur di sofa kamarnya.

“Kak-aduh siapa sih nama lo, mas reska, aduh bukan bukan, maksudnya Ten, bangun jangan mati dong.” Celetuk Ao dengan muka paniknya.

Namun, masih belum ada tanggapan dari sang empunya kamar, namun deru nafas masih terdengar, itu membuat hati Ao sedikit tenang karena orang yang ada didepannya ini belom mati.

Ao kemudian memegang dahi Ten.

“Astaga, panas banget.”

Dengan cepat ao meletakkan obat dan botol minum yang dia bawa dan mencari handuk kecil di lemari ten, dan dengan cepat membasahi air tersebut dengan air hangat yang dia bawa.

Setelah itu, Ao membetulkan posisi tidur Ten supaya dalam posisi telentang agar handuk kecilnya ditempellan di dahi Ten yang panas tersebut dapat menempel dengan sempurna.

Dikarenakan Ten masih belum merespon, Ao kemudian hendak beranjak untuk mengisi air yang ada di botolnya kembali, namun saat beranjak, tangannya langsung ditarik oleh Ten.

“Lo mau kemana?” Tanya Ten sesekali menerjapkan matanya

“Ih akhirnya bersuara, gue kira lo mati!”

“Gue masih bernafas? Ga lo liat ini perut gue masih naik turun?” Ucapnya

“Ngapain gue liatin perut lo, gak penting banget, lepasin ah gue mau ambil air di botol minum ini, biar lo minum obat terus gue bisa lanjutin drakor.” Ucap Ao melepaskan tangan ten yang menggenggam lengannya.

Setelah terlepas, Ao kembali beranjak, namun sayang, tangannya lagi lagi ditarik oleh Ten, membuat dirinya dan Ten hanya berjarak sejengkal dan Membuat mata Ao dan mata Ten saling berhadapan.

“—Ao.” Ucap Ten lirih sambil menatap dalam mata Ao.

Namun ao hanya diam, berusaha menghindari tatapan mata Ten, tapi saat berusaha menghindar pipinya dengan cepat ditangkup oleh tangan Ten untuk menghadap dirinya.

Ingat, ao juga perempuan, ao juga punya perasaan, kalau diginiin siapa yang ngga deg degan?

“Jadi.....gue cuma mau bilang, kalau gue—“

”kalau gue apa, kalau gue apa?” batin Ao berbicara.

“Kalau gue sakit begini biasanya dibuatin cream soup sama ibu gue, lo besok tolong buatin buat gue ya? Bisa kan?” Ucap Ten dengan memasang puppy eyesnya

“Sialan, dikirain apaan anjing!” sebuah umpatan yang hanya diketahui Allah, Ao, dan para readers sekalian🙏🏻

Pagi ini, setelah pergulatan kata-kata di chat, akhirnya mereka berdua berakhir dipasar, ya Ten & Ao.

Awalnya Ao mau pergi sendiri, karena ternyata Ten tidak punya motor, dia tidak jadi ingin pergi. Namun, Ten menawarkan untuk pergi bersama dirinya. Sambil katanya dia lagi pengen masak juga. Jadi deh mereka berdua berada di pasar ini.

“Rame banget.” Ucap Ao pelan

“Kalau gak mau rame kaga usah ke pasar, mendem aja di dalam kamar.” Jawab Ten

Ao mendengus kesal, padahal suaranya pelan, masih aja bisa di judge sama nih manusia.

—— Mereka berkeliling, dari tempat sayur-sayuran, tempat segala macam bumbu, dan terakhir pergi ke tempat daging-dagingan.

“Lo mau masak apa?” Tanya Ten

“Gatau, pengen soup gitu, soalnya enak yang anget anget.” Jawab Ao

“Kan punya pacar, tuh minta pel—“

PLETAK

tamparan keras dari tangan Ao di lengan Ten cukup membuat Ten dan beberapa orang yang ada disebelahnya kaget.

“Lo gila ya?” Decak Ten

“Lagian omongan lo gak bener banget.” Jawab Ao sinis.

Tingkah kekanak kanakan mereka sukses menjadi perhatian beberapa orang disana, bahkan sampai ada seorang ibu-ibu yang nyeletuk menanyakan status mereka.

“Duh lucu banget, pacaran apa nikah muda dek? Lucu banget pagi-pagi berantem kecil di pasar hehe.”

“—eng..engga bu bukan git—“

“Nih bang uangnya, mari bu, kita duluan.” Ucap Ten menarik Ao setelah membayar daging yang mereka beli.

“Apasih ga sopan banget.”

“Kalau lo ladenin tu ibu-ibu, sampe sore lo dipasar ini, jadi mending pergi.” Ucap Ten.

Ao lagi-lagi hanya bisa mendecih kesal, dia tidak bisa macam macam, karena kalau dia macam-macam bisa bisa dia ditinggal dipasar ini yang dia juga gatau harus kemana.

