minnqyu

Help

Matahari sudah menampakkan dirinya sedari tadi, namun Wonwoo masih betah tinggal di alam mimpinya. Mingyu sedari tadi sudah menunggu Wonwoo bangun sambil menyiapkan sarapan untuknya. Mingyu memang pandai dalam memasak, masakannya selalu memuaskan lidah siapapun yang menyantapnya. Mingyu masih sibuk membersihkan dapur saat Wonwoo bangun dari tidurnya. Kepala Wonwoo masih terasa sakit, efek dari alkohol yang ia minum semalam.

“Wonwoo hyung, udah bangun?” tanya Mingyu yang masih membereskan dapur.

“Hah, lu masih di sini?” Wonwoo menengok ke kanan, kaget melihat sahabatnya yang masih di apartmentnya.

“Mau minum?” Mingyu mengambil satu botol air mineral dari dalam kulkas.

“Ngapain lu di sini?” tanya Wonwoo bingung.

“Hyung ga inget? Semalem hyung minum sampe mabok terus muntah deh.” Mingyu masih shirtless, begitu juga dengan Wonwoo, baju mereka berdua kotor terkena muntahan Wonwoo.

“Iya kah?” Wonwoo mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, tapi percuma. Dia benar-benar lupa apa yang terjadi atau apa yang dia lakukan.

“Iya, hyung. Lu muntah semalem terus ngenain baju Seungcheol hyung, jadinya Mingyu ke sini buat bantu. Terus subuh tadi hyung muntah lagi ngenain baju gua.” Mingyu menghampiri Wonwoo dan duduk bersamanya di atas kasur.

“Hyung ga inget minum berapa banyak? Biasanya lu tahan walaupun minum banyak juga.” Mingyu membuka botol minum yang ia pegang dan memberinya kepada Wonwoo. Wonwoo langsung meminumnya sampai setengah.

“Apa ada sesuatu yang terjadi kemaren?”

“Ah, ngga cuma karena itu—” Wonwoo belum sempat menyelesaikan ucapannya namun sudah terpotong oleh perbuatan Mingyu. Ia memeluk Wonwoo dari belakang, membuat tubuh telanjang mereka saling menempel. Refleks, Wonwoo terkejut dan menumpahkan air mineral yang ia pegang.

“Hyung laper ga? Mau Mingyu masakin ramen buat ngilangin hangover? Eh, tapi Mingyu udah bikinin pancake sih.” Mingyu memeluk Wonwoo semakin erat. Hal seperti ini sudah sering mereka lakukan sejak dulu, namun melakukannya lagi sekarang bertelanjang dada merupakan suatu hal yang memalukan bagi Wonwoo.

“Ihh, jangan deket-deket! Panas tau!!!” Wonwoo berusaha menyingkirkan Mingyu dengan tangannya. Namun tenaga Mingyu lebih besar.

“Panas?” Mingyu menautkan tangannya dengan tangan Wonwoo yang terasa dingin. Pipi Wonwoo memerah lagi. “Tangan hyung dingin gini.”

‘Anjir gua minum berbotol-botol karena lu! Ini orang ga ada rasa kasihan apa ya.” ucap Wonwoo kesal dengan perbuatan Mingyu yang manis itu.

“Diem sebentar, hyung. Biar Mingyu angetin tangannya.” Mingyu menggenggam tangan Wonwoo dengan kedua tangannya. Ia mengelus lembut tangan Wonwoo, memberikan kehangatan. Dagunya ia letakkan di leher Wonwoo, dengan posisi masih memeluk dari belakang. Wonwoo dapat merasakan deru nafas Mingyu mengelitik lehernya. Tanpa Wonwoo sadari telinganya ikut memerah. Wonwoo mengubah posisinya menjadi duduk bersandar di tembok, ia tak tahan dengan kehangatan yang diberikan Mingyu.

“Lu nanya kan apa yang terjadi kemarin?” tanya Wonwoo yang kemudian diiya-kan oleh Mingyu. “Sebenernya gua suka sama Sooah noona.” ucap Wonwoo yang tentu saja merupakan sebuah kebohongan.

“Alesan kenapa gua mabok kemaren karena Sooah noona.” Wonwoo berbohong sekali lagi.

“Hyung ga inget apapun lagi? Apa yang lu lakuin kemaren?” Mingyu curiga kalau Wonwoo berbohong. Jelas-jelas kemaren Wonwoo mengatakan cintainya pada Mingyu.

“Kemaren? Emang gua ngapain lagi? Bukannya abis gua muntah langsung tidur ya?” Wonwoo tidak dapat mengingat kejadian apapun yang terjadi semalam.

Mingyu hanya menatapnya lurus yang membuat Wonwoo bingung. “Kenapa? Apa gua bikin masalah lagi?”

“Hmm, ngga kok. Jadi, hyung suka sama Sooah noona, ya? Tapi gua penasaran, apa lu bisa melakukan hal itu dengan perempuan?”

“Apa?!” Wonwoo tidak tahu maksud dari perkataan Mingyu tadi.

“Ketika lu masturbasi lu mainin lubang lu kan?” kata Mingyu, membuat Jantung Wonwoo berdegup kencang.

“Kenapa lu tiba-tiba bahas itu lagi?” Mingyu mendorong tubuh Wonwoo ke kasur, dengan posisi tengkurap. Mingyu mulai menaikinya. Tak sengaja Wonwoo menjatuhkan botol minumnya ke lantai, isinya tumpah membasahi lantai.

“Anjing, lu ngapain?” ujar Wonwoo setengah berteriak. Tangan Mingyu ia arahkan untuk memegang kepunyaan Wonwoo yang masih tertutup boxer lalu menekannya pelan, Wonwoo tersentak. “Gua liat kok di sini. Lu pikir gua bakal lupa waktu lu mainin vibrator dildo di lubang lu? Lu pikir lu bisa ngelakuin itu sama perempuan?”