—— Setelah selesai belanja, mereka berjalan menuju pintu keluar. Namun, langkah kaki di stop oleh Ao.

“Bentar, katanya tadi lo mau belanja juga? Kenapa lo ngga ada beli?” Tanyanya

“Lah itu?”

“Ini kan punya gue.”

“mohon maaf ya, yang daritadi bayar kan gue.”

“Ya lo yang nyuruh gue pake uang lo.” Decak Ao

“Ya lo siapa suruh mau?” Tanya Ten lagi

“ISH NYEBELIN.”

“Udahlah, masak jadi satu aja kenapasih? Gue juga lagi pengen soup.” Ucap Ten santai.

“Kok lo ikut ikut gue?”

“Ya sekalian!”

“Terus gue yang masak?” Tanya Ao tanpa henti.

Ten tidak bergeming, dia terus berjalan sambil membawa beberapa kantong plastik hasil belanja mereka.

“Heh jaw—“

Omongan Ao terhenti saat mulutnya disumpel jajanan pasar yang tepat berada didepannya itu.

“Bu ini, sama yang dimulut anak ini ya, berapa?”

“20k aja mas.” Ucap penjual tersebut, dan menerima uang 20k dari Ten.

Ten kemudian mengambil jajanan pasar tersebut, dan tentu saja diikuti oleh Ao.

“ISH GUE BERASA ASISTENNYA ANJRIT, NYEBELIN!!!!!” decak Ao, sambil mengunyah kue putu ayu yang dipakai untuk menyumpel mulutnya.

Ten masih dalam mode tertawa karena kata “paok” yang dia berikan ke Ao. Lucunya, mahasiswi bernama Ao itu beneran mencari arti kata tersebut. Sebenernya gak lucu sih mungkin bagi orang lain, tapi bagi Ten seluruh sikap Ao emang diluar batas rata rata, alias gampang banget dikasih perintah.

“Dih gila ya tuh orang?” Bisik mark kepada Johnny sambil memperhatikan Ten yang sibuk dengan hpnya berdiri di bagian Coffee.

“Lo beneran curiga gak sih sama Ten?” Tanya Johnny

“Curiga apa bang?”

“Curiga kalau di—“

“Ngomongin gue ya lo berdua.” Ucap Ten memotong perkataan Johnny, dia tiba-tiba sudah berdiri tepat didepan Johnny dan Mark dengan tatapan sinis.

“Orang yang ga kenal aja bisa ngomongin lo bang kalo liat lo ketawa ketawa sendiri kaya orang sinting.” Ucap Mark.

——— Setelah membalikkan papan “open” menjadi “close”, 4 sekawan Tampan ini kemudian membersihkan cafe mereka, maklum mereka disini cuma berempat, berusaha mengerjakan semua sendiri, hanya dibantu beberapa karyawan yang itupun mahasiswa yang melamar untuk kerja part time.

“Abis ini mau pada kemana lo?” Tanya Taeyong.

“Mau ada urusan gue.” Ucap Johnny.

“Zinah terus john john.” ucap taeyong sambil menggeleng.

“Zinah pala lo kebelah, gue mau kerumah paman gue.” Balas Johnny

Yang lainnya hanya tertawa, soalnya biasanya Johnny setelah pulang dari cafe kerjaannya ngapel, pulang nya besok pagi.

“Lo mark? Ten? Temenin gue lah cari makan.” Tanya Taeyong lagi.

“Gue pulang lah bang, gue kuliah pagi cuy.” Jawab mark

“Gue pulang. gak mood makan, apalagi sama lo.” Jawab Ten melekit.

Taeyong melengus kesal, tidak ada temannya yang mau menemaninya makan malam itu.

——— Ten memarkirkan mobilnya tepat di parkiran yang ada dikosannya, maklum kosan miliknya ini termasuk kosan elite, jadi jangan heran kalau kost-nya ini punya 1 lantai khusus parkiran.

Dia menaiki tangga parkiran menuju ke lantai dimana kamarnya berada. Namun, dia mendengar suara rintihan kecil.

“Ad—uh”

Ten segera mencari asal suara tersebut, dia takut kalau kosannya jadi tempat yang tidak tidak (re; tidak dalam arti negatif)

dia mencari, dan terus mencari, akhirnya menemukan sumber asal suara tersebut.

“Heh, lo kenapa?” Ucapnya Panik

“Sakit banget, gabisa jalan.”

“Sini duduk dulu diatas, kenapa deh lo?” Ucap Ten sambil membopong seseorang yang sedang merintih kesakitan keatas kursi.

“Ao, jawab, lo kenapa?”

“Sakit....beliin obat.....obat apa aja....yang buat pms....sumpah...sakit banget....” rintih Ao, si sumber suara tersebut.

“Ok bentar, lo tunggu sini, gue ke minimarket depan.” Ucap Ten segera mengambil kunci pagar kost miliknya, namun saat hendak bergegas, ia dipanggil lagi oleh Ao.

“Bentarr—gue boleh sekalian nitip ga?”

“Apa?”

“Anu—“

“—anu apa?” Ucap Ten bingung

“Aduh itu, roti roti.”

“Yaudah, roti apa? Sari roti? Atau merk apa?”

Ao menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan bukan itu yang ia maksud.

“Itu lo—aduh.”

“Apasih? Roti kan? Emang roti apalagi?” Tanya Ten lagi lagi, karena jujur dia so confused

“IH—ROTI ITU TUH PEMBALUT MAKSUDNYA😭” teriak Ao sebal.

Ten yang berdiri didepan pintu kosannya langsung buru-buru masuk kedalam setelah mendapat pesan dari si anak kost.

Dia kemudian berlari ke kamar Ao, berusaha membuka pintunya. Tapi dari dalam kamar itu hanya terdengar suara teriakan sang empunya kamar.

“AAAAAA...AAAAAA JANGAN!!!”

Ten panik, benar benar panik.

“Eh beneran ada penjahat? Eh jangan mati dulu jangan...” ucapnya

“Tolongin gue, gue gak bisa keluarr!” Teriak Ao dari dalam kamar.

“Bentar bentar aduh gue mesti cari kunci kamar lo dulu, kok bisa sih penjahat masuk pintu kamar lo dikunci.”

Ten kemudian berlari menuju kamarnya, mengambil kunci cadangan yang biasanya dimiliki oleh bapak-bapak yang punya kost.

dengan nafas terengah engah dia pun kemudian membuka pintu kamar Ao, dengan sapu ditangannya, berharap penjahatnya bisa digetok pake sapu.

“aaaa, tolongin please jangan kesini jangan kesini.” Teriakan semakin jelas terdengar dari dalam.

Klek

Suara pintu berhasil dibuka, Ten kemudian masuk dengan muka paniknya.

“Aaaaaa, tolongin.”

“Mana penjahatnya mana?” Tanya Ten.

“Itu, itu— dia sembunyi dibawah ranjang.” ucap ao gemetar.

Ten dengan was was kemudian mengambil posisi tiarap untuk mengecek dibawah kolong kasurnya.

“eh keluar lo, berani nya masuk kamar cew—“

kata-katanya kemudian terhenti saat melihat apa yang keluar dari bawah ranjangnya.

“Meow—“

Kucing kampung berwarna putih keluar dengan ekspresi muka menggemaskan, bahkan tidak ada niat jahat tergambar dari raut wajah kecilnya itu.

“Itu..itu..sumpah itu penjahatnya.”

“Maksud lo nyuruh gue kemari cuma karena ini? Seekor kucing doang?”

“IYAA YAALLAH KELUARIN CEPETAAAN AAA GUE TAKUT BANGET.”

Ten dengan muka sebalnya kemudian mengangkat kucing itu dan mendekati kucing itu ke ara ao.

“Aaa lo mau ngapain, aaa jauh jauh.” Ucap Ao berusaha menjauh dari Ten yang sibuk menyodorkan tubuh kucing itu ke arahnya.

“Aaaaa bunda!!!!” Teriaknya lagi mengelilingi kamar, dan tentu saja diikuti dengan Ten.

Namun, karena tidak hati-hati, dia malah jatuh ke arah Ten, dan tidak sengaja membuat tubuhnya dan tubuh Ten terjatuh dengan saling berhadapan.

“aaaaaAaAAAAaaa”

Mereka hanya diam dalam beberapa detik tanpa berbicara dalam posisi tersebut. Namun, Ten seketika sadar dan mendorong pelan tubuh Ao.

“—LO SENGAJA YA?”.

Hari ini, setelah mendapat kabar kalau Mbak Ira si penjaga kosan kesayangan Ao harus pulang kampung rasanya lemes.

Soalnya ngga ada lagi yang bisa dia jailin, dia minta tolongin, dan otomatis beberapa penghuni kost yang suka mbak ira marahin gara-gara bawa cowo kedalam kamar pasti bakal ngelakuin aksinya lagi.

Huh, bukan ngga suka atau apa, Ao tuh suka keganggu kalo ada suara suara aneh yang mengganggu dirinya nugas tiap malam. Ya toh kalo mau gituan ditempat lain kek, jangan dikosan?

“Heh ngelamun aja.” Ucap Aras yang tibatiba muncul dihadapan Ao

“Nggak, kata siapa?”

“Kata gue lah, ngapain lo disini sendirian? Bukannya lo sekelas sama jahe?”

“Iya, tapi jahe duluan katanya mau ke bengkel memperbaiki kelecetan neneng yang 0,1 cm itu, jadi gue nungguin juna pulang.”