“Jangan bilang lu bakal nyuruh Sooah nona buat ngelakuin itu? Tapi kalo dia bukan cewe cabul kayak lu, lu mau ngapain?” bisik Mingyu di telinga Wonwoo. Tubuh Wonwoo seketika dibuatnya merinding.

“Bangsat ya lu! Lu pikir lu lagi ngapain sekarang?” geram Wonwoo, tangannya gemetar menggenggam sprei kuat.

“Jangan khawatir, gua ga mau ngelecehin lu kok.” Mingyu menyeringai, tangannya memegang bahu Wonwoo lalu dengan cepat membaliknya sehingga mereka sekarang berhadapan.

“Gua mau bantuin lu, supaya lu tau cara bersetubuh yang bener.”

Blow Job

Mingyu sedang duduk santai di kursi kamarnya sambil memainkan handphone, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara berisik dari kamar Wonwoo.

“Wonwoo, hyung. Ada apa ribut-ribut?” Penasaran, Mingyu membuka jendela dan mendapati Wonwoo sedang tidur di atas Seungcheol. Mereka tidak memakai apa-apa, hanya sepotong boxer yang menutupi tubuh mereka. Seungcheol sangat terkejut melihat Mingyu tiba-tiba muncul dari jendela. Ia lalu menjelaskan situasinya kepada Mingyu.

“Tadi dia minum sampe muntah-muntah, terus baju kita kena muntahannya jadi gua buka deh baju dia.” Seungcheol berkata dengan tenang.

“Oh, kalo gitu gua ke sana buat bantuin ya?” Segera Mingyu berlari ke apartmentnya Mingyu, ia tak mau membiarkan Mingyu berduaan dengan Seungcheol apalagi dalam posisi seperti itu.

“Ini lu bisa pake baju gua, hyung.” Mingyu meminjamkan Seungcheol satu buah kaos hitam miliknya.

“Makasih ya, Gyu.” Seungcheol mengambil kaos itu dari tangan Mingyu dan segera memakainya. “Nanti kaosnya gua cuciin terus gua balikin hari Senin. Lu tinggal deket sini kan, Gyu?”

“Iya. Ini udah kemaleman, lu pulang aja hyung, biar gua yang bersih-bersih sama beresin kamar Mingyu.”

“Eh, ga usah. Biar gua bantuin.”

“Pulang aja, hyung.” ucap Mingyu tegas. Ia menatap Seungcheol tajam, seakan mengisyaratkannya bahwa ia tak ingin melihat Seungcheol disini lagi.

“O–okay.” Pasrah, Seungcheol pun menuruti Mingyu untuk pulang dari apartment Wonwoo. Mingyu benar-benar mengusirnya.

Mingyu duduk di lantai di samping kasur Wonwoo, kepalanya ia letakkan di atas kasur tepat di samping Wonwoo. Ia memandangi Wonwoo yang sedang tertidur pulas. Wajahnya masih merah. Mingyu tersenyum, ini pertama kalinya ia melihat Wonwoo mabuk. Merasa ada seseorang di sampingnya, Wonwoo pun tersadar. Ia membuka matanya perlahan-lahan, matanya terasa sangat berat sekali.

“Hyung, udah sadar?” Mingyu mengubah posisinya menjadi duduk.

“Kim Mingyu, kenapa lu disini? Apa gua lagi mimpi ya?” Wonwoo yang masih setengah sadar kembali menutup matanya.

“Iya, ini cuma mimpi kok.” Sleep talking? Wonwoo hyung lucu banget sih, pikir Mingyu.

“Hey, Kim Mingyu.”

“Hmm?”

“Jangan pacaran sama Sooah noona.” Wonwoo membalikkan badannya ke kanan agar ia dapat melihat Mingyu. Matanya belum sepenuhnya terbuka.

“Sooah noona. Kenapa?”

“Karena Mingyu suka sama hyung.” ucap Wonwoo singkat, padat, dan jelas. Katanya orang yang lagi mabuk itu biasanya mengucapkan apapun dengan jujur, kan? Termasuk perasaan terdalamnya yang tidak berani ia ungkapkan.

“Wonwoo hyung.....” Mingyu bingung mau merespon apa. Apakah Wonwoo baru saja mengatakan cintanya kepada Mingyu?

“Jangan.... jangan pacaran sama Sooah noona.” Wonwoo mendekatkan wajahnya lalu mengusap telinga Mingyu dengan tangannya. Ia menangkupkan wajah Mingyu dan membawanya ke dalam ciuman lembut.

“Hyung....” Mingyu tidak menolak perlakuan Wonwoo. Hal ini malah membuat Wonwoo semakin menjadi-jadi. Ia memindahkan tangannya ke tengkuk Wonwoo, mendorong kepalanya untuk memperdalam ciuman mereka. Tak sabar, Wonwoo membuka mulut Mingyu dengan mulutnya lalu memasukkan lidahnya dan memainkannya dengan lidah Mingyu. Wonwoo menggerakkan lidahnya ke atas dan ke bawah, tak lupa mengabsen gigi Mingyu satu per satu. Saliva mereka saling bertukar membuat suasana menjadi semakin basah. Wonwoo mendesah pelan, menikmati manis dan lembutnya bibir Mingyu.

“Tunggu, hyung....” Tak menghiraukan ucapan Mingyu, ia mendorong Mingyu ke lantai menyebabkan suara dentuman yang cukup keras.

“Waahhhhh!!!” teriak mereka berdua saat tubuh mereka menghantam lantai.

“Hyung, lu gapapa?” Mingyu mulai khawatir, nafas Wonwoo terdengar berat.

“Gua bisa ngelakuin ini lebih baik.” Wajah Wonwoo tambah memerah. Tangannya bergerak untuk membuka resleting celana Mingyu, mengeluarkan kepunyaannya yang tersembunyi disitu. Wonwoo menggenggam penis Mingyu lembut lalu mengarahkannya ke dalam mulut Wonwoo.

“Wonwoo hyung, tunggu!!!” teriak Mingyu, kaget akan perbuatan Wonwoo yang tiba-tiba itu. Mingyu memegang bahu Wonwoo, berusaha menjauhkan mulut Wonwoo dari adik kecilnya. Namun tenaga Wonwoo lebih kuat, dengan segera tangannya memasukkan kepunyaan Mingyu ke dalam mulut Wonwoo yang mungil itu. Dihisap dan dijilatinya penis Mingyu seperti menjilat lollipop. Mulutnya tidak cukup untuk penis Mingyu yang bisa dibilang besar itu. Mingyu mengerang nikmat, miliknya terasa sangat hangat di dalam Wonwoo. Lidah Wonwoo begitu pintar menari-nari di dalam sana, saliva Wonwoo membuat Mingyu semakin basah. Wonwoo melanjutkan aksinya, ia memasukkan penis Mingyu lebih dalam lagi hampir membuatnya tersedak. Penis Mingyu membesar, membuat mulut Wonwoo terasa sangat penuh. Tak pernah terpikir oleh Mingyu bahwa Wonwoo cukup ahli dalam memainkan mulutnya.

“Haaa......” desah Wonwoo saat ia mengeluarkan kepunyaan Mingyu dari dalam mulutnya. Saliva bercampur precum menghubungkan mereka berdua. Jantung Mingyu berdegup lebih kencang saat Wonwoo tiba-tiba naik ke atasnya, tepat di atas penis Mingyu. Wonwoo benar-benar terlihat sangat menggairahkan. Terlihat kepunyaan Wonwoo yang sudah tegang menyembul dari dalam boxernya, dan cairannya menembus ke luar.

“Wonwoo hyung......” Mingyu hanya diam saja memperhatikan Wonwoo, ia membiarkan Wonwoo melakukan apapun yang ia mau. Tangan Wonwoo ia taruh di penis Mingyu lalu mengarahkannya untuk masuk ke dalam lubangnya.

“N–nghh, ahh! Gua benar-benar suka sama lu!” ucap Wonwoo merasakan milik Mingyu yang sudah bersentuhan dengan lubangnya.

“Wonwoo hyung....” tiba-tiba semuanya gelap bagi Wonwoo. Ia tidak punya tenaga lagi untuk menopang tubuhnya.

“Hyung???!!!!!” teriak Mingyu kaget mendapati Wonwoo yang tergeletak tak berdaya di atasnya.

Wonwoo Mabuk

Wonwoo sedang duduk santai di lantai kamarnya sambil menghisap sebatang rokok. Entah sudah berapa rokok yang Wonwoo hisap malam itu. Tiga buah botol soju kosong berdiri di sampingnya. Wonwoo masih saja memikirkan kejadian 3 tahun yang lalu, sewaktu Mingyu mencium pacarnya di lorong sekolah. Wonwoo masih ingat bahwa perempuan itu adalah pacar pertama dan terakhirnya. Sebelum Wonwoo tenggelam lebih dalam dalam pikirannya, bel apartment berbunyi. Seseorang yang sudah Wonwoo tunggu kehadirannya berjalan memasuki pintu. Ia melirik ke arah pintu dan mendapati Seungcheol sedang melepas sepatunya, tangannya memegang satu plastik besar yang Wonwoo tebak berisi soju pesanannya.

“Ada apa Won?” tanya Seungcheol sambil duduk di hadapan Wonwoo. Wonwoo tidak menjawab, tangannya sibuk membuka plastik hitam yang Seungcheol bawa dan mengeluarkan semua soju dari situ. Seungcheol membeli lima buah botol soju original, 3 kaleng beer, dan beberapa makanan ringan.

“Udah dari kapan lu minum?” tanya Seungcheol sekali lagi setelah melihat 3 botol soju yang sudah kosong.

“Hmm, ga tau. Satu jam mungkin.” jawab Wonwoo.

“Dan lu masih mau minum lagi? Mau mati ya?” Wonwoo tak menghiraukan ucapan Seungcheol, tangannya membuka satu botol soju dan menegaknya dengan cepat. Seungcheol yang sudah terbiasa dengan tingkah Wonwoo itu hanya dapat menggelengkan kepalanya. Ia membuka beberapa bungkus makanan ringan dan sekaleng beer untuknya minum.

“Apa karena Kim Mingyu lagi?” Wonwoo berhenti minum dan mengelap soju yang menetes dari mulutnya.

“Iya, barusan gua liat Mingyu sama Sooah noona.”

“Hah Mingyu sama Sooah noona? Kok bisa???” Seungcheol terheran atas perkataan Wonwoo. Baru saja tadi dia membicarakan mereka melalui chat, tapi malah terjadi beneran.

“Tadi kan gua dapet kiriman makanan dari rumah, disuruh mama buat bagi ke Mingyu. Jadi, gua ke apartmentnya Mingyu lah pas gua lama ga bales chat hyung itu.”

“Terus?” tanya Seungcheol penasaran.

“Terus gua pencet bel kamarnya tapi ga ada jawaban, gua coba buka pintunya eh ga dikunci ternyata, jadi gua masuk lah.” Wonwoo meminum minuman keras itu sekali lagi dan melanjutkan ceritanya. “Pas di dalem gua kaget bener ada Sooah nuna di sana, parahnya lagi dia ga pake baju, cuma pake rok pendek doang. Abis dia nyadar kalo ada gua dia langsung cepet-cepet pake bajunya. Ternyata mereka berdua lagi minum-minum, kayaknya dari setelah gua nemenin Mingyu nugas itu. Kaki gua langsung lemes hyung, sumpah. Otak gua udah ngebayangin yang aneh-aneh aja. Ga mungkin kan cowo sama cewe berduaan minum terus cewenya ga pake baju tapi mereka ga ngapa-ngapain? Abis itu gua langsung cabut, untung aja masih kuat jalan. Mingyu berusaha nahan gua dan jelasin apa yang baru gua liat tapi gua udah males dengerinnya. Akhirnya gua balik ke apartment gua, ambil rokok terus nyebat sepuas gua, abis itu gua ngechat lu suruh ke sini. Mau marah tapi bukan siapa-siapa.” ucap Wonwoo lirih, nafasnya tak beraturan, menahan semua emosi yang ada dalam dirinya.