Aras hanya ber-ooh ria. Dia duduk disebelah Ao, menemani sahabatnya menunggu si Juna.

Tak berapa lama, sosok lelaki tinggi datang dengan wristbag nya menghampiri 2 wanita yang sibuk ngejulidin temen temen kampusnya.

“Gosip teross.” Ucap Juna.

“Dah ayo pulang.”

“Yah gue baru nyampe, sabar dong?”

“ya ngapain lama lama.” Celoteh Ao.

“Terus ini si aras sendirian gitu?” Tanya Juna lagi

“Ngga, gue udah dijemput sih tadi tapi dibelakang, gue nungguin si sad gur—Ah iya iya ampun.” Ucap Aras yang kembali dicubitin oleh Ao.

Juna hanya mengangguk paham, emang temen temen cewenya ini idaman para lelaki, aras yang gebetannya banyak lagi mencoba serius sama satu cowo, sedangkan ao, banyak yang suka tapi dianya gamau.

“Makan dulu lah o? Udah sore gini gue belom makan.”

“Dikosan gue aja, tadi mbak ira sebelum pergi masakin buat gue.” Ucap Ao.

“Oke kalau gitu, meluncur.”

———— Setelah sampai dikosannya Ao, Juna memarkirkan mobilnya di dalam parkiran, kebetulan parkiran kosannya Ao luas, jadi gak masalah kalau ada yang bawa mobil.

“Bentar gue ambilin.” Ucap Ao kemudian ngibrit ke kamar untuk meletakkan tasnya dan berlari kedapur mengambil makanan yang udah disisakan oleh Mbak Ira sebelum berangkat.

“Nih.”

“Asik mantap banget mbak yang jaga kosan disini, pantes lo riang gembira ya, tiap pulang kosan udah ada makanan.” Ucap Juna

“Tapi, mbak nya lagi pulang kampung, gue sedih.” ucap ao pelan.

Mereka pun menyantap makanan itu dengan keadaan sunyi, hanya ditemani beberapa percakapan singkat antara Juna & Ao.

“Eh bentar ada nasi nih deket bibir lo.” Ucap Juna sambil mengambil nasi yang ada disamping bibir Ao.

Namun, tanpa disangka, kejadian itu dilihat oleh seseorang.

“Ekhem, sorry ganggu pacarannya ya, pacaran kok dikosan, diluar kek modal.”

Kalimat itu mengagetkan Ao & Juna, Mereka jungkir balik berdua juga biasa, kenapa bisa kaya begini dibilang pacaran?

“Eh mas mas nyebelin kalau masuk tuh salam kek, apa kek, ini main masuk aja.” Celetuk Ao.

“Suka suka gue dong kan gue yang punya kosan? Kok lo sewot?” Balas Ten dengan nada yang tidak kalah nyolot.

Ao memperhatikan si bapak pemilik kosannya itu, dengan segala barang bawaannya yang siper banyak. “Terus apa apaan itu kok bawa bawa koper lo kesini?”

“Gue yang bakalan jaga disini selama mbak ira gaada.” Ucapnya Ketus

“Hah?”

“Kenapa? Gak suka? Kalo gak suka, silahkan keluar aja lo.”

“Makasih baby” ucap Ao saat pertama kali sampai didepan kosannya.

“Baby, baby, gue tempeleng lo ya manggil gue baby.” sinis jaehyun alias jahe.

“Lo tuh jomblo aja sok gamau dipanggil baby, syukur syukur ada yang mau manggil lo bab— Ah! Jahe lo mah!” Ucap Ao sambil mengelus kepalanya yang disentil oleh jaehyun.

Namun, bukan Ao namanya kalo gak bales dendam. dia kemudian menendang neneng, si vespa merah kesayangan Jaehyun, dan tentu saja membuat jaehyun oleng dan hampir jatuh.

“HEH ANJING BENER, GILA YA LO AO? Hampir si neneng lecet nih kena aspal kosan lo.” Umpat jaehyun sambil mengelus si neneng.

“Ups sorry neneng, pemilik lo ngeselin.”

setelah perdebatan singkat dan beberapa lemparan umpatan antara Ao dan Jaehyun, akhirnya Jaehyun pergi dan Ao masuk kedalam kosannya.

“Aunty, mana maka—“

Suara Ao terhenti saat melihat Mbak Ira, atau yang sering dia panggil “Aunty Penjaga Kost” dengan seorang cowo sedang mengobrol di ruang tamu kosannya.

“Ekhem, maap aunty ganggu pacarannya.” Celetuk Ao.

“Heh neng, apaan bahasanya loh, ini mas Ten, bukan pacar mbak.”