“Anjing, sejak kapan mereka gitu? Terus kenapa tiba-tiba mereka jadi deket?” Seungcheol terlihat kesal sehabis mendengar cerita Wonwoo barusan.

“Andai aja gua tau, hyung.”

“Lu gapapa?” Wonwoo memeluk kedua lututnya, kepalanya ia sembunyikan di antara lututnya. “Ngga, gua lagi ga baik-baik aja.”

“Ini bukan kali pertama dia sama seseorang, gua pikir gua udah terbiasa hyung.” Seungcheol mengusap pundak Wonwoo lembut, berusaha menenangkannya.

“Dia punya seorang perempuan di sampingnya, dan gua ga mungkin bisa kayak perempuan itu. Gua tau, tapi tetep aja gua cemburu. Gua cemburu sama perempuan itu. Gua mikirin kejadian kemaren, kejadian kotor yang gua lakuin di depan dia bener-bener memalukan. Waktu itu, kira-kira apa ya yang dia pikirin waktu nontonin gua?” kata Wonwoo, suaranya terdengar serak.

“Semuanya ini sulit bagi lu, kan? Bahkan dari dulu. Lupain aja dia. Apa sih bagusnya dia itu?” ucap Seungcheol sambil meminum beernya.

“Apa lagi kalo bukan karena wajahnya? Dia itu ganteng banget sumpah. Bangsat, dia terlihat seperti seorang malaikat.” Wonwoo mengangkat kepalanya untuk melihat teman di sampingnya itu. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

“Gila, lu mabok ya?”

“Ngga, gua ga mabok hyung. Uhhh.....” Wonwoo menutup mulutnya dengan satu tangan, ia merasakan ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam perutnya.

“Anjir, kenapa lu Won?”

“M–mau muntah......” Seungcheol langsung menarik Wonwoo ke kamar mandi. Ia tidak mau muntah Wonwoo berantakan dimana-mana. Namun sebelum sampai di kamar mandi Wonwoo sudah muntah dan mengenai baju mereka.

“ANJING YA LU WON!!!!!” umpat Seungcheol sambil berteriak melihat bajunya yang kotor karena muntahan Wonwoo.

Terangsang

Wonwoo melempar handphonenya ke sembarang arah, kaget melihat Mingyu yang sudah berpangku tangan di jendela kamarnya. Perasaan Wonwoo menjadi campur aduk, jantungnya berdegup kencang, dahinya berkeringat walaupun malam itu cuacanya dingin. Wonwoo mengambil vibrator merah mudanya dari dalam laci di sebelah tempat tidurnya, menarik nafas panjang sebelum kembali ke jendela. Mingyu tersenyum, mengisyaratkan Wonwoo untuk segera mulai.

‘Gua memang selalu lemah karena Mingyu, dan hari ini dia menang lagi.’ gumam Wonwoo dalam hati sebelum memulai aksinya. Wonwoo melepas celananya dan melumuri tangannya dengan lubricant, lalu memasukkan satu jarinya ke dalam lubangnya, membuat Wonwoo mendesah pelan. Mingyu hanya mengamati Wonwoo dengan santai dari jendelanya seperti menikmati pertunjukan drama di kampus. Wonwoo menunggingkan tubuhnya, sehingga Mingyu bisa melihat lebih jelas aksi panasnya itu. Wonwoo memasukkan satu jari lagi. Rasanya sakit karena lubangnya masih sempit dan ketat, walaupun sudah Wonwoo masuki berkali-kali.

“H–hngg... ahh!” Wonwoo mendesah sekali lagi membuat Mingyu menelan ludah. Tangannya yang gemetar mengambil vibrator yang berada tepat di sampingnya lalu memasukkan pelan-pelan ke dalam lubangnya. Wonwoo pikir ia benar-benar sudah gila, buat apa ia menuruti permintaan Mingyu yang gila ini? Wonwoo tersentak saat merasakan vibrator merah muda itu memasukinnya. Vibrator itu berukuran cukup besar dan panjang, membuat Wonwoo mengerang hebat. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan rasa sakit di bawah sana. Wonwoo mendorong vibrator itu lebih dalam lagi sampai semuanya masuk ke lubang Wonwoo. Wonwoo melirik ke jendela mendapati Mingyu yang sedang menatap Wonwoo intens membuat wajah Wonwoo memerah, ia benar-benar malu.

‘Gila! Dia bener-bener ngeliatin gua dari sana. Apa dia bisa ngeliat semuanya dengan jelas?’ gumam Wonwoo dalam hati. Nafasnya berat, kakinya bergetar kencang. ‘Make vibrator di depan Kim Mingyu... Ah, bodo amat! Karena Mingyu menonton dari sana, rasanya aneh... perasaan baru macam apa ini?!’

‘Lagi, dikit lagi....’ Wonwoo menghidupkan vibratornya, alat itu bergetar kencang di dalam Wonwoo.

“Aaahhhh!!!!!!!” Wonwoo tak dapat menopang tubuhnya lagi. Tubuh depannya tersungkur di kasur, hanya pantatnya saja yang masih menungging. Tangannya menggenggam kencang sprei birunya. Ia memejamkan matanya, merasakan setiap getaran kenikmatan itu. Semuanya begitu nikmat, ia tak dapat menahannya lagi. Tangan kanannya ia arahkan untuk memegang kepunyaannya. Ia menggerakkan tangannya naik turun di kepunyaannya yang sudah basah oleh precum itu. Wonwoo mendesah lebih kencang saat merasakan ejakulasinya sudah dekat. Wajah Mingyu memerah, ia sangat ingin menghampiri Wonwoo dan menghabisinya saat itu juga. Wonwoo merasa lebih nikmat daripada biasanya, apakah karena ada Mingyu yang menontonnya? Dengan satu kali gerakan lagi Wonwoo pun keluar cukup banyak. Spreinya dipenuhi oleh cairan kenikmatan Wonwoo. Tubuh Wonwoo lemas, nafasnya tak beraturan. Ia melirik ke arah jendela dan Mingyu masih menontonnya dengan puas.

‘Gua terlalu terangsang anjir cepet banget keluarnya!’

Clumsy Gyu

-3 tahun yang lalu-

Wonwoo menatap laki-laki di depannya itu dengan tatapan yang mematikan. Kedua alisnya menukik tajam, pertanda bahwa ia sedang serius. Wonwoo tidak pernah merasa sekesal ini dalam hidupnya. Siapa yang mungkin membuat Wonwoo sekesal itu? Siapa lagi kalo bukan Kim Mingyu. Mingyu hanya terdiam di depan Wonwoo, pandangannya ia alihkan ke sembarang arah, tidak berani menatap pandangan Wonwoo yang setajam pisau itu. Keringat bercucuran dari dahi Mingyu, lalu ia memainkan jarinya gugup. Takut akan apa yang akan dilakukan Wonwoo padanya, akankah Wonwoo membunuh Mingyu hari itu juga?

“Mingyu.” ucap Wonwoo dengan suara beratnya.

“M–maaf, hyung......” Mingyu menundukkan kepalanya takut.

“Bisa-bisanya ya lu bikin gua nunggu disini sejam kayak orang gila???!!!!!” sentaknya, sedikit terlalu kasar dari intensi awal. Wonwoo berencana untuk nonton film dengan Mingyu di bioskop jam 10 pagi, namun Mingyu malah datang jam 11 siang. Padahal Wonwoo sudah buru-buru takut Mingyu datang duluan, ternyata ia lah yang dibuat menunggu oleh Mingyu selama satu jam.

“Maaf banget, hyung!!!” hal yang paling Mingyu takutkan di dunia ini hanya satu, yaitu membuat Wonwoo marah. Wonwoo terlihat seperti iblis pencabut nyawa ketika ia marah, sangat menyeramkan.

“Lu kenapa telat, hah?” tanya Wonwoo meminta penjelasan.

“A–anu, hyung.... Mingyu salah ngeset alarmnya. Seharusnya jam 9, tapi malah Mingyu set jam 10. Terus pas alarmnya bunyi Mingyu ga denger, hyung. Jadinya Mingyu bangun jam setengah 11 deh.......” ucap Mingyu memberi penjelasan sejelas mungkin mengapa ia bisa telat datang.

Wonwoo menatap Mingyu dari atas sampai bawah, penampilannya terlihat berantakan, tidak seperti biasanya. Mungkin rambutnya hanya ia sisir asal-asalan, wajahnya terlihat seperti orang yang baru bangun tidur, pakaiannya juga terlihat tidak serapih biasanya, ia memakai kemeja putih yang ditutupi sweater abu-abu dengan celana panjang hitam. Mungkin ia benar-benar terburu-buru untuk sampai ke sini.

“Alesan itu lagi!” Wonwoo sebenarnya tidak marah lagi, namun ia suka melihat ekspresi Mingyu yang ketakutan.

“Beneran loh, hyung!” Mingyu merengek seperti anak kecil. Matanya terlihat berkaca-kaca. Bagi Wonwoo, Mingyu terlihat sangat menggemaskan hari itu.

“Mingyu janji ga akan telat lagi, hyung....”

“Halah, hyung udah denger itu sebelumnya tapi nyatanya Mingyu telat lagi.” Wonwoo tetap saja menggoda Mingyu, ini sangat mengasyikan baginya.

“Maaf ya, hyung?” Mingyu meminta maaf untuk yang kesekian kalinya, ia benar-benar tak ingin Wonwoo marah lagi. Wajahnya berbinar-binar, membuat pipi Wonwoo memerah. Sial, Mingyu terlihat sangat lucu.

“O–oke, tapi lu yang beliin popcorn!”

“Siap, hyung!” Mereka berjalan ke dalam bioskop. Tangan Mingyu ia letakkan di bahu Wonwoo, merangkulnya. Kepalanya ia miringkan ke arah Wonwoo, sedikit bersentuhan, membuat jarak mereka menjadi sangat dekat. Tanpa Wonwoo sadari telinganya memerah, jantungnya berdegup kencang. Dari awal Wonwoo memang lemah akan ketampanan dan kegemasan Mingyu. Setelah kejadian itu Wonwoo menyadari bahwa dirinya menyukai Mingyu. Mungkin itu lah awal dari semua ini.

Sahabat

Wonwoo berjalan menyusuri koridor kampus dengan wajah muram. Suasana di koridor ini tidak terlalu ramai karena banyak mahasiswa dan mahasiswi yang sedang makan siang. Wonwoo berjalan dengan cepat, kedua tangannya ia kepalkan untuk menahan rasa kesalnya.

‘Gua kenapa sih anjir, tiap kali liat tuh orang pasti gua langsung menghindar. Kayak lagi main film mata-mata aja sumpah. Entah sampai kapan gua bisa menghindar dari dia kayak gini’ gumam Wonwoo dalam hati. Langkahnya terhenti saat ia merasakan tangan seseorang menggenggam pergelangan tangannya dan menariknya dengan cepat masuk ke sebuah ruangan kosong. Orang tersebut mendorong tubuh Wonwoo ke tembok dengan kasar dan mengunci Wonwoo dengan kedua tangannya yang kekar.

“Apa yang lu lakuin sih, Kim Mingyu?” sentak Wonwoo kepada Mingyu yang sedang menatapnya tajam. Bibir Mingyu datar, tak ada sedikit pun senyuman yang tampak.