“ya mana kenal ao sama mas ten? btw kenalan dulu mas, nama gue Alyora, biasa dipanggil Ao.” Ucapnya dengan pede sambil menjulurkan tangannya kehadapan laki-laki yang bernama Ten itu.

Laki-laki itu hanya diam sambil menjabat tangan Ao.

“Neng, ini teh Mas Ten pemilik kosan, masa neng gatau?”

Ao terdiam, berfikir sejenak

“Oh? Mas anaknya bapak pemilik kost ya? Ih iya gue baru inget dp bapak yang kost mirip dari samping sama lo. Gila, bapak lo sayang anak banget ya? Oh iya ingetin ya sama bapak nya mas , saya ngehubungin cuma mau comp—“

“Bentar—“ potong laki-laki itu, dia kemudian membuka hp nya dan bolak balik melihat wajah Ao dan Layar Hp nya.

“Neng, ini bukan anak bapak pemilik kosan, tapi mas ini yang punya kosan ini, ini bisnis dia, keren kan neng masih muda udah punya bisnis kosan sendiri.” Ucap Mbak Ira menengahi.

Ao yang mendengarkan penjelasan mbak ira kemudian menyadari satu hal, jadi selama ini yang dia chat.....

“Oh jadi lo yang ngechat gue? Yang ngga percaya kalo gue umur 24 tahun? yang manggil gue bapak? Jadi ini orangnya? siapa mbak namanya?” Tanya Ten

“Nama A—“

belum sempat mbak ira menyelesaikan kalimatnya, Ao kemudian langsung menutup mulut mbak ira dengan tangannya.

“Gimana, cewe nyebelin? Masih gak percaya kalau gue cowo 24 tahun yang udah punya bisnis kost-kostan sendiri?”

Dear, Jeffrey Jefandra.

Kalau kamu udah buka surat ini, berarti sudah 7 jam setelah aku pergi dari sana ya jeff? Aku gatau 7 jam itu keadaanku masih baik baik aja atau engga, tapi aku harap aku masih baik baik saja.

Jeff, aku nulis surat ini pengen aja, rasanya aku harus ninggalin sesuatu yang bisa kamu kenang sebelum aku pergi jauh. Aku sih pas nulis ini mikirnya aku pergi jauh cuma ke Australia doang, tapi gatau kenyataannya.

Jeff maaf ya kalau aku ngga bilang ke kamu soal ini, tapi aku emang udah ada rencana mau pindah sekolah kesana. Ditambah lagi sama kejadian itu, makin bikin tekad ku bulat untuk pindah kesana.

Jeff, waktu aku kenal kamu, aku seneng banget. Bener bener kaya ngelihat kakak ku sendiri sifatnya, apalagi pas kamu selalu ada disaat aku terpuruk dicuekin wira terus haha becanda.

Tapi tau gak sih? Alasan aku milih kamu ya itu, kamu selalu ada disaat aku butuh kamu.

Jeff, waktu kita pacaran, aku berasa jadi manusia bahagia banget tau, lebay ya? Gapapa deh. Tapi, saat kita udah berjalan beberapa bulan dan ada kabar mengejutkan itu jujur aku shock banget, walau aku yakin kamu gak mungkin ngelakuin itu kan? Tapi tetep aja sebagai perempuan aku tersakiti, gak bisa nerima, gak rela dan segalanya lah.

Tapi lagi lagi kenyataan mengajarkanku untuk mencoba ikhlas, mencoba ngelepas kamu walaupun jujur aja susah banget jeff, tiap aku ga sengaja liat kamu, aku selalu nangis, aku selalu kangen banget sama tingkah konyol kamu, tapi nyatanya mungkin emang kita gabisa sama sama ya makanya semuanya terjadi?

Terlepas dari kejadian buruk itu, kamu perlu tau, aku sayang banget sama kamu jeff, sumpah seharusnya aku gak boleh ngomong ini ke kamu, tapi bodoamat sebelum aku pergi aku mau kamu tau kalo aku beneran sayang sama kamu, maafin kalau nanti kamu nerima surat ini calon kamu baca ya, aku cuma nyampein aja terakhir kalinya kok.

Jeffrey, mungkin kalau nanti aku pergi, aku cuma mau ngasih kamu pesen, kamu harus hidup bahagia ya, gak boleh stress gak boleh banyak pikiran, gak boleh berantem sama wira!!!!! Kamu itu kembaran sama wira gak boleh berantem, janji ya sama aku?

Aku gatau aku bakalan pergi sebentar atau lama, tapi setidaknya, didalam surat ini menjelaskan semuanya yang aku rasain setelah tau dan kenal kamu.

Pokoknya apapun takdirnya nanti, aku mau kamu hidup bahagia tanpa ada kesedihan sedikitpun walaupun itu gak mungkin, tapi setidaknya aku berdoa, walaupun jika akhirnya kita tidak dipertemukan lagi, aku mau kamu hidup bahagia seumur hidup kamu, okay?