“Seharusnya gua yang nanya gitu! Lu kenapa menghindar dari gua terus sih, hyung?” tanya Mingyu dengan nada tinggi.

“Siapa yang menghindar dari lu sih, Gyu?” jawab Wonwoo yang terdengar lebih mirip pertanyaan. Wonwoo tidak berani menatap Mingyu, pandangannya ia tunjukkan ke lantai keramik di bawahnya.

“Terus kenapa lu tadi pagi ga nungguin gua dan malah berangkat duluan?” ucap Mingyu. Matanya masih menatap Wonwoo dengan tajam.

“Karena lu bangunnya kesiangan.”

“Lu bales chat gua jutek banget, singkat-singkat kayak ga niat. Tadi juga lu ga mau makan siang bareng gua. Padahal hampir tiap hari kita makan siang bareng terus.”

“Karena gua udah janji sama....” belum selesai Wonwoo bicara, ucapannya sudah dipotong oleh Mingyu. “Barusan juga lu liat gua kan di kedai kopi? Tapi lu malah langsung pergi, hyung.” wajah Mingyu berubah menjadi sedih.

“Gua daritadi mikir, sampe kapan kita gini terus, hyung?” Tatapan tajam Mingyu berubah menjadi tatapan sendu.

Wonwoo mendongakkan kepalanya. Matanya bertemu dengan Mingyu. “Lu bener-bener ga tau kan kenapa gua ngelakuin ini?”

Mingyu terdiam sesaat sebelum berkata, “Gua cuma ga mau lu menghindar dari gua doang kok, hyung. Apa susahnya sih tinggal kasih tau siapa orang yang lu suka? Meskipun gua sering bikin masalah tapi gua tetep sahabat lu kan, hyung?” ucap Mingyu lirih lalu ia mengalihkan pandangannya dari Wonwoo.

“Sejak kapan sahabat harus kek gitu? Harus tau banget siapa orang yang sahabatnya suka?”

‘Benar, karena kita adalah sahabat. Kita harus tetap menjadi sahabat.’ gumam Wonwoo dalam hati.

“Tapi hyung......”

“Udah gua bilang kan gua ga mau ngomongin masalah itu, kenapa masih lu ungkit-ungkit sih?!” Wonwoo menaikkan nada bicaranya. “Gua yang mulai menghindar dari lu, seharusnya lu tau kalo gua ga mau ngomongin itu lagi!” amarah Wonwoo meluap-luap. Sudah lama sekali Wonwoo tidak berbicara dengan nada tinggi seperti ini kepada Mingyu.

“Semua ini bukan salah lu kok, Gyu. Maaf” Wonwoo menarik nafasnya dalam-dalam. Ia harus tetap tenang, ia tidak mau hubungannya dengan Mingyu menjadi semakin rumit.

“Kalo lu masih mau sahabatan sama gua, lu harus berhenti bahas hal-hal ini.” ucap Wonwoo tegas.

“Okay, gua bakal lupain semuanya.” Mingyu menuruti Wonwoo dengan cepat, membuat Wonwoo terkejut. “Tapi lu harus kabulin permintaan gua, cuma satu kok.” lanjut Mingyu.

“Apa itu?”

“Gimana caranya lu masturbasi, tunjukin ke gua lagi.” ucap Mingyu dengan santai.

“HAH???!!!!!” Wonwoo kaget bukan main mendengar perkataan Mingyu. Ia menarik kerah baju Mingyu dengan kuat dan mendorongnya ke tembok.

“Lu pikir lucu ya?!” Wonwoo tak dapat menahan amarahnya lagi.

“Wonwoo hyung....”

“Pasti lu ngerasa seru ya ngeliatin seorang laki-laki masturbasi sambil mainin lubangnya, hah??!!!” kata Wonwoo setengah berteriak. “Apa karena itu lu ngomong hal yang aneh-aneh?” Wonwoo menarik kerah baju Mingyu lebih kuat.

“Wonwoo hyung....” Wonwoo melepaskan tangannya dari kerah baju Wonwoo, tangannya bergetar hebat. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak marah lebih lama lagi dengan Mingyu.

“Pergi, dari awal gua udah mikir kalo kita ga bisa akur.” Wonwoo membalikkan badannya membelakangi Mingyu. Kemudian ia berjalan menuju pintu, hendak meninggalkan Mingyu.

“Lu bener-bener ga mau nunjukin ke gua, hyung?” ucapan Mingyu membuat langkah Wonwoo terhenti. “Gua mau mastiin sesuatu.”

Wonwoo berbalik ke arah Mingyu. Wajahnya terlihat memelas. “Wonwoo hyung.... sekali aja. Tunjukin ke Mingyu.” bujuk Mingyu. Matanya berkaca-kaca, ekspresinya seperti anak anjing lucu yang meminta makan. Apakah hal tersebut dapat membuat Wonwoo luluh?

Sooah-noona

“Maaf ya, noona. Wonwoo tiba-tiba ngajakin makan bareng di luar gini hehe. Lain waktu Wonwoo yang bayarin ya, jangan noona terus.” Wonwoo baru saja menghabiskan makanannya yang dibelikan oleh Sooah-noona. Sebenarnya Wonwoo merasa tidak enak dengan perempuan itu, karena Wonwoo lah yang mengajak dia makan siang bersama namun malah dia yang membayar makanan mereka.

“Iya, gapapa kok. Noona seneng bisa makan bareng Wonwoo hari ini.” ia tersenyum manis. Rambut hitam panjangnya berkilau di bawah teriknya matahari siang ini. Ia memakai kaos putih dan rok biru pendek, dengan tas selempang yang menggantung di bahunya.

“Sepertinya kita masih ada waktu sebelum kelas dimulai, mau beli kopi dulu?” ajak Wonwoo sambil menunjuk kedai kopi yang berada di dekat mereka. “Biar Wonwoo yang bayarin aja!” Wonwoo terdengar antusias.