Because, you deserves to be happy. Ada atau ngga adanya aku, kamu harus bahagia.

Aku harap setelah kamu baca surat ini sampai sini, kamu bisa janji sama aku untuk ikutin semua perintah aku buat hidup bahagia.

Salam juga buat Wira, makasih udah ajarin aku dan pernah punya rasa sama aku, disampein ya, jangan gak disampein loh!

Terimakasih atas semuanya Jeffrey, I love you and i really do.

See you again, jeffrey💗

-Maura, your cewe desert box.

Dear, Jeffrey Jefandra.

Kalau kamu udah buka surat ini, berarti sudah 7 jam setelah aku pergi dari sana ya jeff? Aku gatau 7 jam itu keadaanku masih baik baik aja atau engga, tapi aku harap aku masih baik baik saja.

Jeff, aku nulis surat ini pengen aja, rasanya aku harus ninggalin sesuatu yang bisa kamu kenang sebelum aku pergi jauh. Aku sih pas nulis ini mikirnya aku pergi jauh cuma ke Australia doang, tapi gatau kenyataannya.

Jeff maaf ya kalau aku ngga bilang ke kamu soal ini, tapi aku emang udah ada rencana mau pindah sekolah kesana. Ditambah lagi sama kejadian itu, makin bikin tekad ku bulat untuk pindah kesana.

Jeff, waktu aku kenal kamu, aku seneng banget. Bener bener kaya ngelihat kakak ku sendiri sifatnya, apalagi pas kamu selalu ada disaat aku terpuruk dicuekin wira terus haha becanda.

Tapi tau gak sih? Alasan aku milih kamu ya itu, kamu selalu ada disaat aku butuh kamu.

Jeff, waktu kita pacaran, aku berasa jadi manusia bahagia banget tau, lebay ya? Gapapa deh. Tapi, saat kita udah berjalan beberapa bulan dan ada kabar mengejutkan itu jujur aku shock banget, walau aku yakin kamu gak mungkin ngelakuin itu kan? Tapi tetep aja sebagai perempuan aku tersakiti, gak bisa nerima, gak rela dan segalanya lah.

Tapi lagi lagi kenyataan mengajarkanku untuk mencoba ikhlas, mencoba ngelepas kamu walaupun jujur aja susah banget jeff, tiap aku ga sengaja liat kamu, aku selalu nangis, aku selalu kangen banget sama tingkah konyol kamu, tapi nyatanya mungkin emang kita gabisa sama sama ya makanya semuanya terjadi?

Terlepas dari kejadian buruk itu, kamu perlu tau, aku sayang banget sama kamu jeff, sumpah seharusnya aku gak boleh ngomong ini ke kamu, tapi bodoamat sebelum aku pergi aku mau kamu tau kalo aku beneran sayang sama kamu, maafin kalau nanti kamu nerima surat ini calon kamu baca ya, aku cuma nyampein aja terakhir kalinya kok.

Jeffrey, mungkin kalau nanti aku pergi, aku cuma mau ngasih kamu pesen, kamu harus hidup bahagia ya, gak boleh stress gak boleh banyak pikiran, gak boleh berantem sama wira!!!!! Kamu itu kembaran sama wira gak boleh berantem, janji ya sama aku?

Aku gatau aku bakalan pergi sebentar atau lama, tapi setidaknya, didalam surat ini menjelaskan semuanya yang aku rasain setelah tau dan kenal kamu.

Pokoknya apapun takdirnya nanti, aku mau kamu hidup bahagia tanpa ada kesedihan sedikitpun walaupun itu gak mungkin, tapi setidaknya aku berdoa, walaupun jika akhirnya kita tidak dipertemukan lagi, aku mau kamu hidup bahagia seumur hidup kamu, okay?

Because, you deserves to be happy. Ada atau ngga adanya aku, kamu harus bahagia.

Aku harap setelah kamu baca surat ini sampai sini, kamu bisa janji sama aku untuk ikutin semua perintah aku buat hidup bahagia.

Salam juga buat Wira, makasih udah ajarin aku dan pernah punya rasa sama aku, disampein ya, jangan gak disampein loh!

Terimakasih atas semuanya Jeffrey, I love you and i really do.

See you again, jeffrey💗

-Maura, your cewe desert box.

Mobil para lelaki itu tiba dibandara sekitar 18 menit setelah chat terakhir dari Oca.

Jeffrey ditemani Wira langsung berlari menuju tempat yang Oca bilang, mereka berlari sekuat tenaga, berharap bisa bertemu dengan perempuan itu, dan memberikan buktinya.

—— Mereka sampai di tempat yang di instruksikan oca, namun.

“Maura mana?”

“Lo telat 1 menit, Maura barusan aja masuk”

Jeffrey langsung terjongkok lemas dengan nafas terengah-engah.