Tiba-tiba dari kedai kopi tersebut keluarlah seorang pria tampan yang sudah Wonwoo hindari sedari pagi. Dengan cepat ia membatalkan ajakannya untuk membeli kopi di kedai tersebut. Ia benar-benar tidak ingin bertemu Mingyu lagi. “Sebentar, noona! Wonwoo tiba-tiba ada kelas yang jamnya dimajuin, sebentar lagi mulai. Aduh gimana ya?”

“Beneran? Kalo gitu lain waktu aja ya!”

“Tentu saja! Kalo gitu Wonwoo pergi dulu ya, Wonwoo benar-benar menikmati makan siang kita hari ini!” Seru Wonwoo lalu ia membungkukkan badannya dan melangkah pergi dari tempat itu.

“Hati-hati ya!” balas Sooah-noona diiringi lambaian tangan.

Mingyu daritadi hanya dapat memperhatikan mereka dari jauh. Puluhan pertanyaan membanjiri pikirannya dan ia ingin tahu jawaban dari pertanyaannya itu sekarang juga.

a Lovely Dinner

Wangi sedap dari beef short ribs (galbi) memenuhi dapur apartment Mingyu, wangi yang bisa membuat siapapun lapar hanya dengan menciumnya aromanya. Mingyu dan Wonwoo duduk berhadapan di meja makan. Wajah Wonwoo terlihat sangat lelah karena seharian bekerja di coffee shop. Wonwoo sudah bekerja selama 3 bulan, dan ia hanya bekerja selama weekend saja agar tidak mengganggu waktu kuliahnya.

“Ayo hyung buruan dimakan, ntar keburu dingin loh.” Mingyu mengambil beberapa potong galbi dan menaruhnya di atas mangkok Wonwoo yang berisi nasi.

“Selamat makan!” seru Wonwoo. Sebenarnya perutnya sudah keroncongan sejak sore tadi, namun shift kerja Wonwoo belum habis dan ia harus menunggu sampai jam 9 malam agar bisa pulang. Ia sudah membayangkan betapa lezatnya galbi buatan mama Mingyu, sepertinya rasanya akan sama enaknya dengan apa yang mereka makan 6 tahun yang lalu. Wonwoo dan Mingyu menyantap makan malam mereka dengan lahap.

Wonwoo menatap Mingyu yang sedang mengunyah galbinya. Wonwoo tersenyum miring, ia berfikir Mingyu tidak melihat insiden jaket kemarin karena Mingyu bertindak seperti biasanya hari ini. Wonwoo bernafas lega, Mingyu tidak melihat apapun kemarin.

“Kenapa lu senyum-senyum sendiri, hyung? Bukannya makan.” Mingyu terheran ketika mendapati Wonwoo sedang menatapnya sambil tersenyum aneh.

“Mingyu jelek sih.” ucap Wonwoo dengan wajah datar.

“Anjir, apa lu bilang?!”

“Padahal dagingnya cuma dikit loh Gyu terus keras lagi, tapi kenapa lu suka banget sih?” Wonwoo menunjuk galbi yang sedang Mingyu makan, berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Mingyu suka yang keras-keras, ga seru kalo makan cuma yang lembut doang.” ucap Mingyu seraya memegang galbi yang ia makan. “Hyung harus pegang yang bener terus gigit dagingnya, lepasin pelan-pelan dari tulangnya. Gitu cara makan yang bener.” lanjut Mingyu. Ia segera mempraktekkan apa yang baru saja ia ucapkan.

“Kalo hyung bisa makan dagingnya semua sampe tulangnya bersih pasti ada rasa puas gitu, coba deh.” Mingyu menunjukkan tulang yang sudah bersih dari dagingnya dengan bangga sambil tersenyum lebar.

“Apaan sih anjir, lu kayak orang cabul aja.” Wonwoo tak memperdulikan ucapan Mingyu, ia tetap makan dengan caranya sendiri.

“Belakangan ini kok kayaknya hyung ngomong kasar terus sih ke Mingyu.” Mingyu cemberut. Wonwoo paling tidak bisa melihat wajah cemberut Mingyu.

“Iya iya, ini hyung makan semua galbinya.”

“Wonwoo hyung, apa ada yang lu sembunyiin dari Mingyu?” Mingyu menatap Wonwoo lurus.

“Apa sih kok tiba-tiba? Apa coba yang mungkin gua sembuyiin dari Mingyu?” Wonwoo berusaha sebisa mungkin agar tidak panik.

“Ya bisa apapun kan, mungkin ada seseorang yang hyung suka?”

“Emang kenapa?” Wonwoo tersentak akan pertanyaan Mingyu.

“Ada?”

“Emang kenapa kalo ada?”

“Kalo ada Mingyu mau tau siapa orang yang hyung suka. Setelah SMA hyung ga pernah pacaran sama siapapun, kan? Yang terakhir sama Suyeon.” Pandangan Mingyu terpaku pada Wonwoo. Ia bahkan menaruh sumpit dan mangkoknya, walaupun makannya belum habis.

“Diem anjir, kenapa tiba-tiba bahas masa lalu sih?” Wonwoo kaget mendengar perkataan Mingyu barusan. Wonwoo mengernyitkan alisnya, tidak suka dengan apa yang bocah itu katakan.

“Kenapa, hyung? Ayo kasih tau dong, apa rahasia di antara kita?” Mingyu menaruh pipinya di telapak tangannya. Wajahnya masih cemberut.

“Hyung cuma ga mau bahas tentang itu lagi.” ucap Wonwoo tegas.

“Walaupun sama Mingyu?”

“Iya lah!!!”

“Hngg kenapa, hyung????” Mingyu merengek seperti anak bayi yang ditinggal ibunya.

“Udah abisin aja makannya.” Wonwoo mengabaikan pertanyaan Mingyu dan melanjutkan makan.

“Ah! Apa jangan-jangan orangnya itu cowo, ya? Makanya hyung ga berani bilang.” Mingyu memiringkan kepalanya, senyumnya menyeringai.