“Gue—mau kasih bukti ke dia—“

Teman teman maura yang disana kemudian menoleh ke arah Jeffrey, penasaran apa yang dimaksud oleh Jeffrey.

“Bukti—kalau anak yang dikandung gabby itu bukan anak gue, gue harus kasih tau ke dia.”

Pernyataan itu sukses membuat mereka kaget, sebuah bukti besar yang terlambat untuk diketahui oleh Temannya yang sudah berada didalam dan bersiap berangkat.

“Jeff maura mana?” Tanya Ten yang baru saja tiba.

“Udah masuk, kita juga ga sempet ketemu.” Jawab Wira.

Jeffrey yang masih terduduk lemas kemudian didekati oleh Oca.

“Lo mesti kabarin maura kabar ini, setidaknya sebelum dia berangkat biarin dia tenang dengan kabar baik ini, mungkin dengan kabar baik itu bisa ngerubah dia buat balik kesini lagi nantinya, dan Ini, ada surat titipan dari Maura buat lo.” Ucap Oca sambil menyodorkan sepucuk surat yang dibungkus amplop coklat dengan tulisan

Dear, Jeffrey Jefandra

“Gue bisa hubungin dia?” Tanya Jeffrey

“Coba aja lo kirim pesan ke dia, bisa jadi hp nya masih aktif, atau nanti dia bakalan baca kalau udah sampe.”

“Tapi gue di block.”

“Dia udah lama unblock lo.”

Jeffrey kemudian buru buru mengetik sesuatu di hp nya, mengirimkan ke orang yang dia sayang tersebut.

“Oh iya, maura pesen kalo mau baca suratnya setelah dia ngabarin ke gue kalau dia udah sampe. Jadi lo bisa buka suratnya sekitar 7 jam dari sekarang.”

Malam ini, jeffrey dan teman temannya menuju kediaman Denny, untuk mencari tahu semuanya.

Semua alamat dan bukti dari tempat Johnny sudah berada ditangan Jeffrey karena hari ini Johnny menyusul karena ada suatu urusan.

“Bener ini rumahnya?” Tanya Wira yang memberhentikan mobilnya didepan rumah seseorang

“Kalo sesuai alamatnya sih bener, coba deh kita turun dulu.” Ucap Ten

Jeffrey, Atuy dan Ten turun duluan selagi Wira memarkirkan mobilnya, mereka bertiga pun berjalan menuju pintu rumah tersebut, dan mengetuknya dengan pelan.

Tok..tok..tok Tok..tok—

Pintu itu pun terbuka, menampilkan seorang laki-laki dengan kaos dan celana pendeknya.

“Cari siapa ya mas?” Tanya Laki laki tersebut

“Lo denny?”

“Iya, gue denny, lo semua nyari siapa?”

Jeffrey kemudian maju didepan denny, dan memperkenalkan dirinya.

“Gue Jeffrey, gue kesini mau nanya satu ha—“

Belum selesai jeffrey berbicara, laki laki itu langsung buru buru menutup pintunya, untungnya Atuy dengan sergap menahan pintu itu agar tidak ditutup, dan yang lain kemudian menyusul untuk melakukan hal tersebut.

“Jangan ganggu gue, gue ngga ada urusan sama masalah lo dan gabby, please pergi—“ teriaknya.

Jeffrey dan teman temannya yang masih berusaha menahan pintu itu semakin bingung, dari mana dia tau kalau mereka datang kesini untuk menanyakan soal gabby?

Setelah beberapa lama, akhirnya Denny menyerah dan membuat Jeffrey dkk berhasil masuk kedalam rumahnya.

“Lo semua mau apa hah? Kalau mau nanyain soal gabby gue gak mau jawab.”

“Darimana lo tau kalo gue dan temen temen gue mau nanyain soal gabby? Lo kenal dia?”

Denny terdiam tak berkutik, seperti sudah ketahuan.

“Gue minta lo jujur, lo kenal sama gabby? Lo kerja di club nya Johnny kan waktu itu?” Tanya Wira yang kali ini bersuara.

Dia masih diam.

“Gue punya bukti, gue cuma mau lo jujur dan bantuin gue memvalidkan bukti ini.” Ucap Jeffrey yang kemudian memperlihatkan beberapa video sekitar 5 bulan dan 3 bulan yang lalu.

Video itu menampilkan saat jeffrey 5 bulan yang lalu datang ke bar itu, dan beberapa video yang menampilka. aktivitas yang dilakukan gabby selama 3 bulan terakhir di dalam club itu yang tanpa sengaja bisa menjadi bukti lain dari semuanya.

“Lo kenal kan sama dia?”

Dia masih diam, tak berkutik.