“Lu ngomong apa sih! Udah makan aja loh.” Wonwoo menundukkan kepalanya. Tidak ingin melihat wajah yang Mingyu buat saat ini.

“Bukan ya, hyung? Terus soal kemaren.... lu lagi mainin lubang lu ya, hyung?” Wonwoo kaget setengah mati. Matanya terbelalak lebar. Mingyu melihat Wonwoo kemarin, Mingyu melihat semuanya.

“Siapa dia? Nama yang hyung sebut sewaktu lagi melakukan itu?” Mingyu terlihat sangat penasaran. Jantung Wonwoo terasa ingin lepas. Mingyu mendengar semuanya.

Iced Latte

‘Anjir kenapa nih orang tiba-tiba nongol di sini sih.’ gumam Wonwoo dalam hati ketika ia melihat Mingyu di hadapannya. Mingyu memakai kemeja berwarna navy dan celana panjang putih. Wonwoo akui, Mingyu terlihat sangat tampan hari ini. Mingyu tersenyum padanya, namun hanya dibalas wajah cemberut. Bertemu Mingyu setelah insiden jaket kemarin dan bermimpi hal-hal kotor tentang dia merupakan hal tercanggung yang pernah Wonwoo alami.

“Lu ga mau ngambil pesenan gua, hyung?” Mingyu terheran karena Wonwoo sedari tadi hanya diam saja.

“Ohh iya, mau minum apa Gyu?” ucap Wonwoo di balik meja kasirnya. Wonwoo memakai seragam kerjanya yang berwarna hitam, dilengkapi apron berwarna coklat.

“Iced Latte!” seru Mingyu setelah mengamati barisan menu yang tertulis di samping meja kasir.

“Dengan tambahan sirup?” Wonwoo mencatat pesanan Mingyu pada komputer di hadapannya.

“Yeah!” jawab Mingyu cepat.

“Semuanya jadi lima puluh tiga ribu rupiah.” Mingyu memberikan kartu kreditnya kepada Wonwoo, tak lupa bonus senyuman manis Mingyu.

Setelah menunggu beberapa menit, pesanan Mingyu pun sudah jadi. “Pesanan iced latte anda bisa diambil di sini.” ucap Wonwoo dengan sopan sambil mengarahkan Mingyu ke tempat pengambilan pesanan.

Mingyu mengambil iced lattenya sambil berseru, “Wonwoo hyung!” ia mencondongkan tubuhnya ke Wonwoo, membuat Wonwoo terkejut. “A–apa??!!!”

“Mingyu dikirimin beef short ribs sama mama dari rumah, nanti sepulang hyung kerja kita makan bareng, ya?”

“O–okay!” jawab Wonwoo singkat.

“Kalo gitu sampai jumpa nanti malem, hyung!” Mingyu tersenyum lebar, Wonwoo dapat melihat gigi taringnya yang mengintip dari balik mulutnya, sangat manis. Dengan itu, Mingyu pergi dari coffee shop tempat Wonwoo bekerja, meninggalkan Wonwoo yang sedang campur aduk dengan perasaannya sendiri.

Ketahuan

“Hyung, ini punya lu kan?” Mingyu memegang sebuah vibrator berwarna merah muda di tangan kanannya. Mingyu tidak tampak terkejut, bahkan ekspresinya menggambarkan seolah-olah ia telah menunggu momen ini untuk terjadi.

“Benda itu, kok lu bisa tau.....” Mingyu sangat terkejut. Keringat dingin mengucur dari dahinya. Mingyu mendorong Wonwoo ke tembok dan menguncinya dengan tangan kanannya, membuat Wonwoo tidak bisa pergi kemana-mana lagi.

“Seharusnya lu sembunyiin dengan bener dong, hyung. Jangan taruh sembarangan!” seru Mingyu, nadanya sangat mengintimidasi. “Apa lu selalu gunain benda ini sambil mikirin gua, hyung?”

“Ng–ngga, Gyu. Gua cuma—” Wonwoo tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia benar-benar tertangkap basah.

“Apa lu puas dengan beginian doang? Jangan gini dong, hyung!” Mingyu melepas vibrator itu dari tangannya. Kedua tangannya ia gunakan untuk menggenggam bahu Wonwoo. Sedangkan Wonwoo tidak dapat berkata sepatah katapun.

“Mau coba yang beneran, hm?” ucap Mingyu, suaranya terdengar berat. Mingyu mendorong Wonwoo ke lantai, lalu ia segera naik ke atas badannya Wonwoo. Wajah dan tubuh mereka sangat dekat, bahkan nyaris bersentuhan. Mungkin hanya tersisa jarak satu sentimeter di antara mereka. Pipi Wonwoo memerah, sekujur tubuhnya terasa lemas. Ia bahkan tidak memberikan perlawanan apapun. Dengan cepat Mingyu membuka celana panjang Wonwoo, membuatnya kaget setengah mati.

“W–wait!!!!” seru Wonwoo, namun semuanya sudah terlambat. Mingyu melempar celana Wonwoo ke sembarang arah lalu ia memandangi bagian bawah Wonwoo yang tidak tertutupi sehelai benang apapun.

“Lu mau punya gua disini, kan?” ucap Mingyu sambil menggesekkan kepunyaannya yang masih tertutupi jeans ke lubang Wonwoo.

“Kim Mingyu......” Wonwoo membelalakkan matanya, tubuhnya bergetar hebat. Tanpa basa-basi lagi, Mingyu memasukkan kepunyaannya yang sudah mengeras ke dalam Wonwoo. Jantung Wonwoo berdegup sangat kencang. Wonwoo yang tanpa persiapan apapun tentunya merasa sangat kesakitan di bawah sana. Ia hanya dapat memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang kemudian berubah menjadi kenikmatan yang tiada tara ini.

“Wonwoo hyung is such a pervert.” bisik Mingyu di telinga Wonwoo, membuat sekujur tubuhnya merinding.