“Sebelumnya gue jelasin ke lo, sekarang gabby hamil, dan dia ngaku anak gue, padahal gue sama sekali gapernah ngelakuin itu ke dia, sama sekali gak pernah. Gue terakhir ketemu dia di club 5 bulan yang lalu, dan baru-baru ini dia ngaku kalau dia hamil anak gue dan udah 3 bulan, setelah gue dan yang lain cari tahu di cctv itu, gue malah ga nemuin hal aneh di diri gue selama gue di club itu 5 bulan yang lalu dan malah yang gue temuin adalah 3 bulan yang lalu, lo dan gabby ada di club itu. Sekarang lo bisa jelasin?” Ucap Jeffrey

Denny hanya bisa menunduk, tidak tahu harus bicara apa.

“Gue perlu pake cara apaa biar bisa bikin lo ngomong?” Ucap Jeffrey yang bersiap memukul Denny, tapi ditahan oleh Atuy.

“Di cctv itu, 3 bulan yang lalu lo terlihat mabuk bareng gabby dan masuk ke dalam sebuah ruang—“

“IYA GUE PELAKUNYA!” Ucap Denny yang akhirnua bicara setelah memotong perkataan Ten

“Pelaku apa?”

“Gue yang hamilin gabby, gue yang hamilin dia, puas lo semua?”

Pernyataan dari Denny sukses membuat orang yang berada disana terkaget-kaget. Bagaimana bisa?

“Gue baru kenal dia 3 bulan yang lalu, tepat di club itu, Waktu itu gue lagi kerja, dan cewe ini mabuk banget sampe manggilin gue terus, awalnya gue nolak, tapi karena temen gue nyuruh temenin dia akhirnya gue temenin, dan lama lama dia ngasihin gue minum berkali kali, dan malem itu gue bener bener mabuk, gabby juga begitu, kita gak sadar akhirnya kita ngeroom dan ngelakuin hal gila itu—“

“Saat gue dan gabby sadar, dia langsung marah marah sama gue, padahal lo bisa liat di cctv itu, siapa yang ngajakin gue duluan, lo tau kan naluri cowo, apalagi dia udah begitu keadaannya, gue juga g sadar akhirnya terlintas buat ngelakuin hal itu dan tentunya kita gak pake pengaman. Dia marah sama gue, gue ngaku gue salah, gue bilang sama dia kalo sampe dia hamil gue bakal tanggung jawab, tapi dia malah ngeludahin gue dan marah ke gue karena gak sudi kalau sampe dia hamil dari orang miskin kaya gue—“

“Really?” Tanya Ten terheran heran.

“Iya, gue juga sakit hati, tapi gue gak sebrengsek itu, gue akhirnya cari tahu nomer dia, dan dia ngaku kalo dia hamil, gue bilang lagi kalau gue bakalan tanggung jawab, tapi tetep dia gak mau, dan dia malah bilang ke gue dia bakalan ngaku kalo ini anak mantan pacarnya, dan itu lo jeffrey, dan dia minta gue buat gak kasih tau siapa siapa dan nyuruh gue hapus jejak itu, tapi gue selalu lupa samgking gue gak mau liat lagi, sampe akhirnya gue milih resign dari sana.”

“SHIT!” Umpat Jeffrey.

“Gue gatau kalau gue udah ngaku gini ke lo semua gue bakalan gimana, mungkin gue bakalan mati, tapi gue lega udah ngebantu lo, gue gak kenal banget sama gabby tapi gue liat dia hanya ngejar harta lo aja.”

“Lo bakalan aman, lo jangan takut.” Ucap Ten menenangkan Denny yang sekarang ketakutan

“Shit, she’s crazy, btw makasih lo udah ngaku semuanya.” Ucap Jeffrey menepuk pundak Denny.

“Cuma sekarang gue harus pergi, lo tenang aja lo bakalan aman, gabby gak akan nyakitin lo, lo bisa pindah ke tempat yang dia gak ketahui, tapi gue gak bisa bantu lo sekarang, karena gue harus nyerahin bukti ini ke pacar gue, supaya dia percaya.” Ucap Jeffrey.

Denny mengangguk paham, dia mengerti pasti gabby telah merusak semua urusan jeffrey dengan alibinya tersebut.

“Lo udah rekam semua kan tuy?” Tanya Wira.

“Udah”

“Ayo sekarang kita ketempat Maura, ayo!! Gue mau buktiin ke dia gue gak salah, ayo.” Ucap Jeffrey yang bersemangat setelah tahu semuanya itu tidak benar.

“Kita pergi dulu ya bro, lo tenang aja lo bakalan aman.” Ucap Ten dan yang lainnya kemudian meninggalkan rumah Denny untuk berangkat menuju tempat Maura.

Namun, disaat hendak perjalan ke tempat Maura, beberapa pesan dari Oca masuk kedalam hp Jeffrey dan membuat mereka harus memutar arah.